Anda di halaman 1dari 11

© 2013, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP

JURNAL ILMU LINGKUNGAN


Volume 11 Issue 2: 51-61 (2013) ISSN 1829-8907

KONSERVASI CENDANA (Santalum album Linn)


BERBASIS MASYARAKAT PADA SISTEM KALIWU
DI PULAU SUMBA
Gerson N. Njurumana (1), Djoko Marsono (1,2), Irham ( 1,3)dan Ronggo
Sadono( 1,4)
(1) Program Doktor Ilmu Pengelolaan Hutan, Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta, dan
Peneliti pada Balai Penelitian Kehutanan Kupang, e-mail: njurumana@yahoo.co.id
(2) Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta
(3) Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta
(4) Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta

ABSTRAK

Cendana (Santalum album Linn) merupakan sumberdaya alam hayati yang memiliki
kandungan santalol, yaitu bahan aromatik bernilai ekonomi tinggi untuk berbagai
penggunaanya bagi manusia. Permintaan minyak cendana yang tinggi mendorong
eksploitasi melebihi kapasitas lestarinya, sehingga pemulihannya memerlukan partisipasi
semua pihak, terutama masyarakat. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi
peran masyarakat dalam pelestarian cendana dan merumuskan strategi
pengembangannya pada sistem Kaliwu di Pulau Sumba. Metode penelitian dilakukan
secara observasi, sedangkan analisisnya dengan deskriptif kualitatif dan SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran serta masyarakat dalam pengembangan
cendana sangat potensial. Hal ini dibuktikan bahwa sebanyak 30% responden melakukan
pemeliharaan cendana secara swadaya dengan strategi memelihara pohon induk,
menanam permudaan alam dan biji cendana, serta beberapa diantaranya memperoleh
bantuan bibit dari Dinas Kehutanan. Partisipasi masyarakat merupakan modal yang
perlu difasilitasi melalui penguatan kapasitas masyarakat memelihara dan
mengembangkan cendana, mengoptimalkan pemanfaatan input program dari
pemerintah dan lembaga terkait untuk pemeliharaan cendana pada sistem Kaliwu, serta
meningkatkan pengembangan dan produksi cendana untuk memenuhi kebutuhan dunia
internasional.
Kata Kunci : Cendana, Konservasi, Masyarakat, Sistem Kaliwu

ABSTRACT

Sandalwood (Santalum album Linn) is a biological resource containing santalol, i.e.


aromatic ingredient with higher economic value for various human purposes. Higher
demand on sandalwood oil has encouraged the higher exploitation exceeding its
sustainable capacity; hence, participation of all parties, including that of community is
required. The research aim is to identify the roles of the community in sandalwood
preservation and formulated its development strategies on the Kaliwu system at Sumba
Island. The observation method is used, and data analysis with descriptive-qualitative and
SWOT. Result of this research shows that the community participation in sandalwood
development is highly potential. This is indicated by 30% of respondents running the
management of Kaliwu system has performed independent preservation on sandalwood
by using strategies of preserving parental trees, cultivating natural regeneration, and
some are also provided with sandalwood seeds by the forestry service. Community
participation has been the basic capital requiring facilitation in sandalwood preservation
and cultivation efforts, optimization in utilizing inputs program from government and
related agencies in sandalwood preservation on the Kaliwu system and the improvement
of the development and production in meeting its international demand.

