Anda di halaman 1dari 18

KODE ETIK PROFESI AKUNTAN MENUJU ERA GLOBAL

Tugas Mata Kuliah


Etika Bisnis dan Profesi

Oleh :
Dina Ashida Faradisa Mansyur (170810301012)
Rina Novianti (170810301036)
Annisa Dhamayanti (170810301143)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara, hingga pergaulan hidup di
tingkat internasional diperlukan suatu sistem atau pedoman yang mengatur bagaimana
sebenarnya manusia harus berperilaku. Sistem pengaturan dalam berperilaku tersebut
menjadikan seseorang saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun,
tata krama, dan sebagainya. Maksud pedoman dalam berperilaku tidak lain untuk
menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar tidak merasa dirugikan serta
dalam melakukan perbuatan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak
bertentangan dengan hak-hak asasi pada umumnya. Hal itulah yang mendasari
tumbuh kembangnya kode etik di masyarakat.
Etika dalam perkembangannya sangat memengaruhi kehidupan manusia.
Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian
tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan
bertindak secara tepat dalam menjalani hidup. Perlu kita pahami bersama
bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan
demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi
kehidupan manusianya, salah satunya yaitu etika dalam berprofesi dalam hal ini
sebagai akuntan.
Seiring dengan meningkatnya perekonomian yang saat ini mengarah pada
globalisasi, maka kebutuhan akan laporan keuangan yang dapat
dipertanggungjawabkan pun semakin meningkat. Pengaruh globalisasi juga membawa
dampak negatif pada jasa audit, pelaku profesi auditor independen atau akuntan publik
dituntut untuk menunjukan profesionalismenya. Akuntan atau auditor harus dapat
memberikan jasa kualitas terbaik dengan bertanggung jawab dan menjaga
kepercayaan masyarakat.
            Dalam menghadapi tantangan di masa mendatang, para profesional
diharuskan memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam suatu profesi, selain itu
untuk menjalankan suatu profesi sangatlah penting adanya etika profesi. Di dalam
kode etik terdapat muatan-muatan etika, yang dalam bahasa Yunani terdiri dari dua
kata yaitu ethos yang berarti kebiasaan atau adat, dan ethikos yang berarti perasaan
batin atau kecenderungan batin yang mendorong manusia dalam bertingkah laku.
Etika profesi meliputi suatu standar dari sikap para anggota profesi yang dirancang
agar sedapat mungkin terlihat praktis dan realistis, namun tetap idealistis. Setiap
akuntan harus mematuhi etika profesi mereka agar tidak menyimpangi aturan dalam
menyelesaikan laporan keuangan kliennya.
Dengan mengetahui kode etik profesi akuntan di Indonesia, diharapkan semua
orang yang menyandang sebagai profesi yang bergerak di bidang akuntansi dapat
menjalankan profesinya dengan dilandasi kode etik yang sesuai, sehingga profesi di
bidang akuntansi dapat menghasilkan output yang dapat dipercaya oleh seluruh
pemangku kepentingan internal maupun eksternal, sekaligus kegiatan-kegiatan di
dalam perusahaan akan berlangsung dengan baik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TANTANGAN PROFESI AKUNTAN GLOBAL


