Anda di halaman 1dari 63

BUKU INFORMASI

PENGEMBANGAN KEPROFESIAN
BERKELANJUTAN BERBASIS KOMPETENSI
JIP.SM01.002.01
MENGIDENTIFIKASI PRINSIP-PRINSIP KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (K3)1.002.01
JIP.SM01.002.01

PENYUSUN
Ahmad Nurdin, M.Pd
Reviewer
Dr. Edison Ginting, MM

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN R.I


DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
PUSAT PENGEMBANGAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
BIDANG MESIN DAN TEKNIK INDUSTRI
BANDUNG 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

KATA PENGANTAR

Modul pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) berbasis kompetensi merupakan

salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai media transformasi pengetahuan,

keterampilan dan sikap kerja kepada peserta pelatihan untuk mencapai kompetensi tertentu

berdasarkan program pelatihan yang mengacu kepada Standar Kompetensi.

Modul pelatihan ini berorientasi kepada pelatihan berbasis kompetensi (Competence Based

Training) diformulasikan menjadi 3 (tiga) buku, yaitu Buku Informasi, Buku Kerja dan Buku Penilaian

sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penggunaanya sebagai referensi dalam media

pembelajaran bagi peserta pelatihan dan instruktur, agar pelaksanaan pelatihan dapat dilakukan

secara efektif dan efisien. Untuk memenuhi kebutuhan pelatihan berbasis kompetensi tersebut, maka

disusunlah modul pelatihan berbasis kompetensi dengan judul “Mengidentifikasi Prinsip-Prinsip

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) “.

Kami menyadari bahwa modul yang kami susun ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, kami sangat mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan agar tujuan dari penyusunan

modul ini menjadi lebih efektif.

Demikian kami sampaikan, semoga Tuhan YME memberikan tuntunan kepada kita dalam

melakukan berbagai upaya perbaikan dalam menunjang proses pelaksanaan pembelajaran di

lingkungan direktorat guru dan tenaga kependidikan.

Jakarta, ........................ 2017

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan KesehatanKerja (K3)


Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ----------------------------------------------------------------------------------- 1

DAFTAR ISI ---------------------------------------------------------------------------------------------- 2

BAB I URAIAN SINGKAT MATERI PELATIHAN -------------------------------------------- 16

A. Latar Belakang -------------------------------------------------------------------------- 16


B. Tujuan ------------------------------------------------------------------------------------- 16
C. Ruang Lingkup -------------------------------------------------------------------------- 16
D. Pengertian-Pengertian ----------------------------------------------------------------- 16

BAB II MATERI PELATIHAN


MENGINDENTIFIKASIKAN PRINSIP-PRINSIP K3 -------------------------------- 17

A. Definisi Umum --------------------------------------------------------------------------- 17


B. Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ---------------------------------- 17
1. Alat Pelindung Diri pada Pekerjaan Pengelasan ------------------------ 17
2. Bahaya-Bahaya pada Pekerjaan Pengelasan --------------------------- 23
C. Bahaya-Bahaya Pengelasan pada Industri -------------------------------------- 30
1. Industri Perkapalan -------------------------------------------------------------- 30
2. Jembatan dan Rangka Baja -------------------------------------------------- 36
3. Bejana Tekan dan Pipa Pesat ------------------------------------------------ 43
4. Saluran Pipa ---------------------------------------------------------------------- 47
5. Mesin-Mesin Konstruksi -------------------------------------------------------- 48
6. Kendaraan Rel -------------------------------------------------------------------- 50

D. Peraturan dan Perundang-Undangan K3 ---------------------------------------- 52


1. Penerapan Peraturan dan Perundang-Undangan K3 ------------------ 52
2. Kerugian Akibat Kecelakaan -------------------------------------------------- 54
3. Penggunaan Alat Pelindung Diri --------------------------------------------- 55

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan KesehatanKerja (K3)

Halaman: 2 dari 74
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

E. Pelaksanaan K3 ------------------------------------------------------------------------- 56
1. Faktor-Faktor Terjadi Api ------------------------------------------------------ 56
2. Jenis Pemadam Kebakaran --------------------------------------------------- 57
3. Penggunaan APD untuk Pemadam Kebakaran ------------------------- 58
4. Pencengahan Kebakaran ----------------------------------------------------- 60

F. Menerapkan P3K ----------------------------------------------------------------------- 60


1. Kotak P3K ------------------------------------------------------------------------- 60
2. Prosedur Melakukan Pertolongan Pertama / Darurat ------------------ 61
3. Penggunaan Obat dan Alat-Alat P3K -------------------------------------- 63
4. Pertolongan P3K didemonstrasikan sesuai SOP ----------------------- 66
5. Pemeriksaan Validitas Obat-Obatan dan Alat-Alat P3K --------------- 71

BAB III SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN


KOMPETENSI ------------------------------------------------------------------------------- 73

A. Sumber-sumber Perpustakaan ----------------------------------------------------- 73


1. Daftar Pustaka -------------------------------------------------------------------- 73
2. Buku Referensi ------------------------------------------------------------------- 73
B. Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan ------------------------------------------------ 73

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan KesehatanKerja (K3) Halaman: 3 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

BAB I
URAIAN SINGKAT MATERI PELATIHAN

A. LATAR BELAKANG

Keselamatan kerja bersangkutan erat dengan peningkatan produksi dan


produktivitas. Keselamatan kerja akan membawa iklim keamanan dan ketenangan
kerja, sehingga sangat membantu bagi hubungan pekerja/ peserta pelatihan dengan
perusahaan / lembaga pelatihan. Dengan mengindentifikasi peralatan keselamatan
dan kesehatan kerja
.
B. TUJUAN

Learning Material “Mengindentifikasi Prinsip-Prinsip K3 ” ini bertujuan agar siswa


mampu untuk mengindetifikasi prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja
khususnya di bidang pengelasan sehingga dapat mengurangi kecelakaan kerja..
Disamping itu juga bertujuan agar siswa mampu mengantisipasi terjadinya
kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan, melakukan keselamatan dan
kesehatan, dan menerapkan pertolongan pertama pada kecelakaan.

C. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dari Learning material “Mengindetifikasi Prinsip-Prinsip K3 ” ini terdiri


dari: Mengidentifikasi peralatan keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerjaan
pengelasan terutama Alat Pelindung Diri (APD), Mengenal bahaya-bahaya yang
dapat ditimbulkan oleh pekerjaan pengelasan, Mengantisipasi terjadinya kecelakaan
dan gangguan kesehatan, Mendemonstrasikan pelaksanaan K3, dan Menerapkan
pertolongan pertama pada kecelakaan.

D. PENGERTIAN-PENGERTIAN

1. Keselamatan Kerja adalah suatu tindakan pencengahan terjadinya kecelakaan atas


manusia, alat/mesin, gedung/ tempat kerja dan kerusakan lingkungan hidup.
2. Kesehatan kerja adalah pencengahan timbulnya penyakit akibat lingkungan
kerja atau pekerjaan.
3. Aat pelindung diri (APD) adalah seperangkat alat/ pakaian yang digunakan
secara langsung oleh tenaga kerja/ operator untuk tujuan pencengahan
kecelakaan dan perlindungan terhadap gangguan yang ditimbulkan oleh faktor
kimia dan fisik.
4. Api adalah gabungan dari beberapa zat yang berada pada tempat dan saat
yang sama.
5. P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) adalah tindakan/ cara darurat
yang dilakukan untuk menolong korban kecelakaan sebelum di tangani tim
medis.

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 16 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

BAB II
MATERI PELATIHAN
MENGIDENTIFIKASI PRINSIP-PRINSIP KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA (K3)

A. Definisi Umum
Keselamatan Kerja adalah suatu tindakan pencengahan terjadinya kecelakaan
atas manusia, alat/mesin, gedung/ tempat kerja dan kerusakan lingkungan hidup.
Kesehatan kerja adalah pencengahan timbulnya penyakit akibat lingkungan kerja
atau pekerjaan yang akan mempengaruhi :
 Fisik atau mental pekerja
 Fisik atau mental orang / masyarakat sekitarnya.

B. Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


1. Alat Pelindung Diri (APD) pada Pekerjaan Pengelasan
Alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat alat/ pakaian yang
digunakan secara langsung oleh tenaga kerja/ operator untuk tujuan
pencengahan kecelakaan dan perlindungan terhadap gangguan yang
ditimbulkan oleh faktor kimia dan fisik.
Pemilihan APD harus :
a) Memberikan perlindungan secara efektif.
b) Seringan mungkin.
c) Dirancang dengan design yang menarik.
d) Memenuhi standard.
e) Memiliki struktur dan bahan yang baik.
f) Tidak menimbulkan gangguan bagi si pemakai.

 Pelindung Mata
Pelindung mata atau gogel digunakan untuk menurunkan
kekuatan pancaran cahaya tampak dan harus dapat menyerap
atau melindungi mata dari pancaran sinar ultraviolet dan
inframerah. Untuk keperluan ini maka pelindung mata harus
mempunyai warna transmisi tertentu, misalnya abu-abu, coklat
atau hijau. Dalam negara-negara tertentu sudah dilaksanakan
persyaratan pelindung mata terhadap kemampuannya
menahan sinar ultraviolet dan inframerah. Negara Jepang telah
mengeluarkan standarisasi mengenai pelindung mata yaitu
JIST8441 – 1970 seperti tabel 1.

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 17 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

Gambar 1 Lensa kaca las

Tabel 1 Kriteria Penggunaan Gogel ( JIS T8141 – 1970 )

Nomor Pengelasan atau Pengelasan atau


Pemotongan dengan Pemotongan dengan
Warna
Busur Listrik Gas
1,5 untuk sinar bias atau
1,7
sinar samping
2
2,5
3 untuk cahaya rendah
4
5 untuk busur di bawah 30 untuk cahaya sedang
6 Ampere
7 untuk busur antara 30 untuk cahaya kuat
8 sampai 75 Ampere
9 untuk busur antara 75
10
sampai 200 Ampere
11
12 untuk busur antara 200
13 sampai 400 Ampere
14 untuk busur lebih dari
400 Ampere

Hal- hal penting yang harus diperhatikan dalam memilih gogel


adalah :
1. Harus mempunyai daya penerus yang tepat terhadap
cahaya tampak.
2. Harus mampu menahan cahaya dan sinar yang berbahaya.
3. Harus mempunyai sifat-sifat yang tidak melelahkan mata.
4. Harus tahan lama dan mempunyai sifat yang tidak mudah
berubah.
5. Harus memberikan rasa nyaman kepada pemakai.