Key-words : Sandalwood, Conservation, Community, Kaliwu System


51
NJURUMANA, G.N., dkk. : KONSERVASI CENDANA (Santalum album Linn)

PENDAHULUAN penjajahan, zaman Portugis dan VOC,


zaman pemerintahan Hindia Belanda,
Cendana (Santalum album Linn) serta zaman orde lama dan orde baru
merupakan salah satu sumberdaya berorientasi pada eksploitasi (Rahayu
hayati yang memiliki potensi et al., 2002), dan dimanfaatkan sebagai
penggunaan secara luas, diantaranya alat kontrol negara terhadap
sebagai bahan penyedap makanan, masyarakat (McWilliam, 2005).
senyawa anti karsiogenik dan antiviral Episentrum konflik terletak pada status
(Burdock & Carabin, 2008), penguasaan cendana di lahan rakyat
aromatheraphy (Kim et al., 2005; oleh negara (Pemda), terutama zaman
George & Ioana, 2008; Matsuo & orde baru yang merupakan zaman
Mimaki, 2010), serta anti kanker krusial bagi populasi cendana karena:
(Bommareddy et al., 2012). Melalui (a) tindakan eksploitasi dilakukan
berbagai ragam potensi pemanfaatan, secara massive, sehingga menyebabkan
peningkatan permintaan minyak cendana berada dalam kategori hampir
cendana di pasar internasional punah dan (b) intervensi penguasa
terdorong sejak tahun 1800 di USA mengabaikan kepentingan dalam
(Burdock & Carabin, 2008). Potensi eksistensi masyarakat dan
pemanfaatannya yang tinggi kepemilikannya terhadap cendana,
menyebabkan spesies Santalum album serta menggunakan instrumen
Linn dikategorikan sebagai spesies kebijakan sebagai alat kontrol dalam
yang prestisius (Fox, 2000) dengan melakukan penaklukan sosial untuk
kandungan α-santalol berkisar antara menguasai cendana milik rakyat.
8,7-25,2% dan β-santalol berkisar Akumulasi dua faktor tersebut menjadi
antara 7,1-48,6% (Lawrence, 1991). benih ketidakpuasan dan trauma
Kandungan santalol sebagai bahan masyarakat, sehingga secara kolektif
aromatik bernilai ekonomi tinggi melahirkan trio-stigma yang
menarik dan meningkatkan permintaan menempatkan cendana sebagai hau
dunia internasional, sehingga transaksi plenat (kayu yang membawa perkara),
ekonominya dinyatakan dalam satuan hau nitu (kayu setan) dan hau lassi
kilogram (kg). Perdagangan cendana di (kayu yang dikuasai pemerintah).
Nusa Tenggara Timur (NTT) dimulai Implikasi trio-stigma tersebut adalah
sejak tahun 1436 dengan produksi kayu aksi kolektif untuk melawan penguasa
cendana tahun 1910-1916 mencapai melalui tindakan pemusnahan
14.674 pikul yang setara dengan permudaan alam cendana pada lahan
917.125 kg (Ardhana, 2005), produksi milik rakyat.
tertinggi mencapai 2.458.594 kg Kondisi cendana dengan status
(BanoEt, 2001). Kontribusi produksi vulnerable telah menyadarkan dan
kayu cendana terhadap pendapatan mempengaruhi kebijakan pemerintah
daerah (PAD) NTT rata-rata mencapai dalam pengelolaan cendana dari state
38,26% pada tahun 1989/1990- based management ke community based
1993/1994 dan 12,17% pada tahun management. Implikasinya adalah
1995/1996-1999/2000(Darmokusumo mencabut peraturan daerah yang
et al., 2001). Penurunan kontribusi menjadi sumber konflik, dan
cendana disebabkan oleh deviasi antara mengembalikan pengelolaan cendana
tindakan eksploitasi dan upaya kepada masyarakat melalui peraturan
pelestariannya, sehingga lembaga daerah di setiap kabupaten. Salah satu
International Union for Conservation of peluang untuk menyelamatkan
Natural Resource (IUCN) memasukkan populasi cendana adalah peran serta
Santalum album Linn dalam kategori masyarakat dalam memeliharanya.
vulnerable (hampir punah) atau Pekarangan, hutan rakyat, dan hutan
Appendix II oleh CITES. keluarga atau dalam istilah masyarakat
Status vulnerable disebabkan oleh dikenal sebagai sistem Kaliwu memiliki
regulasi pengelolaan cendana yang sebaran cukup luas, pengelolaan
tidak berkeadilan karena sejak sebelum menetap dan berkelanjutan, serta
52
Jurnal Ilmu Lingkungan , Vol 11 (2) : 51-61, 2013 ISSN : 1829-8907

berbagai jenis tanaman yang


bermanfaat seperti cendana yang telah
terdomestikasi dari tumbuhan liar ke Metode Analisis Data
dalam lingkungan budidaya. Data yang digunakan dalam
Domestikasi cendana pada sistem penelitian ini meliputi data primer dan
Kaliwu menjadi faktor pendorong sekunder sesuai dengan ruang lingkup
dilakukan penelitian dan publikasinya. penelitian. Untuk tujuan pertama
Hal ini dengan maksud memberikan analisis data dilakukan secara
data dan informasi, serta pemahaman deskriptif kualitatif untuk menjelaskan
terhadap pihak-pihak terkait tentang peran serta masyarakat dalam
peranan masyarakat dalam mendukung pelestarian cendana pada sistem
pelestarian dan pengembangan Kaliwu di Pulau Sumba, sedangkan
cendana, sehingga diharapkan dapat untuk tujuan kedua, analisis data
menjadi referensi dalam perumusan dilakukan menggunakan kriteria,
kebijakan pengembangannya. Oleh indikator dan tahapan analisis dengan
karena itu, penelitian ini bertujuan pendekatan SWOT (David, 2004).
untuk: (a) mengidentifikasi peran
masyarakat dalam pelestarian cendana HASIL DAN PEMBAHASAN
pada sistem Kaliwu di Pulau Sumba,
dan (b) merumuskan strategi Peran serta Masyarakat dalam
pengembangan cendana pada sistem Pelestarian Cendana di Pulau Sumba
Kaliwu di Pulau Sumba. Pulau Sumba dikenal dengan
Sadalwood island, termasuk beberapa
METODOLOGI pulau besar lainnya di NTT merupakan
daerah penghasil cendana yang
Penelitian ini menggunakan metode memiliki daya tarik, sehingga
deskriptif kualitatif dengan cara mendorong keterbukaan isolasi
memberikan penjelasan tentang konsep wilayah melalui kegiatan perdagangan
dan persepsi masyarakat dalam cendana sejak lama. Potensi cendana di
pengelolaan dan pengembangan wilayah tersebut merupakan sebuah
cendana. Pengumpulan data primer realitas ekologi, social, dan ekonomi
dilakukan dengan wawancara yang terus berdinamika berpeluang
terstruktur, semi terstruktur, dan pasar terhadap kebijakan dan
observasi lapangan pada unit-unit perdagangan cendana.
pengelolaan sistem Kaliwu. Responden Upaya untuk melestarikan cendana
yang diwawancarai terdiri dari 70 unit telah dimulai dengan pendekatan
rumah tangga (URT) dengan kriteria moratorium karena populasi cendana
memiliki lokasi Kaliwu yang masih aktif sudah sangat kritis. Hal ini
dikelola sebagai hak milik pribadi diindikasikan oleh penurunan produksi
(keluarga), serta merupakan URT selama tahun 1992-1996 dan
mandiri dengan peran sosial sebagai penurunan ekspor sangat drastis dari
tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh 30% menjadi 0,8% selama tahun 1992-
pemuda desa, dan anggota masyarakat. 1996 (McWilliam, 2005). Moratorium
Observasi lapangan dilakukan pada diharapkan mampu memulihkan
unit-unit sistem Kaliwu milik populasi cendana di alam, tetapi
responden untuk mengamati, mendata, harapan tidak tercapai karena input
dan mendokumentasikan secara dan strategi operasionalnya bersifat
langsung potensi cendananya. sepihak oleh pemerintah, sehingga
Pengumpulan data sekunder dilakukan kurang memperoleh dukungan
dengan penelusuran data, sedangkan masyarakat. Hal ini dibuktikan
pengumpulan informasi yang relevan oleh penebangan dan produksi cendana
dilakukan dengan instansi pemerintah masih dilakukan, bahkan cenderung
dan hasil-hasil penelitian terdahulu. mengalami peningkatan selama
pelaksanaan moratorium tahun 1998-
2003 (Gambar 1.).

