Anda di halaman 1dari 14

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM

PELAYANAN PUBLIK DASAR BIDANG SOSIAL DI KOTA MAKASSAR

Ilham Arief Sirajuddin


Alumni Ilmu Administrasi Publik PPs UNM

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengimplementasian Peraturan Daerah


No. 8 Tahun 2009 di Kota Makassar tentang pelayanan pemakaman dan pengabuan
mayat, untuk menganalisis kualitas implementasi pelayanan publik dasar bidang sosial di
Kota Makassar, untuk mengkaji kepuasan masyarakat pengguna pelayanan publik dasar
bidang sosial di Kota Makassar, serta untuk mengetahui pengaruh kualitas implementasi
pelayanan publik dasar bidang sosial secara parsial dan bersama-sama terhadap tingkat
kepuasan masyarakat pengguna di Kota Makassar.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dipilih tipe penelitian gabungan antara metode
penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk
menjawab permasalahan yang terkait dengan pengimplementasian Perda No. 8 Tahun
2009 di Kota Makassar melalui pendekatan sumber (Institutional Research). Sementara
itu metode kuantitatif digunakan untuk menjawab permasalahan yang terkait dengan
kualitas dan kepuasan masyarakat serta pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan
masyarakat pengguna pelayanan publik dasar bidang sosial dalam wilayah Kota Makassar
melalui pendekatan khalayak (Audience Research).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengimplementasian Perda No. 8 Tahun
2009 di Kota Makassar telah berjalan sesuai dengan model pengimplementasian
kebijakan publik, terkhusus apabila dikaitkan dengan prinsip “empat tepat” yaitu (1) tepat
menjawab permasalahan, (2) tepat pelaksanaan, (3) tepat sasaran, dan (4) tepat
lingkungan. Hasil lainnya menunjukkan bahwa tingkat kualitas implementasi pelayanan
publik dasar bidang sosial di Kota Makassar yang diukur dari perspektif pengguna
layanan yaitu masyarakat Kota Makassar berturut-turut didominasi oleh responden yang
menyatakan berkualitas, sangat berkualitas dan tidak berkualitas. Begitu pula kepuasan
masyarakat pengguna terhadap pelayanan publik dasar bidang sosial di Kota Makassar
berturut-turut didominasi oleh responden yang menyatakan puas, disusul responden yang
menyatakan sangat puas, dan responden menyatakan tidak puas.
Hasil analisis pengaruh kualitas implementasi pelayanan publik dasar bidang sosial
secara parsial menunjukkan adanya pengaruh positif terhadap tingkat kepuasan
masyarakat, namun apabila dianalisis secara bersama-sama menunjukkan bahwa dari 5
indikator yang dianalisis dua diantaranya memiliki pengaruh utama, yaitu keandalaan dan
empati, sedangkan 3 indikator lainnya, yaitu bukti fisik, daya tanggap dan kemampuan
pelayan merupakan faktor pendukung kualitas pelayanan terhadap tingkat kepuasan
masyarakat.

Kata Kunci: Implementasi Kebijakan, Pelayanan Publik Dasar Bidang Sosial


Ilham Arif Sirajuddin/ Jurnal Administrasi Publik, Volume 4 No. 1 Thn. 2014 2

PENDAHULUAN masih harus mengeluarkan biaya Rp.


200.000.000,- sampai dengan Rp.
Kasus yang pernah terjadi di 300.000.000,- setiap tahun untuk
Makassar dimana salah satu keluarga membiayai pengurusan, pemakaman dan
terpaksa harus menunda penguburan pengabuan mayat warga masyarakat yang
keluarganya yang meninggal dunia, oleh meninggal dunia tanpa identitas atau tidak
karena tidak memiliki kemampuan untuk ada keluarga mengakui/mengambil di
mempersiapkan segala hal yang terkait rumah sakit atau kantor kepolisian
dengan pengadaan atau pembelian (Walikota Makassar, 2012)
perlengkapan mayat, termasuk biaya sewa Secara khusus, langkah yang
mobil ambulace dari rumah duka ke tempat dilakukan oleh pemerintah Kota Makassar
pemakaman (Walikota Makassar, 2006), sejalan dengan semangat dan perjalanan
membuat pemerintah Kota Makassar otonomi daerah sebagaimana kata
menetapkan Peraturan Daerah No. 8 Tahun sambutan Gamawan Fausi selaku Menteri
2009 tentang Pelayanan Pemakaman dan Dalam Negeri Republik Indonesia dalam
Pengabuan Mayat di Kota Makassar. buku Indikator Keberhasilan Ilham Arief
Pelayanan pemakaman dan pengabuan Sirajuddin dalam Fakta dan Data (2011),
yang dimaksud sebagaimana tertuang yang menyatakan: “Otonomi daerah telah
dalam Perda tersebut, meliputi: (1) memberikan solusi untuk mendorong
pengangkutan jenazah, (2) kemajuan pembangunan daerah di mana
pemakaman/pengabuan, (3) penggalian daerah diberikan kesempatan yang luas
makam, dan (4) pemindahan mayat, serta untuk mengembangkan kreativitas dan
(5) pemugaran makam. Melengkapi inovasinya”. Gamawan Fauzi selanjutnya
sekaligus mendukung program bebas menyatakan bahwa setidaknya terdapat
pelayanan pemakaman dan pengabuan tiga hal prinsip yang berubah secara drastis
mayat, pemerintah Kota Makassar sejak diberlakukannya kebijakan
memberikan bantuan terbatas berupa desentralisasi dan otonomi daerah pasca
perlengkapan mayat berupa kain kafan, 1999, yaitu:
kapas, sabun mandi, dan lain-lain untuk 1. Otonomi daerah secara nyata telah
keluarga kurang mampu (miskin) melalui mendorong demokratisasi yang
program Dinas Sosial. semakin mendalam di tengah-tengah
Terkait dengan pengimplementasian masyarakat,
Perda No. 8 tersebut, kebijakan ini telah 2. Otonomi daerah telah menumbuh
dinikmati oleh 11.415 keluarga sejak kembangkan iklim kebebasan
diluncurkannya pada tahun 2009. Dengan berkumpul, berserikat serta
demikian, pengimplementasian kebijakan mengemukakan pikiran secara terbuka
dapat disebut sebagai satu terobosan besar bagi seluruh masyarakat,
sekaligus merupakan komitmen nyata 3. Dengan desentralisasi yang telah
pemerintah Kota Makassar dalam berjalan selama ini, maka berbagai
menjalankan prinsip good governance kebijakan yang menyangkut
melalui keputusannya untuk mengambil kepentingan masyarakat tidak lagi harus
alih beban pribadi masyarakat menjadi melalui proses panjang dan berbelit-
tanggungjawab atau beban pemerintah belit, namun menjadi sangat efisien dan
melalui APBD. Beban biaya yang harus responsif.
ditanggung oleh pemerintah Kota sampai
dengan tahun 2011 adalah sebesar Rp. Sejalan dengan
1.800.000.000,- (Indikator Keberhasilan pengimplementasiannya, kebijakan melalui
Ilham Arief Sirajuddin, 2011) Peraturan Daerah ini membutuhkan
Selain pembiayaan di atas, penyempurnaan-penyempurnaan. Oleh
pemerintah Kota Makassar secara khusus karena itu diperlukan penelitian dalam
rangka untuk mengetahui permasalahan
Ilham Arif Sirajuddin/ Jurnal Administrasi Publik, Volume 4 No. 1 Thn. 2014 3

yang menyertainya sebagai upaya untuk KAJIAN PUSTAKA


mendapatkan jalan keluar dari
permasalahan sebagai langkah A. Kebijakan Publik
penyempurnaan. Selain itu, implementasi
kebijakan ini membutuhkan sejumlah Apakah kebijakan publik itu?
informasi dari masyarakat yang telah Berdasarkan beberapa pendefinisian oleh
mendapatkan pelayanan sebagaimana yang para ahli, dapat dirumuskan bahwa: (1)
diatur dalam Perda No. 8 Tahun 2009 kebijakan publik adalah kebijakan yang
selanjutnya akan digunakan sebagai tolok dibuat oleh administratur negara atau
ukur dalam peningkatan kualitas pelayanan administratur publik, dengan demikian
yang pada akhirnya dapat memuaskan kebijakan publik adalah segala sesuatu
masyarakat penggunanya sebagaimana yang dikerjakan dan tidak dikerjakan oleh
tujuan pengimplementasian suatu pemerintah, (2) kebijakan publik adalah
kebijakan. kebijakan yang mengatur kehidupan
Penelitian ini bertujuan untuk; 1) bersama atau kehidupan publik, bukan
mengetahui pengimplementasian Perda No. 8 kehidupan orang per orang atau golongan.
Tahun 2009 di Kota Makassar, 2) menganalisis Kebijakan publik mengatur semua domain
kualitas implementasi pelayanan publik dasar
bidang sosial di Kota Makassar, 3) mengkaji
lembaga administratur publik, dan (3)
kepuasan masyarakat pengguna pelayanan dikatakan atau disebut sebagai kebijakan
publik dasar bidang sosial di Kota Makassar, publik jika manfaat yang diperoleh
dan 4) mengkaji pengaruh kualitas masyarakat yang bukan pengguna
implementasi pelayanan publik dasar bidang langsung dari produk yang dihasilkan jauh
sosial secara parsial dan bersama-sama lebih banyak atau lebih besar dari
terhadap tingkat kepuasan masyarakat pengguna langsungnya.
pengguna di Kota Makassar. Selain rumusan di atas, dapat pula
Untuk mencapai tujuan tersebut, disimpulkan bahwa kajian kebijakan
penelitian ini merujuk pada pendapat publik merupakan studi yang kompleks,
Edward III (1980) dalam “implementing
public policy” menyatakan terdapat empat karena pelaksanaan suatu kebijakan publik
faktor atau variabel yang berpengaruh harus melalui sejumlah tahapan, yaitu: (1)
terhadap implementasi kebijakan publik pengindentifikasian dan merumuskan
yaitu: (1) komunikasi (communications), masalah publik, (2) perumusan dan
(2) sumber daya (resources), (3) sikap pengagendaan suatu kebijakan, (3)
(dispositions atau attitudes), dan (4) penganalisaan suatu kebijakan, (4)
struktur birokrasi (bureucratic structure). pembuatan keputusan terhadap suatu
Sementara itu, untuk mengkaji dan kebijakan, (5) pengimplemen-tasian dan
menganalisis kualitas dan kepuasan pemonitoringan suatu kebijakan, (6)
masyarakat pengguna penelitian ini
merujuk kepada pendapat Kotler (2004), pengevaluasian suatu kebijakan, apakah
Gaspersz (2004) dan Zeithami dkk (1990), telah mencapai hasil sebagaimana
serta pendapat lainnya disimpulkan disainya, serta (7) pengkajian dampak dan
sementara bahwa kualitas pelayanan sangat efektitivitas pelaksanaan suatu kebijakan.
terkait dengan : (1) bukti fisik, (2) daya
tanggap, (3) keandalan, (4) kemampuan, B. Formulasi Kebijakan Publik
serta (5) empati akan berpengaruh pada
kepuasan masyarakat pengguna pelayanan Salah satu hal yang terpenting dalam
publik dasar sosial di kota Makassar. rangka pengimplementasian suatu
kebijakan adalah perumusan kebijakan
publik. Untuk itu, perumusan kebijakan
publik sering disebut sebagai inti dari
kebijakan publik itu sendiri. Pendapat ini
didasarkan pada pernyataan bahwa setiap
Ilham Arif Sirajuddin/ Jurnal Administrasi Publik, Volume 4 No. 1 Thn. 2014 4

kebijakan publik ditujukan untuk Pendekatan kontijensi atau


melakukan intervensi terhadap kehidupan situasional dalam implementasi kebijakan
publik dalam rangka peningkatan yang mengemukakan bahwa implementasi
kehidupan publik itu sendiri. kebijakan banyak didukung oleh
Dye (1995) merumuskan beberapa adaptabilitas implementasi kebijakan
model dalam memformulasi kebijakan tersebut. Mengimplementasikan suatu
publik, yaitu: (1) model kelembagaan kebijakan publik dapat dilakukan dua
(institutional, (2) model proses (process), pilihan, yaitu langsung mengimple-
(3) model kelompok (group), (4) Model mentasikan dalam bentuk program-
elit (elite), (5) model rasional (rational). program dan diimplementasikan melalui
(6) Keenam, model inkremental formulasi kebijakan derivat atau turunan
(incremental). (7) model teori permainan dari suatu kebijakan publik.
(game theory), (8) model pilihan publik Sementara itu, beberapa ahli
(public choise), (9) model sistem (system). memperkenalkan model implementasi
Selaian sembilan model di atas, terdapat kebijakan publik, yaitu : (1) Model
tiga model lain, yaitu: (1) model diperkenalkan Donald Van Meter dengan
pengamatan terpadu (Etzioni, 1976), (2) Carl Van Horn (1975), (2) Model yang
model demokratis, dan (3) model strategis diperkenalkan Daniel Mazmanian dan Paul
(Bryson, 2002). A. Sabatier (1983). (3) Model Brian W
Hoogwood dan Lewis A. Gun (1978). (4)
C. Implementasi Kebijakan Publik model Grindle (1980). (5) model yang
disusun oleh Elmore (1979), Michael
Implementasi kebijakan itu pada Lipsky (1971), dan Benny Hjern dan
prinsipnya adalah cara atau langkah yang David O’porter (1981). (6) Model George
dilakukan agar sebuah kebijakan dapat C Edward III (1980).
mencapai tujuannya, oleh Mazmanian dan Setelah memahami enam model
Sabatier (1983) disebut sebagai upaya implementasi kebijakan di atas, pertanyaan
melaksanakan keputusan. Peter deLeon yang menyertainya adalah model mana
dan Linda deLeon (2001) menyatakan yang terbaik untuk digunakan?. Diakui
bahwa pendekatan-pendekatan dalam Nogroho (2003) tidak ada model yang
implementasi kebijakan publik dapat terbaik. Melainkan setiap jenis kebijakan
dikelompok menjadi tiga generasi. yaitu: publik memerlukan model implementasi
(1) pada tahun 1970-an, memahami kebijakan yang berlainan. Dengan
implementasi kebijakan sebagai masalah- demikian, untuk memilih model yang
masalah yang terjadi antara kebijakan dan terbaik seharusnya mempertimbangkan
eksekusinya. Pada generasi ini, prinsip ”empat tepat”. Tepat pertama,
implementasi kebijakan berimpitan dengan menyangkut jawaban terhadap pertanyaan
studi pengambilan keputusan di sektor berikut: 1) apakah kebijakannya sendiri
publik. (2) pada tahun 1980-an, adalah sudah tepat. Ketepatan ini dapat dinilai
generasi yang mengembangkan dari sejauhmana kebijakan yang ada telah
pendekatan implementasi kebijakan yang bermuatan hal-hal yang memang
bersifat “dari atas ke bawah”. Perspektif memecahkan masalah yang hendak
ini lebih fokus pada tugas birokrasi untuk dicapai, 2) apakah kebijakan tersebut
melaksanakan kebijakan yang telah sudah dirumuskan sesuai dengan karakter
diputuskan secara politik, (3) pada tahun masalah yang hendak dipecahkan, 3)
1990-an memperkenalkan pemikiran apakah kebijakan dibuat oleh lembaga
bahwa variabel perilaku dari aktor yang mempunyai kewenangan (misi
pelaksana implementasi kebijakan yang kelembagaan) yang sesuai dengan karakter
lebih menentukan keberhasilan kebijakannya.
implementasi kebijakan.
Ilham Arif Sirajuddin/ Jurnal Administrasi Publik, Volume 4 No. 1 Thn. 2014 5

Tepat kedua, adalah tepat criticism) dengan indikator utama standar yang
pelaksanaannya. Ada tiga lembaga yang semakin baik dan kesadaran yang semakin
dapat menjadi pelaksana, yaitu pemerintah, meningkat,(6) model review professional
kerjasama antara pemerintah- dengan indikator utama adalah penerimaan
profesional, (7) model kuasi-legal (quasi-legal)
masyarakat/swasta, atau implementasi
dengan indikator utama adalah resolusi, serta
kebijakan yang diswastakan (privatization (8) model studi kasus dengan indikator utama
atau contracting out). Tepat ketiga, adalah adalah pemahaman atas diversitas.
tepat target. Ketepatan target ini berkenaan Sementara itu, James Anderson
dengan 3 hal, yaitu: 1) apakah target yang (Winarno, 2002) membagi evaluasi
diintervensi sesuai dengan yang implementasi kebijakan publik menjadi tiga,
direncanakan, apakah tidak ada tumpang yaitu: (1) evaluasi kebijakan publik yang
tindih dengan intervensi lain, atau tidak dipahami sebagai kegiatan fungsional, (2)
bertentangan dengan intervensi kebijakan evaluasi yang memfokuskan pada bekerjanya
lain, 2) apakah targetnya dalam kondisi kebijakan, serta (3) evaluasi kebijakan
sistematis yang melihat secara objektif
siap untuk diintervensi, ataukah tidak, dan
program-program kebijakan yang ditujukan
3) apakah intervensi implementasi untuk mengukur dampaknya bagi masyarakat
kebijakan bersifat baru atau dan sejauh mana tujuan-tujuan yang ada telah
memperbaharui implementasi kebijakan dinyatakan dicapai.
sebelumnya.
Tepat keempat, adalah tepat E. Pelayanan Publik
lingkungan. Ada dua lingkungan yang
paling menentukan, yaitu lingkungan Secara umum, pelayanan publik
kebijakan dan lingkungan eksternal. dapat disebut sebagai proses pemenuhan
kebutuhan hidup manusia secara langsung
D. Evaluasi Kebijakan Publik maupun tidak langsung melalui aktivitas
orang lain merupakan konsep yang
Evaluasi kebijakan publik merupakan senantiasa aktual dalam berbagai aspek
bagian atau tahap terakhir dari suatu kebijakan kelembagaan, baik pada organisasi bisnis
publik, dengan kata lain sebuah kebijakan maupun pada organisasi pemerintah
publik tidak dapat dilepas begitu saja, (Sinambella, 2006). Di Indonesia,
melainkan harus diawasi, dan salah satu pelayanan publik (public service) menjadi
mekanisme pengawasan tersebut disebut isu penting dan strategis. Alasan utamanya
sebagai ”evaluasi kebijakan”. Evaluasi
adalah aktivitas pelayanan publik di
kebijakan itu sendiri dilakukan untuk menilai Indonesia cenderung jalan ditempat.
sejauhmana keefektifan kebijakan publik guna Pelayanan publik itu sendiri dapat
dipertangungjawabkan kepada konstituennya. diartikan sebagai pemberian layanan
Selain itu, evaluasi diperlukan untuk melihat (melayani) keperluan orang atau
kesenjangan antara harapan dan kenyataan serta masyarakat yang mempunyai kepentingan
untuk mencari kekurangan sekaligus untuk menutup
pada organisasi itu sesuai dengan aturan
kekurangan.
Terkait dengan evaluasi kebijakan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan
publik, Ernet R House (1980) membuat (Kurniawan dalam Sinambella, 2006).
taksonomi evaluasi kebijakan publik melalui Berdasarkan pendapat Sinambella
beberapa model, yaitu: (1) model system dan Kurniawan di atas, tampak bahwa
dengan indikator utama adalah efisiensi, (2) pemerintahan sebagai penyedia dan
model perilaku dengan indikator utama pelaksana pelayanan publik harus lebih
produktivitas dan akuntabilitas, (3) model proaktif dalam mencermati berbagai
formulasi keputusan dengan indikator utama perkembangan agar supaya pelayanan yang
adalah keefektifan dan keterjagaan kualitas, (4) diberikan mempunyai daya saing yang
model tujuan bebas (goal free) dengan
tinggi dalam berbagai aktivitas pelayanan
indikator utama adalah pilihan pengguna dan
manfaat sosial, (5) model kekritisan seni (art publik. Simpulan ini, sejalan dengan
Ilham Arif Sirajuddin/ Jurnal Administrasi Publik, Volume 4 No. 1 Thn. 2014 6

pendapat Kristiadi (1996) yang walaupun hanya cara penyampaiannya


menyarankan birokrasi menjadi center of saja. Untuk itu, dalam definisi dan makna
excellence, sebagai pusat keunggulan kata kualitas biasanya terdapat beberapa
pemerintahan. Selanjutnya, untuk menjadi elemen, yaitu: (1) kualitas meliputi usaha
unggul, beberapa hal yang patut menjadi memenuhi atau melebihkan harapan
perhatian, diantaranya: (1) pelanggan, (2) kualitas mencakup produk,
perlunya dilakukan perbaikan jasa, manusia, proses dan lingkungan, serta
berkesinambungan (W.E. Deming), (2) (3) kualitas merupakan kondisi yang selalu
perlunya kesesuaian dengan persyaratan berubah.
(Philip Crosby), serta (3) perlunya Mengetahui kualitas pelayanan
kejujuran dan kualitas dalam publik di suatu negara, kebanyakan
pelaksanaannya (JW Cortado) dalam pemerintah mengadopsi pendekatan
Sinambella (2006). ”Servqual”. Ketika pertama kali
Pelayanan publik menurut diformulasikan, konsep Servqual
Kepmenpan No. 63/KEP/M.PAN/7/2003, mencakup 10 dimensi, namun dalam
adalah segala kegiatan pelayanan yang perkembangannya disederhanakan dan kini
dilaksanakan oleh penyelenggara tinggal 5 dimensi. Kelima dimensi yang
pelayanan publik sebagai upaya dimaksud Prianto, (2006), adalah: (1)
pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan dimensi antangible yaitu sebuah jasa yang
maupun pelaksanan ketentuan peraturan tidak dapat dilihat dan diraba, (2) dimensi
perundang-undangan. Sedangkan, hakikat reliability yaitu menjelaskan tentang
pelayanan publik sebagaimana yang derajat keandalan dari aparatur pelayan
tertuang dalam Keputusan Menpan No. 63 publik dalam memberikan layanan kepada
Tahun 2004 adalah pemberian pelayanan masyarakat, (3) dimensi responsiveness
prima kepada masyarakat sebagai yaitu berhubungan dengan sikap tanggap
perwujudan kewajiban aparatur pemerintah dari para pelayan publik terhadap harapan,
sebagai abdi negara. Sedangkan, asas keluhan maupun kecenderungan perubahan
pelayanan publik adalah: (1) transparansi, yang terjadi di masyarakat, (4) dimensi
(2) akuntabilitas, (3) kondisional, (4) assurance yaitu berkaitan dengan
partisipatif, (5) kesamaan hak, kemampuan lembaga dan para stafnya
(6) keseimbangan hak dan kewajiban. untuk menanamkan rasa percaya dan
Berdasarkan Keputusan Menpan No. keyakinan kepada para pengguna layanan
63 Tahun 2003, pelayanan publik yang publik, oleh karena keberadaan staf harus
diberikan oleh penyelenggara pelayanan didukung oleh pengetahuan, keterampilan,
harus memenuhi beberapa prinsip, yaitu: sikap moral yang memadai, tercermin dari
(1) kesederhanaan, (2) kejelasan, (3) keramahtamahan, sopan dan santun dalam
ketepatan waktu, (4) akurasi, (5) memberikan layanan, dan (5) dimensi
keamanan, (6) tanggungjawab, (7) empathy ditandai dengan sikap peduli dan
kelengkapan sarana dan prasarana, (8) penuh perhatian kepada warga masyarakat
kemudahan akses, (8) kedisiplinan, yang membutuhkan jasa layanan.
kesopanan dan keramahan, dan (9) Terkait dengan pelaksanaan
kenyamanan. pelayanan yang berkualitas, pemerintah
melalui Kepmenpan No. 25 Tahun 2004
F. Kualitas Pelayanan Publik secara tegas disebutkan bahwa variabel –
variabel kualitas pelayanan dipengaruhi
Kata kualitas mengandung banyak oleh: (1) prosedur pelayanan, (2)
definisi dan makna, orang yang berbeda persyaratan pelayanan, (3) kepastian biaya
akan mengartikannya secara berlainan pelayanan, (4) kepastian jadwal pelayanan,
tetapi dari beberapa definisi yang dapat (5) keadilan dalam mendapatkan
dijumpai memiliki beberapa kesamaan pelayanan, (6) kecepatan dalam pelayanan,
Ilham Arif Sirajuddin/ Jurnal Administrasi Publik, Volume 4 No. 1 Thn. 2014 7

(7) kedisiplinan petugas pelayanan, (8) dengan demikian kepuasan atau


kemampuan petugas pelayanan, (9) ketidakpuasan masyarakat merupakan
tanggung jawab petugas pelayanan, (10) respon dari perbandingan antara harapan
kewajaran biaya pelayanan, (11) kejelasan dan kenyataan.
Kadir (2000) menyatakan bahwa terdapat
petugas pelayanan, (12) keamanan 4 (empat) model pendekatan dalam
lingkungan pelayanan, (13) kenyamanan mengklasifikasikan konsep kepuasan dan
pelayanan, dan (14) keramahan dan ketidakpuasan pelanggan, yaitu: (1) Model The
kesopanan pelayanan. Expectacy-Discovermation. (2) Model
Pelaksanan pelayanan yang Tingkatan Perbandingan. Model atau teori ini
berkualitas kepada masyarakat pada merupakan kritik terhadap teori ekspektif dan
pemimpin lembaga atau organisasi diskonfirmasi, (3) Model Teori Ekuitas. (4)
pemerintah maupun non pemerintah harus Model Teori Atribut. Moenir (1998) menyebut
menciptakan suatu budaya melayani dalam terdapat enam faktor yang berpengaruh penting
dalam mendukung kualitas pada organisasi
organisasinya yang memusatkan perhatian pelayanan publik yang pada akhirnya berujung
secara konsisten pada peningkatan kualitas kepada kepuasan masyarakat penerima layanan,
terus-menerus. Terkait dengan hal ini, yaitu (1) kesadaran para pejabat dan petugas
setiap pelaksana pelayanan harus pelaksana pelayanan, (2) aturan yang menjadi
memahami bahwa mengulang-ulang landasan kerja pelayanan, (3) organisasi yang
kesalahan adalah pemborosan, baik merupakan alat serta sistem yang
terhadap waktu maupun biaya, dan dapat memungkinkan berjalannya mekanisme
mempengaruhi kualitas membutuhkan pelayanan kegiatan, (4) pendapatan yang dapat
pelatihan yang berkelanjutan, termasuk memenuhi kebutuhan hidup minimum, (5)
keterampilan petugas, dan (6) sarana dalam
perubahan dalam proses kerja. melaksanakan tugas pelayanan.
G. Kepuasan Masyarakat METODE PENELITIAN
Definisi kepuasan pelanggan
(masyarakat) sangatlah sederhana. Oleh A. Jenis Penelitian
Gerson dicontohkan bahwa seorang
pelanggan (masyarakat) merasa puas jika Jenis penelitian yang digunakan
kebutuhannya, secara nyata atau hanya adalah gabungan antara metode penelitian
anggapan, terpenuhi atau melebihi kualitatif dan metode penelitian kuantitatif.
harapannya. Sejalan dengan pendapat Metode kualitatif menggunakan
Gerson, Kotler (1997) mendefinikan pendekatan sumber (Institusional
kepuasan sebagai tingkat perasaan Research), sedangkan metode kuantitatif
seseorang setelah membandingkan kinerja
menggunakan pendekatan khalayak
atau hasil yang ia rasakan dibandingkan
dengan harapannya. (Audience Research).
Tse dan Wilton dalam Tjiptono,
(2004) mempertegas bahwa kepuasan dan B. Informan, Populasi dan Sampel
ketidakpuasan pelanggan atau masyarakat
adalah respon pelanggan terhadap evaluasi Informan penelitian ini adalah
ketidaksesuaian yang dirasakan antara pelaksana kebijakan (implementor)
harapan sebelumnya dan kinerja aktual pelayanan publik dasar bidang sosial
produk setelah pemakaiannya. Sementara dalam wilayah Kota Makassar dengan
itu, Oliver (dalam Tjiptono, 2001) pendekatan purposive sampling. Adapun
menyatakan bahwa kepuasan adalah
keseluruhan ditentukan oleh populasi dan sampel penelitian ini adalah
ketidaksesuaian harapan yang merupakan masyarakat pengguna pelayanan publik
perbandingan antara kinerja yang dasar bidang sosial dalam wilayah Kota
dirasakan dengan harapan. Kepuasan Makassar yaitu 6545, dan dengan
merupakan fungsi positif dari harapan menggunakan rumus Yamane, diperoleh
pelanggan dan keyakinan diskonfirmasi, sampel penelitian 377 orang.
Ilham Arif Sirajuddin/ Jurnal Administrasi Publik, Volume 4 No. 1 Thn. 2014 8

dilakukan dengan cara mengecek


C. Sumber Data kebenaran data yang diperoleh dari
informan dengan menggunakan teknik
Data yang dikumpulkan dalam pengumpulan data yang berbeda yaitu
penelitian ini meliputi data tentang: (1) teknik wawancana dan teknik
implementasi pelayanan publik dasar dokumentasi, dan (3) triangulasi metode
bidang sosial di Kota Makassar, (2) yang dilakukan dalam bentuk
kualitas implementasi pelayanan publik pengumpulan data tentang peran
bidang sosial di kota Makassar, (3) implementator dalam pengimplementasian
kepuasan masyarakat pengguna pelayanan kebijakan publik dasar bidang sosial di
bidang sosial di kota Makassar, dan (4) kota Makassar.
pengaruh kualitas implementasi pelayanan
publik sosial secara parsial dan bersama- E. Teknik Analisis Data
sama terhadap tingkat kepuasan
masyarakat pengguna pelayanan publik Menganalisis implementasi
bidang sosial di kota Makassar. Sedangkan kebijakan pemerintah dalam pelayanan
sumber data dalam penelitian ini adalah publik dasar bidang sosial di Kota
implementor dan masyarakat pengguna Makassar digunakan teknik analisis
pelayanan publik bidang sosial di kota deskriptif kualitatif. Untuk melihat kualitas
Makassar yang tersebar dalam wilayah dan tingkat kepuasan masyarakat pengguna
Kota Makassar. digunakan teknik analisis kuantitatif
inferensial. Penggunaan metode ini
D. Teknik Pengumpulan Data sekaligus untuk menguji/membuktikan
Teknik pengumpulan data yang hipotesis penelitian yang telah dirumuskan
digunakan dalam penelitian ini, adalah: sebelumnya. Teknik analisis data yang
A. Daftar pertanyaan berstruktur (pedoman digunakan dalam penelitian ini, adalah: (1)
Teknik analisis regresi linear sederhana,
wawancara) dan FGD (Focus Group
Discussion) untuk memperoleh dan (2) teknik analisis regresi linear
data/informasi yang bersifat kualitatif berganda dengan lima prediktor untuk
dari informan. mengukur dimensi mana yang paling besar
B. Daftar pertanyaan (Questioner) untuk pengaruhnya dari lima dimensi kualitas
memperoleh data / informasi dari pelayanan. Selain itu digunakan teknik
masyarakat pengguna analisis korelasi parsial dan Uji F.
Khusus untuk pemeriksaan
keabsahan data kualitatif mengikuti kriteria
yang diajukan oleh Nasution (1992) dan HASIL PENELITIAN DAN
Moleong (1993) yaitu dengan PEMBAHASAN
memperhatikan derajat kepercayaan
(credibility), keteralihan (transferability), A. Implementasi Kebijakan Pemerintah
kebergantungan (dependability), dan Daerah tentang Pelayanan Publik
kepastian data (confirmability). Dasar Bidang Sosial di Kota
Selanjutnya, untuk memperoleh data yang Makassar
kredibel, peneliti merujuk kepada
Berdasarkan hasil wawancara
rekomendasi Guba dan Lincola (1991)
dengan informan terkait dengan peng-
dengan mengambil tiga teknik yaitu
implementasian Perda No. 8 Tahun 2009,
mengadakan triangulasi dengan tiga cara,
ditemukan bahwa pengimplementasian
yaitu: (1) triangulasi sumber dilakukan
kebijakan Pemerintah Kota Makassar
dengan mengecek kebenaran data yang
terkait dengan pelayanan publik dasar
diperoleh dari informan satu dengan
bidang sosial di Kota Makassar, diawali
informan lainnya, (2) triangulasi metode
dengan sosialisasi dan uji coba Perda.
Ilham Arif Sirajuddin/ Jurnal Administrasi Publik, Volume 4 No. 1 Thn. 2014 9

Sosialisasi dan uji coba Perda yang Berdasarkan data di atas, tampak
dimaksud dilakukan langsung oleh dinas bahwa alasan pengimplementasian Perda
terkait, yaitu Dinas Sosial Pemeritah Kota No. 8 Tahun 2009 tentang pelayanan
Makassar dan Dinas Pertamanan dan publik dasar bidang sosial di Kota
Kebersihan Pemeritah Kota Makassar Makassar telah sejalan beberapa pendapat
selaku leading sector. Adapun sasaran dari ahli terkait dengan pendefinisian kebijakan
sosialisasi dititikberatkan kepada publik itu sendiri, terutama apabila
penyelenggara dan masyarakat selaku dikaitkan dengan kesimpulan rumusan dari
calon pengguna pelayanan. Untuk itu sejumlah pendefinisian kebijakan publik
materi sosialisasi yang disampaikan yang menyatakan bahwa “kebijakan public
melalui media dan tatap muka adalah dapat diartikan sebagai hal-hal yang
sangat terkait dengan hak-hak dan diputuskan oleh pemerintah untuk
kewajiban masing-masing pihak dalam dilakukan atau dikerjakan dan hal-hal yang
rangka pengimplementasian Perda tersebut diputuskan oleh pemerintah untuk tidak
tentang pelayanan publik dasar bidang dikerjakan atau diabaikan”.
sosial di Kota Makassar. Demikian halnya
Selain sosialisasi, ditemukan bahwa pengimplementasian Perda No. 8 Tahun
sebelum Perda No. 8 Tahun 2009 2009 tentang pelayanan publik dasar
diimplementasikaan terlebih dahulu bidang sosial dikaitkan dengan kesimpulan
dilakukan uji coba pemberlakuan Perda yang menyatakan bahwa “kebijakan publik
kepada masyarakat, langsung diaplikasikan merupakan suatu hasil analisis yang lebih
atau diimplementasikan kepada keluarga komprehensif, terpadu dan terintegrasi
yang berduka dengan petugas pelayanan serta mendalam terhadap berbagai
(petugas terkait) dengan cara mendatangi alternatif pilihan yang akan menghasilkan
keluarga yang berduka untuk menjelaskan suatu pengambilan keputusan terbaik
perihal keberadaan dan terhadap suatu permasalahan”.
pengimplementasian Perda tersebut Berdasarkan dua kesimpulan di atas,
tentang pelayanan publik dasar bidang tampak bahwa langkah yang dilakukan
sosial di Kota Makassar. oleh Pemerintah Kota Makassar dalam hal
Dalam hal pengimplementasian ini Walikota Makassar untuk
lebih lanjut, pemerintah Kota Makassar mengimplementasikan Perda tersebut
membuka sekaligus memberi kesempatan merupakan langkah yang tepat dengan
seluas-luasnya kepada masyarakat baik mengingat bahwa kebijakan yang diambil
melalui pribadi maupun lembaga untuk oleh pemerintah merupakan keputusan
turut serta mengambil peran dalam untuk mengambil alih sebagian beban
mendukung suksesnya warga masyarakatnya sekaligus untuk
pengimplementasian Perda tersebut mengatasi atau meminimalisasi
tentang pelayanan publik dasar bidang permasalahan yang dihadapi oleh
sosial di Kota Makassar. masyarakatnya terkait dengan beban
Hal lain yang terungkap dalam kedukaan.
wawancara adalah selain mendapat respon Terkait dengan langkah
positif dari warga yang telah pengimplementasian Perda No. 8 Tahun
memanfaatkan pelayanan ini, masing 2008 oleh Pemerintah Kota Makassar,
informan menyatakan masih mendapat tampak sejalan atau sesuai dengan
kendala dalam pengimplementasian Perda beberapa model dalam
ini. Di balik kendala yang dirasakan, pengimplementasian kebijakan publik.
informan menyatakan telah melakukan Pertama, kesesuaian dengan Model
langkah-langkah antisipasi atas kendala George C Edward III.Kesesuaian yang
yang dirasakannya. dimaksud tampak melalui kegiatan
komunikasi dalam bentuk sosialisasi,
Ilham Arif Sirajuddin/ Jurnal Administrasi Publik, Volume 4 No. 1 Thn. 2014 10

pelibatan sumber daya internal dan dihasilkan, (3) derajat perubahan yang
eksternal melalui kerjasama pengelolaan diinginkan, (4) kedudukan pembuat
program, serta penguatan keinginan dan kebijakan, (5) siapa pelaksana program,
sikap pengelola khususnya Dinas Sosial serta (5) sumber daya yang dikerahkan.
dan Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kesesuaian isi yang dimaksud Merilee S
Pemerintah Koota Makassar selaku leading Grindle tampak tersirat dan tersurat dalam
sector serta mitra kerja dalam Perda tersebut.
menyukseskan pengimplementasian Selain kesesuaian dengan beberapa
kebijakan pemerintah Kota Makassar model pengimplementasian,
dalam hal pelayanan publik dasar bidang pengimplementasian Perda tersebut
sosial di Kota Makassar, dan struktur mengalami beberapa kendala atau masalah.
birokrasi khususnya melalui hubungan Kendala yang dimaksud masing-masing
antar dinas selaku leading sektor dengan dirasakan oleh Dinas Pertamanan dan
masing-masing mitra kerjanya dalam Kebersiahan Pemerintah Kota Makassar,
rangka pengimplementasian kebijakan Dinas Sosial Pemerintah Kota Makassar,
pemerintah dalam hal pelayanan publik serta mitra kerja pemerintah dalam
dasar bidang sosial di Kota Makassar. pelaksanaan Perda No. 8 Tahun 2009
Kedua, kesesuaian dengan model dalam hal ini yayasan penyedia angkutan
Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabastier. mobil jenazah (ambulance) serta WKSBM
Kesesuaian dengan ketiga variabel yang selaku penyenggara mayat di setiap
diklasifikasi oleh Daniel Mazmanian dan kelurahan dalam Wilayah Kota Makassar.
Paul A. Sabastier tampak jelas dalam Selanjutnya, hasil penelitian
pengimplementasian Perda No. 8 Tahun diarahkan untuk mengkonfirmasi prasyarat
2009, terutama apabila dikaitkan variabel pemilihan model mana yang tepat terkait
independen dengan pertimbangan mudah dengan pengimplementasian suatu
tidaknya masalah dikendalikan atas kebijakan oleh pemerintah. Prasyarat yang
pengimplementasian Perda tersebut. Begitu dimaksud adalah mempertimbangkan
pula apabila dikaitkan dengan intervening prinsip ”empat tepat’ dari Nugroho (2006).
dengan situasi dan kondisi yang telah Hasil konfirmasi menunjukkan bahwa
terjadi atas pengimplementasian Perda No. tindakan atau langkah yang dilakukan oleh
8 Tahun 2009 dengan adaanya kemampuan pemerintah Kota Makassar dalam rangka
pemerintah untuk menstrukturkan proses pengimplemen-tasian kebijakan
implementasi serta kemampuan pemerintah daerah dalam Pelayanan Publik
pemerintah dalam memadukan hirarki Dasar Bidang Sosial di Kota Makasar
diantara pelaksana, termasuk dalam hal adalah memiliki keseusian, kecuali yang
perekrutan pejabat pelaksana. Sedangkan berkaitan dengan ketepatan target.
kesesuaian terhadap variabel dependen
terlihat pada langkah yang dilakukan oleh B. Kualitas Implementasi Pelayanan Publik
pemerintah untuk memberi pemahaman Dasar Bidang Sosial di Kota Makassar
kepada seluruh stakeholdes dalam rangka
pengimplementasian Perda tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan
Ketiga, kesesuaian dengan model bahwa mayoritas responden (61.5 persen)
Merilee S Grindle. Menurut model ini, menilai bahwa kualitas pelayanan publik
keberhasilan pengimplementasian dasar bidang sosial masuk kategori baik.
kebijakan ditentukan oleh derajat Bahkan ada 135 responden atau 35,8
implementability dari suatu kebijakan. persen yang menilai bahwa kualitas
Untuk itu, setiap kebijakan menurut pelayanan publik dasar bidang sosial
Merilee S Grindle harus berisi: (1) sangat baik. Sementara yang memberikan
kepentingan yang terpengaruh oleh penilaian buruk atas kualitas pelayanan
kebijakan, (2) jenis manfaat yang akan publik dasar bidang sosial hanya 10 orang
atau 2.7 persen responden saja.
Ilham Arif Sirajuddin/ Jurnal Administrasi Publik, Volume 4 No. 1 Thn. 2014 11

Penilaian yang berbeda yang kelamin wanita yang merasa tidak puas
berbeda dari responden, termasuk terhadap pelayanan publik dasar.
penilaian buruk sangat terkait dengan b. Proporsi terbesar responden yang
pendapat Triguno (1997) yang menyatakan merasa puas terhadap pelayanan publik
bahwa, “pelayan yang terbaik, adalah dasar bidang sosial berada pada usia ≤
melayani setiap saat, secara cepat dan 30 tahun yaitu sebesar 72,9 persen.
memuaskan, berlaku sopan, ramah dan Proporsi ini hampir sama dengan
menolong, serta pofesional dan mampu”, responden yang berusia 41-50 tahun
dengan demikian pelayanan yang tidak (71,2 persen). Sementara responden
menunjukkan kesopanan, keramahan dan yang berusia lebih dari 50 tahun
ketidakpedulian akan menggambarkan proporsinya sebesar 64,4 persen. sedang
kurangnya empati dari seorang pelayan. yang berusia 31- 40 proporsinya 63,9
Khusus mayoritasnya penilaian baik persen. Sementara itu, kelompok
dan sangat baik dibandingkan dengan responden yang mengaku sangat puas
penilaian buruk, menggambarkan bahwa terhadap pelayanan publik lebih banyak
Program IASmo Bebas Pemerintah Kota yang berusia > 50 tahun dibanding yang
Makassar melalui pelayanan publik dasar 31- 40 tahun yaitu sebesar 33,3 persen
bidang sosial berupa bantuan perlengkapan maupun yang berusia ≤ 30 tahun dan 41
mayat, pengangkuta jenazah (ambulance – 50 tahun yang masing-masing 27,1
gratis), serta pemakaman telah diterima persen dan 28,1 persen.
dan dirasakan dengan baik oleh warga c. Proporsi responden yang merasa tidak
masyarakat Kota Makassar, sekalipun puas terhadap pelayanan publik dasar
masih sebagian kecil masyarakat pengguna bidang sosial cenderung lebih banyak
layanan menyatakan tidak puas dengan pada mereka yang berpendidikan SLTP
memberi penilaian buruk terhadap apa / Sederajat dibanding yang
yang telah diterimanya. berpendidikan SLTA / Sederajat yang
hanya sebesar 1,0 persen. Sementara
C. Kepuasan Masyarakat Pengguna tak satupun responden yang
Terhadap Pelayanan Publik dasar berpendidikan SD/Sederajat dan
Bidang Sosial di Kota Makassar Akedami/ Perguruan Tinggi yang
merasa tidak puas terhadap pelayanan
Terkait dengan kepuasan masyarakat publik dasar bidang sosial. Sebaliknya
pengguna terhadap pelayanan publik dasar responden yang mengaku puas terhadap
bidang sosial di Makassar, menunjukkan pelayanan publik dasar bidang sosial
bahwa: lebih banyak yang berpendidikan
a. Mayoritas responden atau 68.2 persen Akademi / Perguruan Tinggi (78,3
mengaku puas terhadap pelayanan persen) dibanding yang berpendidikan
publik dasar bidang sosial. Bahkan ada SLTA/Sederajat (66,7persen) maupun
117 responden atau 31,0 persen yang berpendidikan SLTP / Sederajat
mengaku sangat puas terhadap dan SD/Sederajat yang masing-masing
pelayanan publik dasar bidang sosial. 62,5 persen dan 23,1 persen. Sementara
Sementara yang merasa tidak puas responden yang mengaku sangat puas
terhadap pelayanan publik dasar bidang cenderung lebih banyak pada yang
sosial yang disediakan pemerintah kota berpendidikan SD/Sederajat (76,9
Makassar hanya 3 responden atau 0,8 persen) dibandingkan yang
persen saja. 3 responden yang merasa berpendidikan SLTP/Sederajat (35,4
tidak puas seluruhnya berjenis kelamin persen) maupun yang berpendidikan
laki-laki, dengan kata lain tidak ada SLTA/Sederajat dan
satupun responden yang berjenis Akademi/Perguruan Tinggi yang
23

Ilham Arif Sirajuddin/ Jurnal Administrasi Publik, Volume 4 No. 1 Thn. 2014 12

masing-masing (32,3 persen) dan persen). Sementara responden yang


(21.7persen). merasa sangat puas terhadap pelayanan
d. Proporsi responden yang merasa tidak publik dasar bidang sosial proporsinya
puas terhadap pelayanan publik dasar lebih banyak pada responden yang
bidang sosial cenderung lebih banyak berpenghasilan Rp. ≤ 1.000.000 (58,6
pada responden yang berprofesi sebagai persen) dibanding responden yang
Polri / TNI dibanding yang berprofesi berpenghasilan Rp. 1.000.0001 – Rp.
wiraswasta (1,1 persen). Sementara 2.000.000 (32,3 persen) maupun yang
yang berprofesi sebagai PNS dan jenis berpenghasilan Rp.2.000.001-
pekerjaan Lainnya seperti buruh dan 3.000.000 dan lebih dari Rp. 3.000.000
tukang becak tak seorang pun yang masing masing (29,3 persen) dan (7,9
merasa tidak puas. Meskipun dominan persen).
dalam kategori tidak puas, namun
proporsi responden yang berprofesi D. Analisis Pengaruh Kualitas Layanan
sebagai Polri / TNI lebih besar nilainya Publik dasar Bidang Sosial Terhadap
pada kategori puas (84,2 persen) Kepuasan Masyarakat
dibanding responden yang berprofesi
PNS maupun wiraswasta dan lainnya Hasil analisis pengaruh kualitas
masing masing sebesar 63,6 persen dan implementasi pelayanan publik dasar
64,9 persen. Responden yang mengaku bidang sosial secara parsial menunjukkan
sangat puas terhadap pelayanan publik adanya pengaruh terhadap tingkat
dasar bidang sosial cenderung lebih kepuasan masyarakat. Namun apabila
banyak pada responden yang berprofesi dianalisis secara bersama-sama terhadap
sebagai wiraswasta dan lainnya (buruh tingkat kepuasan masyarakat
bangunan, tukang becak) yaitu masing- menunjukkan bahwa dari 5 indikator yang
masing 35,3 persen dan 35,1 persen. dianalisis, dua diantaranya memiliki
Disusul kemudian oleh responden yang pengaruh signifikan, yaitu keandalaan dan
berprofesi sebagai PNS (25.4persen) empati, sedangkan 3 indikator lainnya,
dan TNI / Polri (10,5 persen). yaitu bukti fisik, daya tanggap dan
e. Proporsi responden yang merasa tidak kemampuan pelayan merupakan
puas terhadap pelayanan publik dasar pendukung kualitas pelayanan terhadap
bidang sosial cenderung lebih banyak tingkat kepuasan masyarakat. Hasil
pada responden yang berpenghasilan analisis tersebut digambarkan pada gambar
Rp. 1.000.0001 – Rp. 2.000.000 dan 1.
lebih dari Rp. 3.000.000 yaitu masing-
masing (2,0 persen) dan (1,6 persen).
Sementara yang yang berpengahasilan
Rp. ≤ 1.000.000 dan Rp.2.000.001 –
Rp. 3.000.000 tak satu pun yang merasa
tidak puas. Kategori responden yang
merasa puas terhadap pelayanan publik
dasar bidang sosial proporsinya lebih
banyak pada responden yang memiliki
penghasilan di atas Rp.3.000.000
dibanding dengan responden
berpenghasilan Rp.2.000.000 – Rp.
3.000.000 (70.7 persen) maupun yang
berpenghasilan Rp. 1.000.0001 – Rp. Gambar 1 Kualitas Pelayanan terhadap
2.000.000 (65.7 persen) dan kepuasan masyarakat
berpenghasilan Rp. ≤ 1.000.000 (41.4
Ilham Arif Sirajuddin/ Jurnal Administrasi Publik, Volume 4 No. 1 Thn. 2014 13

SIMPULAN DAN SARAN bidang sosial secara parsial


menunjukkan adanya pengaruh
A. Simpulan terhadap tingkat kepuasan
masyarakat. Namun apabila dianalisis
Berdasarkan hasil analisis data, hasil secara bersama-sama terhadap tingkat
penelitian ini disimpulkan sebagai berikut: kepuasan masyarakat menunjukkan
a. Implementasi kebijakan pemerintah bahwa dari 5 indikator yang dianalisis
daerah tentang pelayanan publik dasar dua diantaranya memiliki pengaruh
bidang sosial di Kota Makassar telah signifikan, yaitu keandalaan dan
berjalan sesuai dengan model empati, sedangkan 3 indikator
pengimplementasian kebijakan publik lainnya, yaitu bukti fisik, daya
sebagaimana hasil konfirmasi dengan tanggap dan kemampuan pelayan
prinsip empat tepat yaitu (1) tepat merupakan pendukung kualitas
menjawab permasalahan, (2) tepat pelayanan terhadap tingkat kepuasan
pelaksanaannya, (3) tepat target, dan masyarakat
(4) tepat lingkungan, dalam pemilihan
model implementasi kebijakan publik. B. Saran
b. Kualitas implementasi pelayanan Berdasarkan kesimpulan yang telah
publik dasar bidang sosial di Kota dipaparkan di atas, maka disarankan
Makassar yang diukur dari persfektif beberapa hal sebagai berikut:
pengguna layanan yaitu masyarakat
Kota Makassar yang pernah a. Kepada implementor untuk
mengakses dan menggunakan layanan melakukan inventarisasi ketat
publik dasar bidang sosial yang terhadap masyarakat yang meminta
meliputi layanan perlengkapan mayat, pelayanan untuk memastikan bahwa
layanan pengangkutan jenazah program berjalan sesuai prioritasnya,
(ambulance gratis), dan layanan yaitu melayani masyarakat atau warga
pemakaman jenazah menunjukkan yang tidak mampu.
bahwa tingkat kualitas yang b. Kepada implementor untuk
didominasi oleh responden yang melakukan : (1) perbaikan terhadap
menyatakan berkualitas dengan prosedur pelayanan, (2) penyedia
penilain baik, diikuti responden yang tempat atau sekretariat pelayanan, (3)
menyatakan sangat berkualitas dengan penambahan jumlah stok
penilaian sangat baik, kemudian perlengkapan mayat di setiap
responden yang menyatakan tidak kelurahan/RT, (4) penambahan
berkualitas dengan penilaian buruk. jumlah peralatan pemandian jenazah
c. Kepuasan masyarakat pengguna berbasis zona kelurahan, serta (5)
terhadap pelayanan publik dasar peningkatan kualitas SDM pelayanan,
bidang sosial di Kota Makassar yang khusus pelaksana penaganan jenazah.
diukur berdasarkan respon verbal Disamping itu, disarankan kepada
responden terhadap kepuasan implementor untuk senantiasa
responden dalam menerima layanan meningkatkan kualitas layanan
publik dasar bidang sosial yang terhadap bukti fisik, daya tanggap dan
mencakup perlengkapan mayat, kemampuan pelayan.
pengangkutan jenazah (ambulance c. Disarankan kepada implementor
gratis), dan pemakaman jenazah untuk : (1) melaksanakan prosedur
didominasi oleh responden yang secara baik dan benar, (2) memastikan
menyatakan puas dengan penilain tempat pelayanan secara
tingg, diikuti oleh responden yang representative, (3) memastikan stok
menyatakan sangat puas dengan perlengkapan mayat tetap tersedia, (4)
penilain sangat tinggi, kemudian memastikan peralatan pemadian
diikuti oleh responden yang jenazah terdisribusi dengan baik, serta
menyatakan tidak puas dengan (5) memastikan SDM pelayanan
penilaian rendah. memiliki kompetensi pada bidangnya
d. Hasil analisis pengaruh kualitas masing-masing.
implementasi pelayanan publik dasar
Ilham Arif Sirajuddin/ Jurnal Administrasi Publik, Volume 4 No. 1 Thn. 2014 14

d. Direkomendasikan kepada pihak yang Amsterdam: Van Meter and Van


akan melakukan penelitian lebih Horn Administration & Society.
lanjut untuk meneliti program IASmo
secara utuh guna memastikan bahwa Nugroho D. Riant, 2003. Kebijakan
program IASmo bebas diperlukan dan Publik; Formulasi, Implementasi,
dibutuhkan oleh masyarakat atau dan Evaluasi. (Cet. Pertama),
warga Kota Makassar khusus, serta Jakarta: Elex Media Komputindo.
kemungkinan program IASmo Bebas
dijalankan oleh seluruh pemerintah Tjiptono, Fandy. 2001. Strategi Pemasaran.
kabupaten/kota di Indonesia sebagai Edisi Pertama. Andi
wujud kepedulian pemerintah kepada Ofset.Yogyakarta.
masyarakat, khususnya masyarakat
yang kurang mampu. Zeithami, VA, A.Parasuraman, dan
LL.Berry. 1990. Delivering Quality
Service: Balancing Customer
Perceptions and Expectation. New
DAFTAR PUSTAKA York: The Free Press.

Dye, Thomas R., 1995. Understanding


Public Policy, Sevent edition.
Englewood Cliffs, Prentice Hall,
Inc.
Edwards III, George C., 1980,
Implementing Public Policy,
Wasihington D.C: Congressional
Quarterly Press.
Elmore, Richard, 1979. “Backward
Mapping: Implementation Research
and Policy Decission”, dalam
Political Science Quarterly.
Gaspersz, Vincent. 2004. Total Quality
Management. Jakarta: Gramedia

Grindle, Marilee S., 1980. Implementation


as A Pilitical and Administrative
Process, Princetone University
Press.
Kotler, Philip. 2002. Manajemen
Pemasaran di Indonesia: Analisis,
Perencanaan, Implementasi dan
Pengendalian. Jakarta: Salemba
Empat.
Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi
Pelayanan Publik. Yogyakarta:
Pembaruan
Mazmanian, Daniel, and Paul A. Sabatier,
1983. Implementation and Public
Policy, Glenview: Scott.
Meter, Donald Van and Van Horn. 1975.
The Policy Implementation Process:
A Conceptual Framework.

Anda mungkin juga menyukai