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi sistem
informasi dan komunikasi, telah ikut mendorong perkembangan ekonomi menuju
penyatuan sistem ekonomi global. Penyatuan ekonomi global ini makin mendorong
tumbuhnya perusahaan- perusahaan multinasional yang beroperasi melampaui batas-
batas suatu negara. Kesatuan aktivitas perekonomian ini terlihat jelas pada aktivitas
bursa saham dan perdagangan valuta asing. Berbagai kesepakatan dan kerja sama
politik yang dicapai oleh para pemimpin negara-negara di dunia, antara lain perjanjian
ASEAN, APEC, Uni Eropa dan terakhir perjanjian WTO, makin mendorong kearah
penyatuan sistem ekonomi dunia.
Sayangnya, aktivitas bisnis perusahaan-perusahaan, khususnya perusahaan-
perusahaan multinasional yang telah bergerak di mancanegara, masih menyisakan
permasalahan dibidang profesi audit dan akuntansi, saat ini sedikitnya ada dua
persoalan di bidang audit dan akuntansi yang belum sepenuhnya dapat mendukung
kea rah kesatuan global yaitu :
a. Setiap negara masih mempunyai prinsip akuntansi dan standard audit sendiri-
sendiri, yang terkadang berbeda antara negara satu dengan negara lainnya.
Banyak negara yang mewajibkan agar setiap perusahaan yang beroperasi di
wilayahnya menyusun laporan keuangan sesuai dengan prinsip yang berlaku di
negara masing-masing.
b. Profesi akuntan dunia belum sepenuhnya serius dalam mengembangkan
standard perilaku etik profesi akuntansi.
Pada abad ke-20, dapat dikatakan ada tiga aliran akuntansi dan audit yang
dominan diterapkan oleh perusahaan atau organisasi, yaitu :
a. Sistem Anglo-Saxon yang dimotori oleh AS
b. Sistem Kontinental yang berlaku di Belanda, Jerman dan beberapa negara
eropa lainnya
c. Sistem yang berlaku di Inggris dan negara-negara persemakmuran
Perbedaan sistem dan prinsip akuntansi serta audit ini tentu saja sangat
menyulitkan perusahaan-perusahaan multinasional, perusahaan-perusahaan yang
telah beroperasi melampaui batas-bats wilayah negara untuk menyusun laporan
keuangan gabungan atau laporan keuangan konsolidasi sebagai satu kesatuan entitas.
Belum lagi, jika suatu entitas persahaan ingin go public di suatu negara, maka setiap
pengatur (regulator) di negara tersebut mengharuskan perusahaan untuk menyusun
laporan keuangan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku di negara pemgatur
tersebut.
Memasuki abad ke-21, profesi akuntan di dunia tercoreng oleh berbagai skandal di
bidang akuntansi dan audit yang sangat merusak citra profesi akuntan itu sendiri.
Bagai tersentak, pemerintah, badan pengatur profesi, dan organisasi profesi akuntan
mulai menyadari pentignya upaya penegakan dan pengembangan standard kode etik
profesi yang lebih ketat, disamping upaya untuk pengembangan, penegakan dan
pengawasan terhadap penerapan kode etik profesi akuntan kurang mendapat
perhatian yang serius.
Walaupun agak tertinggal, para akuntan dunia tidak tinggal diam dalam
menghadapi dua persoalan tersebut. Organisasi IAI sbagai wadah profesi akuntan
Indonesia telah merintis berbagai kerjasama dengan beberapa organisasi profesi
akuntan di negara-negara ASEAN dan Australia dalam upaya mempersempit jurang
perbedaan yang ada, baik yang menyangkut stndar teknis maupun standard perilaku.
Di tingkat dunia, mulai terbentuk badan atau lembaga seperti International Accounting
Standar Board (IASB) dan International Federation of Accountans (IFAC). Kedua
badan ini tidak saja peduli dengan upaya-upaya untuk melakukan harmonisasi prinsip
atau standard audit akuntansi di seluruh dunia, tetapi juga mulai mengembangkan
standard/kode etik profesi akuntan global dalam upaya mendukung aktivitas
perekonomian global. Kelambatan dan kesulitan dalam mengembangkan standard
teknis audit, akuntansi dank ode etik profesi akuntan global, antara kain disebabkan
oleh banyaknya pihak yang berkepntingan dan banyaknya badan/lembaga yang
merasa punya otoritas untuk mengembangkan, membina dan mengawasi profesi
kauntan itu sendiri. Pihak-pihak, badan, atau lembaga legislatif yang selama ini
berkaitan langsung dengan profesi akuntansi, antara lain :
a. Pemerintah dan lembaga legislatif melalui produk peraturan perundang-
undangan
b. Badan pengatur/otoritas pasar modal (Bapepam LK, BEI, SEC, dl)
c. Organisasi profesi akuntan di masing-masing negara (IAI,IAPI,AICPA, dll)
d. Badan/organisasi mandiri Internasional (IFAC dan IASB)
e. Para pemakai/pengguna laporan keuangan dan sebagainya
Meskipun mengalami banyak hambatan, diharapkan melalui kesadaran semua
pihak tentang pentingnya standar akuntansi, audit, dan kode etik bertaraf internasional,
serta melalui berbagai bentuk kerja sama untuk meningkatkan citra profesi akuntan
sedunia, dapat segera dihasilkan dan disepakati bersama prinsip dan standard audit,
akuntansi, dan kode etik profesi yang berlaku bersama di sleuruh dunia.
Sejalan dengan perkembangan ekonomi global dan dalam rangka mengantisipasi
keberadaan profesi akuntan bertafaf internasional, maka dalam waktu yang tidak terlau
lama lagi organisasi IAI telah sepakat untuk mengadopsi standard audit, akuntansi,
dan kode etik internasional yang dikeluarkan oleh IFAC.

2.2 KODE ETIK PROFESI AKUNTAN DI AS


Sebagaimana telah dikatakan oleh Duska (2005), sedikitnya ada enam manfaat
dari kode etik profesi yaitu :
1. Dapat memberikan motivasi melalui penggunaan tekanan dari rekan sejawat
(peer pressure) dengan memelihara seperangkat harapan perilaku yang diakui
umum yang harus dipertimbangkan dalam proses keputusan.
2. Dapat memberikan pedoman yang lebih stabil tentang benar atau salah
daripada mengandalkan kepribadian menusiawi atau keputusan yang selalu
bersifat ad hoc.
3. Dapat memberikan tuntunan, terutama dalam menghadapi situasi yang abu-
abu (ambiguous situations)
4. Kode etik tidak saja dapat menuntun perilaku karyawan (employees), namun
dapat juga mengawasi kekuasaan otokrasi atasan (employers)
5. Kode etik dapat merinci tanggungjawab sosial perusahaan itu sendiri
6. Kode etik sebenarnya untuk kepentingan bisnis itu sendiri, kalau bisnis tidak
mau mengawasi perilaku dirinya sendiri, maka pihak lain yang akan bertindak
mengawasinya.
Ada dua organisasi profesi yang berpengaruh di AS yang telah memberikan
kontribusi bagi penyusun kode etik profesi akuntan, yaitu American Institute of Certified
Public Accountans (AICPA) dan Institute of Management Accountans (IMA). Kode etik
AICPA lebih ditunjukan untuk para akuntan yang berpraktik pada kantor akuntan
publik, sedangkan kode etik IMA lebih ditujukan bagi para akuntan yang berprofesi
sebagai kauntan manajemen disuatu organisasi perusahaan.
2.3 KODE ETIK PROFESI AKUNTAN DI BEBERAPA NEGARA DI LUAR AS
Ada banyak kode etik profesi akuntan yang berlaku di banyak negara.
Beberapa kode etik yang berlaku di beberapa negara, seperti AS, Inggris, Jerman,
Kanada dan Australia tidak banyak berbeda. Berikut ini diberikan ringkasan kode etik
yang berlaku di negara Kanada yang juga dikutip dari buku yang ditulis oleh Brooks
(2007). Berikut ini adalah ringkasan kode etik tersebut :

