Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PAKTIKIUM KIMIA DASAR II

“TITRASI ASAM BASA”

DISUSUN OLEH :

Nama : Lisya Ramadhani

Kelas/BP : 1C/1920086

Kelompok :2

Waktu Praktikum : 2 Maret 2020

Anggota Kelompok : 1. Khairunnisa Azizah

2. Ridho Ananda Putra

3. Shinta Wulandari

Dosen : Drs. Hazil Anwar,M.Si

Melysa Putri,M.Si

2020
TITRASI ASAM BASA

1. TUJUAN
1.1. Melatih kemampuan memipet, menitrasi, dan menggunakan
indikator phenolftaein.
1.2. Menstandarisasi larutan natrium hidroksida dengan asam oksalat.
1.3. Menentukan konsentrasi molar dan persen massa asam asetat
dalam larutan cuka.
1.4. Belajar menggunakan hukum stoikiometri pada titrasi asam basa,

2. TEORI DASAR
Titrasi adalah salah satu cara untuk menentukan konsentrasi larutan
dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang di ketahui
konsentrasinya dengan tepat. Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan
pada reaksi netraisasi asam basa. Pada titrasi asam kuat dan basa kuat
dalam air akan terurai dengan sempurna. Oleh karena itu ion hidrogen dan
ion hidroksida selama titrasi berlangsung dihitung dari jumlah asam atau
basa yang ditambahkan. Pada titik ekuivalen dari titrasi ini, pH larutan
pada temperatur kamar sama dengan pH air, yaitu sama dengan 7. Pada
titik akhir titrasi, satu tetes indikator sudah cukup untuk menyebabkan
perubahan warna. Percobaan ini dimulai dengan mengencerkan larutan
NaOH 6M menjadi 0,3 M. Larutan NaOH 0.3 M perlu distandarisasi
dengan menggunakan larutan asam oksalat (H2C2O4). Reaksi yang terjadi
pada saat titrasi standarisasi adalah sebagai berikut :
H2C2O4 + 2 NaOH (COONa)2 + 2 H2O

Indikator pH sangat penting keberadaannya terutama dalam bidang kimia


yang digunakan untuk analisis volumetri. Salah satu metode dalam analisis
tesebut adalah titrasi asam basa atau titrasi netralisasi. Pada titrasi ini
melibatkan penambahan indikator yang berfungsi membantu menentukan
titik ekivalen yang ditandai dengan mengamati terjadinya perubahan
warna pada akhir titrasi.Indikator yang dgunakan dalam titrasipenetralan
dinamakan indikator asam basa. Indikator yaitu bahan kimia yang sangat
khusus yang dapat mengubah warna larutan dengan perubahan pH setelah
penambahkan asam atau basa (Gupta, 2012). Indikator asam basa
cenderung untuk bereaksi dengan kelebihan asam atau basa pada saat
titrasi untuk menghasilkan perubahan warna (Abbas,2012). Hingga saat ini
indikator yang banyak digunakan dalam titrasi asam basa adalah jenis
indikator sintetis seperti fenolphtalein (PP), metil merah (MM), metil
orange (MO) dan merah fenol (MF). Titrasi adalah suatu cara untuk
menentukan konsentrasi asam atau basa dengan menggunakan larutan
standar. Larutan standar dapat berupa asam atau basa yang telah diketahui
konsentrasinya dengan teliti. Larutan standar asam diperlukan untuk
menetapkan, konsentrasi basa dan larutan standar basa diperlukan untuk
menetapkan konsentrasi asam. Keadaan dengan jumlahekivalen asam
sama dengan basa disebut titik ekivalen. pH larutan mengalami perubahan
selama titrasi dan titrasi diakhiri pada saat pH titik ekivalen telah tercapai
(Supardi, 2006: 17).Metode titik akhir potensiometri seringkali digunakan,
meskipunpada umumnya perilaku elektrodadalam pelarut tanpa-air tidak
dipahami dengan baik.Metode yang baik digunakan adalah dengan
mengacu metode yang telah dilakukan oleh peneliti lain dalam situasi
yangserupa. Titik akhir instrumental seperti konduktometrik dan
fotometrik telah digunakan berhasil dengan baik (Day, 1986:
172).Penentuan titrimetri kebanyakan didasarkan pada reaksi-reaksi asam-
basa, pengendapan, pembentukan kompleks, oksidasi-reduksi yang
dianggap berlangsung sempurna. Persamaan reaksi kimia dari reaksi-
reaksi tersebut memberikan hubungan antara jumlahmol spesies reaktan
dan jumlahmol spesies produk yang terjadi. Konsentrasi larutan
standaryang digunakan dalam titrimetri biasanya dinyatakan dalam
molaritas. Molalitas dan persen berat lebih jarang digunakan dalam
analisis kimia (Quintus, 1997 :11).