Selain gogel yang digunakan pada saat proses pengelasan


yang melindungi dari percikan cahaya, maka ada juga Gogel
yang digunakan karena percikan dan terak las pada saat

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 18 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

pembersihan hasil lasan yang sering masuk ke mata


mengakibatkan pembengkakan.

Gambar 2 Gogel untuk proses Menggerinda

Gambar 3 Gogel untuk proses las asetilin

Gambar 4 Gogel untuk proses brazing

 Pelindung Muka
Pelindung muka digunakan untuk melindungi seluruh muka
terhadap kebakaran kebakaran kulit sebagai akibat dari cahaya
busur, percikan dan lain-lainnya, yang tidak dapat dilindungi
dengan hanya memakai pelindung mata saja.
Bentuk dari pelindung muka bermacam-macam, dapat
berbentuk helmet seperti gambar 5 dan dapat berupa
pelindung yang harus dipegang seperti gambar 6.

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 19 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

Gambar 5 Helm Las Gambar 6 Helm Las yang dipegang

 Pelindung Pernapasan
Pelindung pernapasan digunakan apabila pembersihan udara
dengan ventilasi/ exhaust fan tidak mencukupi dan pengelasan
di tempat tertutup seperti dalam tangki atau terowongan,
sehingga diperkirakan dapat membahayakan pekerja
diharapkan memakai alat pernapasan pelindung debu dan
pelindung racun.
Alat pernapasan pelindung debu dan racun harus memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan sebagai berikut :
1. Mempunyai daya tampung yang tinggi.
2. sesuai dengan bentuk muka.
3. tidak menggangu pernapasan.
4. tidak mengganggu pekerjaan.
5. kuat, ringan dan mudah dirawat.

Gambar 7 Alat Pernapasan Pelindung Debu

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 20 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

Gambar 8 Alat Pernapasan Pelindung Racun

 Pelindung Kulit
i) Sarung Tangan
Untuk melindungi kulit tangan operator las harus memakai
sarung tangan dari kulit akibat luka bakar terutama apabila
melakukan pengelasan tegak dan atas kepala. Bagian
dalam sarung tangan harus dilapisi bahan katun untuk
menyerap keringat pada tangan agar terhindar dari bahaya
listrik.
Syarat-syarat sarung tangan menurut JIS dapat dilihat pada
tabel 2.

Tabel 2 Jenis Sarung Tangan Las (JIS T8113-1976)

Jenis Bahan Bentuk Penggunaan


No. 1 Tapak dan punggung 2-jari Terutama
Kelas No. 2 tangan : kulit luar 3-jari dalam
1 No. 3 Lengan : kulit bagian 5-jari pengelasan
dalam
No. 1 Seluruh kulit bagian 2-jari Dalam
Kelas No. 2 dalam 3-jari pengelasan
2 No. 3 5-jari dan
pemotongan

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 21 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

Gambar 9a Jenis 5 jari Gambar 9b Jenis 2 jari

Gambar 9c Jenis 3 jari

ii) Baju Las/ Appron


Baju las/ apron dibuat dari kulit atau asbes. Baju las yang
lengkap dapat melindungi badan, sebagian kaki dan lengan.

Gambar 10 Appron / Pelindung dada

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3)


Halaman: 22 dari 74
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

Gambar 11 Pelindung lengan Gambar 12 Pelindung kaki

iii) Sepatu safety


Sepatu safety berguna untuk melindungi kaki dari semburan
bunga api, terak dan kejatuhan dari benda. Sepatu safety
terbuat dari bahan kulit yang ujungnya dilengkapi dengan besi
untuk menahan beban hingga 2 ton.

Gambar 13 Sepatu safety

2. Bahaya-Bahaya Pada Pekerjaan Pengelasan


a. Bahaya Kecelakaan Karena Cahaya dan Sinar
Selama proses pengelasan akan timbul cahaya dan sinar yang
dapat membahayakan juru las dan pekerja lain yang ada di
sekitar proses pengelasan. Cahaya tersebut meliputi cahaya
yang dapat dilihat atau cahaya tampak, sinar utraviolet dan
sinar inframerah.

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 23 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

(1) Cahaya Tampak


Semua cahaya tampak yang masuk ke mata akan
diteruskan oleh lensa dan kornea ke retina mata. Bila
cahaya ini terlalu kuat maka mata akan segera menjadi
lelah dan bila terlalu lama mungkin akan terjadi sakit pada
mata. Rasa lelah dan sakit ini sifatnya hanya sementara
dan akan hilang sendiri dengan istirahat yang cukup.

(2) Sinar Ultraviolet


Sinar ultra violet sebenarnya adalah pancaran yang mudah
terserap, tetapi sinar ini mempunyai pengaruh yang besar
terhadap reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh. Bila sinar
ultraviolet yang terserap oleh lensa dan kornea melebihi
jumlah yang telah ditentukan, maka pada mata akan terasa
seakan-akan ada benda asing di dalamnya. Dalam waktu
antara 6 sampai 12 jam kemudian mata akan menjadi sakit
selama 6 sampai 24 jam. Pada umumnya rasa sakit ini
akan hilang setelah 48 jam.

(3) Sinar Inframerah


Sinar inframerah tidak segera terasa sakit oleh mata, karena
sinar ini lebih berbahaya sebab tidak diketahui, tidak terlihat dan
tidak terasa. Pengaruh sinar inframerah terhadap mata sama
dengan pengaruh panas, yaitu menyebabkan pembengkakan
pada kelompak mata, terjadinya penyakit kornea, presbiopia
yang terlalu dini dan terjadinya kerabunan. Jelas disini bahwa
akibat dari sinar inframerah jauh lebih berbahaya dibandingkan
kedua cahaya yang lainnya.

b. Bahaya Kecelakaan Karena Listrik


Banyak sekali jenis kecelakaan yang ditimbulkan oleh listrik
dan akibatnya dapat menimbulkan kematian. Kadang-kadang
kejutan listrik yang kecilpun dapat mengakibatkan kematian,
misalnya bila orang yang terkena kejutan listrik terkejut lalu
jatuh dari tempat ketinggian.
Besarnya kejutan yang timbul karena listrik tergantung pada
besarnya arus dan keadaan badan manusia. Tingkat dari kejutan
dan hubungannya dengan besar arus adalah sebagai berikut :
(1) Arus 1 mA hanya menimbulkan kejutan yang kecil saja dan
tidak membahayakan.
(2) Arus 5 mA akanmemberikan stimulasi yang cukup tinggi
pada otot dan menimbulkan rasa sakit.

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3)


Halaman: 24 dari 74
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

(3) Arus 10mA akan menyebabkan rasa sakit yang hebat.


(4) Arus 20 mA akan menyebabkan terjadinya pengerutan pada
otot sehingga orang yang terkena tidak dapat melepaskan
dirinya tanpa bantuan orang lain.
(5) Arus 50 mA sudah sangat berbahaya.
(6) Arus 100 mA akan mengakibatkan kematian

c. Bahaya kecelakaan karena Debu dan Gas Asap Las


(1) Debu Asap Las
Debu dalam asap las besarnya berkisar antara 0,2 m
sampai 3 m. Distribusi dari ukuran debu asap yang timbul
ditujukkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 3 Distribusi ukuran debu asap

Sedangkan bentuknya setelah dibesarkan menjadi 20.000


kali dengan mikroskop elektron dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.

Gambar 14 debu las dari Gambar 15 debu las dari


elektroda jenis elektroda jenis
ilmenit hydrogen rendah

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 25 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

Butir-butir debu asap dengan ukuran 0,5 m atau lebih bila


terhisap akan tertahan oleh bulu-bulu hidung dan bulu pipa
pernapasan, sedangkan debu asap yang lebih halus akan
terbawa masuk ke dalam paru-paru, dimana sebagian akan
dihembuskan keluar kembali. Debu asap yang tertinggal
dan melekat pada kantong udara di paru-paru dapat
menimbulkan beberapa penyakit seperti sesak napas dan
lain sebagainya. Karena hal ini, maka debu las perlu
mendapatkan perhatian khusus.
Komposisi kimia dari debu asap las tergantung dari jenis
pengelasan dan elektroda yang digunakan. Dalam
pengelasan baja komposisi yang utama, seperti tabel 4.
Maka oksida besi (Fe2O3) ditambah dengan debu lain yang
tergantung dari elektodanya. Bila digunakan elektroda jenis
hidrogen rendah, di dalam debu asap akan terdapat fluor
(F) dan oksida kalium (K2O). Dalam pengelasan bususr
listrik tanpa gas, asapnya akan banyak mengandung oksida
magnesium (MgO).

Tabel 4 Komposisi Kimia dari Asap Las

Jenis bahan Las Komposi


Fe2O3 SiO2 MnO TiO2 Al2O3 CaO MgO Na2O K2O F
Elektoda D4301 50,9 18,2 9,5 1,8 0,4 0,5 0,5 7,8 4,7
terbungkus
D4327 42,1 30,8 7,7 0,5 0,5 0,1 1,9 6,7 4,3
D4316 25,8 5,3 4,5 0,8 0,5 15,2 5,3 17,5 18,9
Las busur gas CO2 75,5 10,7 12,6
Las busur dengan 16,2 1,3 2,1 7,8 18,3 42,1 0,3 11,1
pelindung bukangas

Sedangkan harga batas kandungan debu asap, di dalam


udara tempat pengelasan yang dalam bahasa Inggrisnya
adalah Threshold Limited Value (TLV), oleh IIW dalam
3
tahun 1960 ditentukan sebesar 10 mg/m untuk jenis
3
elektroda karbon rendah dan 20 mg/m untuk jenis yang
lainnya. Tahun 1974 di Amerika ACGIH menentukan bahwa
besarnya TLV adalah 5 mg/m3 yang banyak dianut oleh
negara-negara lainnya. Sedangkan tahun 1976 kadar TLV
dikeluarkan oleh SIHJ di Jepang seperti pada tabel 5.

