Anda di halaman 1dari 7

PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN MATERI AJAR

BAHASA INDONESIA BERBASIS MULTIKULTURAL


DALAM MEREDUKSI KONFLIK SOSIAL
PADA GENERASI MUDA

1. Kelayakan Isi
Kelayakan isi dalam pengembangan materi ajar bahasa Indonesia berbasis
multikultural dalam mereduksi konflik sosial pada generasi muda dikembangkan
dengan prinsip-prinsip berikut.
a. Prinsip Kesesuaian
Materi ajar bahasa Indonesia berbasis multikultural dalam mereduksi
konflik sosial pada generasi muda disusun sesuai dengan Kurikulum 2013 (SKL,
KI, dan KD), sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar peserta didik, dan
sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif (menambah wawasan/pengetahuan
generasi muda peserta didik SMA). Selain itu, materi juga sesuai dengan nilai-
nilai multikultural dalam mereduksi konflik sosial pada generasi muda.
b. Prinsip Kelengkapan
Materi ajar disusun secara lengkap mulai dari identitas yang terdiri atas
Standar Kompetensi Kelulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi
Dasar (KD), tujuan pembelajaran, indikator, nilai-nilai pendidikan karakter,
pendahuluan, isi, dan penutup.
c. Prinsip Relevansi
Materi ajar disusun relevan dengan tujuan pembelajaran untuk peserta
didik SMA dan relevan dengan konflik sosial yang dalam kehidupan nyata
generasi muda (peserta didik SMA).
d. Prinsip Multikultural
Dalam pengembangan materi ajar bahasa Indonesia berbasis multikultural
dalam mereduksi konflik sosial pada generasi muda terdapat muatan nilai-nilai
multikultural sebagai berikut.
- Kemandirian
Jika seseorang mengalami konflik dengan orang lain, maka akan mengalami
kondisi yang tidak nyaman. Agar dapat kembali pada kondisi yang nyaman
maka konflik yang terjadi harus segera diselesaikan. Penyelesaian konflik
tersebut dilakukan seseorang dengan cara meminta maaf kepada pihak lain
secara langsung tanpa melibatkan pihak lain.
- Kerja Sama
Konflik dapat diselesaikan secara mandiri maupun melibatkan orang lain.
Dalam menyelesaikan konflik yang melibatkan orang lain diperlukan kerja
sama. Dalam hal ini orang atau pihak lain yang dilibatkan sebagai perantara
untuk membantu menyelesaikan konflik. Jika orang atau pihak lain yang
dilibatkan tidak bisa diajak kerja sama, maka konflik yang terjadi tidak dapat
diselesaikan dengan baik.
- Keterbukaan
Dalam menyelesaikan konflik selain membutuhkan kerja sama juga diperlukan
sikap keterbukaan. Orang yang mengalami konflik mau terbuka dengan orang
lain yang dipercaya untuk membantu, memberikan saran atau pandangan, dan
dapat memberikan solusi. Jika seseorang yang berkonflik tidak mau berkonflik
tidak mau terbuka dengan orang lain, maka orang lain tidak akan tahu masalah
yang sedang dihadapi sehingga tidak bisa menyelesaikan konflik.
- Kejujuran
Konflik dapat terjadi karena ketidakjujuran yang dilakukan oleh seseorang.
Agar konflik yang terjadi dapat diselesaikan maka perlu kejujuran seseorang
dalam mengakui kesalahan yang menyebabkan konflik terjadi. Jika seseorang
tidak berani jujur mengakui kesalahan maka konflik dapat terjadi berlarut-larut.
- Berpikir Positif
Selain terbuka seseorang yang berkonflik juga harus percaya kepada orang lain
baik yang diajak curhat maupun percaya kepada orang lain yang terlibat
konflik. Seseorang tersebut juga tidak boleh berpikiran buruk terhadap orang
lain tersebut. Artinya seseorang yang berkonflik harus bisa berpikir positif agar
tidak memperkeruh suasana sehingga tidak menyebabkan konflik makin
memanas. Jika rasa percaya dan berpikir positif sudah tidak ada, maka konflik
yang terjadi tidak dapat diselesaikan dengan baik. Kondisi tersebut akan
menyebabkan ketidakharminisan dan ketidaknyamanan dalam berinterkasi.
- Persaudaraan
Konflik yang terjadi jika dibiarkan dan berlarut-larut dapat menyebabkan
perpecahan baik antarteman, antarkelompok, maupun antarsaudara. Oleh
karena itu, sikap cinta damai dan kekeluargaan (persaudaraan) harus dimiliki
setiap orang. Jika seseorang tidak mempunyai rasa persaudaraan maka
seseorang akan individualis dan jika terjadi konflik tidak diselesaikan atau
dibiarkan.
- Saling Menghargai
Hidup bermasyarakat yang multikultural rentan akan terjadinya konflik maka
dibutuhkan sikap saling menghargai agar tidak terjadi konflik. Jika seseorang
dalam hidup bermasyarakat tidak bisa saling menghargai maka akan saling
mencela, merendahkan, dan menjelekkan yang akan menyebabkan terjadinya
konflik dan perpecahan.