Pedahuluan Meliputi filosofi yang melandasi Aturan yang mengikat


tanggungjawab seorang Chartered Accountans
Karakter seorang Delapan unsur, termasuk subordinasi kepentingan
profesional pribadi atas kepentingan publik
Prinsip-prinsip yang  Berasal dari kepercayaan publik atas kewajaran
mengatur perilaku anggota laporan keuangan dan nasihat yang kompeten atas
dan mahasiswa berbagai masalah bisnis.
 Memelihara reputasi, baik profesi maupun
kemampuannya untuk melayani kepentingan publik.
 Menjalanka Integritas, kehati-hatian, kompetensi
professional yang cukup, dan mematuhi berbagai
peraturan
 Tidak ada pengaruh, kepentingan, atau hubungan
yang dapat mencederai penilaian professional atau
objektivitas, atau kesan demikian dari pengamat
yang berakal sehat.
 Kewajiban untuk merahasiakan dan tidk
memanfaatkan informasi yang berkaitan dengan
urusan klien
 Pengembangan praktik berdasarkan keunggulan
professional, bukan atas dasar promosi pribadi.
 Menunjukkan rasa hormat dan pertimbangan dalam
berhubungan dengan rekan sejawat.
 Memperhatikan kewajiban fidusia dan kewajiban
professional yang diperlukan.
Prinsip-prinsip yang  Menciptakan, memelihaar serta mempertahankan
mengatur tanggung jawab kebijakan dan prosedur yang sesuai dengan
firma peraturan yang berlaku.
 Kegagalan dalam mematuhi peraturan akan
memicu sanksi untuk firma secara keseluruhan atau
untuk partner yang mengetahui dan yang
bertanggung jawab.
Karakter pribadi dan kode  Mengikuti prinsip-prinsip dan aturan Etika, perilaku
etik terhormat melampaui larangan-larangan tertulis.
Penerapan Aturan Etika  Untuk semua anggota yang berpraktik sebagai
akuntan publik, dan /dimana publik dan/ asosiasi
mengandalkan individu berdasarkan di ICAO.
 Kepada bukan anggota yang diawasi
oleh/bersekutu dengan anggota.
 Di dalam yuridiksi di luar Ontario, anggota harus
menghormati peraturan local, tetapi tidak
menjelekkan ICAO.
Interpretasi Aturan Etika  Aturan Etika harus diinterpretasikan sejalan dengan
persoalan yang dikemukakan pada Pendahuluan.
Aturan Etika Interpretasi /Isu yang diliputi :

