Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.

T DENGAN
KASUS PENYALAHGUNAAN NAPZA

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Case Analyze Methode (CAM)
dosen pengampu Shella Febrita, M.Kep

disusun oleh :
Kelompok 9

Majid Nugraha
302018069

PRODI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
Jl. K.H. Ahmad Dahlan Dalam (Banteng Dalam) No. 6 Bandung 2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang selalu melimpahkan kasih dan
sayangnya kepada kita semua khususnya kepada penulis serta selalu memberikan
hidayah dan inayahnya sehingga penulis dapat mengumpulkan makalah ini tepat
pada waktunya. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada
nabi besar kita,nabi Muhammad SAW.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Case Analyze
Methode (CAM). Dalam penyusunannya pun penulis mendapatkan bimbingan
dari koordinator CAM, dari teman-teman dan dari referensi buku serta artikel
media massa.
Penyusunan makalah ini belum mencapai kata sempurna, maka dari itu
penulis dengan lapang dada menerima kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun sehingga di kemudian hari penulis dapat membuat makalah jauh
lebih baik dari makalah ini. Selain itu, penulis berharap makalah ini dapat
menambah pengetahuan pembaca serta menjadi inspirasi bagi pembaca.

Bandung, April 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
BAB I.PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Pembuatan Makalah......................................................................2
BAB II.TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3
A. Definisi NAPZA........................................................................................3
C. Rentang Respon Gangguan Penggunaan Zat Adiktif................................5
D. Faktor pendukung penyalahgunaan NAPZA............................................6
E. Tanda dan Gejala Penyalahgunaan NAPZA.............................................9
F. Dampak Penyalahgunaan NAPZA..............................................................10
G. Pencegahan dan Penanggulangan NAPZA.............................................11
H. Prinsip Legal Etik Keperawatan..............................................................13
I. Pohon Masalah............................................................................................14
BAB III.PEMBAHASAN KASUS......................................................................16
BAB III.PENUTUP..............................................................................................27
A. Kesimpulan..............................................................................................27
B. Saran........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyalahgunaan dan ketergantungan zat yang termasuk dalam
katagori NAPZA pada akhir-akhir ini makin marak dapat disaksikan dari
media cetak Koran dan majalah serta media elektrolit seperti TV dan radio.
Kecenderungannya semakin makin banyak masyarakat yang memakai zat
tergolong kelompok NAPZA tersebut, khususnya anak remaja (15-26 tahun)
sepertinya menjadi suatu model perilaku baru bagi kalangan remaja
(DepKes, 2002).
Penyebab banyaknya pemakaian zat tersebut antara lain karena
kurangnya pengetahuan masyarakat akan dampak pemakaian zat tersebut
serta kemudahan untuk mendapatkannya. Kurangnya pengetahuan
masyarakat bukan karena pendidikan yang rendah tetapi kadangkala
disebabkan karena faktor individu, faktor keluarga dan faktor lingkungan.
Faktor individu yang tampak lebih pada kepribadian individu tersebut; faktor
keluarga lebih pada hubungan individu dengan keluarga misalnya kurang
perhatian keluarga terhadap individu, kesibukan keluarga dan lainnya; faktor
lingkungan lebih pada kurang positif sikap masyarakat terhadap masalah
tersebut misalnya ketidakpedulian masyarakat tentang NAPZA (Hawari,
2000). Dampak yang terjadi dari faktor-faktor di atas adalah individu mulai
melakukan penyalahgunaan dan ketergantungan akan zat. Hal ini
ditunjukkan dengan makin banyaknya individu yang dirawat di rumah sakit
karena penyalahgunaan dan ketergantungan zat yaitu mengalami intoksikasi
zat dan withdrawal.
Peran penting tenaga kesehatan dalam upaya menanggulangi
penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA di rumah sakit khususnya
upaya terapi dan rehabilitasi sering tidak disadari, kecuali mereka yang
berminat pada penanggulangan NAPZA (DepKes, 2001). Berdasarkan
permasalahan yang terjadi di atas, maka perlunya peran serta tenaga
kesehatan khususnya tenaga keperawatan dalam membantu masyarakat yang

1
2

di rawat di rumah sakit untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan


masyarakat. Untuk itu dirasakan perlu perawat meningkatkan kemampuan
merawat klien dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yaitu
asuhan keperawatan klien penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA
(sindrom putus zat).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis mempunyai
beberapa rumusan masalah. Diantaranya sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari penggunaan NAPZA ?
2. Apa saja penggolongan NAPZA ?
3. Berapa Rentang Respon Gangguan Penggunaan Zat Adiktif ?
4. Apa saja faktor penyebab/pendukung penggunaan NAPZA ?
5. Apa saja gejala klinis penggunaan NAPZA ?
6. Apa dampak penggunaan NAPZA ?
7. Bagaimana pencegahan dan penanggulangan NAPZA ?
8. Apa saja prinsip legal etik keperawatan ?