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3)


Halaman: 26 dari 74
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

Tabel 5 Harga batas kandungan logam dalam debu asap


las (Harga TLV)
3
Harga TLV (mg/m )
Logam Bentuk Ikatan
ACGIH SIHJ
(AmerikaSerikat) (Jepang)
Cd Debu (sebagai CdO dan Cd) 0,05 0,1
Cr Asam khromik dan 0,1 0,1
khromat (sebagai CrO3)
Garam khrom (sebagai Cr) 0,5
Co Debudan asap( sebagaiCo) 0,1
Cu Debu (sebagai Cu) 1,0
Sb Debu (sebagai Sb) 0,5
Mn Debu (sebagai Mn) 5,0 5,0
Pb Asap dan debu inorganik 0,15 0,15
(sebagai Pb)
Fe Debu(sebagai oksidabesi) 5,0
Ni Logam dan ikatan tidak 1,0 1,0
larut (Ni)
Ikatan larut (sebagai Ni) 0,1
V Debu V2O5 0,5 0,5
Asap V2O5 0,05 0,1
W Ikatan larut (sebagai W) 1,0
Ikatan tidak larut (sebagai W) 5,0
Mo Ikatan larut 5,0
Ikatan tidak larut 10,0
Zn Asap ZnO 5,0 5,0
Asap ZnCl2 1,0
F Fluorida 2,5
Ag Logam dan ikatan logam 0,01

(2) Gas dalam Asap Las


Gas-gas berbahaya yang terjadi pada waktu pengelasan
adalah gas karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2).
Ozon (O3) dan nitrogen dioksida (NO2).

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 27 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

Pengaruh dari gas-gas tersebut terhadap tubuh manusia


dan harga batasnya dijelaskan di bawah ini :
- Gas karbon monoksida (CO)
Pada saat pengelasan, gas CO2 yang terjadi diubah menjadi
CO dengan konsentrasi yang menurun bila jaraknya makin
menjauh dari tempat las. Gas CO mempunyai afinitas yang
tinggi terhadap hemoglobin yang dengan sendirinya akan
menurunkan daya penyerapannya terhadap oksigen harga
TLV untuk gas ini adalah 50 ppm.
- Gas karbon dioksida (CO2)
- Di dalam udara sudah terdapat konsentrasi gas CO2 sebesar
300 ppm. Sebenarnya gas CO2 sendiri tidak berbahaya
terhadap tubuh, tetapi bila konsentrasinya terlalu tinggi
konsentrasi oksigen di udara akan menurun dan dapat
membahayakan, terutama dalam ruang tertutup. Harga TLV
untuk gas ini adalah 5000 ppm.
- Gas ozon (O3)
- Gas ozon terjadi karena reaksi fotokimia dari sinar ultraviolet.
Bila seseorang bernapas dengan udara yang mengandung
0,5 ppm gas O3 selama 3 jam maka akan terasa sesak
napas. Bila konsentrasinya mencapai 1 atau 2 ppm dalam
waktu 2 jam akan terasa pusing, sakit dada dan kekeringan
pada pipa pernapasan. Harga TLV untuk gas ini adalah 0,1 ppm.
- Gas nitrogen monoksida (NO)
- Gas NO yang masuk ke dalam pernapasan tidak
merangsang, tetapi akan bereaksi dengan hemoglobin (Hb)
seperti halnya gas CO. Tetapi karena ikatan antara NO dan
Hb jauh lebih kuat dari pada CO dan Hb maka gas NO tidak
mudah lepas dari hemoglobin, bahkan mengikat oksigen yang
dibawa oleh heboglobin. Hal ini dapat menyebabkan
kekurangan oksigen yang dapat membahayakan kekurangan
oksigen yang dapat membahayakan sistem syaraf. Harga
TLV NO adalah 25 ppm.
- Gas nitrogen dioksida (NO2)
- Gas NO2 dapat memberikan rangsangan yang kuat
terhadap mata dan lapisan pernapasan yang dapat
menyakitkan mata, menyebabkan batuk-batuk dan sakit
dada. Sama halnya dengan gas NO, bila terhisap ke dalam
badan NO2 akan bereaksi dengna hemoglobin dan
memberikan akibat yang sama. Gas NO2 dapat
menimbulkan luka-luka pada pipa pernapasan dan paru-
paru. Harga TLV gas NO2 adalah 5 ppm.

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 28 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

d. Bahaya Kecelakaan karena Percikan dan Terak Las


Selama mengelas kecelakaan karena percikan dan terak las
tidak banyak terjadi, tetapi pada waktu membersihkan hasil
lasan, pecahan-pecahan percikan dan terak las dapat dan
sering masuk ke mata yang dapat menimbulkan
pembengkakan.
Apabila percikan dan terak las mengenai kulit, maka akan
menimbulkan luka bakar.

e. Bahaya Kecelakaan karena Ledakan


Dalam mengelas tangki, sebelum dilakukan pengelasan, tangki
harus bersih dari minyak, gas yang mudah terbakar dan cat
yang dapat terbakar. Apabila dalam hal ini pembersihan kurang
sempurna akan terjadi ledakan yang sangat membahayakan.
Untuk mencengah hal ini sebelum pengelasan dilakukan karena
diadakan pemeriksaan lebih dahulu untuk memastikan bahwa
tidak akan terjadi ledakan. Karena itu pemeriksaan tidak boleh
hanya berdasarkan atas perkiraan saja tetapi harus dengan alat
deteksi untuk gas yang mudah terbakar.

f. Bahaya Kecelakaan Karena Kebakaran


Kebakaran terjadi karena percikan-percikan dari pengelasan
yang mengenai bahan-bahan yang mudah terbakar, seperti
bensin, solar, minyak, cat, kayu, kain, dan kertas. Oleh karena
itu, bahan-bahan tersebut harus ditempatkan pada tempat yang
khusus.
Bahaya kebakaran juga dapat terjadi karena kabel yang
menjadi panas yang disebabkan oleh hubungan yang kurang
baik, kabel yang tidak sesuai atau adanya kebocoran listrik
karena isolasi yang rusak.

g. Bahaya Kecelakaan Karena Sinar X dan Sinar ©


Sinar X dan sinar © tidak mempunyai hubungan langsung
dengan proses mengelas, tetapi kebanyakan dari pemeriksaan
hasil lasan menggunakan kedua sinar tersebut.
Kedua sinar tersebut bila terserap oleh tubuh dapat merusak
darah dan menimbulkan penyakit yang membahayakan.
Karena itu, dalam pelaksanaan pemeriksaan yang
menggunakan sinar X dan sinar ©, tempat pengujiannya harus
betul-betul terlindung sehingga tidak ada sinar yang terpancar
keluar. Orang lain yang bukan anggota team pemeriksaan

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 29 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

harus dilarang masuk ke daerah pemeriksaan. Disamping itu


pekerja yang berhubungan dengan kedua sinar ini harus
diperiksa kesehatannya secara teratur.

h. Bahaya Kecelakaan Karena Jatuh


Dalam pekerjaan mengelas di tempat-tempat tinggi akan ada
bahaya terjatuh. Bahaya ini dapat menimbulkan luka-luka berat
atau kematian, karena itu usaha pencengahannya harus betul-
betul diperhatikan,
Untuk menghindari bahaya ini hal-hal berikut harus dilakukan :
- Pekerja di tempat tinggi harus menggunakan tali pengaman.
- Semua pekerja harus memakai topi pengaman untuk
melindungi kepala terhadap bahaya terjatuh atau
kejatuhan.
- Harus ada kepastian keamanan terhadap pelataran kerja
tinggi, tangga dan alat pembantu lainnya.
- Alat dan bahan yang digunakan pada pengerjaan tinggi
harus diikat atau diletakkan di tempat yang aman.
- Tidak membebani pelataran kerja melebihi batas
kemampuan yang diizinkan.

C. Bahaya-Bahaya Pengelasan Pada Industri


1. Industri Perkapalan
Industri perkapalan banyak menggunakan proses pengelasan terutama
kapal dari baja untuk kapal niaga, kapal perang, kapal penumpang, kapal
tanker dan sebagainya.
Susunan umum dari konstruksi kapal dibagi 3 bagian, yaitu haluan,
lambung dan buritan (gambar 15)

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 30 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

Gambar 15 Konstruksi kapal


Penampang melintang dari kapal dapat dilihat pada gambar 16, sehingga
terlihat jelas bahwa konstruksi kapal terdiri dari pelat-pelat dan rangka dari
batang-batang.

Gambar 16 Penampang melintang kapal

1. Proses Pembuatan Kapal


Proses pembuatan kapal dilakukan dengan cara membagi badan
kapal ke dalam kotak-kotak seperti gambar 17.

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 31 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

Gambar 17 Proses pembuatan kapal


Konstruksi kotak dilakukan dalam 4 tahap, yaitu :
 Tahap pembuatan
Dalam tahap ini pekerjaan yang utama adalah pembentukan pelat
yang dilakukan dengan pembersihan, penandaan, pemotongan,
pembengkokan dan lain sebagainya.
 Tahap perakitan mula
Sebagian dari pelat dinding setelah dibuat biasanya langsung
dikirimkan ke tempat perakitan. Tetapi konstruksi dalam seperti
kerangka geladak atau dasar biasanya dirakit tersendiri lebih
dahulu dalam tahap perakitan mula. Dalam hal ini biasanya
digunakan cara pengelasan tangan, pengelasan gaya berat,
pengelasan rendam dan lain sebagainya. Gambar 18 ditunjukkan
cara pengelasan gaya berat dari suatu bagian badan kapal tahap
perakitan mula.

Gambar 18 Proses pengelasan gaya berat

 Tahap perakitan
Pada tahap perakitan semua komponen baik yang datang dari
pembuatan maupun dari perakitan mula dirakit dan dilas menjadi
kotak-kotak rakitan. Penyambungan antara kotak-kotak rakitan
tersebut dilakukan dengan menggunakan las busur rendam
otomatik seperti gambar 19. Dalam hal mengikatkan kerangka
dan pelat dinding digunakan las tangan atau las gaya berat
dengan elektroda khusus untuk pengelasan datar.

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 32 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

Gambar 19 Proses pengelasan busur rendam otomatik

 Tahap pembangunan
Kotak-kotak yang sudah dirakit kemudian disusun di atas
galangan dengan bantuan mesin angkat. Setelah diatur kotak-
kotak tersebut lalu dilas dengan menggunakan bermacam-macam
cara pengelasan baik dengan las biasa maupun dengan las
otomatik khusus.

2. Cara Pengelasan untuk Kapal


Dalam proses pembuatan konstruksi kapal, jumlah pekerjaan las kira-
kira sepertiga dari seluruh jumlah pekerjaan. Kotak-kotak yang sudah
dirakit harus dilas satu sama lain beratnya mencapai puluhan ton dan
kontruksinya rumit. Proses pengelasan yang digunakan diantara
secara manual dan otomatik. Pengelasan manual dengan pengelasan
tangan dan pengelasan gaya berat, sedangkan secara otomatik
dengan las otomatik busur terendam, las listrik terak, las semi otomatik
pelindung gas CO2 dan las otomatik pelindung gas mulia.
Jumlah dan perincian serta cara-cara pekerjaan pengelasan untuk
membangun kapal ditunjukkan dalam tabel 6

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 33 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

Tabel 6 Jumlah Pekerjaan Pengelasan

Bahan las untuk pembangunan kapal besar ditentukan oleh Biro


Klasifikasi.
Langkah-langkah dalam mengelas kotak untuk konstruksi lambung
kapal, sebagai berikut :
 Pemeriksaan ukuran alur
 Penyusunan dan pentahanan mesin las
 Pemilihan bahan las.
 Penentuan urutan pengelasan
 Pembersihan alur dari debu, karat dan minyak.