Umum :
101 Kepatuhan terhadap  Bersifat “mandatory”, yang berlaku juga untuk
hukum dan peraturan mahasiswa
102 Tuduhan criminal /  Bisa berakibat dituntut karena melanggar kode
serangan peraturan perilaku profesioanal.
102.2. Melaporkan  Pemberitahuan secara tegas setiap ada
penghentian semestara penghentian sementara.
(suspensi) karena
pertimbangan disiplin
103 Tidak dikaitkan dengan  Pada surat, laporan pernyataan atau represntasi
salah saji atau dikaitkan dengan kandidat sebagai mahasiswa
/anggota
104 Harus secara tertulis
dalam melakukan
koresponden dengan
Institut
Standard-standar yang
Mempengaruhi
Kepentingan Publik :
201 Memelihara reputasi  Selamanya, baik anggota maupun mahasiswa
baik profesi dan  Pelanggaran diluar yurisdiksi Kanada dapat
kemampuan melayani menyeret ICAO.
publik  Dukungan terhadap persyaratan Jasa.
202 Integritas dan kehati-
hatian
203 Memelihara  Harus bekerjasama dengan petugas yang ditunjuk
kompetensi professional Institut dalam melaksanakan penyelidikan
203.2. Kerja sama dalam /Investigasi perilaku professional
penyelidikan dan
investigasi
204 Independensi dan  Mereka memberikan opini atas laporan keuangan
objektivitas /dalam penugasan tentang ancaman
ketidakmampuan harus bebas dari pengaruh,
kepentingan atau hubungan yang dapat mencederai
penilaian professional atau objektivitas/ ada kesan
seperti itu.
 Harus ada pengungkapan tertulis atas segala
sesuatu yang dianggap dari sudut pengamat
berakal sehat mencederai independensi dan
objektivitas.
205 Pernyataan palsu atau  Tidak dikaitkan meskipun bila berpendapat
menyesatkan disclaimer diberikan.
 Meliputi surat-menyurat, laporan, respresentasi,
pernyataan, laporan keuangan, baiklisan maupun
tertulis.
 Meliputi penghilangan, salah saji material, dan
ketidakpatuhan.
206 Kepatuhan dengan  Dengan prinsip akuntansi berterima umum dan
Standar Profesional standard auditing berterima umum yang diterapkan
oleh buku pedoman CICA.
207 Tidak ada imbalan  Dari klien atau atasan
yang tidak diotorisasi
208 Memelihara  Tidak ada pengungkapan kecuali seizing dan
kerahasiaan informasi sepengetahuan klien, atau kalau diwajibkan oleh
tentang urusan klien otoritas penegak hukum, pengadilan, atau Komite
Kode Etik Profesional.
 Tidak boleh menyalahgunakan untuk keuntungan
pribadi, keuntungan pihak ketiga atau merygikan
klien.
 Tanggung jawab untuk agen subkontraktor.
209 Konflik kepentingan  Bertanggung jawab untuk mencegah sebelum
menerima pengikatan tugas.
 Tidak boleh ada tugas yang mengandung konflik
kepentingan pribadi
210 Kewajiban melaporkan  Tentang aturan etika
pelanggaran anggota  Tentang setiap informasi yang menimbulkan
mahasiswa, pelamar atau keraguan menyangkut kompetensi, reputasi, atau
firma integritas
 Kecualai ada pengecualian atau akan melanggar
kewajiban status, dan sebagainya.
211 Menangani dana trust  Sesuai dengan peraturan trust
dan kekayaan lain  Pemisahan pencatatan
212 Tidak boleh ada  Asosiasi orang-orang, nama atau jasa-jasa
kegiatan yang melanggar
hukum
213 Penawaran fee  Hanya yang diminta oleh klien dan setelah
memperoleh informasi yang memadai tentang
penugasan
214 fee kontijen  Tidak diizinkan, kecuali untuk perikatan insolvency,
atau dalam kondisi yang sangat spesifik.
215 Tidak ada fee rujukan  Tidak diperbolehkan, kecuali dalam penjualan
atau kompensasi /pembelian spesifik praktik akuntansi.
216 Pembatasan  Advertensi tidak boleh bohong atau menyesatkan,
advertensi mengandung selera rendah.
 Tidak boleh memburu klien.
 Dukungan dimungkinkan dalam kondisi ketat.
217 Penahanan dokumen  Untuk periode waktu yang masuk akal
dan kertas kerja
Hubungan dengan anggota
atau firma sejawat dan
perikatan dengan non
anggota dalam akuntansi
publik
302 Penerimaan  Tidak dibolehkan tanpa menanyakan auditor
penugasan bila ada auditor sebelumnya.
penanggung jawab  Diperlukan respons dari auditor sebelumnya.
sebelumnya
303 Kerja sama dengan  Diperlukan jika ada permintaan tertulis.
penganti
304 Penugasan bersama  Melaksanakan kerja sama dan beberapa kewajiban.
 Harus menasehati akuntan lain tentang
kegiatannya.
305 Komunikasi penugasan  Harus berkomunikasi dengan auditor sebelumnya,
khusus dengan auditor kecuali klien telah membuat permintaan tertulis
sebelumnya sebelum perikatan dimulai.
306 Tanggung jawab dalam  Tidak boleh ada tindakan yang mencemarkan posisi
penugasan khusus akuntan lainnya.
 Tidak boleh ada jasa melebihi perjanjian rujukan
awal, kecuali ada kesepakatan.
Organisasi dan perilaku
seorang praktisi
professional
401 Nama kantor  Selera yang baik, disetujui oleh institusi, tidak
menyesatkan/ memuji diri.
404 Tanggung jawab yang  Akuntan publik harus menggunakan “Publik
membawa corak mode Accountans”
tertentu, operasi kantor  Kantor harus dibawah anggungjawab seorang yang
berlisensi akuntan publik umumnya.
 Kantor tidak boleh beroperasi paruh waktu
 Tidak bisa mengunakan “Chartered Accountans”
jika seorang no-CA mempunyai suatu kepentingan
kekayaan.
405 Asosiasi dengan firma-  Hanya jika paling sedikit satu pasrtener adalah
firma seorang Chartered Accountans
406 Tanggung jawab untuk  Akuntan publik bertanggung jawab atas kegagalan
non-anggota non-anggota dalam mematuhi Kode-Etik
407 Bisnis dan praktik  Kode etik diterapkan
terkait
408 Asosiasi dengan non-  Hanya jika memlihara reputasi profesi yang baik
anggota dalam praktik dan mematuhi kode etik
umum
409 Kantor perwakilan  Tidak dijalankan jika seorang anggota hanya
diwakili oleh seorang bukan anggota/firma dsb.
410 Praktik akuntan publik  Dilarang, kecuali dalam kondisi khusus-merujuk
berbentuk Perseroan pada kode etik terkini.
Aturan yang berlaku bagi
firma
501 Pendirian,  Harus memiliki yang dipandang perlu menurut
pemeliharaan Aturan Kode Etik
502 dan penegakan  Dan segala sesuatu yang diperlukan untuk
kebijakan dan prosedur mematuhi kompetensi dank ode perilaku anggota
firma
503 Asosiasi dengan firma  Hanya jika paling sedikit satu partner dari firma lain
adalah Chartered Accountant.