C. Tujuan Pembuatan Makalah


Berdasarkan rumusan masalah diatas penulis mempunyai tujuan
penulisan makalah ini. Diantaranya sebagai berikut:
1. mengetahui pengertian dari penggunaan napza;
2. mengetahui penggolongan napza;
3. mengetahui rentang respon gangguan penggunaan zat adiktif;
4. mengetahui faktor penyebab/pendukung penggunaan napza;
5. mengetahui gejala klinis penggunaan napza;
6. mengetahui dampak penggunaan napza;
7. mengetahui pencegahan dan penanggulangan napza;
8. mengetahui prinsip legal etik keperawatan;
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi NAPZA
NAPZA yaitu singkatan atau kepanjangan dari Narkotika, Psikotropika
dan Zat adiktif lainnya. Semua istilah ini sebenarnya mengacu pada
sekelompok zat yang umumnya mempunyai risiko yang oleh masyarakat
disebut berbahaya yaitu kecanduan (adiksi). (Yosep. 2007)
Menurut Kemenkes RI (2010) NAPZA adalah zat yang memengaruhi
struktur atau fungsi beberapa bagian tubuh orang yang mengonsumsinya.
Selain itu, manfaat maupun risiko penggunaan NAPZA bergantung dari
seberapa banyak, seberapa sering, cara menggunakannya, dan bersamaan
dengan obat atau NAPZA lain yang dikonsumsi.
Menurut kelompok, NAPZA merupakan singkatan dari Narkotika,
Psikotropika dan zat adiktif lainnya. Orang yang mengkonsumsi NAPZA,
kemungkinan besar beberapa fungsi bagian tubuhnya akan mengalami
gangguan atau kerusakan.
B. Penggolongan NAPZA
Terdapat beberapa istilah dalam gangguan penggunaan zat adiktif yaitu
zat adiktif, zat psikotropika, dan narkotika. Perbedaan ketiga istilah itu
menurut yosep (2007) adalah sebagai berikut.
1. Zat adiktif: Suatu bahan atau zat yang apabila digunakan dapat
menimbulkan kecanduan atau ketergantungan. Golongan adiktif lainnya
adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan
ketergantungan. lain, seperti lem kayu, penghapus cair, aseton, cat, bensin,
Contohnya, Rokok, Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan
dan menimbulkan ketagihan. Thinner dan zat-zat yang bila dihisap, dihirup,
dan dicium, dapat memabukkan. (Artikelsiana. 2018).
2. Zat psikotropika: Golongan zat yang bekerja secara selektif, terutama pada
otak sehingga dapat menimbulkan perubahan pada perilaku, emosi, kognitif,
persepsi. kesadaran seseorang.Terdapat 4 golongan psikotropika yaitu sebagai
berikut.
4

a. Psikotropika Golongan I. Arti Psikotropika jenis demikian adalah


jenis NAPZA yang memiliki daya adktif yang kuat, yang sejauh ini
belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan dan masih dalam kajian
penelitian. Contohnya adalah ekstasi, MDMA, STP dan LSD.
b. Psikotropika Golongan II. Psikotropika jenis ini adalah jenis
NAPZA dengan adiktif kuat yang memiliki manfaat untuk pengobatan
dan penelitian. Adapun contoh jenis ini adalah metakualon, amfetamin,
dan metamfetamin dll.
c. Psikotropika Golongan III. Maksud Psikotropika Golongan
demikian adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang dan memiliki
manfaat bagi masyarakat khususnya dalam hal pengobatan dan
penelitian. Contohnya adalah fleenitrazepam, lumibal, dan buprenorsina.
d. Psikotropika Golongan IV adalah jenis psikotropika yang
mempunyai daya adiktif ringan dan berguna dalam hal pengobatan dan
penelitian. Contohnya diazepam, nitrazepam (BK, dumolid, dan
mogadon).
3. Narkotika
Rentang respon gangguan NAPZA ini berfluktuasi dari kondisi
yang ringan sampai yang berat indikator rentang respon ini berdasarkan
perilaku yang ditampakkan oleh remaja dengan gangguan penggunaan zat
adiktif sebagai berikut (Yosep. 2007)
Menurut kemenkes RI (2010) tercantum dalam Pasal 6 ayat (1) UU
Narkotika, narkotika dibedakan menjadi 3 golongan yaitu sebagai berikut.
a. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat
digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, tidak digunakan
dalam terapi, potensi ketergantungan sangat tinggi. Contohnya opium,
tanaman koka, daun koka, kokain mentah, heroina, metafetamina dan
tanaman ganja.
b. Narkotika golongan II, adalah narkotika berkhasiat pengobatan
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
5

potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.Contohnya ekgonina,


morfin metobromina dan morfina.
c. Narkotika golongan III, adalah narkotika berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contohnya etilmorfina, kodeina, polkadina dan
propiram.

C. Rentang Respon Gangguan Penggunaan Zat Adiktif

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Eksperimental Rekreasional Situasional Penyalahgunaa Ketergantungan


n

Ekperimental : Kondisi pengguna taraf awal yang disebabkan rasa ingin tahu dari
remaja. Sesuai kebutuhan pada masa tumbuh kembangnya, ia biasanya ingin
mencari pengalaman yang baru atau sering pula dikatakan taraf coba-coba.
Rekreasional : Penggunaan zat adiktif pada waktu berkumpul dengan teman
sebaya, misalnya pada waktu pertemuan malam mingguan, acara ulang tahun.
Penggunaan ini mempunyai tujuan rekreasi bersama teman-temannya.
Situasional : Mempunyai tujuan secara individual, sudah merupakan kebutuhan
bagi dirinya sendiri. Seringkali penggunaan ini merupakan cara untuk melarikan
diri atau mengatasi masalah yang dihadapi. Misalnya individu menggunakan zat
pada saat sedang konflik stress dan frustasi.
Penyalahgunaan : Penggunaan zat yang sudah cukup patologis, sudah mulai
digunakan secara rutin, minimal se!ama 1 bulan, sudah terjadi penyimpangan
perilaku mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan sosial, pendidikan, dan
pekerjaan.
Ketergantungan : Penggunaan zat yang sudah cukup berat, telah terjadi
ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan adanya
toleransi dan Syndroma putus zat yaitu suatu kondisi dimana individu yang biasa
menggunakan zat adiktif secara rutin, pada dosis tertentu menurunkan jumlah zat
6

yang digunakan atau berhenti memakai, sehingga menimbulkan kumpulan gejala


sesuai dengan macam zat yang digunakan. Sedangkan toleransi suatu kondisi dari
individu yang mengalami peningkatan dosis (jumlah zat), untuk mencapai tujuan
yang biasa diinginkannya.