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 34 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

3. Pemeriksaan Hasil Pengelasan


Semua sambungan las dalam kapal setelah selesai proses
pengelasan harus diperiksa dengan pengamatan yang meliputi bentuk
las seperti lebar, tinggi dan bentuk gelombangnya, panjang kaki,
adanya takik, adanya lubang dalam dan lain sebagainya.
Untuk bagian yang penting perlu diadakan pengujian permukaan
dengan cairan penembus, serbuk magnit dan lain sebagainya atau
pengujian bagian dalam dengan menggunakan radiografi, ultrasonik .
pada ruang atau tangki tidak boleh bocor sehingga perlu diadakan
pengujian kekedapan baik terhadap air maupun udara.
4. Kwalifikasi Juru Las
Kwalifikasi sambungan las sangat tergantung pada keterampilan juru
las yang melakukan pengerjaan las untuk kapal berdasarkan
persyaratan Biro klasifikasi.
Dalam mengelas pelat kapal tebal 19 mm dengan posisi atas kepala
misalnya, harus dikerjakan oleh juru las dengan kwalifikasi kelompok
O dan V dari kelas 2 ( 2O dan 2V ), seperti tabel 7. Sedangkan untuk
mengelas pelat 25 mm dengan posisi tegak diperlukan juru las
kelompok V dari kelas 3 ( 3V).

Tabel 7 Kelas dan kelompok juru las


Kwalifikasi kelompok
kelas
Tebal pelat Semua Posisi vertikal& Posisi
Pipa diam
(mm) posisi datar datar
5 atau kurang Kelas 1 Kelompok V
Kelompok O Kelompok Kelompok
19 atau kurang Kelas 2
dan V F P
Kelompok V
Kelompok H
Tanpa batas Kelas 3
dan V

5. Bahaya pada proses pengelasan


Bahaya kecelakaan yang terjadi pada proses pengelasan konstruksi
kapal diantaranya, yaitu :
 Bahaya kecelakaan karena cahaya dan sinar
 Bahaya kecelakaan karena listrik
 Bahaya kecelakaan karena debu dan gas asap las
 Bahaya kecelakaan karena percikan dan terak las
 Bahaya kecelakaan karena ledakan
 Bahaya kecelakaan karena kebakaran
 Bahaya kecelakaan karena jatuh

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 35 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

2. Jembatan dan Rangka Baja


Perencanaan jembatan didasarkan atas kekuatan untuk menahan
beratnya sendiri, beban dinamik seperti manusia, kendaraan dan kereta
api dan tegangan lentur yang disebabkan oleh angin, gempa dan lain
sebagainya. Dalam hal rangka baja, beban seperti berat atap dan lantai
serta tegangan dan perubahan bentuk yang terjadi harus ditahan oleh
tiang dan batang. Biasanya seluruh atau sebagian dari jembatan telah
dibuat di tempat pembuatannya. Pada tahap pembuatan, penyambungan
dilakukan dengan pengelasan sedangkan saat pemasangan biasanya
digunakan sambungan mur dan baut. Sedangkan pada pembuatan
rangka baja biasanya tahap pembuatan dan tahap pemasangannya
menggunakan sambungan las.
a. Jembatan
1. Proses Pembuatan Jembatan
Konstruksi jembatan biasanya diklasifikasikan menurut
bagian konstruksi utama dalam menahan lenturan oleh
beban, seperti tabel 8.
Gambar 20 dapat dilihat komponen dari jembatan jenis
rangka dimana konstruksi utamanya terdiri dari balok datar
bawah, balok datar atas, tiang ujung dan batang diagonal
mampu menahan momen lentur. Batang-batang jembatan
berbentuk profil I, T atau bentuk kotak.

1. Balok dasar bawah 8. Pengikat konstruksi atas


2. balok dasar atas 9. Pengikat konstruksi
3. Tiang ujung bawah
4. Batang diagonal 10. Penahan
5. Pengikat portal 11. Pelat penghubung
6. Balok lantai 12. Jalur jalan kaki
7. Balok hubung datar 13. Sudut penghubung

Gambar 20 Konstruksi jembatan rangka

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 36 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

Tabel 8 Jenis Jembatan


Jenis Klasifikasi Keterangan

Jembatan Gelagar pelat Glagar utama mempunyai


gelagar penampang I atau kotak

Gelagar Kotak

Jembatan Rangka Warren Susunan batang


rangka membentuk segitiga dan
Rangka K setiap batang menahan
tekanan dan tarikan
Rangka Howe

Rangka Pratt

Jembatan Busur dengan Batang menahan tekanan


Busur dua engsel dan lenturan

Busur dengan Titik tumpuan menerima reaksi


tiga engsel horizontal dan vertikal

Busur tanpa Titik tumpuanmenerimareaksi


engsel horizontal danmomenlentur

Busur terikat Reaksi horizontal diterima


oleh balok pengikat

Gelagar Langer Busur digunakan untuk


memperkuat jembatan rangka

Gelagar Lohse Sejenis dengan busur


terikat

Jembatan Jembatan Dasar jembatan digantung


lainnya gantung dengan kabel-kabel

Jembatan Balok utama dan tiang


rangka kaku merupakan suatukonstruksikaku

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 37 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

2. Cara Pengelasan untuk Jembatan


Proses pengelasan jembatan dilakukan dengan las busur
terendam, las tangan, las semi otomatis, las gaya berat dan
cara lainnya. Las busur terendam digunakan untuk las
tumpul pada pelat baja dan las sudut pada pembuatan
gelagar utama. Las busur terlindung menggunakan las CO2.

Gambar 21 Cara pengelasan pelat gelagar

Gambar 22 Cara pengelasan balok datar

Gambar 23 Cara pengelasan gelagar kotak

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 38 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

Gambar 24 Penyambungan sudut horizontal dengan mesin busur


3. as
terendam portable

Gambar 25 Mesin las busur terendam dalam pengelasan pelat badan

Gambar 26 Penyambungan pelat penguat pada pelat badan gelagar


dengan las gaya berat

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 39 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

3. Pemeriksaan Hasil Pengelasan


Pemeriksaan sambungan las untuk konstruksi jembatan
meliputi pemeriksaan alur, pemeriksaan manik las dengan
mata, dan pengujian tidak merusak bahan. Pemeriksaan
dengan mata untuk melihat adanya retak dan lubang pada
permukaan manik las dengan pertolongan serbuk manik
atau cairan penembus berwarna. Sedangkan pengujian tak
merusak dapat dilakukan dengan cara radiografi atau
ultrasonik.
4. Kwalifikasi Juru Las
Keterampilan dari juru las meliputi kemampuan
menggunakan alat las dan menjalankan mesin las untuk
mendapatkan busur listrik yang tepat agar terjadi
penembusan yang sempurna dan mendapatkan cairan
logam yang sesuai untuk tiap-tiap jenis sambungan dan
posisi pengelasan. Di dalam pengelasan tangan semua
kemampuan di atas, kecuali sumber tenaga dan elektroda,
seluruhnya tergantung kepada juru las. Dalam pengelasan
otomatik dan semi –otomatik, juru las harus menguasai
sepenuhnya cara menjalankan dan mengatur mesin lasnya.
Walaupun demikian pengetahuan dan keterampilan dasar
harus dikuasai. Pengelasan dengan tangan adalah
pengelasan yang paling sukar untuk mendapatkan hasil
yang tetap, karena adanya pengaruh kecapaian badan dan
pikiran. Cara-cara penilaian juru las untuk mendapatkan
sertifikat biasanya diatur oleh badan atau biro tersendiri.
5. Bahaya pada Proses Pengelasan
Bahaya kecelakaan yang terjadi pada proses pengelasan
konstruksi jembatan diantaranya, yaitu :
 Bahaya kecelakaan karena cahaya dan sinar
 Bahaya kecelakaan karena listrik
 Bahaya kecelakaan karena debu dan gas asap las
 Bahaya kecelakaan karena percikan dan terak las
 Bahaya kecelakaan karena ledakan
 Bahaya kecelakaan karena kebakaran
 Bahaya kecelakaan karena jatuh

b. Rangka Baja
1. Proses Pembuatan Rangka Baja
Konstruksi rangka baja digunakan untuk bangunan gedung,
karena itu pembuatannya harus dilakukan dalam waktu yang
singkat, sehingga menggunakan baja rol atau bentuk balok

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 40 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

yang dibuat dari pelat. Bagian konstruksi yang terpenting


adalah tiang balok pengikat dan rangka atap.
Rangka atap terbuat dari baja profil atau pipa baja dengan
tujuan mengurangi berat dari atap. Sedangkan tiang balok
biasanya berbentuk profil H, silang atau bentuk kotak. Untuk
keperluan penyambungan di lapangan menggunakan mur
dan baut, sehingga lubang-lubang baut harus sudah
disiapkan dalam tahap pembuatan.

Gambar 27 Konstruksi Tiang

Gambar 28 Konstruksi balok

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 41 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

2. Cara Pengelasan untuk Rangka Baja


Proses pengelasan yang digunakan dalam konstruksi
bangunan baja adalah las tangan, las busur gas CO2, las
busur terendam, las listrik terak dengan pipa terumpan dan
lain-lain. Pada pengelasan di lapangan digunakan juga las
busur tanpa gas.

Sambungan Cara pengelasan

Las busur rendam


1 Las busur gas CO2
Las busur tangan

Las busur tangan


2 Las busur gas CO2
Las listrik terak

Las busur tangan


3 Las busur gas CO2
Las busur bukan gas

Gambar 29 Proses pengelasan batang profil

Gambar 30 Pengelasan tiang dengan las busur


gas CO2 semi otomatis

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 42 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

Gambar 31 Las listrik terak untuk balok dan batang penghubung

3. Pemeriksaan Hasil Pengelasan


Pemeriksaan dan pengujian hasil pengelasan konstruksi
bangunan baja sama dengan pemeriksaan dan pengujian
pada jembatan, tetapi konstruksi bangunan baja banyak
menggunakan sambungan bentuk T maka penggunaan
radiografi sukar untuk dilaksanakan.
4. Kwalifikasi Juru Las
Persyaratan dan kwalifikasi juru las dalam pengelasan
konstruksi sama dengan kwalifikasi untuk pengelasan
jembatan.
5. Bahaya pada proses pengelasan
Bahaya kecelakaan yang terjadi pada proses pengelasan
konstruksi rangka baja diantaranya, yaitu :
 Bahaya kecelakaan karena cahaya dan sinar
 Bahaya kecelakaan karena listrik
 Bahaya kecelakaan karena debu dan gas asap las
 Bahaya kecelakaan karena percikan dan terak las
 Bahaya kecelakaan karena ledakan
 Bahaya kecelakaan karena kebakaran
 Bahaya kecelakaan karena jatuh

3. Bejana Tekan dan Pipa Pesat


a. Bejana Tekan
Bejana tekan adalah tempat penampungan zat cair atau gas
dengan tekanan yang lebih tinggi dari tekanan atmosfer dan
dapat digunakan sebagai ketel uap, alat pertukaran panas,
bejana penyimpan, reaktor dan lain-lainnya dengan suhu
bekerja berkisar antara 700C sampai 200C.