2.4 SARBANES-OXLEY ACT


Badai skandal keuangan yang mempertontonkan pelanggaran etika secara
nyata yang dilakukan oleh para eksekutif puncak perusahaan-perusahaan publik
multinasional yang berkantor pusat di AS yang juga melibatkan profesi akuntan publik
ternama, sempat menggoncang bursa saham dan perekonomian AS. Akibat berbagai
skandal ini, pemerintah dan lembaga legislatif AS segera mengeluarkan undang-
undang yang sangat terkenal dengan nama Sarbanes – Oxley Act (SOX).
Sarbanes Oxley Act 2002 ditujukan untuk memberikan kejelasan dan kepastian
tentang beberapa isu yang sering diperdebatkan:
a. Membentuk dewan pengawas independen (Public Company Accounting
Oversight Board) yang bertugas sepenuhnya untuk mengawasi pelaku pasar
modal. Dewan ini akan diawasi oleh SEC.
b. Menetapkan tanggung jawab baru terhadap komite audit dan pejabat
perusahaan.
c. Menetapkan beberapa aturan atau keharusan baru untuk pelaporan
perusahaan.
d. Mendefinisikan jasa non-audit yang dapat diberikan oleh kantor akuntan publik
kepada klien audit klien.
 Melarang kantor akuntan publik melakukan delapan jenis non jasa audit
kepada klien audit, (sebagai besar telah dieliminasi tahun-tahun
sebelumnya), termasuk : pembukaan, desain dan implementasi sistem
informasi keuangan, jasa penilai, serta jasa aktuaris. Outsourcing jasa
internal audit, fungsi manajemen atau sumber daya manusia, serta
broker – pialang. Penasihat investasi atau jasa investment banking, jasa
hukum, dan jasa profesional lainnya yang tidak berhubungan dengan
audit.
 Jasa non audit yang dilarang tersebut akan efektif berlaku pada tahun
2003.
 Mengizinkan pemberian jasa lainnya dengan persetujuan terlebih
dahulu dari komite audit (dewan berhak menetapkan jasa non audit
lainnya yang tidak dapat diberikan).
e. Memperberat hukuman atas kecurangan (fraud) yang dilakukan perusahaan.
f. Mengharuskan adanya peraturan yang mengatur benturan kepentingan.
g. Meningkatkan tanggung jawab dan anggaran SEC secara signifikan.

Sarbanes-Oxley Act memerlukan interpretasi melalui proses aturan SEC dan


Public Company Accounting.
Dampak Sarbanes-Oxley Act 2002
1. Terhadap Manajemen
a. Mengharuskan adanya sertifikasi CEO/CFO atas laporan berkala yang
disampaikan ke SEC.
b. Laporan Internal control
 Setiap laporan tahunan harus melampirkan laporan dari
manajemen mengenai penaksiran internal control.
 Auditor independen diharuskan untuk melakukan atestasi dan
melaporkan penaksiran manajemen
c. Pengungkapan baru yang diharuskan :
 Terhadap keharusan bagi direktur, pejabat perusahaan, dan
pihak yang memiliki saham perusahaan dengan jumlah
minumum 10% untuk menyampaikan perubahan ekuitas yang
dimiliki.
 Pelaporan performa tidak menyesatkan dan direkonsiliasi
dengan hasil GAAP.
 Pengungkapan tambahan untuk keuangan off-balance-sheet dan
kontijensi.
 Pengungkapan oleh perusahaan secara real time
d. Reformasi Corporate Governance:
 Penghapusan (forfeiture) bonus dan tertentu jika penyajian
kembali diharuskan akibat adanya pelanggaran yang
mengakibatkan ketidakpatuhan material terhadap keharusan
pelaporan keuangan sesuai dengan undang-undang pasar
modal.
 Surat pemberitahuan pajak perusahaan disarankan untuk
ditandatangani oleh CEO.
 Pembatasan pedagangan selama “pension fund blackout
periods”
e. Meningkatkan tinjauan atas penyimpanan (fillings) oleh SEC.
2. Terhadap Komite Audit.
a. Interaksi dengan auditor
Komite audit bertanggung jawab secara langsung mengenai penunjukan,
persetujuan terlebih dahulu, kompensasi, dan pengawasan akuntan publik,
termasuk penyelesaian perselisihan antara manajemen dan auditor
sehubungan dengan pelaporan keuangan.
b. Independensi dan keahlian komite audit ;
 Anggota komite audit independen (misalnya : tidak boleh menerima
konsultasi atau kompensasi dari perusahaan melebihi yang dibayarkan
kepada dewan direksi dan anggota komite, atau berafiliasi/ anak
perusahaan)
 Ahli keuangan – komite audit harus mengungkapkan apakah di dalam
komite audit terhadap sedikitnya satu anggota keuangan.
c. Keluhan dan saran. Komite audit diharuskan menyusun prosedur untuk :
 Menerima, menyimpan dan menindaklanjuti keluhan yang diterima oleh
perusahaan sehubungan dengan akuntansi, internal control, dan audit.
 Menerima kritik yang disampaikan secara rahasia dan tanpa nama oleh
karyawan perusahaan sehubungan dengan akuntansi dan audit yang
dipertanyakan.
d. Persetujuan terdahulu
 Semua jasa yang diberikan oleh auditor, baik audit atau non audit, harus
terdahulu memperoleh persetujuan. Persetujuan terdahulu atas semua
jasa non-audit harus diungkapkan oleh komite audit.
 Semua jasa nonaudit, kecuali yang dilarang dalam Sarbanes-Oxley Act,
dapat dilakukan oleh kantor akuntan publik dengan persetujuan
terdahulu dari komite audit.
3. Terhadap Akuntan Publik
a. Membentuk Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB) yang
bertujuan untuk mengawasi audit atas perusahaan publik dan melindungi
kepentingan investor.
b. Melarang jasa non-audit. Secara spesifik, hukum telah melarang KAP untuk
melakukan delapan jasa non-audit.
c. Perputaran patner. Pemimpin (lead) atau coordinating patner audit atau
concurring reviewer tidak dapat memberikan jasa audit kepada klien yang
sama selama lebih dari lima tahun berturut-turut.
d. Laporan kepada komite audit. Auditor diharuskan untuk melaporkan kepada
komite audit tentang semua kebijakan akuntansi yang berlaku, perlakuan
informasi keuangan, dan informasi penting lainya yang telah didiskusikan
dengan manajemen.
e. Penugasan auditor. Dibutuhkan satu tahun “cooling-off-period”
f. Studi tentang kewajiban perputaran kantor akuntan publik akan dilakukan
oleh General Accounting Office (GAO).