53
NJURUMANA, G.N., dkk. : KONSERVASI CENDANA (Santalum album Linn)

Desentralisasi kewenangan
Kegagalan moratorium memberi tersebut memberikan kesempatan
kesadaran bahwa pengelolaan cendana kepada masyarakat untuk menanam
oleh pemerintah propinsi belum dan memelihara cendana pada lahan
mampu mendukung pemulihannya. milik, terutama masyarakat Sumba.
Selanjutnya, pemerintah propinsi NTT Cendana merupakan salah satu
melakukan desentralisasi kewenangan sumberdaya penting yang memiliki
pengelolaan cendana kepada nilai sejarah, nilai ekonomi, dan nilai
pemerintah kabupaten (Perda NTT No. ekologis. Sejarah pelestarian cendana di
2/1999), dan telah ditindaklanjuti oleh pulau Sumba tidak terlepas dari
Kabupaten Sumba Timur (Perda adaptasi dan proses ekologis
No.19/2000), Timor Tengah Selatan masyarakat dalam memanfaatkan
(Perda No.25/2001), Sumba Barat ruang hidup dan nilai manfaat dari
(Perda No.18/2001), Belu (Perda cendana
No.19/2002) dan Timor Tengah Utara Masyarakat mengakui bahwa
(Perda No.2/2004). Ketentuannya sekitar empat dekade terakhir masih
mengatur kepemilikan mutlak cendana mudah menemukan cendana di
baik hasil tanam maupun permulaan kawasan hutan, sebaliknya saat ini
alam di lahan milik sepenuhnya sudah banyak dijumpai pada lahan
dikuasai oleh pemilik, sedangkan milik rakyat.
perizinan dan pemanfaatannya tetap
melalui rekomendasi Bupati dan Dinas
Kehutanan. Desentralisasi kewenangan
pengelolaan cendana diharapkan
mampu memfasilitasi kekuatan rakyat
meningkatkan konservasi dan
pelestariannya, tetapi data
menunjukkan kecenderungan
sebaliknya, secara umum populasi
cendana makin menurun (Gambar 2.).

700000
Produksi Cendana di NTT
600000 2008
Jumlah Produksi (Kg)

Tahun (Dekade)

500000 Pohon Muda Pohon Induk


400000
1998
300000
200000
100000 1988

0
1992 1994 1995 1998 1999 2000 2003 0 100000 200000 300000 400000 500000
Tahun Produksi Populasi Cendana
Gambar 1. Gambar 2.
Dinamika Produksi Cendana (kg) di NTT Dinamika Populasi Pohon Cendana di NTT
(BPS, 1992-2003). (BPS, 1988, 1998, 2008).