D. Faktor pendukung penyalahgunaan NAPZA


Menurut Stuart dan Sundeen (2013) terdapat beberapa faktor
pendukung terjadinya gangguan penggunaan NAPZA. Faktor tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Faktor Predisposisi
Merupakan faktor-faktor penyebab penyalahgunaan NAPZA, dan
menyebabkan seseorang ketergantungan secara kimiawi. Factor-faktor
tersebut sebagai berikut:
a. Biologis
Factor biologis utama adalah kecenderungan penyalahgunaan zat
trejadi dalam keluarga. Bisa juga karena keturunan, missal ayah atau
ibunya ada yang pernah mengonsumsi NAPZA.
1) Genetik (tendensi keturunan).
2) Metabolik: Etil alkohol bila dimetabolisme lebih lama lebih efisien
untuk mengurangi individu menjadi ketergantungan.
3) Infeksi pada organ otak: inteiegensi menjadi rendah (retardasi
mental, misalnya ensefhalitis, meningitis).
4) Penyakit kronis: kanker, Asthma bronchiale, penyakit menahun
lainnya.
b. Psikologis
Teori kognitif menunjukan bahwa kecanduan didasarkan pada cara
berpikir yang menyimpang tentang penggunaan narkoba. Teori system
keluarga menekankan pola hubungan antara anggota keluarga dari
generasi ke generasi sebagai penjelasan untuk penyalahgunaan zat.
Menurut para ahli hubungan antara penyalahgunaan zat dan beberapa
ciri psikologis seperti depresi, ansietas, kepribadian antisosial, dan
kepribaadian dependen.
7

Hasil lain menyebutkan penyalahgunaan NAPZA hanya untuk


kesenangan, menghindari rasa sakit atau stres. Rasa sakit atau kesenangan
ada selama efek obat masih ada. Namun ketika efeknya sudah habis, maka
akan menimbulkan ketertarikan dan penggunaan zat yang berulang.
1) Harga diri rendah
2) Disfungsi keluarga
3) Individu yang mengalami krisis identitas dan kecenderungan
untuk mempraktikan homoseksual, krisis identitas
4) Rasa bermusuhan dengan keluarga atau orangtua
c. Sosiokultural
Beberapa factor sosiokultural ikut andil dalam mempengaruhi
penyalahgunaan zat-zat terlarang ini. Sikap, nilai, norma, dan sanksi
berbeda-beda menurut kebangsaan, agama, jenis kelamin, latar
belakang keluarga, daan lingkungan social.
Hidup dilingkungan yang banyak didominasi oleh masalah-masalah
serta akses pelayanan yang buruk, kejahatan, dan kekerasan
mencipatakan kerentanan orang menemukan obat-obatan dan alkohol
sebagai pelarian.
1) Masyarakat yang ambivalen dengan penggunaan zat seperti
nikotin, alkohol, tembakau, dan ganja.
2) Norma keagamaan pada suku bangsa tertentu yang menggunakan
halusinogen atau alkohol untuk upacara adat atau keagamaan.
3) Lingkungan tempat tinggal, sekolah, teman sebaya, banyak
mengedarkan dan menggunakan NAPZA.
4) Persepsi dan penerimaan masyarakat terhadap penggunaan
NAPZA.
5) Jauh dari agama
2. Faktor Presipitasi
Putus zat, jika seseorang menjadi ketergantungan secara fisik pada suatu
zat, penyalahgunaan zat dapat terus dilakukan hanya untuk menghindari
gejala yang ditimbulkan oleh efek fisik dari suatu zat.
8

Misalakan putus zat pada alcohol atau obat-obatan lainnya. Ketika


sejumlah besar alcohol tertelan, gejala yang tidak menyenangkan muncul
seperti contohnya sakau. Ketika mempunyai uang pasti ia akan membeli
lagi, tetapi ketika tidak mempunyai uang atau orang menengah kebawah ia
akan menyayat tangan atau anggta tubuh lainnya.
3. Sumber Koping
Masalah penyalahgunaan zat mencakup pengkajian terhadap asset pribadi,
social, dan materi yang tersedia bagi orang tersebut. Penilaian motivasi
dan dukungan social sangat penting.
a. Apa motivasi pasien untuk berhenti penyakahgunaan?
b. Apa dukungan social pasien? Misalkan, keluarga atau teman yang
bersedia meberi dukungan untuk berhenti menyalahgunakan.
4. Mekanisme Koping
Meskipun klien telah menggunakan zat dalam mengatasi stresor tertentu,
penggunaan zat dapat meningkat ke titik di mana penggunaan telah
menjadi stresor tambahan. Klien yang sudah menyalahgunakan zat akan
bertangguang jawab dan mancari cara untuk berhenti, missalmua dengan
pergi ke tempat rehabilitasi dan mengikuti programnya, itu contoh perilaku
yang konstruktif.
Namun tidak dengan klien dengan perilaku destruktif, ia akan menyangkal
bahwa penyalahgunaan bukan sebuah masalah besar dan berkata bisa
berhenti kapan saja ia mau.
9

E. Tanda dan Gejala Penyalahgunaan NAPZA


Dibawah ini terdapat beberapa tanda dan gejala akibat penyalahgunaan
NAPZA menurut Badan Narkotika Nasional (2013).
No Penyalahgunaan NAPZA Tanda dan Gejala
1. Morfin - Menurunnya kesadaran pengguna
- Menimbulkan euforia
- Kebingungan
- Berkeringat
- Dapat menyebabkan pingsan, dan jantung
berdebar-debar
- Menimbulkan gelisah, dan perubahan
suasana hati
- Mulut kering dan warna muka berubah
- Produksi air seni berkurang
- Mengakibatkan gangguan menstruasi dan
impotensi

2. Heroin/Puthao - Melambatnya denyut nadi


- Tekanan darah menurun
- Otot menjadi lemas
- Pupil mengecil
- Hilang kepercayaan diri
- Suka menyendiri
- Seringkali berdampak kriminal, misalnya
berbohong, menipu
- Kesulitan saat buang air besar
- Sering tidur
- Kemerahan dan rasa gatal pada hidung
- Gangguan bicara (cadel)
3. Kokain - memberikan efek kegembiraan yang
berlebihan bagi si pengguna
- Sering merasa gelisah
- Menurunnya berat badan
10

- Timbul masalah pada kulit


- Mengalami gangguan pernafasanSering
kejang-kejang
- Sering mengeluarkan dahak
- Mengalami emfisema (kerusakan pada
paruparu)
- Turunnya selera makan
- Mengalami paranoid
- Mengalami gangguan penglihatan

F. Dampak Penyalahgunaan NAPZA


Menurut Badan Narkotika Nasional (2013) dampak penyalahgunaan
NAPZA bisa terjadi secara langsung dan tidak langsung. Dampak tersebut
antara lain sebagai berikut.
1. Dampak Tidak Langsung.
a. Akan banyak uang yang dibutuhkan untuk penyembuhan dan
perawatan kesehatan pecandu jika tubuhnya rusak digerogoti zat beracun.
b. Dikucilkan dalam masyarakat dan pergaulan orang baik-baik.
Selain itu biasanya tukang candu narkoba akan bersikap anti sosial.
c. Keluarga akan malu besar karena punya anggota keluarga yang
memakai zat terlarang.4. Kesempatan belajar hilang dan mungkin dapat
dikeluarkan dari sekolah atau perguruan tinggi alias DO / drop out.
d. Tidak dipercaya lagi oleh orang lain karena umumnya pecandu
narkoba akan gemar berbohong dan melakukan tindak kriminal.
e. Dosa akan terus bertambah karena lupa akan kewajiban Tuhan
serta menjalani kehidupan yang dilarang oleh ajaran agamanya.
f. Bisa dijebloskan ke dalam tembok derita / penjara yang sangat
menyiksa lahir batin.Biasanya setelah seorang pecandu sembuh dan sudah
sadar dari mimpi-mimpinya maka ia baru akan menyesali semua
perbuatannya yang bodoh dan banyak waktu serta kesempatan yang hilang
tanpa disadarinya.
g. Depresi mental, gangguan jiwa berat/psikotik, risiko bunuh diri,
memicu melakukan tindakan kejahatan.
11

2. Dampak Langsung.
Gangguan pada jantung, hemoprosik. traktur urinarius. otak. tulang.
pembuluh darah, gangguan pada endokrin, kulit, gangguan pada sistem
syaraf, gangguan pada paru-paru, gangguan pada sistem pencernaan, dapat
terinfeksi penyakit menular berbahaya seperti HIV AIDS, Hepatitis,
Herpes, TBC.

G. Pencegahan dan Penanggulangan NAPZA


1. Terapi Tanpa Obat (Non-Farmakologi)
2. Konseling
3. Melaaksanakan manajemen stres
4. Terapi kognitif
5. Meditasi
6. Terapi suportif
7. Berolahraga

2. Terapi Farmakologi
Diazepam
Indikasi: antiansietas
Kontraindikasi: hipersensitivitas benzodiasepin, myasthenia gravis, infant
Dosis: oral (2-10 mg 204 kali sehari); 1.v (2-10 mg dapat diulang dal 3-4 jam
jika diperlukan)
Mekanisme: berikatan dengan reseptor stereospesifik benzodiaasepin pada
saraf GABA postssinaptik di beberapa tempat CNS. Termasuk sistem limbik,
bentuk retikular. Peningkatan efek penghambatan GABA pada saraf yang
dapat dirangsang oleh peningkatan permeabilitas membran saraf terhadap
ion klorida sehingga terjadi hiperpolarisasi dan stabil.
Efek samping: Frekuensi tidak dapat ditentukan
- Kardiovaskuler: hipotensi, vasolidatasi
- CNS: agitasi, amnesia, ansietas, ataksia, gangguan ingatan, depresi, sakit
kepala, emosi tidak stabil, bingung, cemas, pusing, euforia, gagap,
halusinasi, vertigo.
12

- Dematologi: ruam kulit


- Gastrointestinal: konstipasi, perubahan saliva, mual, diare.
- Genitourinary: retensi urin
- Gangguan hati: jaundis
- Local: phlebitis, nyeri dengan injeksi
- Okuler: pandangan kabur, diplopia
- Pernapasan: anea, asma, penurunan kecepatan napas

Peran perawat komunitas dalam pencegahan penyalahgunaan NAPZA


Perawat komunitas sebagai salah satu tenaga profesional dibiddang
kesehatan, mempunyai peran dalam uaya pencegahan dan penanggulangan
penyalahgunaan NAPZA di sekolah. Berdasarkan tiga tingakat pencegahan
menurut Wold dan Dagg, (2001 dalam stanhope & Lancaster, 2004) upaya
pencegahan dan penanggulanagn penyalahgunaan NAPZA adalah sebagai
berikut:
1. Upaya pencegahan primer
Upaya yang dilakukan adalah promosi kesehatan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat, keluarga dan individu khususnya remaja bahwa
penggunaan NAPZA merupakan tindakan yang sangat berbahaya, dapat
merusak kesehatan baik fisik, mental dan sosial ( Mc.Murray, 2003).
Intervensi promosi kesehatan yang dilakukan dapat berbentuk
pendidikan kesehatan pada orang tua dan remaja agar mempunyai
pengetahuan tentang NAPZA dan mampu menolak untuk menggunakan
NAPZA; memberikan dukungan sosial, misalnya melibatkan remaja
pada kegiatan kelompok remaja di masyarakat. Pemberdayaan siswa
melalui peer konselor merupakan salah satu upaya pencegahan primer
terhadap penyalahgunaan NAPZA di sekolah. Upaya pencegahan primer
yang dapat dilakukan adalah memberikan pendidikan kesehatan
[09:32, 5/1/2020] Renanda Tri Asmira: tentang NAPZA dan dampak
penyalahgunaan NAPZA. Informasi yang disampaikan kepada peer
konselor akan diteruskan kepada teman – teman yang lain, sehingga
13

penyalahgunaan NAPZA dapat dihindari sedini mungkin (Wold dan


Dagg, (2001) dalam Stanhope & Lancaster, 2004).
2. Upaya pencegahan sekunder
Upaya yang dapat dilakukan dalam pencegahan sekunder adalah
diagnosa dini yang bertujuan untuk mengidentifikasi remaja yang
berisiko tinggi mengalami masalah penyalahgunaan NAPZA; skrining
dan penilaian NAPZA terhadap remaja yang berisiko menggunakan
NAPZA; tindakan perawatan segera dengan merujuk remaja yang
menggunakan NAPZA untuk mendapatkan tindakan pengobatan medik
seperti detoksifikasi dan dilanjutkan dengan proses pembinaan keluarga
dengan melatih remaja agar mempunyai koping adaptif (Wold dan Dagg,
(2001) dalam Stanhope & Lancaster, 2004).
3. Upaya pencegahan tersier
Upaya yang dapat dilakukan pada pencegahan tertier adalah upaya
rehabilitasi. Pada kegiatan rehabilitasi ini mantan pengguna NAPZA
diharapkan dapat kembali berfungsi hidup secara optimum, upaya
pendampingan yang dikenal sebagai re-entry program yaitu program
dimana mantan pengguna NAPZA mulai dikaryakan dalam
kegiatankegiatan sosial kemasyarakatan. Program ini bertujuan untuk
mengalihkan sugesti yang muncul dari mantan pengguna NAPZA (Wold
dan Dagg, (2001) dalam Stanhope & Lancaster, 2004)

H. Prinsip Legal Etik Keperawatan


1. Autonomy : Memberikan hak pasien untuk mengambil keputusan, tidak
dipaksa, hak klien memutuskan tentang perawatannya.
2. Beneficence : Melakukan hal baik, tujuan demi kebaikan, kesembuhan dan
kesehatan klien.
3. Justice : Keadilan, melakukan terapi dengan asuhan sesuai standar praktik
dan keyakinan, tujuannya meningkatkan kualitas dari pelayanan kesehatan,
tidak merugikan, tidak menimbulkan bahaya, cedera fisik dan psikologis.
4. Veracity : Kejujuran, penuh kebenaran, kondisi kesehatan klien
5. Fidelity : Menempati janji, menjaga kerahasian dan komitmen
14

6. Confidentiality : Kerahasiaan, jaga privasi klien (identitas pribadi dll)


7. Inform concent : Persetujuan yang dibentuk setelah dapat infromasi,
informasi tindakan medis.
I. Peran perawat komunitas dalam pencegahan penyalahgunaan NAPZA
Perawat komunitas sebagai salah satu tenaga profesional dibiddang
kesehatan, mempunyai peran dalam uaya pencegahan dan penanggulangan
penyalahgunaan NAPZA di sekolah. Berdasarkan tiga tingakat pencegahan
menurut Wold dan Dagg, (2001 dalam stanhope & Lancaster, 2004) upaya
pencegahan dan penanggulanagn penyalahgunaan NAPZA adalah sebagai
berikut:
4. Upaya pencegahan primer
Upaya yang dilakukan adalah promosi kesehatan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat, keluarga dan individu khususnya remaja bahwa
penggunaan NAPZA merupakan tindakan yang sangat berbahaya, dapat
merusak kesehatan baik fisik, mental dan sosial ( Mc.Murray, 2003).
Intervensi promosi kesehatan yang dilakukan dapat berbentuk
pendidikan kesehatan pada orang tua dan remaja agar mempunyai
pengetahuan tentang NAPZA dan mampu menolak untuk menggunakan
NAPZA; memberikan dukungan sosial, misalnya melibatkan remaja
pada kegiatan kelompok remaja di masyarakat. Pemberdayaan siswa
melalui peer konselor merupakan salah satu upaya pencegahan primer
terhadap penyalahgunaan NAPZA di sekolah. Upaya pencegahan primer
yang dapat dilakukan adalah memberikan pendidikan kesehatan
[09:32, 5/1/2020] Renanda Tri Asmira: tentang NAPZA dan dampak
penyalahgunaan NAPZA. Informasi yang disampaikan kepada peer
konselor akan diteruskan kepada teman – teman yang lain, sehingga
penyalahgunaan NAPZA dapat dihindari sedini mungkin (Wold dan
Dagg, (2001) dalam Stanhope & Lancaster, 2004).
5. Upaya pencegahan sekunder
Upaya yang dapat dilakukan dalam pencegahan sekunder adalah
diagnosa dini yang bertujuan untuk mengidentifikasi remaja yang
berisiko tinggi mengalami masalah penyalahgunaan NAPZA; skrining
15

dan penilaian NAPZA terhadap remaja yang berisiko menggunakan


NAPZA; tindakan perawatan segera dengan merujuk remaja yang
menggunakan NAPZA untuk mendapatkan tindakan pengobatan medik
seperti detoksifikasi dan dilanjutkan dengan proses pembinaan keluarga
dengan melatih remaja agar mempunyai koping adaptif (Wold dan Dagg,
(2001) dalam Stanhope & Lancaster, 2004).
6. Upaya pencegahan tersier
Upaya yang dapat dilakukan pada pencegahan tertier adalah upaya
rehabilitasi. Pada kegiatan rehabilitasi ini mantan pengguna NAPZA
diharapkan dapat kembali berfungsi hidup secara optimum, upaya
pendampingan yang dikenal sebagai re-entry program yaitu program
dimana mantan pengguna NAPZA mulai dikaryakan dalam
kegiatankegiatan sosial kemasyarakatan. Program ini bertujuan untuk
mengalihkan sugesti yang muncul dari mantan pengguna NAPZA (Wold
dan Dagg, (2001) dalam Stanhope & Lancaster, 2004)
J. Pathway

NAPZA

Melalui saluran Melalui saluran Melalui aliran


pernafasan pencernaan (alkohol, darah (heroin,
(tembakau, amfetanin, magic amfetamin,
heroin, ganja, mushroom, pil ekstasi) morfin)

\
Setelah dihirup,
Setelah
masuk sirn. Jantung – seluruh
dimakan/minum
pernapasan tubuh
masuk sal.pencernaan

Mulut –
Aliran darah ke
Tenggorokan – tenggorokan –
otak
bronkus – bronkioulus lambung – usus
– paru-paru - alveolus halus

Abosbsi
Diserap pemb. Darah usus halus Mengganggu
kapiler transmisi
neurotansmiter
16

Masuk pemb. darah

Jantung – sel tubuh


melalui darah Hati- jantung –
seluruh tubuh

Transmisi
neurotransmiter
terganggu

Halusinogen
Stimulasi (laju Depresi (laju (mendistrosi laju
neurotransmiter neurotransmiter neurotransmiter)
dipercepat) contoh: diperlambat). Contoh : contoh: marijuana
kaphetamin, sabu-sabu epioda magic, mushroom

Penurunan kerja Halusinasi


Kenaikan kerja fungsi tubuh
fungsi tubuh
Resiko perilaku
kekerasan
Pemakaian berulang terhadap orang
lain

Penumpukan zat Sayatan untuk


dan kerusakan sel penggunaan obat

Keracunan dan
Mutilasi diri
overdosis

Intoksinasi
NAPZA
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

Kasus Penyalahgunaan NAPZA

Klien Tn. T, 25 tahun, pegawai swasta, merupakan anak bungsu dari 3


bersaudara, kakak klien keduanya perempuan. Masuk ke RS dengn gejala overdosis
vutaw. Saat masuk rumah sakit klien mengatakan ingin sembuh dan tidak mau lagi
berhubungan dengan zat psikoaktif. Klien menggunakan putaw sudah satu tahun
dengan cara suntik dan intra vena. Pada awalnya klien menggunakan putauw dengan
alasan lelah dengan target pekerjaan yang tinggi, dan juga ingin di akui oleh
kelompok komunitasnya, lalu akhirnya dia menjadi ketergantungan, terutama bila
klien menghadapi masalah. Klien sudah berusaha berhenti tetapi selalu gagal, karena
tidak dapat mengatasi keinginan menggunakan zat yang begitu kuat, Tn. T sering
berbohong dan mencuri uang di keluarganya, selain itu juga klien sering keluyuran
dan mengaku sudah jauh dari agama tidak pernah shalat. Sewaktu kelas 1 SMP, orang
tua Tn. T bercerai, dan ia tinggal dengan ibunya, tetapi Ibunya sibuk dengan karirnya
dan ayahnya sibuk dengan keluarga barunya, Tn T merasa kesepian dan merasa di
acuhkan oleh keluarganya. Ayah Tn T juga termasuk orang yang keras dan otoriter.

Keluhan yang dirasakan klien sekarang adalah badan terasa lemas dan
merinding, terasa nyeri di seluruh tubuhnya, mual dan pusing. Klien juga merasa
kurang percaya diri, merasa tidak berguna setelah menjadi pemakai obat, malu dengan
teman-teman yang bukai pemakai dan merasa tidak dipercaya lagi oleh keluarganya.
Merasa manusia yang paling tidak berguna.

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA PADA Tn KT


A.Identitas klien
Nama : Tn. T
No RM : 069069
Tanggal Pengkajian : 10 April 2020
Umur : 25 Tahun
Pendidikan : Pegawai

17
18

Swasta
Agama : Islam
Status : Belum
Menikah
B. Identitas Penanggungjawab

Nama : Ny. R

Umur : 50 Tahun

Hubungan dengan klien : Ibu

II. Harapan dan persepsi klien/ Keluarga


1. Alasan masuk rumah sakit
Saudara T dibawa ke RS kebagian dengan gejala overdosis puthauw
2. Persepsi keluarga terhadap masalahnya
Saudara T merasa tidak dipercayai lagi oleh keluarganya
3. Harapan klien sehubungan dengan masalah
Saudara T sudah berusaha untuk bisa berhenti tetapi gagal karena tidak
dapat mengatasi keinginan menggunakan zat yang begitu kuat
III. Faktor Predisposisi dan Presipitasi
1. Diabaikan ibunya karena sibuk mengejar karir sejak dibangku SMP,
sedangkan bapaknya sudah menikah lagi dan tinggal bersama keluarga
barunya di luar kota. Ayah T juga termasuk orang yang keras dan otoriter
2. Sodara T lelah dengan target pekerjaan yang tinggi, dan juga ingin di akui
oleh kelompok komunitasnya, lalu akhirnya dia menjadi ketergantungan,
terutama bila klien menghadapi masalah.
3. Sodara T dibawa ke RS ke bagian dengan gejala overdosis putaow.
4. Sodara T menggunakan putaow sudah satu tahun dengan cara disuntik dan
intra vena.
IV. Pengkajian Sosial
1. Pendidikan dan pekerjaan
Saudara T merupakan pekerja swasta.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
19

Sodara T merasakan badan terasa lemas dan merinding, terasa nyeri di


seluruh tubuhnya, mual dan pusing. Klien juga merasa kurang percaya
diri, merasa tidak berguna setelah menjadi pemakai obat, malu dengan
teman-teman yang bukan pemakai dan merasa tidak dipercaya lagi oleh
keluarganya.
b. Identitas diri
Sebagai T merupakan anak bungsu dari 3 bersodara dirinya merasa kesepian
di karenakan ibunya sibuk mengejar karirnya, sedangkan ayahnya sudah
menikah lagi dan tinggal bersama keluarga barunya.
d) Ideal diri
Sodara T mengatakan ingin sembuh dan tidak mau lagi berhubungan dengan
zat psikoaktif.
e) Harga diri
Merasa tidak dipercayai oleh keluargnya
3. Hubungan sosial
Hubungan social saudara T, tersirat bahwa dia kehilangan sosok figure
orang tuanya.
4. Sosial budaya
Saudara T sering berbohong dan mencuri uang di keluarganya.
5. Gaya hidup
Jauh dari agama, ditambah pengaruh kuat komunitasnya yang sangat kuat.
6. Mekanisme koping
Sodara T ketika menghadapi masalah dan merasa lelah dengan pekerjaannya
selalu berpikir ingin menggunakan putauw.
V. PENGKAJIAN KELUARGA
1. Genogram
20

2. Pola asuh
Sewaktu Tn T kelas 1 SMP, orang tua T bercerai dan ia tinggal dengan Ibunya
sedangkan ayahnya sudah menikah lagi dan tinggal bersama keluarga barunya.
VI. PENGKAJIAN FISIK
a. Tekanan darah : 130/90
b. Nadi : 65/menit
c. Suhu : 37’
d. Respirasi : 22/menit
e. Tinggi badan : 70 cm
f. Berat badan : 60 kg
g. Keluhan Utama/ penyakit saat ini
Badan terasa lemas, merinding dan kurang percaya diri
h. Kebiasaan-kebiasaan kesehatan saat ini
Sudah berusaha berhenti menggunakan putaow, tetapi selalu gagal.
i. Riwayat penyakit dahulu
Ayah Tn T merupakan termasuk orang yang keras dan otoriter.
VII. PENGKAJIAN SPIRITUAL
a. Nilai dan Keyakinan : saudara T sering berbohong dan mencuri uang di
keluarganya
b. Kegiatan Ibadah : jauh dari agama (tidak melaksanakan kegiatan shalat)
VIII. PENGKAJIAN SEKSUAL
Tidak terkaji, namun yang harus dikaji yaitu apakah mempunyai hubungan dengan
lawan jenis diluar persaudaraan.
IX. PENGETAHUAN
a. Pengetahuan tentang penyakit yang dideritanya
Saudara T mengatakan ingin sembuh dan tidak mau lagi berhubungan dengan
zat psikoaktif.
b. Pengetahuan tentang cara merawat dan mengobati penyakitnya
Saudara T sudah berusaha berhenti tetapi selalu gagal dikarenakan
komunitasnya.
c. Persepsi klien tentang penyakit yang dideritanya
Berbahya diasumsikan dari pernyataan ingin sembuh dan tidak mau lagi
berhubungan dengan zat psikoaktif.
21

X. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DO : Kurang perhatian keluarga Harga Diri

Klien tampak lemas dan Rendah

merinding, nyeri di Situasi keluarga berubah Situasional

seluruh tubuhnya,
tampak mual dan
arus pergaulan
pusing, badan terlihat
kurus, tidak bertenaga,
tatapan kurang fokus, puthao
saat di ajak ngobrol
kurang berkonsentrasi
penyalahgunaan NAPZA
dan tidak nyambung,
tidak bersemangat.
DS : ketergantungan
• Mengkonsumsi
puthau supaya
diakui teman Dampak negatif

• Mengkonsumsi
NAPZA, menyalahi kurang percaya diri
nilai(aturan norma,
agama, adat)
Merasa tidak berguna
• Kurang percaya diri
• Merasa tidak
Harga diri rendah
berguna setelah
situasional
menjadi pemakai
obat
• Malu dengan teman-
teman lain yang
tidak memakai obat
• Merasa tidak
22

dipercaya lagi oleh


kekuarganya
• Merasa manusia
yang paling tidak
berguna

2. DO : Situasi keluarga berubah Disfungsi

Klien tampak lemas, proses keluarga

merinding, nyeri di Kurang perhatian keluarga


seluruh tubuhnya,
tatapan kurang fokus,
saat di ajak ngobrol Arus pergaulan

kurang berkonsentrasi
dan tidak nyambung,
Pergaulan tak terkontrol
respon menjawab
pelan, tidak
bersemangat. puthao
23

DS : Ketergantungan

• Merasa kesepian
• Merasa di acuhkan Tidak bisa dicegah
oleh keluarganya
• Ibunya sibuk
Disfungsi proses keluarga
dengan karirnya
• Ayah klien yang
sudah menikah lagi
dan tinggal bersama
keluarga barunya.
• Ayah Tn T termasuk
orang yang keras
dan otoriter

Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah situasional
2. Disfungsi proses keluarga b.d penyalahgunaan zat
24

XI. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Rencana Asuhan Tindakan Keperawatan

Klien dengan penyalahangunaan NAPZA

1. HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL


TUJUAN TINDAKAN STRATEGI PELAKSANAAN
KEPERAWTAN
Klien mampu: 1. Mendiskusikan harga SP1: Asesmen harga diri rendah dan latihan melakukan kegiatan positif:
1. meningkatkan diri rendah : penyebab, 1) Bina hubungan saling percaya
kesadaran tentang proses terjadinya a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai nama
hubungan positif masalah, tanda dan panggilan yang disukai
antara harga diri dan gejala dan akibat b) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian ansietas agar proses
pemecahan masalah 2. Membantu pasien penyembuhan lebih cepat
yang efektif mengembangkan pola 2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan pengendalian ansietas
2. melakukan pikir positif 3) Bantu pasien mengenal harga diri rendah:
keterampilan positif 3. Membantu a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.
untuk meningkatkan mengembangkan b) Bantu pasien mengenal penyebab harga diri rendah
harga diri kembali harga diri c) Bantu klien menyadari perilaku akibat harga diri rendah
3. melakukan positif melalui melalui d) Bantu pasien dalam menggambarkan dengan jelas keadaan evaluasi diri yang
pemecahan masalah kegiatan positif positif yang terdahulu
dan melakukan 4) Bantu pasien mengidentifikasi strategi pemecahan yang lalu, kekuatan,
umpan balik yang keterbatasan serta potensi yang dimiliki
efektif 5) Jelaskan pada pasien hubungan antara harga diri dan kemampuan pemecahan
25

4. menyadari hubungan masalah yang efektif


yang positif antara 6) Diskusikan aspek positif dan kemampuan diri sendiri, keluarga, dan lingkungan
harga diri dan 7) Latih satu kemampuan positif yang dimiliki
kesehatan fisik 8) Latih satu kemampuan positif
Tekankan bahwa kegiatan melakukan kemampuan positif berguna untuk
menumbuhkan harga diri positif

SP 2 Pasien : Evaluasi assesmen harga diri rendah, manfaat latihan


melakukan kemampuan positif 1, melatih kemampuan positif 2
1) Pertahankan rasa percaya pasien
a) Mengucapkan salam dan memberi motivasi
b) Asesmen ulang harga diri rendah dan kemampuan melakukan kegiatan positif
2) Membuat kontrak ulang: cara mengatasi harga diri rendah
3) Latih satu kemampuan positif ke 2
4) Evaluasi efektifitas melakukan kegiatan positif untuk meningkatkan harga diri
5) Tekankan kembali bahwa kegiatan melakukan kemampuan positif berguna untuk
menumbuhkan harga diri
Keluarga mampu: 1. Mendiskusikan kondisi SP1 keluarga: penjelasan kondisi pasien dan cara merawat:
1. mengenal masalah pasien: keputusaan, 1) Bina hubungan saling percaya
harga diri rendah penyebab, proses a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri
pada anggota terjadi, tanda dan b) Menjelaskan tujuan interaksi: menjelaskan keputusasaan pasien dan cara merawat
26

gejala, akibat agar proses penyembuhan lebih cepat


keluarganya
2. Melatih keluarga 2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan cara merawat pasien
2. merawat anggota
merawat pasien dengan harga diri rendah
keluarga yang
dengan harga diri 3) Bantu keluarga mengenal putus asa pada pasien:
mengalami harga
rendah a) Menjelaskan harga diri rendah, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, serta
diri rendah
3. 3) Melatih keluarga akibatnya
3. memfollow up
melakukan follow up b) Menjelaskan cara merawat pasien dengan harag diri rendah: menumbuhkan harga
anggota keluarga
diri positif melalui melakukan kegiatan positif
yang mengalami
c) Sertakan keluarga saat melatih latihan kemampuan positif
harga diri rendah
SP 2 keluarga: evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat dan
follow up
1) Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam, menanyakan peran
keluarga merawat pasien & kondisi pasien
2) Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow up
3) Menyertakan keluarga saat melatih pasien melatih kemampuan positif ke 2
4) Diskusikan dengan keluarga follow up dan kondisi pasien yang perlu dirujuk (kondisi
pengabaian diri dan perawatan dirinya) dan cara merujuk pasien

Tgl No. Dx. Perencanaan


Dx Keperawa Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
tan

24/0 2 Disfungsi Tujuan umum : 1.klien 1. Gunakan Teknik 1. Untuk menumbuhkan rasa
27

4/20 proses Klien dapat menceritakan komunikasi terapeutik saling percaya.


keluarga menyesuaikan diri setiap permasalahan untuk menumbuhkan rasa 2. Agar merasa tidak
20
b.d dengan situasi yang terjadi kepada percaya pada pada direndahkan
penyalahg keluarga keluarganya perawat 3. Untuk menumbuhkan
unaan zat Tujuan Khusus : 2.klien menjalin 2. Perlakukan dengan kesadaran atas kewajiban
hormat
1. Klien bersikap komunikasi dengan beribadah
3. Dorong individu untuk
terbuka dengan orangtua seperti 4. Dukungan dari keluarga
meninjau ulang masa lalu
keluarga menelpon atau sangat penting, harga dirinya
dan berfokus pada
2. Menjalin mendatangi kejadian dan hubungan supaya naik, dan berpikiran
komunikasi yang langsung ke rumah yang memberikan dan positif masih ada yang
baik dengan orangtua kekuatan spiritual mempedulikannya.
orangtua 3.klien berinteraksi 4. Dorong keluarga untuk 5. Untuk memperkuat tekadnya
3. Klien tidak dengan orang yang ikut andil dalam proses berhenti menyalahgunakan
merasa bosan ada dirumah pemulihan. puthao
dirumah 4. 5. Dorong atau beri
tanggapan positif atas
keinginannya untuk tidak
enggunakan puthao
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
NAPZA merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan zat adiktif
lainnya. Orang yang mengkonsumsi NAPZA, kemungkinan besar beberapa fungsi
bagian tubuhnya akan mengalami gangguan atau kerusakan.
Faktor pendukung terjadinya penyalahgunaan NAPZA yaitu dari faktor
prdisposisi, faktor presipitasi, mekanisme koping, dan sumber koping orang
tersebut. Namun semua kemabali lagi ke diri sendiri apakah mampu
menghadapinya atau tidak.
Orang dengan ketergantungan NAPZA sangat berbahaya, bisa saja orang
tersebut sampai terdiagnosa risiko bunuh diri. Peran perawat dalam menghadapi
keadaan seperti itu adalah mengkaji faktor-faktor pencetus terjadinya hal tersebut
sehingga dapat dijadikan acuan untuk dilakukan tindakan kedepannya.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih banyak kekurangan, kedepanya penulis
akan terus memperbaiki dari segi bahasa, penulisan dan juga pengetikan.
Kemudian penulis akan lebih fokus untuk menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber-sumber yang bisa di pertanggung jawabkan.
Bagi pemuda sudah seharusnya kita menaati aturan yang berlaku dan tidak
melanggarnya, introspeksi diri dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah swt
adalah menjadi kunci terbesar dalam menghadapi masalah.

28
DAFTAR PUSTAKA

Artikelsiana. 2018. KONSEP NAPZA [online] tersedia:


http://www.artikelsiana.com/2018/09/Pengertian-NAPZA-Dampak-
JenisContoh-Pencegahan-NAPZA.html# (24 April 2020)
Badan Narkotika Nasional. 2013. Pencegahan NAPZA [online] tersedia :
https://bnn.go.id/blog/beritakegiatan/pencegahan-penyalahgunaan-napza/.
Terakhir diakses pada tanggal 24 April 2020.
Depkes. (2002). Keputusan Menteri kesehatan RI tentang pedoman
penyelenggaraan sarana pelayanan rehabilitasi penyalahgunaan dan
ketergantungan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA).
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Hawari, D. (2000). Penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA (narkotik, alkohol
dan zat adiktif). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Kemenkes RI. 2010. Cegah Penyalahgunaan Narkoba, Selamatkan Penggunanya
[online] tersedia :
http://www.depkes.go.id/article/view/201406040002/cegah-
penyalahgunaannarkoba-selamatkan-penggunanya.html Terakhir diakses
pada tanggal 24 April 2020.
Stuart, Gail W. 2013. Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart: buku 2. ELSEVIER:
Singapore
Yosep & Sutini. 2007. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Refika Aditama: Bandung

29

Anda mungkin juga menyukai