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3)


Halaman: 43 dari 74
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

1. Proses Pembuatan Bejana Tekan


Konstruksi bejana bola terdiri dari bejana, kaki penyangga
dan sistem pipa seperti yang ditunjukkan dalam gambar 31.
Untuk penyimpanan zat di bawah suhu kamar, permukaan
bejana harus dilapisi dengan isolasi, tetapi bila suhu
penyimpanan harus di bawah 100C dinding bejana harus
rangkap dua dan isolasinya ditempatkan di antara kedua
dinding.
Bejana dengan bentuk bola konstruksinya terdiri dari
beberapa cincin, tembereng atas dan tembereng bawah.
Sedangkan kaki penyangga terdiri dari bagian atas yang
berhubungan dengan bejana dan bagian bawah yang
berhubungan dengan fondasi. Lubang-lubang untuk
sambungan pipa masuk dan pipa keluar dipusatkan pada
tembereng.

Gambar 32 Konstruksi bejana tampung bentuk bola

2. Cara Pengelasan untuk Bejana Tekan


Pengelasan bejana bola dilakukan dengan tangan karena
sulit mendapatkan mesin las yang melakukan proses
pengelasan dengan posisi yang berubah secara pelan-pelan.
Elektroda yang digunakan untuk bagian bejana yaitu
elektroda terbungkus jenis ilmenit.
3. Pemeriksaan Hasil Pengelasan
Pengujian dilakukan terhadap sifat mampu las dari baja
yang akan digunakan dan juga terhadap prosedur las yang
akan ditempuh.

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 44 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

Pemeriksaan umumnya yaitu bahan, kelengkungan ukuran


alur setelah dipotong dan dilengkungkan, bentuk bejana,
ketegakkan dari tiang penyangga, pemeriksaan las, uji
hidrolis dan uji kedap udara harus dilakukan bersamaan
atau setelah pembuatan dan pemasangan.
4. Kwalifikasi Juru Las
Pada umumnya pengelasan bejana bola harus dilakukan
oleh juru las yang mempunyai keterampilan yang tinggi
tertutama bila bejana dibuat dari baja pelat dengan kekuatan
60 kg/mm2 sampai 80 kg/mm2. Dalam hal ini kadang-kadang
juru las harus mempunyai sertifikat yang dikeluarkan oleh
suatu lembaga atau asosiasi.
5. Bahaya pada Proses Pengelasan
Bahaya kecelakaan yang terjadi pada proses pengelasan
konstruksi bejana tekan diantaranya, yaitu :
 Bahaya kecelakaan karena cahaya dan sinar
 Bahaya kecelakaan karena listrik
 Bahaya kecelakaan karena debu dan gas asap las
 Bahaya kecelakaan karena percikan dan terak las
 Bahaya kecelakaan karena ledakan
 Bahaya kecelakaan karena kebakaran
 Bahaya kecelakaan karena jatuh

b. Pipa Pesat
Pipa pesat adalah pipa untuk mengarahkan air dari tempat
penampungannya ke lubang pemasukan turbin air. Pipa pesat
terdiri dari pipa utama dan alat-alat bantu yang berupa
sambungan ekspansi, lubang pembersihan, katup udara, katup
dan lain sebagainya. Tekanan yang terjadi biasanya tergantung
pada jaraknya dari tempat penampung, makin jauh makin
besar.
1. Proses Pembuatan Pipa Pesat
Pipa pesat dapat dipasang di atas tanah atau di dalam tanah.
Susunan pipanya dapat berupa pipa tunggal yang menuju ke
satu turbin saja atau bercabang menuju ke beberapa turbin.
Ukuran pipa pesat dapat bermacam-macam, adanya
berukuran puluhan meter sampai kilometer. Berapapun
panjangnya, biasanya dibuat per-bagian yang disesuaikan
dengan sarana pengangkutannya.
Pipa pesat dapat berupa pipa lurus, pipa belok dan pipa
expansi. Sudut percabangan biasanya antara 60 sampai
90. Makin kecil sudutnya makin kecil juga kerugian

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 45 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

tekanannya, tetapi sebaliknya diperlukan penguatan yang


lebih besar. Konstruksi cabang yang digunakan yaitu
konstruksi Y dan Konstruksi U

Gambar 33 Pipa pesat di atas tanah

Gambar 34 Pipa pesat di bawah tanah

2. Cara Pengelasan Pipa Pesat


Proses pengelasan yang banyak digunakan dalam pipa pesat
adalah las tangan dan las busur terendam dengan terlebih
dahulu dilakukan las ikat (tack weld). Sedangkan untuk
mengelas baja kuat digunakan las MIG. Las busur terendam
digunakan untuk pengelasan lurus dan las tangan untuk
penyambungan antar pipa, baik di pabrik maupun lapangan.
3. Pemeriksaan Hasil Pengelasan
Pemeriksaan sambungan las untuk konstruksi pipa pesat
dengan mata dan pengujian tidak merusak bahan.
Pemeriksaan dengan mata untuk melihat adanya retak dan

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 46 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

lubang pada permukaan manik las dengan pertolongan


serbuk manik atau cairan penembus berwarna. Sedangkan
pengujian tak merusak dapat dilakukan dengan cara
radiografi atau ultrasonik.
4. Kwalifikasi Juru Las
Kwalifikasi juru las ditentukan oleh badan atau biro kwalifikasi
yang pada proses pembuatan konstruksi pipa pesat.
5. Bahaya Pada Proses Pengelasan
Bahaya kecelakaan yang terjadi pada proses pengelasan
konstruksi pipa pesat diantaranya, yaitu :
 Bahaya kecelakaan karena cahaya dan sinar
 Bahaya kecelakaan karena listrik
 Bahaya kecelakaan karena debu dan gas asap las
 Bahaya kecelakaan karena percikan dan terak las
 Bahaya kecelakaan karena kebakaran
 Bahaya kecelakaan karena jatuh

4. Saluran Pipa
Saluran pipa adalah suatu alat transportasi untuk memindahkan cairan
atau gas seperti minyak mentah, air, gas alam dan lain sebagainya.
Saluran pipa trerbagi dalam dua macam yaitu saluran hantar dan saluran
pembagi.
1. Proses Pembuatan Konstruksi Pipa
Konstruksi untuk pengelasan pipa tergantung daripada penempatan
pipanya, diantaranya mendatar, tegak lurus atau membentuk sudut.
Inipun masih bisa dibedakan apakah pipanya dapat diputar atau tidak

Gambar 35b Pipa tegak diam


Gambar 35a Pipa datar diam

2. Cara Pengelasan Konstruksi Pipa


Proses pengelasan yang dapat digunakan untuk saluran pipa adalah
SMA, GMA (otomatik maupun semi otomatik), GTA, dan TIG.
Pemakaian las SMA dengan elektroda jenis hidrogen rendah untuk
mendapatkan penembusan. Pemakaian las GMA dengan gas
pelindung campuran CO2 dan Ar. Las TIG biasanya digunakan untuk
pengelasan pipa yang terbuat dari baja paduan, baja tahan karat, atau
logam bukan baja.

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 47 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

3. Pemeriksaan dan Pengujian Hasil Pengelasan


Pemeriksaan dilakukan terhadap cacat permukaan, takikan, bentuk
alur dan ukuran alur dari hasil pengelasan.
Pengujian saluran pipa terhadap tekanan dan kebocoran dengan
menggunakan zat dan tekanan yang telah ditentukan dalam kode dan
spesifikasi. Pengujian daerah las dilakukan dengan radiografi dan
ultrasonik.
4. Kwalifikasi Juru Las
Juru las untuk pengelasan pipa harus mempunya keterampilan dan
kwalifikasi yang tinggi terutama untuk pengelasan posisi pengelasan
pipa tegak diam dan pipa datar diam.
5. Bahaya pada proses pengelasan
Bahaya pada proses pengelasan pipa sama dengan bahaya pada
proses pengelasan konstruksi lainnya.

5. Mesin-Mesin Konstruksi
Mesin konstruksi adalah mesin untuk pengerjaan tanah, konstruksi
bangunan, konstruksi jalan, konstruksi saluran, pembersihan sungai, alat
bongkar dan muat di pelabuhan serta lain sebagainya. Dalam tabel 9
ditunjukkan klasifikasi mesin konstruksi berdasarkan jenis pekerjaan yang
dapat dilakukan.

Tabel 9 Jenis- Jenis Mesin Konstruksi


Klasifikasi Jenis Mesin
Mesin Penggali Mesin gali hidraulis, mesin angkat rangkak
Mesin Fondasi Mesin pemancang pilar fondasi, mesin penggunduk
Mesin Transportasi Traktor, mesin dorong
Mesin Pemuat Traktor pengangkat, truk pengangkat, mesin
angkat rangkak
Mesin Pemecah Rahang pemecah, bola penggiling
Mesin Beton Pengaduk beton
Mesin Pembuat Jalan Pencair aspal, penyemprot aspal

1. Proses Pembuatan Mesin Konstruksi


Proses pembuatan mesin-mesin konstruksi dibagi 3 tingkat, yaitu :
a. Tingkat pembuatan komponen, yaitu biasanya terdiri atas
pengerjaan pelat.
b. Tingkat perakitan dan penyusunan komponen yang telah dibuat
dengan las ikat.
c. Tingkat penyelesaian dengan cara mengelas mesin yang telah
dirakit.

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3)


Halaman: 48 dari 74
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

Pengerjaan pelat untuk bagian mesin konstruksi berdasarkan gambar,


kemudian dipotong mesin potong gas otomatik,. Pembentukan pelat
dengan menggunakan mesin tekuk.
2. Cara Pengelasan Mesin Konstruksi
Proses pengelasan yang dapat digunakan adalah las busur api
dengan gas pelindung CO2 baik semi otomatik maupun otomatis. Las
friksi digunakan untuk mengelas bagian batang torak dan bagian
silinder dari sistem hidrolik .
Las busur listrik terendam kadang-kadang digunakan untuk mengelas
bagian-bagian yang terbuat dari pelat yang sangat tebal.