54
Jurnal Ilmu Lingkungan , Vol 11 (2) : 51-61, 2013 ISSN : 1829-8907

Tabel 1.
Sudut Pandang dan Pengetahuan Masyarakat Mengenai Pengelolaan Cendana (Santalum
album Linn) di Sumba Tengah. (n = 70).
No. Kriteria dan Indikator Pengukur Jumlah Persentase
Responden (%)
1 Pengenalan responden terhadap cendana 70 100
2 Kesediaan memelihara cendana di lahan milik 62 89
3 Pemeliharaan tanaman cendana pada sistem Kaliwu saat ini 21 30
4 Sumber bibit cendana diperoleh melalui swadaya 17 24
5 Motivasi menanam dan memelihara cendana
a. Konservasi (pelestarian) 9 13
b. Ekonomi (pendapatan) dan konservasi (pelestarian) 7 10
c. Ekonomi (pendapatan) 5 7
6 Sumber bibit cendana diperoleh dari Dinas Kehutanan 4 6
.
Sumber : Data Primer, 2013.
cendana pada sistem Kaliwu. Tenaga Guru
Dominasi cendana di lahan rakyat (PNS dan Kontrak) pada wilayah ini
menggambarkan terjadinya peralihan nilai terlibat dalam pengembangan cendana,
tanaman cendana dari public goods dan memiliki pengaruh sosial di
menjadi exclusive goods yang masyarakat, sehingga partisipasinya
dibudidayakan dengan akses terbatas diharapkan mampu membantu motivasi
seperti pada sistem Kaliwu yang mencapai masyarakat sekitarnya. Informasi dari
122.404 ha (38,27%), lebih luas beberapa tokoh masyarakatii menerangkan
dibandingkan tegalan sebesar 7.779 ha bahwa populasi cendana di desa tersebut
(2,43%), dan hutan negara sebesar 99.990 sangat tinggi menurut sejarahnya. Oleh
ha atau (31,27%) dari wilayah Sumba karena itu, pengetahuan dan domestikasi
Tengah (BPS, 2012). Hasil wawancara dan cendana pada berbagai unit tata guna
observasi lapangan terhadap 70 URT lahan seperti sistem Kaliwu dilakukan
pengelola Kaliwu menunjukkan bahwa pemeliharaan permudaan dan pohon
sebanyak 21 URT (30%) memiliki inisiatif cendana. Populasi penduduknya sebesar
memelihara cendana dengan populasi 863 jiwa yang terhimpun dalam 237 URT,
bervariasi antara 5-500 pohon i/URT pada sedangkan kepadatan penduduk sebesar
lahan Kaliwu. 123 jiwa/km2 (BPS, 2012) merupakan
Cendana merupakan jenis tanaman salah satu peluang untuk dikembangkan
yang sudah dikenal masyarakat, sehingga sebagai desa model pengembangan
mayoritas responden bersedia melakukan cendana. Hal ini didukung oleh informasi
pengembangannya pada lahan milik, dari responden dan tokoh masyarakat
walaupun terdapat sebanyak 11% setempat bahwa wilayah desa tersebut
responden yang tidak bersedia karena melakukan pemeliharaan cendana dengan
alasan budaya dan sejarah tidak variasi kelas umur mulai anakan sampai
diperkenankan untuk memelihara, pohon dewasa (61,18% URT).
mengembangkan, dan berhubungan Inisiatif masyarakat dalam memelihara
dengan cendana salah satunya pada klan cendana dijumpai di wilayah desa lain.
(kabihu) parabuhu di Desa Wangga Menurut penuturan UBiii dari Desa
Waiyengu dan Desa Sambali Loku. Matawai Kajawi, cendana yang dipelihara
Sekalipun mayoritas responden bersedia merupakan bantuan bibit dari Dinas
menanam cendana, tetapi yang Kehutanan yang dikelola secara mandiri.
memelihara cendana pada sistem Kaliwu Nara sumber lain Bapak YWLiv dari Desa
hanya mencapai 30% dengan sumber bibit Anapalu menerangkan bahwa sejarah
secara swadaya. Motivasi memelihara populasi cendana di lahan miliknya
cendana sangat bervariasi, dan sebagai hasil dari permudaan alam
kepentingan konservasi lebih besar dari beberapa pohon induk yang dipeliharanya.
kepentingan ekonomi. Partisipasi masyarakat dalam memelihara
Masyarakat di Desa Sambali Loku, cendana semakin meningkat. Hal ini
Kecamatan Umbu Ratunggay Barat diindikasikan oleh keberhasilan
sebagian besar melakukan pemeliharaan pengembangan cendana pada berbagai

55
NJURUMANA, G.N., dkk. : KONSERVASI CENDANA (Santalum album Linn)

unit lahan milik seperti DNv, BTBvi, UDDvii, pada lingkungan baru. Kendala lain yang
ATMviii, DURix, SJx, YDxi, TNBxii, BBxiii, dihadapi masyarakat adalah gangguan
YUYSxiv dan ADLxv. hama tikus (Rattus sp.) memakan biji
Inisiatif masyarakat dalam pelestarian cendana di pohon maupun yang sudah
cendana merupakan peluang untuk ditanam, kutu daun (Chionopsis), ulat daun
meningkatkan kemitraan (Thyca belisame), belalang (Valanga sp.),
pengembangannya berbasis masyarakat. bekicot (Achatina sp.), rayap jenis
Jumlah penduduk di Sumba Tengah Nesulitermes sp., dan Macrotermes sp. yang
mencapai 66.821 jiwa yang terhimpun menyerang tanaman cendana.
dalam 12.326 URT dengan kepadatan
penduduk mencapai 34 jiwa/km2 (BPS, Strategi Pengembangan Cendana pada
2012). Jumlah tersebut merupakan potensi Sistem Kaliwu di Pulau Sumba
untuk pengembangan cendana melalui Faktor pendorong masyarakat
fasilitasi dan penguatan beberapa teknik menanam dan mengembangkan cendana
budidaya konvensional yang telah adalah kesadaran populasinya yang
dipraktekan masyarakat seperti menurun, potensi ekonomi, dan peluang
pemeliharaan pohon induk dan investasinya untuk peningkatan
permudaan alam, penanaman biji cendana, kesejahteraan. Kesadaran tersebut
dan pemeliharaan bantuan bibit dari merupakan modal yang harus disinergikan
instansi kehutanan. Pohon induk dan difasilitasi melalui berbagai program
merupakan sumber benih utama untuk pemerintah yang berhubungan dengan
penanaman dengan biji, cabutan alam, dan pemulihan cendana. Untuk
bantuan penyebarannya oleh burung mewujudkannya, pemahaman terhadap
pemakan buah cendana seperti Phillemon karakteristik faktor internal dan faktor
buceroides dan Phillemon inornatus. eksternal yang berpotensi dikelola dalam
Permudaan alam cendana umumnya pengembangan cendana pada lahan
dilakukan oleh masyarakat di Desa masyarakat melalui sistem Kaliwu
Anapallu, Desa Cendana, Desa Oka Wacu, diperlukan. Formulasi strategi diperoleh
dan Desa Sambali Loku Sumba Tengah melalui identifikasi, pembobotan,
dengan persentase keberhasilan lebih penentuan peringkat dan skor dari
tinggi dibandingkan benih cabutan alam evaluasi faktor eksternal (EFE), serta
dan benih dari pembibitan. evaluasi faktor internal (IFE) sebagai dasar
Pengalaman masyarakat di Desa formulasi strategi pengembangan melalui
Sambali Loku menunjukan bahwa analisis SWOT (David, 2004).
prosentase hidup, performance 55 dan 1. Faktor internal adalah kekuatan dan
kelulusan hidup (daya survival) dari kelemahan yang berasal dari
permudaan benih dengan biji cendana masyarakat.
lebih tinggi dibandingkan dengan benih Kekuatan (Strength) masyarakat
dari cabutan alam maupun benih dari dalam pengembangan cendana adalah:
kebun pembibitan. Salah satu (a) kesadaran dan persepsi positif
keunggulannya adalah batang lebih lurus, melakukan konservasinya sebagai
tinggi bebas cabang melebihi jenis kategori manifestasi dari nilai historis, sosial dan
penanaman lainnya. Bantuan bibit cendana ekonominya, (b) potensi Kaliwu
dari dinas kehutanan diterima oleh mencapai 38,27% dari wilayah Sumba
masyarakat, tetapi persentase Tengah, (c) kepemilikan aset lahan
keberhasilannya lebih rendah kering oleh masyarakat di Sumba
dibandingkan menggunakan biji dan Tengah rata-rata mencapai 9,20 ha
cabutan alam. Hal ini disebabkan oleh (BPS, 2012), (d) usia produktif
kendala teknis berupa rantai distribusi penduduk di Sumba Tengah mencapai
dari pusat pembibitan ke lokasi 42,5%, dan sebagian besar bergerak
penanaman memerlukan waktu lama, dibidang pertanian lahan kering, dan
sehingga menimbulkan gangguan fisik, (e) modal sosial yang kuat sebagai
dehidrasi dan stress, serta kendala ekologi mitra potensial budidaya cendana pada
oleh proses aklimatisasi dan adaptasinya lahan masyarakat.
56
Jurnal Ilmu Lingkungan , Vol 11 (2) : 51-61, 2013 ISSN : 1829-8907