2. Kelayakan Penyajian
Prinsip yang digunakan dalam materi ajar bahasa Indonesia berbasis
multikutural dalam mereduksi konflik sosial pada generasi muda dari aspek
kelayakan penyajian meliputi prinsip-prinsip berikut.
a. Prinsip Menarik, Kreatif, dan Inovatif
Prinsip menarik berkaitan dengan penyajian materi yang disusun secara
menarik yang meliputi pemberian gambar-gambar yang sesuai, warna-warna yang
digunakan baik pada gambar, tulisan maupun layout. Adapun prinsip kreatif
berkaitan dengan penyusunan, tata letak gambar-gambar, dan layout buku. Prinsip
inovatif berkaitan dengan kebaruan materi ajar yang dikembangkan, yaitu muatan
nilai-nilai multikultural yang termuat dalam pemilihan tema ilustrasi, contoh, dan
gambar-gambar. Ketiga prinsip tersebut bertujuan untuk menghasilkan materi ajar
bahasa Indonesia berbasis multikultural dalam mereduksi konflik pada generasi
muda yang dapat menarik peserta didik dalam pembelajaran.
b. Prinsip Sistematis
Materi disajikan secara sistematis dimulai dari identitas materi dan
pencantuman tujuan pembelajaran. Materi disajikan secara urut berdasarkan
gradasi kerumitan materi ajar. Materi juga ditempatkan berkaitan satu sama
lain dan saling memperkuat.
c. Prinsip Kemudahan
Prinsip kemudahan ini dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip belajar,
yaitu dimulai dari konsep yang mudah hingga konsep yang susah dipahami.
Hal tersebut disesuaikan dengan tingkat pengetahuan dan perkembangan pola
pikir peserta didik.
d. Prinsip Keaktifan
Materi dikembangkan untuk membangkitkan keaktifan peserta didik untuk
berpikir dan belajar sehingga penyajian materi disajikan dengan pelibatan
minat dan perhatian (daya tarik) generasi muda (peserta didik SMA).
e. Prinsip Kelengkapan
Selain penyajian materi dalam materi ajar bahasa Indonesia berbasis
multikultural dalam mereduksi konflik sosial pada generasi muda dilengkapi
dengan soal dan latihan pada setiap bagian pembelajaran.

3. Kelayakan Kebahasaan
Bahasa merupakan sarana penyampaian dan penyajian materi ajar,
seperti kosakata, struktur kalimat, panjang paragraf, dan tingkat kemenarikan
sesuai dengan minat dan tingkat pengetahuan peserta didik. Adapun kelayakan
kebahasaana berkaitan dengan aspek keterbacaan yang berkaitan dengan tingkat
kemudahan bahasa  yang meliputi kosakata, kalimat, paragraf, dan wacana.
a. Prinsip Kemudahan
Prinsip kemudahan berhubungan dengan bentuk tulisan atau tipografi,
ukuran huruf, dan lebar spasi yang berkaitan dengan aspek grafika. Bentuk tulisan
pada materi ajar bahasa Indonesia berbasis multikultural disusun dan disesuaikan
dengan kebutuhan untuk memudahkan peserta didik dalam membaca.
b. Prinsip Kemenarikan
Prinsip menarik berhubungan dengan minat pembaca, kepadatan ide
bacaan, dan penilaian keindahan gaya tulisan yang berkaitan dengan aspek
penyajian materi. Pada penyajian materi disajikan wacana-wacana dengan ide
yang padat, tetapi disajikan dengan gaya tulisan yang mudah dipahami serta
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain itu, wacana-wacana
yang disajikan bermuatan nilai-nilai multikultural. Baik berarti sesuai dengan
konteksnya dan benar berarti sesuai dengan kaidah kebahasaan. Semuanya
dilandasi dalam kerangka bahasa keilmuan. Dengan demikian, peserta didik tidak
merasa kesulitan dalam memahami materi ajar yang harus mereka pelajari.