Titrasi asam-basamemanfaatkan perubahan besar pH, untuk


menetapkan kapan titik kesetaraan itu dicapai. Terdapat banyak asam dan
basa organik lemah yang bentuk ion dan bentuk tak-terdisosiasinya
menunjukkan warna yang berlainan. Bentuk ion dan bentuk tak-
terdisosiasinya tersebutdapat digunakan untuk menetapkan kapan telah
ditambahkan cukup titran dan disebut indikator tampak (visual indicator).
Suatu contoh sederhana adalah p-nitrofenol, yang merupakan asam lemah
dengan disosiasi sebagai berikut:

Bentuk tak terdisosiasinya tak berwarna, namun anionnya, yang


mempunyai sistem ikatan rangkap-tunggal selang-seling (sistem
konjugasi), berwarna kuning. Molekul atau ion yang memiliki sistem
konjugasi semacam itu menyerap cahaya yang lebih panjang, panjang-
gelombangnya daripada molekul padanannya yang tak memiliki sistem
konjugasi. Cahaya yang diserap seringkali berada dalam bagian tampak
dari spektrum, dan karenanya molekul atau ion itu berwarna.Indikator
fenolftalein yang dikenal baik adalah asam dwiprotik dan tak-berwarna.
Mula-mula zat ini berdisosiasi menjadi suatu bentuk tak-berwarna dan
kemudian dengan kehilanganproton kedua, menjadi ion yang sistem
konjugasi; timbullah warna merah. Jingga metil, suatu indikator lain yang
luas pemakaiannya, adalah suatu basa dan berwarna kuning dalam bentuk
molekulnya. Penambahan ion hidrogen akan menghasilkan kation yang
berwarna merah muda. Berikut adalah tabel titrasi asam basa
3. PROSEDUR KERJA
3.1. Alat
a. Gelas ukur = digunakan sebagai alat mengukur volume
cairan .
b. Erlenmeyer = digunakan sebagai penampung larutan
yang akan di titrasi.
c. Corong = digunakan untuk memasukkan atau
memindahkan larutan.
d. Batang pengaduk = untuk menghomogenkan / membantu
pelarutan suatu larutan.
e. Pipet gondok = digunakan untuk mengambil larutan secara
teliti.
f. Labu ukur 100 ml = digunakan sebagai wadah pengenceran zat.
g. Standar dan klem = sebagai penjepit buret pada saat proses
titrasi.
h. Buret = sebagai tempat untuk melakukan titrasi.
i. Bola hisap = digunaka pada bagian ujung pipet gondok,
sebagai penghisap larutan agar masuk ke dalam pipet.
j. Botol semprot = sebagai wadah aquades.
k. Gelas piala 500 ml = sebagai tempat untuk membuat larutan.
3.2. Bahan
a. Larutan NaOH encer, NaOH 6M = sebagai sampel.
b. Kristal asam oksalat = sebagai sampel.
c. Indikator PP = sampel untuk menetukan asam atau basa larutan.
d. Sampel cuka = sebagai sampel.
3.3. Cara kerja
a. Pembuatan standar larutan natrium hidroksida
1. Diambil 5 ml larutan NaOH 6M dengan gelas ukur dan di
masukkan dalam gelas piala yang berisi 300 ml air suling, lalu
di aduk hingga homogen.
2. Dibilas buret dengan larutan NaOH yang telah dibuat,
dipasang buret pada standard, di tutup kran buret dan diisi
dengan larutan NaOH.
3. Ditimbang 1 gram asam oksalat dan di larutkan di dalam labu
ukur 100 ml dengan menggunakan aquaest. Di Pipet 10 ml
asam oksalat dan masukkan ke dalam erlenmeyer.
Ditambahkan 2-3 tetes indikator pp.
4. Dicaatat skala awal buret dan titrasi asam oksalat dengan
menggunakan larutan NaOH sampai titik akhir titrasi (warna
merah muda). Dicatat kembali skala pada buret.
5. Di ulangi percobaan tersebut sebanyak 3 kali.
6. Dihitung kemolaran standar larutan NaOH untuk masing-
masing pengulangan dan dihitung rata-ratanya.
b. Penentuan konsentrasi asam asetat dalam asam cuka
1. Di pipet sampel cuka kedalam erlenmeyer. Di tambahkan 100
ml air dan 2-3 tetes indikator pp.
2. Isi buret kembali dan catat skala awal. Ditiitrasi sampel cuka
sampai warna merah muda. Di catat kembali skala buret.
3. Diulangi percobaan 1&2 sampai 3 kali.
4. Dihitung kemolaran asam asetat dalam cuka.
5. Diubahlah konsentrasi molar ke konsentrasi % dengan
menganggap densiti sampel cuka 1.01 gr/mol.
Catatan : selesai bekerja cuci buret dengan sampai bebas dari
sisa NaOH.
3.4. Skema kerja.
a. Pembuatan standar larutan natrium hidroksida

