Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Mangifera indica L.

Tanaman Mangifera indica L. atau yang lebih dikenal dengan tanaman


mangga dalam bahasa Indonesia, merupakan tanaman yang berasal dari India,
Srilanka dan Caylon yang dikenal sejak 4000 tahun yang lalu. Kemudian tersebar
di daerah tropis seperti Indonesia. Tanaman ini dapat berbuah di dataran rendah
dan daerah perbukitan rendah dengan ketinggian 300 meter diatas permukaan laut
(kusumo, et al.,

Tahun 1665 diperkirakan bangsa protugis yang membawa tanaman ini ke


Indonesia. Pulau Maluku merupakan tempat tanaman ini pertama kali
dibudidayakan. Karena, lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan tanaman
Mangifera indica L. adalah iklim yang sedikit kering, suhu udara berkisar antara
25o-32o C , dengan curah hujan 750-2000 mm, dengan masa kering 4-7 bulan
(Pertanian , 2014).

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mangga (Mangifera idica L.)

Klasifikasi dari tanaman Mangga (Mangifera indica L.) adalah sebagai


berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivision : Spermatophyta

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Subclass : Rosidae

Order : Sapindales

Family : Anacardiaceae

Genus : Mangifera

Species : Mangifera indica L.

Tanaman mangga terdiri dari akar, batang , daun, bunga dan buah. Akar
tanaman Mangga berupa akar tunggang dengan berbatang tegak, bercabang kuat,
berwarna abu-kecokelatan agak gelap sampai hitam. Daun Mangga terdiri dari dua
bagian yaitu tangkai daun dan badan daun. Daun mangga diselimuti oleh kulit
tipis yang dinamakan kulit ari yang terletak di mulut daun atau stomata .
Permukaan daun berwarna hijau mengkilat sedangkan bagian bawah daun
berwarna hijau muda . Bentuk bunga mangga merupakan bunga majemuk yang
berbentuk kerucut lebar, setiap bunga terdiri dari bunga jantan dan bunga
hermaprodit (bunga dengan kelamin ganda). Buah mangga termasuk buah batu
yang berdaging dengan panjang 2,5-3,0 cm. Didalam buah terdapat biji buah yang
terdiri dari 2 jenis biji yaitu, monoembrional (mengandung satu embrio) dan
poliembrional(mengandung lebih dari satu emrio) (Akhbar,2010; Parvez, 2016).

2.1.2 Kandungan kimia Tanaman Mangga (Mangifera indica L.)

Senyawa kimia yang terdapat dalam tanaman mangga khusunya pada daun
Mangifera indica L. adalah flavonoid, alkaloid, steroid, terpenoid, polifenol,
tannin, saponin. Mangiferin merupakan kandungan terbesar dari daun Mangifera
indica L. yang berkhasiat sebagai antioksidan, antiinflamasi, antimikroba,
analgesic, dan antidiabetes (Syah, dkk., 2015).

2.1.3 Manfaat Tanaman Mangga (Mangifera indica L.)

Salah satu manfaat tanaman mangga yakni berkhasiat sebagai antikanker,


antidiabetes terutama pada ekstraksi etanol dan aqua dari bagian daun yang diteliti
dengan menggunakan tikus , dengan dosis 250 mg/KgBB dapat menurunkan
diabetes tipe 2. Selain itu bermanfat sebagai agen yang dapat menurunkan
kolesterol total, trigliserida, LDL, VLDL, dan menaikkan kadar HDL yang telah
diujicoba pada tikus dengan dosis 200mm/KgBB. Manfaat lainnya yaitu sebagai
antipiretik, anti-tetanus, analgesic, anti-ulkus, antibakteri ,anti-diare, antifungi,
anti malaria, agen inflamasi, bronkodiltor dan pencegahan osteoporosis (Parvez,
2016).

2.2 Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus berasal dari bahasa Yunani yaiu “siphon” yang berarti
ketika tubuh mengeluarkan cairan yang berlebihan dan “mellitus” yakni madu.
Diabetes mellitus merupakan keadaan yang kronis dengan ditandai peningkatan
kadar glukosa darah (Bilous & Donelly, 2014).