c. Prinsip Komunikatif
Agar peserta didik tertarik maka bahasa yang digunakan dalam materi ajar
bahasa yang komunikatif. Hal ini dimaksudkan agar pada penyampaian materi
peserta didik tidak merasa bosan karena selalu diajak aktif dan terlibat di
dalamnya. Bahasa yang digunakan pun bersifat ajakan (persuasif) sehingga
peserta didik termotivasi pada saat mempelajari materi. Selain itu, pada materi
ajar bahasa Indonesia berbasis multikutural digunakan kalimat yang efektif dan
efisien, pilihan kata atau diksi yang tepat, dan sesuai dengan tata bahasa baku
serta ejaan yang disempurnakan (EYD).
d. Prinsip Kesesuaian
Prinsip kesesuaian berhubungan dengan kata dan kalimat, panjang-pendek,
frekuensi, bangun kalimat, dan susunan paragraf yang berkaitan
dengan bahasa dan keterbacaan. Kalimat disusun dengan menggunakan kalimat
efektif dan paragraf disusun dengan memperhatikan koheren dan kohesifnya. Pada
materi ajar bahasa Indonesia berbasis multikultural bahasa yang digunakan
disesuaikan dengan tingkat pengetahuan peserta didik yang meliputi kesesuaian
dengan tingkat perkembangan berpikir dan sosial-emosional peserta didik. Hal ini
dimaksudkan agar peserta didik tidak merasa kesulitan pada saat memahami
materi yang disajikan karena sesuai dengan tingkat pengetahuan mereka. Selain
itu, bahasa yang digunakan juga disesuaikan dengan lingkungan sosial budaya
peserta didik.
e. Prinsip Kelogisan
Prinsip kelogisan berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis atau
sesuai daya nalar peserta didik. Bahasa yang digunakan juga sesuai dengan tingkat
perkembangan kognitif peserta didik SMA.

4. Kelayakan Kegrafikaan
Kelayakan kegrafikaan pada materi ajar bahasa Indonesia berbasis

multikultural dalam mereduksi konflik sosial pada generasi muda meliputi desain

buku, kertas dan ukuran buku, tipografi, dan tata letak kulit dan isi buku. Aspek

kelayakan kegrafikaan pada materi ajar tersebut dikembangkan dengan mengacu

prinsip-prinsip berikut ini.

(1) Prinsip Menarik, Kreatif, dan Inovatif


Sama halnya dengan kelayakan penyajian pada kelayakan kegrafikaan

juga mengacu pada prinsip menarik, kreatif, dan inovatif. Prinsip menarik

berkaitan dengan desain isi buku yang meliputi pemberian gambar-gambar yang

sesuai, warna-warna yang digunakan baik pada gambar, tulisan maupun layout

sampul dan isi buku. Adapun prinsip kreatif inovatif berkaitan dengan desain tata

letak gambar-gambar, warna, tulisan, dan layout buku.

(2) Prinsip Kepraktisan


Prinsip kepraktisan berkaitan dengan desain dan ukuran buku. Pada

materi ajar bahasa Indonesia berbasisi multikultural didesain praktis dengan

ukuran B5 (ukuran standar buku teks pelajaran). Jenis kertas yang digunakan

untuk isi buku yaitu kuarto 80 gram dan soft cover untuk sampul buku. Jumlah
halaman buku juga tidak terlalu tebal, tetapi substansinya lengkap sehingga

memudahkan peserta didik ketika menggunakan buku teks tersebut.

Anda mungkin juga menyukai