Kelemahan (Weakness) masyarakat Kondisi ini kontraproduktif dengan


yang perlu diberdayakan dalam tujuan memfasilitasi masyarakat dalam
pengembangan cendana adalah: (a) pengembangan cendana berdasarkan
kendala akses informasi, (b) kapasitas kebutuhannya karena indikator
dan keahlian rendah, serta (c) struktur keberhasilan lebih bersifat kuantitatif
permodalan yang masih terbatas. dan administratif, sehingga belum
Akses informasi terhadap lembaga- merepresentasikan aspek kualitas,
lembaga terkait dan informasi potensi keberlanjutan dan dampaknya
pasar dari komoditi cendana sangat terhadap masyarakat, dan (b)
rendah, sehingga menyebabkan posisi reformulasi strategi diperlukan agar
tawarnya sangat lemah dalam motivasi masyarakat tidak dibangun
transaksi perdagangan. Kapasitas dan atas dasar insentif materi, tetapi
keahlian masyarakat dalam budidaya mengarah kepada memfasilitasi
cendana diperoleh atas inisiatif kekuatan dan kemandirian masyarakat
mandiri, sehingga belum mendapatkan dalam pengembangan cendana.
penajaman melalui pelatihan dan Hasil evaluasi dan pengolahan data
penyuluhan dari instansi terkait. pada matrik evaluasi faktor internal
Keterbatasan modal budidaya cendana (IFE) dan evaluasi faktor eksternal
dalam skala lebih luas menjadi salah (EFE) diperoleh nilai IFE (nilai total
satu faktor penghambat, termasuk skor kekuatan dikurangi nilai total
pengorganisasian sosial masyarakat skor kelemahan) sebesar 2,30 dan nilai
masih perlu ditingkatkan. EFE (nilai total skor peluang dikurangi
2. Faktor eksternal, merupakan input nilai total skor ancaman) sebesar 1,22
dari luar yang berpengaruh terhadap (Gambar 3.). Hal ini memberikan
pelestarian tanaman cendana seperti pemahaman bahwa posisi
peluang dan ancaman yang dihadapi pengembangan cendana di Sumba
masyarakat. Tengah berada pada Kuadran I
Peluang (Opportunities) yang dapat (strategi agresif) sehingga upaya
digunakan dalam pengembangan pelestarian cendana di masyarakat
cendana adalah: (a) kemauan politik memiliki kekuatan besar, tetapi belum
pemerintah untuk mengembalikan terfasilitasi dengan baik, sehingga
NTT sebagai propinsi cendana, belum mampu memanfaatkan peluang
sehingga penerapannya melalui yang ada. Strategi yang dapat
program bantuan bibit, pelatihan digunakan adalah memperkuat
teknik budidaya, dan pemberian kapasitas masyarakat sebagai
penghargaan kepada masyarakat yang katalisator untuk melakukan
berhasil, (b) kebutuhan dunia industri pengembangan cendana, sehingga
terhadap cendana terus meningkat dapat memanfaatkan peluang yang
melalui aneka ragam diversifikasi tersedia
produk dan penggunaannya, sehingga
memungkinkan sinergi dan kemitraan
dalam investasi pengembangan
cendana, (c) perhatian masyarakat dan
lembaga internasional dalam
pengembangan cendana meningkat,
serta (d) teknologi budidaya cendana
telah tersedia.
Ancaman (Threats) yang perlu
diantisipasi dalam pengembangan
cendana adalah: (a) pendekatan yang
bersifat proyek dan mekanisme
pelaksanaan yang kaku sesuai standar
keproyekan, sehingga menyulitkan
adaptasi pada tingkat lapangan.
57
NJURUMANA, G.N., dkk. : KONSERVASI CENDANA (Santalum album Linn)

dalam pengembangan cendana. Peran


pemerintah sebagai fasilitator
pembangunan diharapkan memiliki
sensitivitas dalam memfasilitasi

