Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN LUKA BAKAR

A. Defenisi
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia dan radiasi. Luka bakar
merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortilitas tinggi yang memerlukan
penatalaksanaan khusus sejak awal hingga fase lanjut.

B. Etilogi
1. Panas (thermis)
Luka bakar yang disebabkan oleh api, cairan panas dan objek-objek panas lainnya.

2. Arus listrik
Luka bakar atau cedera listrik disebabkan oleh tegangan tinggi, tegangan rendah dan
kilat. Pada cedera listrik tegangan tinggi sebagian besar kerusakan mungkin terjadi
dibagian dalam tubuh sehingga tidak dapat dinilai dari pemeriksaan kulit saja.
3. Radiasi
Luka bakar radiasi biasanya disebabkan oleh paparan terlalu lama terhadap sinar
ultraviolet atau sinar x (radioaktif). Paparan sinar matahari adalah penyebab paling
umum dari luka bakar radiasi.
4. bahan kimia
Zat kimia menyebabkan 2 sampai 11% dari semua kasus luka bakar dan
menyebabkan hingga 30% kematian yang berkaitan dengan luka bakar. Kebanyakan
di antaranya adalah basa  atau asam keras.

C. Klasifikasi
Berdasarkan kedalaman luka bakar
1. Derajat 1
a) Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
b) Kulit kering, hiperemi berupa eritema
c) Tidak dijumpai bula
d) Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
e) Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
2. Derajat 2
a) Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi
disertai proses eksudasi.
b) Dijumpai bula
c) Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
d) Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit
normal
Derajat II dibedakan menjadi dua :
1) Derajat II dangkal (superficial)
- Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea masih utuh.
- Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari
2) Derajat II dalam (deep)
- Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea sebagian besar masih utuh.
- Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya
penyembuhan terjadi lebih dari sebulan.
3. Derajat 3
a) Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
b) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
mengalami kerusakan.
c) Tidak dijumpai bulae.
d) Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya lebih
rendah dibanding kulit sekitar.
e) Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
f) Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf
sensorik mengalami kerusakan/kematian.
g) Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari
dasar luka

Metode Rule of Nines untuk menentukan daerah permukaan tubuh total (Body
surface Area : BSA) untuk orang dewasa adalah :

1. Kepala dan leher : 9%


2. Ekstremitas atas kanan : 9%
3. Ekstremitas atas kiri : 9%
4. Ekstremitas bawah kanan : 18%,
5. Ekstremitas bawah kiri : 18%
6. Badan bagian depan : 18%
7. Badan bagian belakang : 18%
8. Genetalia :1%
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran
darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya
cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan
cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang
diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.
b. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau
inflamasi.
c. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi.
Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida
(PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
d. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena
kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi
dapat terjadi bila mulai diuresis.
e. Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan ,
kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan. Alkali Fosfat :
Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan interstisial atau
gangguan pompa, natrium.
f. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress. Albumin
Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.
g. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi
ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
h. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau
luasnya cedera.
2. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
3. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.

E. Penatalaksanaan
Pertolongan pertama pada pasien dengan luka bakar
a. Segera hindari sumber api dan matikan api pada tubuh, misalnya menyelimuti dan
menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen.
b. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek torniqet,
karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi udem.
c. Rendam daerah luka dalam air atau siram dengan air mengalir kurang lebih 15
menit pada jam pertama agar kerusakan lebih dangkal.
d. Untuk luka bakar yang lebih luas segera ke UGD untuk mendapat pertolongan.

Penatalaksanaan Medis

1. Resusitasi Cairan
Untuk kasus luka bakar, perawatan awal yang harus dilakukan adalah pemberian
cairan intravena yang adekuat, akses intravena harus ada terutama pada bagian
ekstremitas yang tidak terkena luka bakar. Dilakukan resusitasi cairan karena adanya
akumulasi cairan edema tidak hanya pada jaringan yang terbakar namun juga
diseluruh tubuh. Tujuan utama resusitasi adalah untuk menjaga keseimbangan
perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema.
Rumus Baxter untuk kebutuhan cairan : 4 cc x BB x % LB
2. Instubasi dan Pemberian Oksigen
Jika didapatkan tanda-tanda adanya trauma inhalasi seperti suara stridor (mengorok),
dahak berwarna hitam, gagal napas, bulu hidung terbakar, dan bengkak pada wajah
maka harus dilakukan pemasangan instubasi untuk mempertahankan jalan napas tetap
terbuka. Pemberian oksigen dilakukan jika pasien mengalami sesak.
3. Penggantian Darah
Luka bakar biasanya menyebabkan tubuh kehilangan sejumlah sel darah merah sesuai
dengan ukuran dan kedalaman luka bakar. Karena plasma predominan hilan pada 48
jam pertama setelah terjadinya luka bakar maka pemberian sel darah merah dalam 48
jam pertama tidak dianjurkan kecuali terdapat kehilangan darah yang banyak dari
tempat luka atau setelah eksisi luka bakar biasanya pemberian darah diperlukan.
4. Perawatan Luka Bakar
Setelah dilakukan resusitasi cairan maka dilakukan perawatan luka yang bertujuan
agar luka segera sembuh. Setelah luka dibersihkan dan di debridement, luka segera
ditutup. Fungsinya untuk melindungi luka dari kerusakan epitel dan meminimalkan
timbulnya koloni bakteri atau jamur.
5. Pemberian obat-obat antimikroba
Luka mengakibatkan hilangnya barrier pertahanan kulit sehingga memudahkan
timbulnya koloni bakteri atau jamur pada luka. Kuman yang masuk kedalam jaringan
akan menginvasi ke pembuluh darah dan mengakibatkan infeksi. Pemberian
antimikroba dapat secara topical atau sistemik. Pemberian secara topical dapat dalam
bentuk salep yang dioleskan pada luka.