Gambar 36 Pengelasan rangka pusat Gambar 37 Pengelasan rangkarantai


dengan las CO2

Tabel 10 Proses pengelasan pembuatan mesin konstruksi

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 49 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

3. Pemeriksaan dan Pengujian Hasil Pengelasan


Pemeriksaan pada mesin kontruksi dilakukan dua cara, yaitu :
a. Pengujian kekuatan pada bagian yang dilas untuk waktu beberapa
ratus jam kerja sebelum produksi penuh dilaksanakan.
b. Pengujian kekuatan bagian-bagian yang dilas dari hari ke hari
selama proses pembuatan
Bagian-bagian penting juga diuji dengan menggunakan ultrasonik.
4. Kwalifikasi Juru Las
Juru las untuk pengelasan pipa harus mempunyai keterampilan dan
kwalifikasi yang tinggi terutama untuk pengelasan posisi pengelasan
mesin konstruksi.
5. Bahaya pada proses pengelasan
Bahaya pada proses pengelasan mesin konstruksi sama dengan
bahaya pada proses pengelasan konstruksi lainnya.

6. Kendaraan Rel
Kendaraan rel pada dasarnya terdiri atas kereta yang diperuntukan bagi
penumpang dan bogi yang digunakan untuk bergerak.

Gambar 38 Konstruksi Bogi

1. Proses Pembuatan Mesin Konstruksi


Proses pembuatan mesin-mesin konstruksi dibagi 3 tingkat, yaitu :
a. Tingkat pembuatan komponen, yaitu biasanya terdiri atas
pengerjaan pelat.

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3)


Halaman: 50 dari 74
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

b. Tingkat perakitan dan penyusunan komponen yang telah dibuat


dengan las ikat.
c. Tingkat penyelesaian dengan cara mengelas mesin yang telah
dirakit.
Pengerjaan pelat untuk bagian mesin konstruksi berdasarkan gambar,
kemudian dipotong mesin potong gas otomatik,. Pembentukan pelat
dengan menggunakan mesin tekuk.
Konstruksi kendaraan rel terbuat dari pelat baja , kecuali beberapa
bagian bogi yang dibuat dari baja yang berbentuk tertentu. Tetapi pada
saat ini, bagian kendaraan rel dibuat dari baja setengah tahan karat,
baja tahan karat dan paduan logam ringan.
Proses pembuatan kendaraan rel, adalah :
a. Rangka bawah
b. Konstruksi sisi
c. Konstruksi ujung
d. Konstruksi atap
e. Perakitan akhir
f. Rangka bogi

2. Cara Pengelasan Mesin Konstruksi


Proses las busur listrik dengan pelindung CO2 digunakan untuk merakit
rangka dan menyambung pelat-pelat dinding. Kendaraan rel dari
paduan aluminium menggunakan las MIG dan las TIG untuk rangka
dan las titik untuk menghubungkan pelat dinding dan rangka.
Disamping itu masih digunakan las busur listrik dengan tangan untuk
bagian-bagian yang sulit dijangkau dan las bususr listrik terendam
untuk beberapa bagian bogi.
3. Pemeriksaan dan Pengujian Hasil Pengelasan
Pemeriksaan dilakukan dengan pengujian radiografi untuk
sambungan-sambungan yang penting seperti sambungan antara
rangka bawah dengan rangka sisi. Bagian-bagian yang kurang penting
dapat dilakukan dengan cairan tembus dan pengamatan.
4. Kwalifikasi Juru Las
Kwalifikasi juru las pada proses pengelasan kendaraan rel
diklasifikasikan menurut pentingnya bagian yang dilas seperti
ditunjukan tabel 11

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 51 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

Tabel 11 Pelaksanaan Pengelasan dan Kwalifikasi Juru Las


Tingkat Klasifikasi
Pengelasan
Kepentingan Juru Las
a. Pengelasan rangka bawah
b. Perakitan keseluruhan (rangka
bawah, rangka sisi, atap dan
1 rangka ujung) Kelas 1
c. Perakitan terakhir dari rangka bogi
d. Pengelasan tangki udara

a. Perakitan oula fari tiap konstruksi


rangka
b. Penyambungan pelat ke rangka
c. Pengelasan tangki bahan bakar
2 dan tangki air Kelas 2
d. Pengelasan penyekat ke badan
kereta
e. Perakitan bagian-bagian bogi dan
peralatan bogi
a. Sambungan landasan pada rangka
3 bawah Kelas 3
b. Perakitan mula dari bagian-bagian

Pengklasifikasian juru las harus dipisahkan dalam kelompok las busur


dengan tangan, las busur listrik dengan gas CO2 dan las MIG.

Tabel 12 Klasifikasi Juru Las menurut JIS (Las Busur dengan tangan)
Tebal pelat t (mm) Pelat tipis t  3,2 Pelat sedang
3,2 < t < 90
Posisi F V F V O
Kelas 1

5. Bahaya pada proses pengelasan


Bahaya pada proses pengelasan kendaraan rel sama dengan bahaya
pada proses pengelasan konstruksi lainnya.

D. Peraturan dan Perundang-undangan K3


1. Penerapan Peraturan dan Perundang-undangan K3
Undang-undang mengenai keselamatan dan kesehatan kerja diperlukan
sebagai landasan hukum bagi para tenaga kerja sehingga terjamin hak
dan kewajiban bagi pekerja. Selain itu, undang-undang menyediakan
kerangka kerja untuk meningkatkan standar keselamatan dan kesehatan

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3)


Halaman: 52 dari 74
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

kerja ditempat kerja sehingga mengurangi kecelakaan akibat kerja serta


penyebaran penyakit.
Di Indonesian keselamatan kerja diatur dalam Undang-Undang No. 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan Peraturan Menteri Nomor
PER.01/MEN/1981 tentang Pencengahan Penyakit Akibat Kerja.
Pada pasal 3 ayat 1 menerangkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin,
cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan.
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Pada pasal 9, pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada


tiap tenaga kerja baru tentang :
a. kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam
tempat kerja;
b. semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan
dalam tempat kerja;
c. alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
d. cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 53 dari 74


Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

Pada pasal 12 diatur mengenai kewajiban dan hak tenaga kerja untuk :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai
pengawas dan atau keselamatan kerja;
b. Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan;
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan;
d. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat-syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan;
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat kesehatan
dan keselamatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang
diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan
lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat
dipertanggung jawabkan.

Pada pasal 14, pengurus diwajibkan :


a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya,
semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-
undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi
tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat tempat yang mudah
dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja;
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar
keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan
lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut
petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang
diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan
menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja
tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut
petunjuk pegawai pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja.

2. Kerugian Akibat Kecelakaan


Kecelakaan menyebabkan 5 jenis kerugian (K) :
1. Kerusakan
2. Kekacauan organisasi
3. Keluhan dan kesedihan
4. Kelainan dan cacat
5. Kematian
Bagian mesin, pesawat, alat kerja, bahan, proses, tempat dan lingkungan
kerja mungkin rusak oleh kecelakaan. Akibat dari itu terjadilah kekacauan
organisasi dalam proses produksi. Orang yang ditimpa kecelakaan
mengeluh dan menderita, sedangkan keluarga dan kawan-kawan sekerja

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3)


Halaman: 54 dari 74
Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

akan bersedih hati. Kecelakaan tidak jarang berakibat luka-luka,


terjadinya kelainan tubuh dan cacat. Bahkan tidak jarang kecelakaan
merenggut nyawa dan berakibat kematian. Kerugian-kerugian tersebut
dapat diukur dengan besarnya biaya yang dikeluarkan bgi terjadinya
kecelakaan.
Biaya tersebut dibagi menjadi biaya langsung dan biaya tersembunyi.
Biaya langsung adalah biaya pemberian pertolongan pertama bagi
kecelakaan, pengobatan, perawatan, dan biaya rumah sakit, biaya
angkutan, upah selama tak mampu bekerja, kompensai cacat, dan biaya
perbaikan alat-alat mesin serta biaya atas kerusahan bahan-bahan. Biaya
ini mencakup berhentinya proses produksi oleh karena pekerja-pekerja
lainnya menolong atau tertarik oleh peristiwa kecelakaan itu, biaya yang
harus diperhitungkan untuk mengganti orang yang sedang menderita oleh
karena kecelakaan dengan orang baru yang belum biasa bekerja di
tempat itu, dan lain-lainnya lagi. Atas dasar penelitian-penelitian, di
negara-negara yang industrinya maju perbandingan diantara biaya
langsung dan tersembunyi adalah satu banding empat, sedangkan di
negara-negara berkembang satu banding dua. Kecelakaan-kecelakaan
besar dengan kerugian-kerugian besar biasanya dilaporkan, sedangkan
kecelakaan-kecelakaan kecil tidak dilaporkan. Padahal biasanya
peristiwa-peristiwa kecelakaan kecil adalah 10 kali kejadian kecelakaan-
kecelakaan besar. Maka dari itu, kecelakaan-kecelakaan kecil
menyebabkan kerugian-kerugian yang besar pula, manakala dijumlahkan
secara keseluruhan.

3. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


Peralatan yang wajib digunakan oleh operator / juru las dalam melakukan
proses pekerjaan las, adalah :
1. Helm las yang dilengkapi dengan lensa kaca las.
2. Gogel untuk proses mengerinda
3. Masker debu pelindung pernapasan
4. Sarung tangan las
5. Baju las / appron
6. Sepatu safety
7. Sabuk pengaman
8. Helm Pengaman
9. Penutup / sumbat telinga

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 55 dari 74


Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

E. Pelaksanaan K3
1. Faktor-Faktor Terjadinya Api
1. Proses Terjadinya Api
Api adalah gabungan dari beberapa zat yang berada pada tempat
dan saat yang sama.
Proses terjadinya api disebabkan adanya 4 (empat) unsur, yaitu:
- Oksigen
- Panas
- Bahan Bakar
- Reaksi Kimia

2. Klasifikasi Api
Berdasarkan jenis bakarannya api dikelompokan menjadi:

A. API KELAS A

Api kelas A (bersimbol huruf A dalam segi tiga warna hijau) ini
digolongkan pada bahan-bahan seperti kayu, bambu, tekstil,
kertas, karet, aspal sampah dan sejenisnya.