PELUANG (O)
3
KUADRAN IV (WO) KUADRAN I (SO) kekuatan masyarakat sebagai arus
Strategi 2 Strategi Agresif utama pelestarian cendana,
Turn Around
meminimalisir pendekatan proyek,
1 (1,22) serta membangun kemandirian melalui
(2,30)
penyuluhan dan sosialisasi.
-3 -2 -1
3. Strategi Defensif (WO) yaitu seluruh
(W) KEKUATAN kelemahan diminimalisir untuk
1 2 3 memanfaatkan peluang melalui
-1 tindakan progresif untuk mengakses
(T) ANCAMAN

KUADRAN III (WT) KUADRAN II (ST) dan memanfaatkan program


Strategi Defensif -2 Strategi Diversifikasi pemerintah yang mendukung
tersedianya input berupa modal,
-3 teknologi tepat guna, sarana informasi,
pendidikan dan pelatihan budidaya
cendana, serta pemberian insentif dan
disinsentif seperti penghargaan
Gambar 3. Kalpataru kepada masyarakat oleh
Hasil Analisis Kuadran Bupati Sumba Tengah pada tahun
2011-2012.
4. Strategi Turn Around (WT) yaitu
Berdasarkan pemahaman karakteristik mengelola seluruh kelemahan,
faktor internal dan faktor eksternal, empat terutama struktur permodalan untuk
strategi utama pendekatan pengembangan mengatasi ancaman yang mengarah
cendana pada sistem Kaliwu dirumuskan pada motivasi material dalam
sebagai berikut: pengembangan cendana. Oleh karena
1. Strategi Agresif (SO) yaitu itu, pendampingan intensif dan
memanfaatkan seluruh kekuatan berkelanjutan kepada masyarakat
masyarakat untuk memanfaatkan secara individu maupun kelompok
peluang yang tersedia, diantaranya diperlukan melalui peranan penyuluh
mengembangkan unit konservasi lapangan, membangun kemitraan
cendana melalui alokasi ruang dengan pihak luar dalam
sedikitnya 2% untuk menanam pemberdayaan masyarakat,
cendana, sehingga diperkirakan mengembangkan unit-unit
terdapat 25 pohon/ha atau 3.060.100
pohon pada seluruh sistem Kaliwu di Mengacu pada matrik Internal-
Sumba Tengah, memfasilitasi Eksternal (IE), total skor faktor strategi
pengembangan cendana pada lahan internal berada pada posisi kuat dengan
rakyat, memberikan apresiasi dan nilai 2,94, sedangkan total skor faktor
penguatan terhadap modal sosial, dan strategi eksternal berada pada posisi tinggi
transfer teknologi budidaya cendana dengan nilai 3,40. Nilai dua faktor tersebut
kepada masyarakat. menggambarkan potensi dalam
2. Strategi Diversifikasi (ST) yaitu pengelolaan cendana, tetapi kekuatan
memanfaatkan seluruh kekuatan faktor internal belum mampu
masyarakat untuk menghindari memanfaatkan peluang yang tinggi dalam
ancaman, diantaranya rekayasa sosial pengembangan cendana karena instrumen
melalui pendidikan dan pelatihan, kebijakan sebagai katalisator yang
penyuluhan, sosialisasi dan menjembatani arus informasi dan arus
pembentukan kader cendana, sumberdaya diantara keduanya belum
penguatan kapasitas petani, dan tersedia. Strategi terbaik adalah penerapan
reformulasi partisipasi masyarakat strategi agresif (Gambar 3.) dalam
58
Jurnal Ilmu Lingkungan , Vol 11 (2) : 51-61, 2013 ISSN : 1829-8907

menggerakkan dan memfasilitasi potensi


faktor internal untuk memanfaatkan
peluang yang ada seperti akselerasi
pengorganisasian dan peningkatan
kapasitas dan akses informasi masyarakat
melalui optimalisasi 324 kelompok tani
sesuai dengan SK Bupati No.
Kep/HK/357/2011 tentang Penetapan
Kelompok Tani Kabupaten Sumba Tengah

Total Skor Faktor Strategis Internal

Kuat 3,0 Rata-Rata 2,0 Lemah 1,0


4,0
A B C
Tinggi

Tumbuh dan Tumbuh dan Jaga dan


Kembangkan Kembangkan Pertahankan
Total Skor Faktor Strategis

3,0
D E F
Eksternal

Tumbuh dan Jaga dan Tuai dan


Kembangkan Pertahankan Divestasikan

2,0
G H I
Rendah

Jaga dan Tuai atau Tuai atau


Pertahankan Divestasikan Divestasikan

1,0

Gambar 4. Matrik Internal-Eksternal (IE )