b. Penentuan konsentrasi asam asetat dalam cuka


4. PERTANYAAN DAN JAWABAN
4.1. Jelaskan istilah dari :
a. Titik akhir titrasi
Jawab : adalah titik dimana titrasi harus dihentikan pada saat
terjadi perubahan indikator.
b. Indikator
Jawab : adalah suatu zat yang dapat menentukan kebasaan dan
keasaman suatu larutan.
c. Kemolaran
Jawab : adalah banyaknya mol zat terlarut daam tiap liter larutan.
d. Konsentrasi
Jawab : adalah cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara
zat terlarut dan pelarut.
e. Standarisasi
Jawab : adalah suatu proses yang digunakan untuk menentukan
secara teliti konsentrasi suatu larutan.
f. Titrasi
Jawab : adalah salah satu cara untuk menentukan konsentrasi
larutan dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain
yang di ketahui konsentrasinya dengan tepat.
4.2. Bagaimana cara mengetahui titik akhir sudah tercapai?
Jawab : menentukannya pada saat jumlah mol yang ada di buret sama
dengan jumlah mol yang ada di dalam erlenmeyer atau warna larutan
sudah berubah menjadi pink muda atau merah pekat.
4.3. Sebutkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil titrasi!
Jawab : indikator titrasi, titik ekuivalen/ titik akhir teoritis, titik akhir
titrasi.
5. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
5.1. Hasil pengamatan.

NaOH = bening
Asam oksalat = bening
Asam oksalat + indakor PP = bening
Asam asetat + indikator PP + NaOH = pink seulas
a. Standarisasi NaOH dengan oksalat.

Standarisasi Skala Awal Skala Akhir Volume


1 0.00 ml 16.00 ml 16.00 ml
2 16.00 ml 32.00 ml 16.00 ml
Volume rata-rata 16.00 ml
b. Penentuan konsentrasi asam asetat dalam cuka.

Standarisasi Skala awal Skala akhir Volume terpakai


1 22.10 ml 27.10 ml 5.00 ml
2 27.10 ml 31.90 ml 4.80 ml
3 32.00 ml 36.90 ml 4.90 ml
Volume rata-rata 4.90 ml

Oksalat tertimbang = 1.0004 gram.

5.2. Perhitungan
gram 1000
Noksalat = x
BE V
1.0004 gram 1000
= x
63 gr /molek 100 ml
= 0.1588 N
VNaOH x NNaOH = Voksalat x Noksalat
16.00 ml x NNaOH = 10 ml x 0.1588 N
10 ml x 0.1588 N
NNaOH = 16.00 ml
NNaOH = 0.0992 N

% asam asetat = VNaOH x NNaOH x BEAsetat x FP x 100 %


Vsampel x 1000
60 gr
4.90 ml x 0.0992 N x x 100
= molek x 100%
10 ml x 1000

2916.48
= x 100 %
10000

= 29.1 %

5.3. Reaksi
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
2NaOH + H2C2O4 Na2C2O4 + 2H2O
H2O + CH3COOH H3O + CH3COO-

6. PEMBAHASAN
Dari praktikum yang kami lakukan kami mendapatkan hasil
pengamatan titrasi asam basa. Pada percobaan pertama larutan yang kami
gunakan ada NaOH dan Phenolftalein sebagai indikatornya. Volume rata-
rata standarisasi NaOH dengan oksalat yang dihasilkan pada percobaan
pertama adalah 16.00 ml sedangkan pada percobaan ke dua , penentuan
konsentrasi asam asetat dalam cuka didapatkan volume rata-rata
terpakainya 49.1 ml. Cara menentukan titrasi asam basa yaitu sampai
membentuk atau berubahnya warna larutan sampai pink seulas.
7. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
- Praktikan sudah bisa memipet, menitrasi, dan menggunakan
indikator phenolftalein.
- Praktikan sudah bisa menstandarisasi larutan natrium hidroksida
dengan asam osalat.
- Praktikan sudah bisa menentukan konsentrasi molar dan persen
masa asam asetat dalam cuka dengan rumus :
mol zat terlarut
M= dan
volume larutan( L)
% asam asetat = VNaOH x NNaOH x BEAsetat x FP x 100 %
Vsampel x 1000
- Praktikan sudah belajar hukum stoikiometri pada titrasi asam basa
7.2. Saran
- Sebaiknya dalam melakukan percobaan tentang titrasi asam basa
harus dengan ketelitian yang penuh pada saat melihat perubahan
warna yang terjadi saat titik akhir titrasi.
- Menggunkan APD yang lengkap saat praktikum untuk
menghindari kecelakaan kerja yang terjadi.
- Dalam praktikum di harapkan praktikan lebih berhati-hati agar
mengurangi resiko kecelakaan kerja yang terjadi.
8. DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Hazil., Putri, Melysa. 2020. Modul praktikum kimia dasar ll.
Padang: Politeknik ATI Padang.
Yazid, EA., Munir,MM. (2018). Jurnal sains. Potensi atosianin dari
ekstrak bunga rosella sebagai alternatif indikator asam basa. 8(15): 2087-
0725.
Pratama,Yosi. 2013. Pemanfaatan ekstrak daun jati sebagai indikator titrasi
asam bas[skripsi]. Semarang (ID): Universitas Negeri Semarang.

Anda mungkin juga menyukai