2.5 KODE ETIK PROFESI AKUNTAN: INTERNATIONAL FEDERATION OF


ACCOUNTANTS (IFAC)
Struktur dan Kerangka Dasar Kode Etik IFAC
Menurut Brooks (2007), ada empat pendekatan untuk memahami kode etik yang
ditetapkan oleh IFAC:
1. Memahami struktur kode etik.
2. Memahami kerangka dasar kode etik untuk melakukan penilaian yang bijak.
3. Proses menjamin independensi pikiran (independence in mind) dan
independensi penampilan (independence in appearance).
4. Pengamanan untuk mengurangi risiko situasi konflik kepentingan.

Struktur Kode Etik IFAC

Struktur Kode Kewajiban kepada masyarakat pelayanan kepentingan publik


Etik IFAC
Objektif: memenuhi harapan profesionalisme, kinerja, dan
kepentingan publik

Kebutuhan dasar: kredibilitas, profesionalisme, jasa kualitas


tertinggi, kerahasiaan
Prinsip-prinsip fundamental: integritas, objektivitas, kompetensi
profesional dan kehati-hatian,perilaku profesional,dan standar teknis

Kerangka Dasar Kode Etik IFAC

1. Melindungi Kepentingan Publik


2. Jasa Profesional Kepada Klien

Penilaian

Integritas Objektivitas Skeptime


Profesional

Independensi Pikiran dan Penampilan

Kerangka dasar Kode Etik IFAC sebagaimana dilukiskan pada gambar di atas dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Ciri yang membedakan profesi akuntan yaitu kesadaran bahwa kewajiban
akuntan adalah untuk melayani kepentingan publik.
2. Pengertian “publik” bagi akuntan terdiri atas klien, manajemen (atasan),
kreditur, investor, pemerintah, karyawan, masyarakat bisnis dan keuangan,
media massa, para pemerhati bisnis dan ekonomi, para aktivis, dan
sebagainya.
3. Tujuan (objective) dari profesi akuntan adalah memenuhi harapan
profesionalisme, kinerja, dan kepentingan publik.
4. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan empat kebutuhan dasar, yaitu
kredibilitas, profesionalisme, kualitas jasa tertinggi, dan kerahasiaan.
5. Keseluruhan hal tersebut hanya dapat dicapai bila profesi akuntan dilandasi
oleh prinsip-prinsip perilaku fundamental, yaitu: integritas, objektivitas,
kompetensi professional dan kehati-hatian, kerahasiaan, perilaku profesional,
dan standar teknis.
6. Namun, prinsip-prinsip fundamental pada butir lima hanya dapat diterapkan jika
akuntan mempunyai sikap independen, baik independen dalam pikiran maupun
dalam penampilan.
Prinsip-prinsip Fundamental Etika
a. Integritas (integrity). Seorang akuntan professional harus bertindak tegas dan
jujur dalam semua hubungan bisnis dan profesionalnya.
b. Objektivitas (objectivity). Seorang akuntan profesional seharusnya tidak boleh
membiarkan terjadinya bias, konflik kepentingan, atau di bawah pengaruh
orang lain sehingga mengesampingkan pertimbangan bisnis dan profesional.
c. Kompetensi profesional dan kehati-hatian. Seorang akuntan profesional
mempunyai kewajiban untuk memelihara pengetahuan dan keterampilan
profesional secara berkelanjutan pada tingkat yang diperlukan untuk menjamin
seorang klien atau atasan menerima jasa profesional yang kompeten yang
didasarkan atas perkembangan praktik, legislasi, dan teknik terkini.
d. Kerahasiaan (confidentiality). Seorang akuntan profesional harus menghormati
kerahasiaan informasi yang diperolehnya sebagai hasil dari hubungan
profesional dan bisnis serta tidak boleh mengungkapkan informasi apapun
kepada pihak ketiga tanpa izin yang benar dan spesifik, kecuali terdapat
kewajiban hukum atau terdapat hak profesional untuk mengungkapkannya.
e. Perilaku profesional. Seorang akuntan profesional harus patuh pada hukum
dan perundang-undangan yang relevan dan harus menghindari tindakan yang
dapat mendiskreditkan profesi.
Independensi
 Independensi dalam pikiran, adalah suatu keadaan pikiran yang memungkinkan
pengungkapan suatu kesimpulan tanpa terkena pengaruh yang dapat
mengompromikan penilaian profesional, memungkinkan seorang individu