Titik tolak dari faktor internal dan pemanfaatan hasil penelitian instansi
eksternal berada pada posisi yang terkait tentang teknik budidaya cendana,
cenderung kuat dengan simpul bimbingan teknis dari lembaga pemerhati
keseimbangan keduanya berada pada sel nasional dan internasional. Hal ini akan
B, sehingga diperlukan upaya untuk memperkuat struktur permodalan
menumbuh-kembangkan potensi dari masyarakat melalui pembukaan aksesnya
masing-masing faktor dalam pengelolaan untuk menjangkau program
cendana. Berdasarkan intervensi pengembangan cendana pada instansi
pengelolaan dengan strategi agresif, pemerintah daerah dan lembaga terkait,
masyarakat harus lebih pro-aktif termasuk akses informasi pasar dan
memanfaatkan peluang yang tersedia. kepastian harga serta instrumen kebijakan
Demikian sebaliknya, lembaga diluar yang mendukungnya, sehingga
masyarakat harus pro-aktif memfasilitasi meningkatkan partisipasi masyarakat
dan mendorong masyarakat, sehingga dalam konservasi cendana.
memperkuat kemitraan dan sinergisitas, Peran serta masyarakat dalam
terutama dalam meningkatkan kapasitas pelestarian cendana dapat ditingkatkan
dan keahlian masyarakat mengelola dan melalui ketersediaan data dan informasi
mengembangkan cendana. sebaran ekologis dan sebaran administratif
Peran faktor internal dan eksternal sistem Kaliwu sebagai unit-unit
dapat ditingkatkan melalui pendalaman pelestarian cendana berbasis masyarakat.
keahlian budidaya cendana, sehingga Data dan informasi tersebut sangat
memperkuat struktur permodalan dan diperlukan dalam rangka mendukung
meningkatkan akses informasi. perencanaan pengelolaan dan
Peningkatan keahlian dilakukan melalui pengembangannya pada setiap desa oleh
59
NJURUMANA, G.N., dkk. : KONSERVASI CENDANA (Santalum album Linn)

pemerintah daerah. Selanjutnya dukungan Fellowship Program atas hibah pendanaan


regulasi atau kebijakan dari pemerintah riset, dan Dr.rer.nat. Moh. Husein
daerah sebagai payung hukum perlu Sastranegara selaku pengulas yang telah
diikuti untuk menerapkan strategi agresif menyunting naskah ini.
dalam memfasilitasi lalu lintas akses
sumberdaya yang memungkinkan DAFTAR PUSTAKA
akselerasi sinergi antara masyarakat,
instansi pemerintah, serta pihak swasta Ardhana, I.K., 2005. Penataan Nusa
dalam pemanfaatan dan pengembangan Tenggara pada Masa Kolonial 1915-
cendana berbasis masyarakat. 1950. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
KESIMPULAN BanoEt, H., 2001. Peranan Cendana dalam
Perekonomian NTT: Dulu dan Kini.
Sudut pandang masyarakat dalam Jurnal Ilmiah Berita Biologi Berita
pelestarian cendana pada sistem Kaliwu di Biologi Edisi Khusus Pusat Penelitian
Sumba Tengah diklasifikasikan dalam tiga Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan
kelompok utama yaitu : pertimbangan Indonesia, 5 (5), 469-474.
konservasi untuk menjaga kelestariannya, Bommareddy, A., B. Rule, A.L. VanWert, S.
pertimbangan konservasi dan ekonomi Santha, and C. Dwivedi, 2012. α–
yaitu sebagai usaha budidaya untuk Santalol, a Derivative of Sandalwood
menjaga kelestarian dan fungsi Oil, Induces Apoptosis in Human
ekonominya sebagai sumber pendapatan, Prostate Cancer Cells by Causing
serta pertimbangan ekonomi dalam Caspase-3 Activation. Phytomedicine,
budidaya yang dilakukan sebagai komoditi 19, 804-811.
untuk sumber pendapatan. BPS, 1988, 1998, 2008. Nusa Tenggara
Analisis terhadap faktor internal dan Timur dalam Angka. Badan Pusat
eksternal dalam pengembangan cendana Statistik Propinsi Nusa Tenggara
pada sistem Kaliwu menunjukan bahwa Timur. Kupang.
strategi terbaik untuk saat ini adalah BPS, 1992-2003. Nusa Tenggara Timur
strategi agresif berupa paduserasi dalam Angka. Badan Pusat Statistik
kekuatan eksternal dan internal untuk Propinsi Nusa Tenggara Timur.
bersinergi dan saling melengkapi dalam Kupang.
mendukung akselerasi pengembangan BPS, 2012. Sumba Tengah dalam Angka.
cendana berbasis masyarakat. Hasil Kerjasama BPS Kabupaten Sumba
analisis lanjutan matrik internal-eksternal Barat dan BAPPEDA Kabupaten Sumba
(IE) menunjukan bahwa dalam Tengah. Waikabubak.
pengembangan cendana harus dimulai dari BPS, 2012. Umbu Ratunggay Barat dalam
menumbuh-kembangkan potensi yang Angka. Kerjasama BPS dan BAPPEDA
sudah tersedia dengan cara cendana yang Kabupaten Sumba Tengah. Waibakul.
tersedia saat ini pada sistem Kaliwu Darmokusumo, S., Nugroho, A.A., Botu, E.U.,
sebagai basis utama penerapan strategi Jehamat, A., Benggu, M. 2001. Upaya
agresif untuk pelestarian dan memperluas kawasan ekonomi
pengembangannya di lahan masyarakat cendana di NTT. Berita Biologi Edisi
dalam skala lebih luas. Khusus Pusat Penelitian Biologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,
UCAPAN TERIMA KASIH 5 (5),509-514.
David, F. R., 2004. Strategic Management :
Penelitian ini merupakan salah satu aspek Concept & Cases. Prentice-Hall. 10th
dari disertasi penulis di Fakultas Edition. New Jersey.
Kehutanan, Universitas Gadjah Mada. Fox, J.E., 2000. Sandalwood : The Royal
Penulis menyampaikan ucapan terima Tree. Biologist (London), 47, 31-34.
kasih kepada tim promotor atas arahan George, A.B., Iona, G.C., 2008. Safety
dan bimbingannya, International Tropical Assesment of Sandalwood Oil
Timber Organization (ITTO) Freezailah
60
Jurnal Ilmu Lingkungan , Vol 11 (2) : 51-61, 2013 ISSN : 1829-8907