Diabetes mellitus dapat menyebabkan kerentanan terhadap gangguan


fungsi pada organ mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. Hal ini
dikarenakan gangguan dari kerja insulin dan gangguan sekresi insulin. Hormon
insulin diproduksi oleh pankreas dan bertanggung jawab dalam mengatur kadar
glukosa darah (Internasional Diabetes federation, 2015).
2.2.1 klasifikasi Diabetes Mellitus

klasifikasi diabetes mellitus terbagi atas diabetes tipe 1, diabetes tipe 2,


dan diabetes tipe lain. Diabetes tipe 1 disebabkan oleh rusaknya sel pulau
pembentuk insulin. Kerusakan ini dikarenakan proses autoimun. Insidensi
diabetes tipe 1 lebih sedikit dibandingkan diabetes tipe 2 ( IDF, 2014).

Diabetes tipe 2 disebabkan oleh disfungsi ekskresi insulin dan resistensi


insulin. Diseluruh dunia isidensi penegakkan diagnosis tipe 2 sering sekali
terlambat yakni 90% setelah timbulnya komplikasi. Penyebab lainya yakni
memburuknya faktor resiko seperti kurangnya aktivitas fisik dan kelebihan berat
badan (WHO, 2014).

gestasional diabetes mellitus (GDM) ditandai dengan kadar glukosa darah


diatas normal yang didiagnosis selama kehamilan. Komplikasi meningkat terjadi
pada wanita dengan GDM yang hamil dan melahirkan, memiliki risiko diabetes
tipe 2 yang lebih tinggi di masa depan. (IDF, 2014).

2.2.2 Gejala klinis dan Diagnosis Diabetes Mellitus

Gejala yang ditimbulkan pada penderita diabetes mellitus yakni dapat


berupa gejala akut dan gejala kronik. Gejala akut meliputi poliphagia (banyak
makan), polidipsia (banyak minum), poliuria (banyak kencing/sering kencing
dimalam hari), nafsu makan bertambah, berat badan turun dengan cepat (5-10 kg
dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah. Gejala kronik diabetes mellitus yaitu
kesemutan, rasa kebas dan panas pada kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk,
kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bias terjadi impotensi ( Restyana,
2015).

Menegakkan diagnosis untuk DM hanya diperlukan hasil dari keluhan


serta gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan KGD. Interpretasi KGD dapat
berupa pemeriksaan glukosa darah sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa
>126 mg/dl. Hal ini sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM (Amir, 2015).

2.2.3 Tatalaksana Diabetes Mellitus

Prinsip dalam pengobatan diabetes yaitu meningkatkan kualitas hidup


pasien DM. Tujuan dari penatalaksaan adalah untuk menghilangkan keluhan dan
tanda DM, tercapainya target pengendalian glukosa, dan menurunnya morbiditas
dan mortalitas DM (Restyana, 2015).

Secara umum penatalaksaan DM secara umum meliputi 4 pilar yaitu


edukasi, terapi gizi, latihan jasmani, dan intervensi farmakologis. Intervensi
farmako meliputi obat anti hiperglikemik oral dan insulin. Obat anti hiperglikemik
oral merupakan pilihan untuk pasien rawat inap. Jenis obat oral terbanyak yang
digunakan yaitu metformin. Di Indonesia metformin digunakan untuk penderita
DM tipe 2 yang telah didiagnosis dan mengalami obesitas (putrid LK,2013).

Berdasarkan mekanisme kerjanya obat anti hiperglikemik oral yang


digunakan yakni dari golongan pemicu sekresi insulin, golongan dipeptidyl
peptidase-4 (DPP-IV) inhibitor, golongan peningkatan sensitivitas terhadap
insulin, golongan penghambat glukoneogenesis, dan golongan penghambat alfa
glukosidase (Firni,2016).

Anda mungkin juga menyukai