bertindak berdasarkan integritas, serta menerapkan objektivitas dan skeptisme
profesional.
 Independensi dalam penampilan, adalah penghindaran fakta dan kondisi yang
sedemikian signifikan sehingga pihak ketiga yang paham dan berpikir rasional,
dengan memiliki pengetahuan akan semua informasi yang relevan, termasuk
pencegahan yang diterapkan, akan tetap dapat menarik kesimpulan bahwa
skeptisme profesional, objektivitas, dan integritas angota firma atau tim
penjaminan telah dikompromikan.
Ancaman Independensi Akuntan Publik
a. Kepentingan diri (self-interest)
Kepentingan diri adalah wujud sifat yang lebih mengutamakan kepentingan
pribadi atau keluarga dibandingkan dengan kepentingan publik yang lebih luas.
Contoh ancaman kepentingan diri untuk akuntan publik, antara lain:
 Kepentingan keuangan dalam perusahaan klien, atau kepentingan
keuangan bersama pada suatu perusahaan klien.
 Ketergantungan yang tidak wajar pada total fee dari suatu klien.
 Memiliki hubungan bisnis yang erat dengan klien.
 Kekhawatiran berlebihan bila kehilangan suatu klien.
 Potensi akan dipekerjakan oleh suatu klien.
b. Review diri (self-review)
Ancaman ini timbul jika pertimbangan sebelumnya dievaluasi ulang oleh
akuntan profesional yang sama dan yang telah melakukan penilaian
sebelumnya tersebut. Contoh ancaman Review Diri untuk akuntan publik antara
lain:
 Temuan kesalahan material saat dilakukan evaluasi ulang.
 Pelaporan operasi sistem keuangan setelah terlibat dalam perancangan
dan implementasi sistem tersebut.
 Terlibat dalam pemberian jasa pencatatan akuntansi sebelum perikatan
penjaminan.
 Menjadi anggota tim penjaminan setelah baru saja menjadi karyawan
pejabat di perusahaan klien yang memiliki pengaruh langsung berkaitan
dengan perikatan penjaminan tersebut.
 Memberikan jasa kepada klien yang berpengaruh langsung pada materi
perikatan penjaminan tersebut.
c. Advokasi (advocacy)
Ancaman advokasi dapat timbul bila akuntan profesional mendukung suatu
posisi atau pendapat sampai titi di mana objektivitas dapat dikompromikan.
Contoh ancaman advokasi untuk akuntan publik, yaitu:
 Memmpromosikan saham perusahaan publik dari klien, di mana
perusahaan tersebut merupakan klien audit.
 Bertindak sebagai pengacara (penasihat hokum) untuk klien penjaminan
dalam suatu litigasi atau perkara perselisihan dengan pihak ketiga.
d. Kekerabatan (familiarity)
Ancaman kekerabatan timbul dari kedekatan hubungan sehingga akuntan
profesional menjadi terlalu bersimpati terhadap kepentingan orang lain yang
mempunyai hubungan dekat dengan akuntan tersebut. contoh ancaman
kekerabatan untuk akuntan publik, yaitu:
 Anggota tim mempunyai hubungan keluarga dekat dengan seorang
direktur atau pejabat perusahaan klien.
 Anggota tim mepunyai hubungan keluarga dekat dengan seoran
karyawan klien yang memiliki jabatan yang berpengaruh langsung dan
signifikan terhadap pokok dari penugasan.
 Mantan rekan (partner) dari kantor akuntan yang menjadi direktur atau
pejabat klien atau karyawan pada posisi yang berpengaruh atas pokok
suatu penugasan.
 Meneriman hadiah atau perlakuan istimewa dari klien, kecuali nilainya
tidak signifikan.
e. Intimidasi (intimidation)
Ancaman intimidasi dapat timbul kika akuntan professional dihalangi untuk
bertindak objektif, baik secara nyata maupun dipersepsikan. Contoh ancaman
intimidasi y=untuk akuntan publik, antara lain:
 Diancam dipecat atau diganti hubungannya dengan penugasan pada
klien.
 Diancam dengan tuntutan hokum.
 Ditekan secara tidak wajar untuk mengurangi ruang lingkup pekerjaan
dengan maksud untuk mengurangi fee.
Pengamanan terhadap Ancaman
Ada dua kategori pokok pengamanan terhadap Ancaman Independensi, yaitu :
a. Pengamanan melalui profesi , legislasi atau regulasi.
b. Pengamanan lingkungan kerja