(Santalum album Linn). Food and Activities. Chemical Pharmacy


Chemical Toxicology, 46,421-432. Bulletin, 58, 587-590.
Kim, T.H., Ito, H., Hayashi, K., Hasegawa, T., McWilliam, A., 2005. Haumeni, Not Many:
Machiguchi, T., Yoshida, T., 2005. Renewed Plunder and
Aromatic Constituents from the Mismanagement in the Timorese
Hearthwood of Santalum album Linn. Sandalwood Industry. Modern Asian
Chemical Pharmacy Bulletin, 53, 641- Studies, 39 (2), 285-320.
644. Rahayu, S., A.H. Wawo., M. V. Noordwijk
Lawrence, B.M., 1991. Recent Progress in dan K. Hairiah. 2002. Cendana,
Essential Oils. Perfumer and Flavorist, Deregulasi dan Strategi
16, 49-58. Pengembangannya. World Agroforestry
Matsuo, Y., Mimaki, Y., 2010. Lignans from Centre – ICRAF. Bogor
Santalum album and their Cytotoxic

Keterangan simbol dan inisial petani : ix DUR, petani yang berhasil merubah lahan
kritis seluas ± 10 ha menjadi lahan
i
produktif dengan menanam berbagai jenis
Pohon cendana (Santalum album Linn) : tanaman, salah satunya cendana (Santalum
pohon berdiameter di atas 5 cm. album Linn).
ii HHLL (petani pemelihara cendana x SJ, petani yang menanam berbagai jenis
(Santalum album Linn) ± 300 pohon, tanaman, salah satunya cendana (Santalum
aparat Desa), RJ (petani pemeliharan album Linn) pada lahan seluas ± 6 ha.
cendana (Santalum album Linn) ± 250
pohon, termasuk pohon induk), DD dan ML
xi YD, petani yang mengembangkan Kaliwu ± 7
(petani pemeliharan cendana (Santalum ha dengan berbagai jenis tanaman, salah
album Linn) ± 170 pohon), MTJ satunya cendana (Santalum album Linn).
(Rohaniawan dan pemelihara cendana xii TNB, petani yang berhasil merubah lahan
(Santalum album Linn). ± 120 pohon, kritis melalui pengembangan Kaliwu ± 5 ha
termasuk pohon induk) dan YMD (Guru dengan tanaman produktif, diantaranya
dan pemelihara cendana (Santalum album mahoni (Swietenia machrophylla King),
Linn) ± 200 pohon). kemiri (Aleurites moluccana L. Willd.), jati
iii UB, petani yang mengembangkan Kaliwu (Tectona grandis L.f.) dan cendana
seluas ± 11 ha, memelihara cendana (Santalum album Linn).
(Santalum album Linn) ± 500 pohon xiii BB, petani yang berhasil melestarikan
berdiameter rata-rata ± 15 cm. keanekaragaman hayati, diantaranya
iv JWL, petani pemeliharan cendana (Santalum cendana (Santalum album Linn.) pada
album Linn) ± 250 pohon, memiliki pohon sistem Kaliwu seluas 3,5 ha.
induk pada sistem Kaliwu seluas 8 ha. xiv YUYS, petani yang berhasil
v DN, petani yang menghijaukan lahan kritis ± mengembangkan Kaliwu seluas ± 6 ha
5 ha dengan berbagai jenis tanaman, salah dengan berbagai jenis tanaman,
satunya cendana (Santalum album Linn). diantaranya cendana (Santalum album
Linn), mahoni (Swietenia machrophylla
vi BTB, petani yang berhasil menghijaukan King), jati (Tectona grandis L.f.) dan nangka
lahan kritis seluas ± 6 ha dengan berbagai (Artocarpus integra Merr).
jenis tanaman, salah satunya cendana
(Santalum album Linn).
xv ADL, petani yang berhasil mengembangkan
Kaliwu pada lahan kritis seluas ± 5 ha
vii UDD, petani yang berhasil menanam dengan berbagai jenis tanaman,
berbagai jenis tanaman, diantaranya diantaranya mahoni (Swietenia
cendana (Santalum album Linn) dan machrophylla King), jati (Tectona grandis
beberapa spesies kayu langka pada Kaliwu L.f.), kemiri (Aleurites moluccana L. Willd.),
seluas ± 8 ha. nangka (Artocarpus integra Merr), mangga
viii ATM, petani yang menanam berbagai jenis (Mangifera indica Blanco) dan cendana
tanaman, salah satunya cendana (Santalum (Santalum album Linn).
album Linn) melalui pengembangan
Kaliwu seluas ± 5 ha.
61

Anda mungkin juga menyukai