B. API KELAS B

Api kelas B (bersimbol huruf B di dalam persegi panjang


berwarna merah) ini digolongkan untuk bahan bakar cair,
misalnya: Bensin, solar, minyak lampu, cat, ter, terpentin dan
sejenisnya.

C. API KELAS C

Api kelas C (bersimbol huruf C di dalam lingkaran berwarna biru)


ini digolongkan untuk bahan bakar gas seperti gas asetilen,
hidrogen, LPG dan sebagainya.

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 56 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

D. API KELAS D

Api kelas D (bersimbol huruf D di dalam bintang berwarna


kuning) ini untuk bahan baker jenis logam seperti magnesium,
Natrium, Kalium, Alumunium, Sodium, Litanium, Titanium.

2. Jenis Pemadam Kebakaran


a. Air bertekanan
Pada alat ini berisi air bertekanan anti beku udara dan gas
b. Alat pemadam busa
Alat ini bekerja dengan dua buah campuran kimia yang ada pada dua
ruang yang terpisah.
- Ruang dalam berisi air dan alumunium Sulfat (AlSO), atau
Amonium Sulfat
- Ruang luar terdiri dari Sodium Karbonat dan stabilisator busa,
atau dengan Natrium Bikarbonat dan stabilisator busa.
Contoh alat pemadam kebakaran yaitu Yamato atau Graviener
seperti gambar 39.
c. Alat pemadam dengan CO
Pemadam ini berisi cairan CO dan gas bertekanan
d. Alat pemadam dengan kimia kering
Dalam tabung ini diisi Nitrogen Kering atau CO kering.

Cara mengatasi dan menguasai api menurut kelas-kelasnya, yaitu :


1. Jenis Api Kelas A
 Bila kebakaran masih kecil, gunakan alat atau bahan pemadam
kebakaran seperti karung basah, pasir atau alat Yamato.
 Bila api kebakaran telah membesar, gunakan langsung semburan
air atau hydrant di dahului dengan cara urai yaitu menjauhi semua
bahan atau barang yang berdekatan dengan sumber api, supaya
tidak menjalarkan api.
 Bila menurut dugaan tidak mampu diatasi oleh tenaga di
lingkungan bengkel, segera lapor ke Instansi pemadaman di luar
bengkel.

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 57 dari 74


Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

2. Jenis Api Kelas B


 Bila api masih cukup kecil, gunakan alat atau bahan pemadam
seperti karung goni atau barang basah, pasir atau alat Yamato,
tetapi dilarang menggunakan semburan air karena dapat
mempercepat menjalarnya api ke tempat lain.
 Bila ternyata cairan yang terbakar sudah habis, sedangkan api
kebakaran semakin membesar dan pindah ke benda lain atau
tempat lain, segeralah pergunakan semburan air atau hydrant.
3. Jenis Api Kelas C
 Gunakan langsung Yamato, bila nyala api belum mencapai tutup
botol gas.
 Bila apai telah mencapai botol gas, semburlah botol gas tersebut
dengan air jarak jauh. Hati-hatilah dan waspadalah bahwa botol
gas akan meledak dalam waktu yang kurang dari 0,001 detik.
4. Jenis Api Kelas D
 Putuskan semua hubungan arus listrik yaitu semua sakelar di
ruangan, terutama hubungan ke gardu induk.
 Bila diragukan bahwa arus listrik masih ada, lebih-lebih semua
hubungan listrik belum diputuskan, janganlah menyemburkannya
dengan air atau cairan lainnya, sebab akan mengakibatkan celaka
akibat kejutan listrik, gunakan tabung pemadam yang bersimbol C
di dalam lingkaran yang berwarna biru, yang di dalamnya terdapat
tepung untuk pemadam api secara kimia.

3. Penggunaan APD untuk Pemadan Kebakaran


Penggunaan tabung Yamato sebagai alat pemadam kebakaran ketika
terjadi kebakaran ditempat kerja.
Tabung Yamato terdiri dari :
1. Pengatup
2. Kunci pengaman
3. Tabung Gas
4. Saluran keluar serbuk
5. Timah penutup
6. Tabung karet
7. Saluran keluar gas
8. Timah penutup

Gambar 39 Tabung Pemadam Kebakaran

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 58 dari 74


Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

Cara penggunaan tabung Yamato :

1 Lepaskan kunci pengaman

2  Peganglah alat dalam keadaan


tegak.
 Lepaskan pipa dari klip

3  Pijitlah pengatup.
 Arahkan corong ke pangkal api
dengan menyapu.
 Bila kebakaran terjadi di luar ruangan
dan terjadi angin, arah pancaran zat
pemadam harus searah dengan arah
angin.

4  Tariklah ujung penyemprot yang


terbuat dari logam ke tempat
terjadinya api.
 Bukalah keran sehingga hydrant
keluar dari tabung dari menyemprot
sumber kebakaran.

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 59 dari 74


Buku Informasi Versi: 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

4. Pencengahan Kebakaran
Langkah-langkah usaha dan tindakan-tindakan pencengahan kebakaran,
baik karyawan ataupun bukan karyawan yang berada di lingkungan
wilayah kerja diwajibkan menaati peraturan yang dikeluarkan oleh
peraturan pemerintah atau pemimpin perusahaan.
Cara pencengahannya :
1. Dilarang merokok di dalam ruangan yang terdapat gas.
2. Tutup rapat-rapat semua keran gas setelah selesai dipakai.
3. Periksa kemungkinan kebocoran-kebocoran dari sambungan pipa gas.
4. Segera membuka pintu atau jendela sebelum pekerjaan dimulai, agar
ada penggantian udara di dalam ruangan selama lebih kurang 15
menit sampai 30 menit.
5. Dilarang membuka keran gas terlalu lama sebelum digunakan.
6. Dilarang memukul-mukul tutup botol gas dengan maksud membuka.
7. Dilarang mengerjakan sesuatu pekerjaan yang menimbulkan cetusan
api.
8. Dilarang membanting-banting botol yang berisi gas dengan maksud
memindahkan atau mengangkat.

F. Menerapkan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)


1. Kotak P3K
Jenis-jenis obat-obatan dan peralatan yang umumnya ada di kotak P3K,
diantaranya :
 Pembalut perekat, kleerpleister, adhesive pleister.
 Kain pembalut segi tiga.
 Kasa pembalut gulung, pembalut, penekan, penggendong,
pembungkus.
 Kain kasa steril, penutup luka.
 Gunting.
 Pipet mata, alat untuk penetes obat cairan pada mata.
 Pincet (alat penjepit atau penyapit).
 Karet penasat pendarahan (slaug), penyetop pendarahan.
 Bidai (spalk/splint),yaitu alat tipis sebagai penunjang pada tulang yang
patah.
 Mercurochrome : cairan desinfectans untuk pengobatan luka-luka baru
yang dianggap tidak berbahaya.
 Yodium tintur : cairan desinfectans untuk mengobati luka-luka baru
yang dianggap cukup berbahaya dan besar, yang diakibatkan benda-
benda berkarat dan binatang berbisa.

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3)


Halaman: 60 dari 74
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

 Amoniac licuida : cairan perangsang bagi orang pingsan, juga untuk


luka bekas gigitan binatang serangga.
 Boorwater : cairan pencuci mata atau pencuci luka.
 Sulfazinci : cairan untuk pengobat mata yang sakit.
 Minyak gandapura : cairan penghangat, obat gosok.
 Sulfanilamide poeder : tepung penabur luka sebagai desinfectans.
 Tablet norit : untuk keracunan atau obat sakit perut (mencret).
 Tablet Bicarbonas Natricus : untuk keracunan atau perut mulas.
 Tablet acepeco atau acetozal : obat sakit kepala, demam, pusing dan lain-lain.
 Boorzuur
 Karbol
 Vaselin
 Picric acid, boric acid, tannic acid
 Potassium permanganate
 Tanine zalf, levertran zalf, brand zalf : salap pengobat atau pengulas
luka bakar.
 Kapas :
 Pisau atau silet : untuk memotong.

2. Prosedur Melakukan Pertolongan Pertama / Darurat


Pertolongan pertama / darurat lebih dikenal dengan sebutan P3K berguna
untuk menolong korban sebelum ditindak lanjuti oleh pihak rumah sakit
atau dokter, berikut ini adalah cara-cara umum melakukan P3K oleh
penolong :
1. Penolong mengamankan diri sendiri sebelum menolong orang lain.
2. Amankan korban dari tempat kejadian
3. Tandai tempat kejadian
4. Usahakan menghubungi rumah sakit / dokter terdekat
5. Tindakan dilaksanakan secara cepat, tepat dan akurat.

Cara-cara penanganan korban kecelakaan


Korban dalam keadaan tidak sadar
1. Baringkan korban dengan posisi kaki diganjal bantal.
2. Longgarkan pakaian, celana dan dasi.
3. Membuka jalan napas (pernapasan buatan)
4. Beri rangsangan dengan wangi-wangian.
5. Ambil tindakan proses pemulihan.

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 61 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

Cedera Kepala dan Patah Tulang


1. Pindahkan korban dari tempat kejadian
2. Respirasi (mempertahankan jalan napas agar tetap stabil)
3. Membersihkan mulut dan hidung dari darah dan muntahan (apabila
cedera kepala)
4. Hentikan pendarahan dengan cara menekan luka dengan kuat.
5. Usahakan tekanan darah stabil
6. Apabila ada yang patah pasang Bidai untuk fixsasi.
7. Usahakan menghubungi rumah sakit / dokter terdekat

Cara mengatasi pendarahan akibat luka.


1. Letakkan bagian yang luka lebih tinggi dari badan.
2. Bersihkan luka dari kotoran dengan menggunakan rivanol atau kain
bersih.
3. Lakukan penekanan pada luka 15-20 Menit sampai terfixsasi sehingga
pendarahan terhenti.
4. Balut luka agar terhindar dari kotoran dan debu.

Tindakan umum korban luka bakar


1. Dinginkan daerah yang terkena panas segera dengan menggunakan
air yang mengalir. (jangan menggunakan air es)
2. Jangan menarik kain yang melekat disekitar luka bakar.
3. Segera panggil paramedis. Atau ambulans untuk dibawa ke rumah
sakit.

Cara melakukan tindakan pertolongan korban terkena arus listrik


1. Tidak menyentuh korban sampai ia benar-benar terpisah dari arus
listrik.
2. Menghentikan hubungan dengan arus listrik.
3. Jika pernapasan berhenti, lakukan pernapasan buatan.
4. Jika tidak ada denyut jantung, lakukan pijat jantung.
5. Segera rujuk ke rumah sakit terdekat apabila korban shock berat.
6. Apabila korban shock tegangan tinggi, jauhkan orang-orang di sekitar
korban. Kemudian lanjutkan pertolongan yang diperlukan.