Berikut ini merupakan hal-hal yang termasuk dalam pengamanan melalui profesi,
legislasi, dan regulasi, namun tidak terbatas pada :
 Persyaratan pendidikan, pelatihan, dan pengalaman kerja.
 Persyaratan pengembangan profesi berkelanjutan.
 Peraturan tata kelola korporasi
 Standar-standar profesional
 Prosedur pemantauan dan pendisiplinan profesi atau peraturan
 Review eksternal oleh pihak ketiga yang berwewenang atas laporan,
pemberitahuan, komunikasi, dan informasi yang dihasilkan oleh akuntan
profesional.

Pengamanan lingkungan di tempat kerja bisa sangat bervariasi dan sangat luas,
bergantung pada keadaan di tempat kerja tersebut. Beberapa contoh pengamanan
untuk akuntan publik, antara lain, namun tidak terbatas pada :
a. Pengamanan di kantor firma dalam arti luas :
 Dukungan kepemimpinan (pemimpin yang taat pada prinsip dan selalu
mengedepankan kepentingan umum)
 Sistem dan prosedur kendali mutu.
 Dokumentasi kebijakan yang berhubungan dengan ancaman.
 Dokumentasi kebijakan independensi
 Dokumentasi kebijakan tentang prinsip-prinsip etika.
 Penggunaan rekan dan tim terpisah untuk penugasan penjaminan dan
nonpenjaminan.
 Memberitahu semua rekan dan staf tentang klien – klien penjaminan di
mana diperlukan independensi
 Komunikasi tepat waktu kepada semua rekan dan staf tentang berbagai
kebijakan dan prosedur, termasuk perubahannya.
 Kebijakan dan prosedur pemantauan, dan jika diperlukan mengelola
ketergantungan pendapatan dari satu klien tertentu.
 Penunjukan anggota senior untuk mengawasi keefektifan berjalannya
sistem kendali mutu.
 Mekanisme disiplin untuk mendukung kepatuhan terhadap kebijakan
dan prosedur.
 Memublikasikan berbagai kebijakan dan prosedur untuk mendorong
komunikasi anatar staf dengan staf senior tentang isu-isu yang
berkaitan dengan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip etika.
b. Pengamanan perikatan khusus di lingkungan kerja :
Melibatkan tambahan seorang akuntan profesional untuk meninjau
pekerjaan yang dilakukan atau memberi nasihat yang diperlukan.
 Konsultasi dengan pihak ketiga yang independen, seperti komite
direktur independen, badan pengatur atau akuntan profesional lain.
 Diskusikan masalah etika dengan pejabat klien yang berwenang tentang
masalah tata kelola
 Mengungkapkan kepada pejabat klien yang bertanggung jawab atas
tata kelola tentang sifat jasa dan fee yang dikenakan.
 Melibatkan firma lain untuk melaksanakan atau melaksanakan kembali
bagian dari penugasan.
 Rotasi staf senior dari tim penugasan penjaminan.
c. Pengamanan di dalam sistem dan prosedur klien :
 Penunjukan firma diratifikasi oleh pihak selain manajemen.
 Klien memiliki karyawan yang kompeten
 Klien memiliki prosedur internal untuk menjamin objektivitas penugasan
nonpenjaminan
 Klien memiliki tata kelola korporasi yang dapat memberikan
pengawasan dan komunikasi yang memadai terkait dengan jasa-jasa
firma.

Pengamanan ancaman di tempat kerja untuk akuntan bisnis, antara lain,


namun tidak terbatas pada:
 Penerapan struktur pengawasan korporasi (corporate oversight or
oversight structure)
 Pedoman kode etik perilaku organisasi.
 Pedoman perekrutan yang menekankan pentingnya merekrut tenaga
dengan kompetensi tinggi.
 Pengendalian internal yang kuat.
 Proses pendisiplinan yang memadai.
 Kepemimpinan yang berbasis etika.
 Kebijakan dan prosedur pelaksanaan dan pemantauan kinerja
karyawan.
 Komunikasi tepat waktu tentang berbagai kebijakan dan prosedur
termasuk perubahannya ke seluruh karyawan disertai pelatihan dan
pendidikan yang memadai tentang kebijakan dan prosedur yang ada.

2.6 PROFESI AKUNTAN INDONESIA DAN IFAC


Saat ini profesi akuntan di Indonesia, baik akuntan publik maupun akuntan
manajemen, mengikuti standar kompetensi yang berlaku di AS. Namun dengan
kecenderungan terjadinya penyatuan sistem perekonomian dunia, mau tidak mau
seluruh profesi akuntan di dunia juga harus mendukung ke arah penyatuan sistem
ekonomi global tersebut. Saat ini, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya,
kecenderungan timbulnya kesatuan sistem ekonomi global ini belum diikuti oleh
keseragaman atau keharmonisan penerapan standar-standar teknis akuntansi,
auditing, dan kode etik profesi akuntan di seluruh dunia.
Menyadari hal tersebut, para pengurus dan anggota IAI telah berkali-kali
mengadakan diskusi dan pembicaraan sekitar kesiapan IAI untuk mengadopsi standar
-standar teknis dan kode etik internasional dengan memanfaatkan berbagai forum,
seperti kongres, seminar, lokakarya, pelatihan, dan sejenisnya. Kabar terakhir,
pengurus IAI bertekad untuk sesegera mungkin agar profesi akuntan Indonesia
mengadopsi standar teknis dan perilaku yang dikeluarkan oleh International Federation
of Accountants (IFAC).

BAB III
KESIMPULAN
Dari penjelasan materi yang sudah dibahas, dapat disimpulkan sebagai berikut.
Seorang akuntan harus memegang teguh pada prinsip akuntan yang profesional
karena jika dilanggarnya prinsip tersebut, maka seorang akuntan tidak bisa disebut
tenaga ahli yang profesional, karena mempermainkan keadilan dan kejujuran. Sejalan
dengan perkembangan ekonomi global dan dalam rangka mengantisipasi keberadaan
profesi akuntan bertaraf internasional, maka dalam waktu yang tidak begitu lama,
organisasi IAI telah sepakat untuk mengadopsi standar audit, akuntansi, dan kode etik
internasional yang dikeluarkan oleh IFAC. Kerangka dasar kode etik IFAC, diantaranya
yaitu sebagai berikut: melayani kepentingan publik, memenuhi harapan
profesionalisme, kinerja, dan kepentingan publik. Selain itu juga diperlukan empat
kebutuhan dasar, yaitu: kredibilitas, profesionalisme, kualitas jasa tertinggi, dan
kerahasiaan.
Selain itu, seorang akuntan juga harus bertanggung jawab akan laporan yang
dibuat. Integritas yang tinggi harus dijunjung karena dengan adanya prinsip tersebut
seorang akuntan tidak mudah diajak bekerjasama untuk merugikan masyarakat dan
hanya mementingkan keperluan perusahaan karena hal tersebut menyangkut nama
baiknya. Prinsip objektivitas perlu diberlakukan oleh seorang akuntan dalam
menjunjung tinggi keadilan secara intelektual, jujur, dan tidak memihak serta harus
fokus dengan apa yang ia kerjakan sebagai kewajibannya yang harus dipertanggung
jawabkan.

REFERENSI
Agoes, Sukrisno dan Cenik Ardana. 2009. Etika Bisnis dan Profesi. Edisi Revisi.
Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai