Anda di halaman 1dari 5

Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka ataupun informasi lainnya yang

terjadi dalam bentuk laporan keuangan.  Sehingga auditor bisa menggunakannya untuk
menyatakan pendapat utama mereka. Bukti audit bersifat vital karena bisa mendukung laporan
keuangan yang diterima dari data akuntansi dan semua informasi penguat untuk bisa dikerjakan
oleh para auditor. (Baca: Siklus Akuntansi Biaya)

ads

Sedangkan untuk beberapa pengertian lainnya, bukti audit mencakup berbagai informasi yang
snagat persuasif misalnya perhitungan atas sekuritas yang diperjualbelikan ataupun respons atas
pertanyaan dari karyawan klien tersebut. Penggunaan bukti merupakan hal yang umum
dilakukan oleh ilmuwan, pengacara maupun ahli sejarah. Dalam bukti audit haruslah berkaitan
dengan kuantitas bukti audit dan kecukupan bukti, dimana beberapa faktor bisa meliputi
kecukupan bukti yaitu materialitas. (Baca:Pengertian Audit)

Selain itu ada resiko audit, dimana resiko tersebut ada hubungan terbalik dengan jumlah bukti
yang diperlukan untuk mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan. Kemudian ada
ukuran dan karakteristik populasi yang bisa mempengaruhi kecukupan bukti. (Baca: Perbedaan
Laporan Keuangan Syariah dan Konvensional)

Bukti dianggap semakin efektif jika semakin besar jaminan yang diberikan mengenai keandalan
data akuntansi serta laporan keuangannya. Pengetahuan auditor secara pribadi dan landsung yang
diperoleh melalui berbagai cara bersifat menyimpulkan dibanding dengan yang memperoleh
secara tidak langsung. (Baca: Pengertian Akuntansi Biaya)

Jenis Bukti Audit

Mengingat jenis bukti audit bisa membantu dalam berbagai kegiatan auditing. Adapun beberapa
jenis-jenis yang termasuk kedalam bukti audit dan dinyatakan sangat penting, diantaranya :

1. Bukti Fisik

Bukti fisik merupakan bukti yang akan diperoleh oleh auditor secara langsung dengan melalui
pemeriksaan fisik di dalam proses audit itu sendiri. Misalnya, pemeriksaan fisik persediaan
secara langsung oleh auditor. Bukti ini merupakan salah satu bukti yang mungkin paling akurat
di dalam auditing. Sehingga jika anda memiliki bukti fisik. Maka tidak heran jika anda tidak
perlu khawatir apabila memiliki bukti fisik.

2. Bukti Matematis

Bukti matematis merupakan bukti yang diperoleh auditor melalui perhitungan langsung,
contohnya saja footing untuk penjumlahan vertikal dan cross footing untuk penjumlahan baik
secara horizontal ataupun sebaliknya. Bukti matematis ini mungkin perlu proses untuk
mendapatkannya. Bukti ini bersifat kuantitatif dan juga sesuai namanya yaitu matematis. Adanya
bukti ini memperjelas apakah pekerjaan klien anda teliti atau tidak dalam pembuatan jurnal.
(Baca: Manfaat Jurnal Khusus)
3. Bukti Perbandingan

Bukti perbandingan biasa disebut dengan bukti rasio, dimana bukti ini digunakan oleh auditor
untuk menghitung rasio likuiditas, profitbilitas solvabilitas, quick ratio dan hal lainnya.

ads

4. Bukti Dokumenter

Di jaman yang serba canggih seperti ini rasanya agak aneh jika tidak memiliki bukti dokumenter.
Terlepas dari kegiatan yang tidak terlalu penting layaknya auditing saja memiliki bukti
dokumenter. Apalagi mereka yang masuk ke dalam lingkup audit, selain pencatatan manual.
(Baca : Metode Pencatatan Persediaan Barang Dagang)

Dalam bukti dokumenter sendiri terbagi menjadi beberapa bagian diantarnya, bukti yang dibuat
oleh pihak luar dan dikirimkan langsung kepada tim auditor. Selain itu bukti yang sudah dibuat
pihak luar namun dikirim kepada auditor melalui kliennya. Terakir yakni bukti yang dibuat dan
disimpan oleh klien saja. Bukti yang pertama memiliki kredibilitas sangat tinggi dibanding bukti
dokumenter lainnya.

5. Catatan Akuntansi

Catatan akuntansi adalah sumber data yang bisa digunakan oleh auditor sebagai bukti audit.
Dimana, catatan ini merupakan hasil kerja yang telah dibuat oleh para akuntan. Sumber data
yang dimaksud merupakan dasar pembuatan laporan keuangan layaknya jurnal, dan sejenisnya.

Baca:

  Cara Membuat Laporan Keuangan


 Pengertian Jurnal Umum
 Pengertian Jurnal Penerimaan Kas

Karena itulah catatan akuntansi dipergunakan untuk bukti yang bisa mendukung kegiatan
auditing. Terutama karena catatan merupakan sistem yang sudah pasti dilakukan semua akuntan
dimanapun. (Baca: Pengertian Akuntansi Keuangan)

6. Bukti Pengendalian Internal

Bukti pengendalian internal adalah bukti yang paling kuat ketika melaksanakan audit. Mengapa
kuat ? karena kuat atau lemahnya pengendalian internalah seorang auditor bisa mendapatkan
banyak bukti yang bisa dikumpulkan olehnya. Contohnya, bila resiko pengendalian internal
cukup tinggi hal ni berarti resiko audit yang direncanakan harusnya rendah. Dengan judul
pengendalian cukup menjelaskan bahwa kegiatan dan bukti ini cukup sulit.

7. Bukti Surat
Bukti surat atau biasa disebut surat pernyataan tertulis merupakan surat yang telah
ditandatangani seorang individu yang bisa bertanggungjawab dan berpengetahuan mengenai
kondisi atau kejadian tertentu, dimana bukti tertulis bisa didapat dari manajemen ataupun sumber
eksternal termasuk bukti dari spesialis dan juga jurnal akuntan. (Baca: Cara Membuat Jurnal
Umum )

Bukti tertulis merupakan bukti yang sampai saat ini masih akurat dan diperhitungkan
kebutuhannya. Surat pernyataan konsultan hukum klien, ahli teknik yang berkaitan dengan
kegiatan teknik operasional organisasi klien merupakan bukti yang berasal dari pihak ketiga.
Bukti tertulis juga dibuat oleh manajemen bisa berasal dari organisasi klien tersebut.

8. Bukti Lisan atau Wawancara

Bukti lisan atau wawancara merupakan bukti selanjutnya adalah hal audit. Auditor dalam
melaksanakan tugasnya banyak sekali berhubungan dengan manusia, sehingga ia memiliki
kesempatan untuk mengajukan pertanyaan secara lisan dan dalam bentuk wawancara. Masalah
dapat ditanyakan langsung pada pihak terkait meliputi kebijakan akuntansi, lokasi dokumen serta
adanya pelaksanaan yang tidak wajar terjadi. Hal ini akan lebih valid jika auditor tetap
melangsungkan wawancara demi mendapat jawaban dan bukti lisan. (Baca: Pengertian
Persamaan Dasar Akuntansi)

9. Bukti Konfirmasi

Bukti konfirmasi merupakan salah satu proses untuk memperoleh dan menilai suati komunikasi
langsung dari pihak ketiga atas jawaban permintaan informasi tentang unsur tertentu. Hal ini
mungkin sangat tinggi reliabilitasnya karena berisikan informasi dari pihak ketiga langsung baik
tulis maupun lisan.

Dalam konfirmasi sendiri ada yang memiliki nilai positif seperti halnya persetujuan, konfirmasi
negatif atau mereka yang menyatakan ketidaksetujuannya terhadap informasi yang telah
ditanyakan. Lalu terakhir adalah blank confirmation, dimana konfirmasi yang respondenya
diminta untuk memberikan informasi lain atau jawaban atas suatu hal yang sedang ditanyakan.

Sponsors Link

10. Bukti Analitik

Bukti analitik hampir serupa dengan bukti perandingan, karena bukti analitik meliputi juga
perbandingan atas pos tertentu antara laporan keuangan tahun berjalan dengan tahun yang sudah
lewat. (Baca: Fungsi Laporan Keuangan)

Dalam perusahaan terutama, tahun sebelumnyapun masih menjadi dasar dan acuan untuk
pertimbangan. Bukti ini dikumpulkan pada awal audit untuk menentukan objek pemeriksaan
yang memerlukan pemeriksaan mendalam.

11. Bukti Keterangan


Permintaan keterangan dalam sebuah prosedur audit merupakan hal yang wajar, dimana hal ini
dilakukan oleh auditor terhadap objek yang sudah dianggap memiliki informasi. Selain itu bukti
keterangan ini didasarkan pada adanya auditor yang memastikan buktinya pada para klien.

12. Bukti Penelusuran

Penelusuran dibutuhkan oleh para auditor mengingat terkadang pengumpulan bukti dilakukan
oleh auditor baik menggunakan dokumen ke catatan akuntansi ataupun sebaliknya. Bukti
penelusuran ini memudahkan para auditor dalam menemukan jenis bukti audit lain. (Baca: Jenis
Jenis Akuntansi)

13. Bukti Observasi

Bukti pengamatan merupakan salah satu bukti yang juga termasuk kedalam prosedur audit.
Dimana auditor memiliki kesempatan untuk melihat dan menyaksikan suatu kegiatan yang
berhubungan dengan pengumpulan bukti.

Sponsors Link

14. Bukti Perhitungan

Prosedur dan bukti perhitungan merupakan salah satu bukti fisik yang terpecah, yang dilakukan
dalam auditing. Auditor akan mendapatkan bukti setelah melakukan counting, tak jarang mereka
bahkan melakukannya sendiri untuk memastikan apakah hasil pekerjaan benar-benar real atau
adanya manipulasi yang tidak diinginkan.

Perhitungan ini sejenis dengan pengujian detail transaksi, hal ini berguna untuk mendapatkan
kebenaran transaksi, ketepatan otoritas transaksi akuntansi klien dan kebenaran. Jika auditor
memiliki keyakinan bahwa transaksi tersebut telah dicatat dengan tepat maka auditor dapat
meyakini bahwa saldo total buku besar tentulah benar. (Baca: 10 Pengertian Akuntansi Piutang)

15. Bukti Inspeksi

Inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci, terhadap sebuah dokumen dan kondisi fisik yang
memiliki kaitan serta menghasilakn bukti untuk mendukung laporan keuangan.Bukti ini
dimasukan kedalam bukti dan prosedur dalam audit. (Baca: Unsur Unsur Laporan Keuangan)

Bukti audit memiliki variasi yang cukup banyak pengaruhnya, sehingga auditor independen
dalam rangka memberikan pendapat mengenai laporan keuangan auditan. Relevansi, ketepatan
waktu serta real atau objektif merupakan bukti audit yang dibutuhkan dan juga diharapkan.
(Baca: Jenis Jenis Laporan Keuangan)

Adanya cukup banyak jenis bukti audit ini menunjukan bahwa keuangan dan laporannya
merupakan hal yang harus memiliki perhatian ekstra, agar tidak terjadi kesalahan dan berujung
pada salah paham atau berimbasnya baik klien, karyawan atau auditor itu sendiri. Agar tidak
terjadi hal yang tidak diharapkan ketika dilakukan auditing.

Anda mungkin juga menyukai