F. Komplikasi
1. Hipotermia
Kulit dapat membantu mengontrol suhu pada tubuh, sehingga ketika sebagian besar
kulit terluka maka tubuh dapat kehilangan panas. Hal ini dapat meningkatkan resiko
suhu tubuh menjadi rendah atau biasa dalam bahas medis disebut hipotermia.
Hipotermia adalah suatu kondisi dimana tubuh kehilangan panas lebih cepat daripada
yang dapat menghasilkan panas
2. Syok sepsis
Luka bakar dapat menyebabkan kulit menjadi lebih mudah mengalami infeksi bakteri
dan meningkatkan terjadinya sepsis. Sepsis adalah infeksi dimana bakteri berada
didalam darah sehingga dapat mempengaruhi seluruh tubuh dan mengancam jiwa. ha
ini akan berlangsung cepat dan dapat menyebabkan kegagalan organ
3. Syok hipovolemik
Luka bakar dapat merusak pembuluh darah dan menyebabkan kehilangan cairan. Hal
ini dapat menyebabkan terjadinya hipovolemia atau penurunan volume darah hingga
dibawah rentang normal. Penurunan volume darah dan cairan pada tubuh akan
mengganggu kerja jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh
4. Gangguan pernapasan
Menghirup udara panas atau asap dapat membakar saluran udara dan menyebabkan
kesulitan pada sistem pernafasan. Menghirup asap dapat menyebabkan kerusakan
paru-paru dan dapat menyebabkan kegagalan pernafasan
5. Sulit bergerak
Kedalaman luka bakar dapat membatasi pergerakan tulang dan sendi karena akan
terbentuk jaringan parut yang dapat mengencangkan kulit, otot, atau tendon. Kondisi
tertariknya sendi keluar dari posisi dapat terjadi secara permanen.
Pathway

Predisposisi presipitasi

Usia panas(thermis) arus listrik radiasi bahan kimia

Anak (<3th) dewasa terpapar/kontak terjadi sengatan terpapar radio kontak jaringan
Dengan api, cairan listrik aktif (sinar x) kulit dengan

Lapisan kulit kecelakaan panas dan objek asam/basa kuat


Lebih Tipis kerja panas lainnya rangsangan sampai terlalu lama terpapar
Ke otot dan saraf terpapar lama

Mudah terpajan merusak lapisan


Panas kulit (dhermis/epidermis) menimbulkan energy
Panas

Tahanan jaringan lemah

LUKA BAKAR
Biologis psikologis

Pada wajah kebakaran diruang tertutup kulit Dp : Gangguan citra tubuh

Kerusakan mukosa keracunan gas Co2

Penguapan cairan kehilangan barrier kulit


Edema laring darah mengikat Co2 tubuh meningkat

Kerusakan system imun


Obstruksi jalan napas darah tidak mampu permeabilitas kapiler
Mengikat O2 meningkat
pertahan sekunder tidak adekuat
Inflamasi jalan napas suplai O2 ke jaringan ekstravasasi cairan
Berkurang (H20, elektrolit, protein
Dp : Resiko Infeksi
Pengeluaran secret hipoksia jaringan kelemahan fisik tekanan onkotik menurun
Berlebih Dp : Kerusakan integritas kulit
Dp : Ketidakefektifan Dp : intoleransi keluarnya cairan intravaskuler
Penumpukan perfusi jaringan aktivitas ke jaringan
Secret perifer
SYOK HIPOVOLEMIA respon stress masif
Dp : Ketidakefektifan aktivitas system saraf simpatis
Bersihan jalan napas penurunan vol. intravaskuler
Pelepasan katekolamin
K : Gagal Napas viskositas darah menurun
hemokonsentrasi gangguan perfusi pada organ vasontriksi perifer
ginjal otak aliran darah perifer menurun afterload pada jantung

Sekresi adrenal gangguan system autoregulasi Dp : Ketidakefektifan perfusi Dp : Penurunan curah jantung
Jaringan perifer
Aldosterone meningkat enselopati

Retensi Na meningkat
Masuknya bakteri gram +/-
Iskemia ginjal terutama tubulus kedalam alira darah

GFR menurun merangsang endo/eksotosin


Terhdap imunologi
K : Gagal ginjal
Aktivasi makrofag dan
Dp : Gangguan eliminasi urin sekresi sitokin

Aktivasi system koagulasi


Dan trombosit

Gangguan perfusi jaringan

KEMATIAN Iskemia otot-otot

Pemecahan glikoprotein

Produksi Nitric oxide meningkat SYOK SEPSIS

Anda mungkin juga menyukai