Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dewasa ini sebuah pendidikan tidak hanya berproses pada pemberian
informasi dan transfer ilmu saja. Tetapi juga pengarahan terhadap tingkah
laku dan masa depan peserta didik. Oleh karena itu, dibentuklah sebuah
bagian dalam lembaga pendidikan yang disebut sebagai Bimbingan dan
Konseling atau BK. Bimbingan konseling ini dmaksudkan sebagai
penyuluh bagi pesertatentang bagaimana untuk bersikap, mengatasi
masalah yang dihadapi, bahkan juga memberikan gambaran tentang masa
depan serta prospek kerja yang akan ditempuh.
Pengertian dari bimbingan dan konseling yaitu suatu kegiatan yang
terstruktur dan secara aktif membantu seorang individu dalam
mengembangkan potensi yang dimiliki, memberikan arahan kepada
individu untuk mengatasi masalah yang dimiliki, dan juga mengarahkan
individu agar dapat memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang ada
dalam lingkungan bermasyarakat, sehingga nantinya individu tersebut
dapat berinteraksi secara produktif di lingkungan sosial (Kamaluddin,
2011).

Pada bimbingan dan konseling pastinya tidak lepas dari seorang


konselor yang bertindak sebagai pemberi bantuan dan arahan dalam
layanan bimbingan dan konseling, serat seorang konseli atau klien yang
bertindak sebagai orang yang menerima bantuan atau orang yang
berkonsultasi tentang masalah yang sedang dihadapi. Layanan bimbingan
dan konseling tidak boleh dilaksanakan dengan sewenang-wenang dan
berdasarkan kehendak sendiri, tetapi juga harus mengikuti prosedur-
prosedur yang ada. Oleh karena itu, sebagai pihak pemberi bantuan,
seorang konselor harus memiliki kualifikasi tertentu yang kemudian dari
kualifikasi tersebut dapat menentukan kualitas seorang konselor (Putri,
2016).

Sesuai dengan pembahasan tersebut, pada makalah ini penulis akan


membahas bagaimana pengertian konselor yang merupakan pihak pemberi
bantuan dalam layanan bimbingan dan konseling secara lanjut, serta
kualifikasi yang menentukan kualitas seorang konselor yaitu karakteristik
dan keterampilan konselor sebelum memulai sebuah layanan bimbingan
dan konseling.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari seorang konselor pada bimbingan dan konseling?
2. Bagaimana karakteristik dan keterampilan yang harus dimiliki seorang
konselor dalam memulai layanan bimbingan dan konseling?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari konselor.
2. Mengetahui karakteristik dan keterampilan yang harus dimiliki oleh
seorang konselor.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PengertianKonselor
Menurut Hartono dan Boy Soedarmadjidalambukupsikologikonseling,
konselormerupakanseorang yang
memilikikeahliandalambidangpelayanankonseling dan tenaga professional
dalampelayananmasalahsosial yang terjadi dimasyarakat.
Konselordipandangsebagaiseorang yang
memberikanbantuankepadaseorangkliendalammenyelesaikanmasalahnyad
enganmenggunakanteknik-teknikkonseling. Oleh karenaitu, kualitas dan
keprofesionalanseorangkonselorperludiperhatikan yang
bertujuanmemudahkannyadalammenjalankan proses
bimbingankonselingtersebutsehinggamemperolehhasil yang
efektif.Selainitu, sebagaihelping
professionsseorangkonselorhendaknyapengupayakanpelayanankepadaklien
ataukonselidenganpenuhempatik, menghormatikeberagamankonseli, dan
hendaknyamengedepankankebaikankonseli.

B. Karakteristik dan Keterampilan yang dimilikiKonselor


Karakteristik Konselor yang Efektif
Seorang konselor bisa dikatakan efektif jika mampu memahami setiap
permasalahan siswa atau remaja. Karena pemahaman merupakan modal
awal untuk mengerti apa yang terjadi pada siswa. Karakteristik konselor
yang efektif terkait kualitas unggulan yang haru dimiliki oleh konselor
selain pengetahuan dan wawasan kompetensi keunggulan pribadi, konselor
juga harus memiliki kesadaran akan nilai-nilai sosial budaya karena sangat
penting untuk menunjang kualitas pribadi konselor dalam pelayanan
konseling bagi siswa dalam mengatasi masalah.(Kushendar, 2017a)
1. Karakteristik Pribadi
Seorang konselor harus memiliki daya tarik individu unntuk
menjadikan langkah bagi konseli dalam proses pendekatan bagi siswa.
Ketika konselor bersama dengam konseli yang dapat dikatakan sebagai
siswa, konselor dengan tulus dan memiliki niat baik maka secara
otomatis konseli akan tertarik pada konselor. Gambaran inilah yang
dikatakan daya tarik inividu sebagai sisi mint dan kesenangan terhadap
individu (Kholili, 2018).
Karakteristik pribadi lain yang harus dikembangkan pada koselor
adalah mengembangkan rasa religius yang menyangkut pemahaman
konselor akan nilai-nilai agama. Yang arinya aspek religius pada
konselor sebagai makhluk tugas yang berpegang teguh pada nilai-nilai
keimanan sehingga adanya keseimbangan antara kehidupan duniawi
dan kehidupan di akhirat.
Selain itu, menurur Canvanagh (1982) dalam (Dr. Syamsu Yusuf,
2008) kualitas pribadi konselor ditandai dengan ciri-ciri sebagai
berikut:

a. Pemahaman Diri (Self-knowledge)


Konselor memahami dirinya dengan baik, dia memahami
secara pasti apa yang dia lakukan, mengapa dia melakukan
itu,dan masalah apa yang harus dia selesaikan. Pemahaman diri
sangant penting karena konselor yang memiliki persepsi yamg
akurat tentang diirnya sendiri cenderung memiliki persepsi
yang akurat pula tentang konseli. Konselor yang memahami
dirinya sendiri, maka dia akan mampu mengajar cara
memahami diri itu kepada orang lain.

b. Kompeten (Competen)
Yang dimaksud kompeten adalah bahwa konselor memiliki
kualitas fisik, intelektual, emosional,sosial dan moral dalam
berkepribadian. Hal ini sangatlah penting karena klien yang
akan dikonseling akan belajar dan mengembangkan
kompetensi-kompetensi yang diperlukan untuk mencapai
kehidupan yang efektif.
Konselor yang memiliki kompetensi akan malahirkan rasa
percaya terhadap klien untuk meminta bantuan melalui layanan
konseling. Disamping itu, kompetensi juga sangat penting bagi
efisiensi waktu pelaksaan konseling.

c. Kesehatan Psikologis
Konselor dituntut memiliki kesehatan psikologis yang lebih
baik dari kliennya. Hal ini penting karena kesehatan psikologis
(psychological health) konselor akan mendasari pemahaman
terhadap perilakunya. Ketika konselor memahami bahwa
kesehaatan psikologisnya baik dan dikemabangkan melalui
konseling, maka proses konseling akan berjalan dengan baik.

d. Dapat Dipercaya (Trustworthiness)


Seorang konselor harus memiliki pribadi yang konsisten,
dapat dipercaya oleh orang lain baik perkataan maupun
perbuatan, bertanggung jawab sehingga mampu merespon
orang lain secara utuh, tidak ingkar janji, dan mau membantu
secara penuh. Mengingat esensi tujuan konseling adalah
mendorong konseli untuk mengutarakan masalah dirinya yang
paling dalam. Dalam hal ini,konselor harus memahami dan
mau menerima curahan hatinya dengan tanpa penolakan.
Sebaliknya, konseli juga perlu mempercayai karakter dan
motivasi konselor dalam arti bahwa konselor mmepunya
motivasi untuk membantunya. Apabila klien menerima
kepercayaan dari konselor, maka akan berkembang dalam
dirinya sikap percaya terhadap dirinya sendiri.

e. Jujur (Honesty)
Yang dimaksud jujur disini adalah bahwa konselor itu
bersikap transparan (terbuka), autentik, dan asli (genuine).
Konselor yang jujur memiliki karakteristik sebagai berikut.
1) Bersikap kongruen, artinya sifat-sifat dirinya yang
dipersepsi oleh dirinya oleh dirinya sendiri (real self) sama
dengan yang dipersepsi orang lain (public self).
2) Memiliki pemahaman yang jelas tentang makna kejujuran.

f. Kekuatan (Strenght)
Hal yang
sangatpentingdalamkonselingyaitukemampuanseorangkonselor
, karenadenganhaltersebutklienakanmerasaaman.
Anggapanseorangklienterhadapkonseloradalahseorang yang
sabardalammenghadapimasalah,
dapatmemberimotivasiataudoronganterhadapklienuntukmenyel
asaikanmasalahnya, dan dapatmenanggulangikebutuhan dan
masalahpribadi. Konselor yang
memilikikekuatancenderungmenampilkankualitassikap dan
prilakuberikut:
1) Dapatmembuatbatasanwaktu yang pantasdalamkonseling
2) Bersifatfleksibel
3) Memilikiidentitas yang jelas

g. Bersikaphangat
Yang dimaksudsikaphangatyaituramah, penuhperhatian dan
kasihsayang. Apabilahaltersebutdiperoleh,
makakliendapatmengalamiperasaannyamandalamkonseling.
Karena pada umumnyaklien yang
datangmemintabantuankonseloradalah yang
kurangmengalamikehangatandalamhidupnya,
sehinggatakjarangdiakehilangankemampuanuntukbersikaprama
h, memberikanperhatian dan kasihsayang. Oleh karena itu,
melalui konseling klien ingin mendapatkan rasa hangat dan
melakukan sharing dengan konselor.

h. Actives Responsiveness
Keterlibatan konselor dalam proses konseling bersifat
dinamis, tidak pasif. Melalui respon yang aktif, konselor dapat
mengkomunikasikan perhatian dirinya terhadap kebutuhan
klien. Di sini, konselor mengajukan pertanyaannya yang tepat,
memberikan umpan balik yang bermanfaat, memberikan
informasi yang berguna, mengemukakan gagasan baru,
berdiskusi dengan klien mengenai cara mengambil keputusan
yang tepat, dan membagi tanggungjawab dengan klien dalam
proses konseling.

i. Sabar (patient)
Melalui kesabaran konselor dalam proses konseling dapat
membantu klien untuk mengembangkan dirinya secara alami.
Sikap sabar konselor menunjukkan lebih memperhatikan diri
klien dari pada hasilnya. Konselor yang sabar cenderung
menampilkan kualitas sikap dan perilaku yang tidak tergesa-
gesa.

j. Kepekaan (sensitivity)
Kualitas ini berarti bahwa konselor menyadari tentang
adanya dinamika psikologis tersembunyi atau sifat-sifat mudah
tersinggung, baik pada diri klien atau dirinya sendiri. Konselor
yang sensitif akan mampu mengungkap atau menganalisis apa
masalah sebenarnya yang sedang dihadapi klien. Konselor yang
sensitif memiliki kualitas perilaku sebagai berikut:
1) Sensitif terhadap reaksi dirinya sendiri
2) Mengetahui kapan, dimana, kapan dan berapa lama dalam
mengungkap masalah klien (probing)
3) Pengajukan pertanyaan tentang presepsi klien tentang
masalah yang dihadapinya.
4) Sensitif terhadap sifat-sifat yang menyinggung dirinya.

k. Kesadaran Holistik
Pendekatan holistik dalam konseling berarti bahwa
konselor memahami klien secara utuh. Namun, bukan berarti
bahwa konselor adalah seorang ahli dalam segala hal, disini
menunjukkan bahwa konselor harus memahami adanya
berbagai dimensi yang menimbulkan masalah klien. Dimensi
tersebut merupakan fisik, intelektual, emosi, sosial, seksual,
moral-spiritual. Konselor yang memiliki kesadaran holistik
cenderung bersikap sebagai berikut.
1) Menyadari secara akurat tentang dimensi-dimensi
kepribadian yang kompleks.
2) Menemukan cara memberikan konsultasi yang tepat dan
mempertimbangkan tentang perlunya referal (rujukan).
3) Akrab dan terbuka terhadap berbagai teori.

2. KarakteristikPengetahuan
Dari segi pengetahuan (knowledge), konselor merupakan tenaga
ahli yang memiliki keunggulan karakteristik yaitu pengetahuan dan
wawasan yang luas karena seoraang konselor harus memiliki banyak
sudut pandang dan dapat memaparkan secara terbuka dalam
menganggapi permasalahan yang ada. Dalamhalini,
seorangkonselordapatdinilaikompetennyamelaluipengetahuan,
informasi dan keterampilannyadalam proses bimbingankonseling.
Agar konselormemilikipengetahuan yang baikterkait proses
bimbingankonseling, konselorterlebihdahulumemilikiasesmen,
kodeetik, teknikkonseling dan kemampuanuntukmengevaluasihasil
yang baik pula. (Kushendar, 2017b)

3. KarakteristikPengalaman
Konselor memiliki karakteristik pengalaman jika seorang konselor
mampu mengaplikasikan pengetahuan konselingnya baik di sekolah
maupun di luar sekolah. Praktikbimbingankonseling di
sekolahmencakuplayananbimbingan yang
diberikankonselorkepadapesertadidiksebagaiklien.
Sedangkanpengalamankonselor di
luarsekolahyaitupraktikbimbingankonseling di masyarakat.
Dalamhalini, konselormendapatkanpeluangsekaligustantangan yang
didapat.
Mendapatkanpeluangjikakonselorsudagmenerimakepercayaangdaripih
akmasyarakatmaka proses layananbimbingandapatberlangsung.
Sebaliknya,
jikamasyarakattelahhilangkepercayaanatastindakankonselor yang
mengecewakanmakakonselortidakbisamenjaminmutupelayanankonseli
ngsehinggamerugikaneksistensiprofesikonseling.

Selain harus memiliki karakteristik, seorang konselor juga harus


memiliki keterampilan dasar dalam melaksanakan layanan bimbingan dan
konseling. Tanpa keterampilan dasar ini, kinerja seorang konselor dalam
layanan bimbingan dan konseling akan dinilai buruk, sehingga seorang
konselor tersebut tidak dapat membantu seorang konseli dengan baik pula
(Bustaman, 2016). Keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai oleh
seorang konselor sebagai respon terhadap konseli dalam layanan
bimbingan dan konseling yaitu sebagai berikut(Widodo, 2012):

1. Opening
Keterampilan ini adalah keterampilan bagaimana seorang
konselor membuka sesi konseling dengan melakukan perkenalan
dengan konseli.

2. Acceptance
Respon ini adalah saat di mana seorang konselor menerima dan
merasa ingin lebih tahu tentang permasalaan yang dialami oleh
seorang konseli.

3. Structuring
Keterampilan dalam membatasi ruang lingkup layanan
bimbingan dan konseling, seperti waktu, tindakan, peran, dan masalah
agar kegiatan konseling bejalan lancar. Maksud dari pembatasan ini
adalah agar kegiatan konseling tidak menghabiskan banyak waktu,
tidak terdapat tindakan-tindakan yang berbahaya dan tidak diinginkan,
agar tidak terjadi kesalahpahaman antara peran konselor dan konseli,
serta agar seorang konseli dapat lebih fokus terhadap masalah utama
yang sedang dihadapi saat bercerita kepada konselor.

4. Reflection of Feeling
Keterampilan seorang konselor dalam memantulkan kembali
perasaan sebagai hasil dari pengamatan selama kegiatan konseling
sedang berlangsung.

5. Directing
Keterampilan seorang konselor dalam mengarahkan konseli atas
solusi-solusi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi.

6. Questioning
Keterampilan seorang konselor untuk bertanya kepada konseli
selama kegiatan konseling sedang berlangsung untuk membuat
konseli terbuka terhadap masalah yang dihadapi.
7. Clarification
Keterampilan konselor untuk menyatakan kembali atau
memperjelas informasi yang telah disampaikan oleh konseli ketika
informasi tersebut dirasa kurang jelas.

8. Restatement
Keterampilan seorang konselor untuk menyatakan kembali
sebagai respon bahwa konselor telah paham terhadap masalah yang
diceritakan oleh konseli dalam kegiatan konseling.

9. Confrontation
Keterampilan confrontasi merupakan keterampilan yang dimiliki
oleh seorang konselor untuh mengarahkan seorang konseli terhadap
adanya banyak hal yang tidak konsisten yang dilakukan oleh konseli.

10. Paraphrasing
Keterampilan ini yakni keterampilan seorang konselor yang untuk
mengekspos atau mengungkap kembali suatu hakikat atau inti yang
telah diungkapkan oleh seorang konseli sebelumnya.

11. Reassurance
Reassurance merupakan suatu keterampilan yang harus dimiliki
oleh guru BK atau konselor untuk memberikan suatu penguatan
terhadap apa yang menjadi pilihan bagi seoarang konseli. Kemudian
hal ini dapat diserap oleh seorang konseli untuk dijadikan sebuah
solusi dalam memecahkan masalahnya.

12. Sumarry
Pada tahap ini summary merupakan suatu keterampilan konselor
dalam mengambil sebuah kesimpulan yang telah di utarakan oleh
konseli sebelumnya.

13. Termination
Keterampilan yang digunakan oleh seorang konselor untuk
melakukan penutupan atau mengakhiri sebuah konseling, baik ditutup
untuk dilanjutkan pertemuan selanjutanya ataupun benar-benar
diakhiri atau ditutup.

14. Rejection
Keteterampilan rejection atau penolakan, keterampilan ini
diterapkan seorang konselor atau guru BK untuk melakukan unsur
penolakan terhadap konseli pada saat konseli terlihat kebingungan
dalam megambil sebuah tindakan atau keputusan dalam melakukan
atau mengatasi sebuah masalah yang dihadapinya.

15. Advice
Advice ini merupakan keterampilan yang dapa diaplikasikan oleh
konselor kepada konseli dalam memberi sebuah nasehat atau saran
dengan tujuan agar seorang konseli memiliki keputusan yang pasti.

BAB III
KESIMPULAN
Bimbingan konseling merupakan suatu kegiatan bimbingan yang
dilakukan oleh konselor atau guru BK terhadap seorang konseli. Seorang konselor
sendiri yaitu seorang pembimbing yang menyalurkan atau melakukan bimbingan
kepada seorang konseli atau siswa atau klien, dengan tujuan untuk membentuk
kepribadian seorang konseli lebih optimaldalam menganbil keputusan ataupun
memecahkan masalah yang dihadapinya.
Namun dalam melayani seorang konseli, seorang konselor perlu atau harus
memiliki karakteristik dan keterampilan supaya seorang konselor tahu akan apa
yang dialami seorang klien atau konseli baik secara individu maupun kelompok,
serta seorang konselor dapat mengetahui batasan batasan dalam melakukan
bimbingan konseling.
DAFTAR PUSTAKA
Bustaman, N. (2016). Keterampilan Dasar Konseling: Laporan Tes dan Langkah
Berikutnya. SULOH, 1(1), 27–35.
Kamaluddin, H. (2011). Bimbingan dan Konseling Sekolah. Jurnal Pendidikan
Dan Kebudayaan, 17(4), 447–454. https://doi.org/10.24832/jpnk.v17i4.40
Putri, A. (2016). Pentingnya Kualitas Pribadi Konselor Dalam Konseling Untuk
Membangun Hubungan Antar Konselor Dan Konseli. JBKI (Jurnal
Bimbingan Konseling Indonesia), 1(1), 10–13.
https://doi.org/10.26737/jbki.v1i1.99
Widodo, B. (2012). Aplikasi Keterampilan Komunikasi Konselor Dalam Proses
Konseling di SMP Negeri Kota Madiun. Widya Warta, 1(1), 52–65.
Dr. Syamsu Yusuf. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Kholili, M. I. (2018). PENINGKATAN KUALITAS PRIBADI KONSELOR
SEBAGAI UPAYA MENYIKAPI INTOLERANSI BUDAYA DI
INDONESIA. Bikotetik (Bimbingan Dan Konseling: Teori Dan Praktik).
https://doi.org/10.26740/bikotetik.v2n1.p81-88
Kushendar. (2017a). karakteristik konselor yang efektifNomor 1 bulan Maret.
Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia.
Kushendar, K. (2017b). KARAKTERISTIK KONSELOR YANG EFEKTIF
DALAM MEMAHAMI KRISIS IDENTITAS PERSPEKTIF BUDAYA
NUSANTARA. JBKI (Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia).
https://doi.org/10.26737/jbki.v2i1.251
Anisah, l. (2016). kompetensi profesional konselor dalam penyelenggaraan
penelitian tindakan bimbingan dan konseling . jurnal konseling
GUSJIGANG vol. 2 no. 1, 67.

Anda mungkin juga menyukai