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 62 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

3. Penggunaan Obat dan Alat-Alat P3K


a. Teknik Balut Membalut

Gambar 40 Teknik Balut Membalut

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3)


Halaman: 63 dari 74
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

b. Teknik Menangani Luka

- Untuk luka-luka yang


lebih besar balutlah
dengan menggunakan
kain perantara untuk
menghisap pendarahan
Seringkali luka ditimbulkan
di bengkel dan berakibat Penganan
fatal, karena masuknya luka
benda berbahaya seperti
debu atau beram kedalam
badan

Sebab itulah luka


tersebut harus ditangani Luka terbuka
secara khusus sebelum
di balut

Caranya :

- Pertama-tama luka
dibersihkan dengan air
bersih, untuk Seperempat
menghilangkan kotoran jam

pada luka
- Tekan luka tadi dengan
kain spons yang sudah
dibasahi air, biarkan Mata
penekanan selama 10-15
menit atau kurang dari itu
- Balutlah dengan kain
pembalut seperti dalam
gambar disamping
- Begitu juga bila luka terjadi
pada mata, segera
berikan pertolongan dan
segera pula bawa ke
rumah sakit untuk
penanganan berikutnya.
JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 64 dari 74
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

Para petugas di ruang


pertolongan pertama
harus benar-benar
terlatih dalam menangani
luka-luka secara benar

Bila tidak ada petugas


khusus untuk menangani
P3K, hendaknya orang
yang merawat korban
harus mempunyai dasar
pengetahuan tentang
praktek medis

Setiap luka baik ringan


atau berat harus
ditanggulangi dengan
serius dan jangan
ditunda-tunda karena
akan berakibat fatal

Demikian juga
penggunaan kain
pembalut memerlukan
keterampilan khusus atau
dengan mempelajari buku
pedoman mengenai cara
melakukan pertolongan
pertama pada kecelakaan

c. Teknik Menangani Terkilir


Apabila terjadi terkilir, jangan dibiarkan karena semakin lama akan
semakin susah untuk membetulkan.
Perhatiakan petunjuknya sebagai berikut :
Tarik anggota yang terkilir itu dan tekan ujung tulang itu ke
tempatnya kembali.
Kendurkan otot-ototnya.
Kembalikan tulang yang terkilir ke tempatnya semula. Hendaknya
dikerjakan dengan hati-hati. Kalau tidak selaput sendi itu akan
bertambah rusak.

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3)


Halaman: 65 dari 74
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

Kalau tulang itu sudah masuk kembali ke tempatnya semula,


hendaklah si korban berdiam diri untuk beberapa waktu.
Gunakan kain penyandang segi tiga untuk menahan bagian yang
terkilir.
d. Teknik Menangani Luka Memar
Jika pembuluh darah pecah, maka biasanya darah masuk ke dalam
jaringan-jaringan. Darah menjadi beku dan menyebabkan terjadinya nanah.
Jika kulit mengelupas kena pukul, basuhlah luka tersebut dengan air
bersih kemudian oleskan mercurochrome yang berkadar 2% atau
yodium yang berkadar 3%. Alkohol juga dapat digunakan sebagai
pembarut supaya bengkaknya surut.
Jika darah yang beku tersebut besar, koreklah dengan ujung pisau yang
bersih kemudian basuh dengan kapas yang bersih dan balut baik-baik.
e. Terbakar dan kena arus listrik
Jika luka terbakar kecil, celupkan ke dalam air dingin dengan selama
20 menit, oleskan vaselin yang dicampur dengan karbol atau dengan
putih telur yang dicampur dengan minyak kelapa hangat.
Jika luka terbakar terletak di tempat yang susah, buka pakaian dan
oleskan licuidah burowi pada bagian yang terbakar dengan kain yang
telah dibasahi dengan air yang dicampur dengan boorzur atau garam.
Apabila kulit melepuh, gunakan larutan picric acid selama 24 jam,
kemudian pakailah boric acid atau tannic acid.
Jika kulit melepuh tersebut terkelupas, hendaklah dijaga jangan
sampai kotoran/ debu masuk. Cuci kulit yang terluka tersebut dengan
air yang sudah dimasak atau dengan boric acid atau potasium
permanganate. Sedudah itu, oleslah dengan mercurochrome yang
berkadar 2% dan barut dengan boric acid atau tannic acid.

4. Pertolongan P3K di demontrasikan sesuai SOP


a. Teknik Mengangkat Korban Kecelakaan
Teknik pengangangkatan korban ini memerlukan paling sedikit 3 orang
penolong, berikut ini langkah-langkah cara pengangkatan korban
kecelakaan :
1. Ketiga penolong berlutut disamping korban, jika mungkin berada
disisi yang paling sedikit cedera.
2. Penolong pertama menyisipkan satu lengan di bawah leher dan bahu
lengan dengan lengan yang satu disisipkan di bawah punggung.
Penolong kedua menyisipkan tangan dibawah punggung dan bokong
penderita.
Penolong ketiga menyisipkan satu lengan di bokong penderita dan
lengan satunya dibawah lutut penderita.

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 66 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

3. Angkat penderita keatas lutut ketiga penolong secara bersamaan


4. teruskan dengan memiringkan korban ke dada penolong, lalu berdiri
secara bersamaan dengan suatu perintah. Lalu melangkah kearah
yang dikehendaki secara bertahap. (bersama-sama).

Gambar 41 Petunjuk melakukan Pertolongan pertama / Darurat

b. Teknik Fiksasi
Cara melakukan fiksasi pada sendi bahu
1. Siku rapat ke badan, lengan bawah diputar ke luar.
2. Siku didorong ke depan, merapat badan
3. Lengan dilipat ke dada

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 67 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

Gambar 42 Teknik memperbaiki dislokasi sendi bahu

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 68 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

c. Teknik Memberikan Pernapasan Buatan

- Tekan lobang hidung korban


dan baringkan dan hembuskan
nafas anda melalui mulut korban
perlahan-lahan, kemudian
hentikan dan amatilah, adakah
pergerakan pada dada korban.
(lakukan berulang-ulang sampai
ada gerakan nafas pada dada
korban)
- Segera bawa ke rumah sakit
untuk pengobatan selanjutnya.

- Bila korban mengalami luka


pada tempat-tempat yang
membahayakan
- Baringkan korban tersebut
- Bagian tubuh yang luka
dinaikkan bila mungkin
- Segera panggil bantuan untuk
membantu menolong korban

- Tekan pinggiran luka, sehingga


kelihatan lebih bersih kemudian
balutlah dengan kain kasa atau
kain yang bersih

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 69 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

d. Teknik Menangani Luka Bakar

Gambar 43 Teknik Menangani Luka bakar

e. Teknik Menangani Terkena aliran Listrik


Guna menolong orang yang terkena aliran listrik maka tindakan
penyelamatan berikut ini hendaknya diperhatikan dan dipelajari.
Memutuskan tombol utama atau,Memisahkan si penderita
dengan bantuan sebatang kayu panjang yang kering, bila tidak
menemukan tombol utama.
Kemudian lakukan tindakan-tindakan berikut ini seandainya si
korban pingsan.

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 70 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

Gambar 44 Teknik pertolonngan pertama korban terkena arus listrik

5. Pemeriksaan Validitas Obat-Obat Dan Alat-Alat P3K

Yang harus diperhatikan dalam penanganan peralatan P3K, diantaranya :


 Obat-obatan atau alat-alat P3K harus disimpan dalam suatu tempat
yang terkunci dan tertutup rapat.
 Jauhkan kotak atau tas P3K dari jangkauan anak-anak
 Berilah tanda pengenal dengan huruf P3K dengan palang merah atau
palang hijau
 Setiap tempat obat dibubuhi etiket obat yang jelas menunjukkan nama obat.
Kegunaanya : ...............................
Tanggal Penerimaan : ...............................
 Kode warna :
Biru : untuk obat luar, tidak boleh diminum
Putih : untuk obat yang dapat diminum atau dimakan
Merah : untuk obat yang mengandung racun dan berbahaya, misalnya
obat-obat desinfectans, racun binatang dan lain-lain

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 71 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

DAFTAR PERALATAN OBAT-OBATAN DAN PERALATAN P3K

Tanggal Tanggal
No Nama Keterangan
Masuk Kadarluasa

..............., ............................ 2017

( Nama Petugas )

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3)


Halaman: 72 dari 74
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

BAB III
SUMBER-SUMBER LAIN
YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI

A. SUMBER-SUMBER PERPUSTAKAAN

1. Daftar Pustaka
1. Keselamatan Kerja 1, Polman ITB Bandung, 1992.
2. Himpunan Perundang-undangan Ketenagakerjaan I, Departemen Tenaga
Kerja Transkop, Jakarta, 1977.
3. Pemindahan Korban Kecelakaan Untuk Rujukan, Markas Besar Palang
Merah Indonesia, Jakarta.

2. Buku Referensi
1. Teknologi Pengelasan Logam, Prof. DR. Ir. Harsono Wiryosumarto dan Prof.
DR. Toshie Okumura, PT. Pradnya Paramita, 1979.
2. Keselamatan Kerja dan Tata Laksana Bengkel, Tia Setiawan dan Harun,
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, 1980.
3. Keselamatan Kerja & Pencegahan Kecelakaan, Dr. Suma’mur P.K., M.Sc.,
CV. Haji Masagung – Jakarta, 1997.

B. DAFTAR PERALATAN/MESIN DAN BAHAN

Daftar Peralatan/Mesin

No. Nama Peralatan/Mesin Keterangan


1. Helm Las
2. Gogel/ Kaca Mata Gerinda
3. Masker Debu
4. Sarung Tangan Las
5. Baju Las / Appron
6. Sepatu Safety
7. Helm
8. Tabung Pemadan Kebakaran Yamato

Daftar Bahan

No. Nama Bahan Keterangan


1. Peralatan P3K
2.

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Halaman: 73 dari 74


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub bidang Pengelasan SMAW JIP. SM01.002.01

TIM PENYUSUN

No. Nama Institusi Keterangan

1. Ahmad Nurdin, Dipl.I.E, M.Pd PPPPTK BMTI BANDUNG WIDYAISWARA MADYA

2. Drs.Sunarko, MT PPPPTK BMTI BANDUNG


WIDYAISWARA MADYA

JudulModul:Mengindentifikasi Prinsip-PrinsipKeselamatan dan Kesehatan Kerja(K3)


Halaman: 74 dari 74
Buku Informasi Versi: 2018

Anda mungkin juga menyukai