BAB I
PENDAHULUAN
Status gizi balita perlu mendapat perhatian yang serius, mengingat jumlah
balita di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10% dari seluruh populasi, perhatian
yang serius itu berupa pemberian gizi yang baik. Pada lima tahun pertama
kualitas agar mencapai pertumbuhan optimal baik secara fisik, sosial maupun
inteligensi. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat (Depkes RI, 2005).
Status gizi yang buruk pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang sangat
bahwa pada hakikatnya gizi yang buruk atau kurang akan berdampak pada
menurunnya kualitas sumber daya manusia. Kondisi seperti ini lambat laun akan
khususnya Indonesia masih cukup tinggi. Salah satu penyebab yang menonjol
diantaranya adalah karena keadaan gizi yang kurang baik atau bahkan buruk. Kondisi
gizi anak-anak Indonesia rata-rata lebih buruk dibanding gizi anak-anak dunia dan
1
2
bahkan juga dari anak-anak Afrika. Sebelum krisis menerpa 8,5 juta anak (37% dari
23 juta anak) Indonesia diketahui kurang berat badannya dan menderita kekurangan
mikronutrien seperti zat besi (Fe), seng (Zn) dan Vitamin A. Jumlah kematian anak
pertahun akibat kekurangan gizi itu mencapai 147 ribu jiwa dan separuh lebih di
antaranya adalah balita. Balita hidup mengalami penurunan kecerdasan (IQ) hingga
Selama krisis bertambah lagi jumlah anak yang mengalami Kurang Energi
dan protein (KEP) tingkat berat atau menderita marasmus kwasiorkhor dan pada saat
yang sama jumlah orang miskin membengkak dari 17 juta menjadi 80 juta jiwa
(www.google.com, 2000).
Tahun 2000 diperkirakan ada 25% anak Indonesia yang mengalami gizi
kurang, 7 % gizi buruk. Keadaan gizi masyarakat Lampung Timur pada tahun 2005
masih perlu mendapatkan perhatian serius, dari hasil pemantauan status gizi antara
lain ditemukan kasus gizi buruk sejumlah 0,16 % ( 2005 ) dari jumlah balita sebanyak
ditemukan 16 kasus masalah gizi di wilayah kerja puskesmas. Balita yang menderita
gizi kurang berjumlah 13 orang, sedangkan 3 orang merupakan balita dengan status
gizi buruk. Jumlah balita dengan status gizi buruk ini sebenarnya melampaui target
yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Lampung Timur yaitu 2 orang balita yang
ditargetkan menderita gizi buruk. Disamping itu, alasan lain yang menyebabkan
peneliti mengambil lokasi penelitian di Puskesmas Sukaraja Nuban adalah tidak ada
3
data yang lengkap mengenai balita dengan masalah gizi buruk di Puskesmas lain.
Meskipun upaya penanggulangan gizi buruk telah dilakukan oleh pemerintah yang
melibatkan petugas kesehatan terutama bidan, masalah gizi buruk masih belum bisa
dituntaskan. Atas dasar itulah penulis ingin meninjau penatalaksanaan gizi buruk oleh
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut :
Dalam penelitian ini, peneliti akan membatasi ruang lingkup yang diteliti,
yaitu :
Sukaraja Nuban.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
buruk oleh tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Nuban Lampung
2. Tujuan Khusus
E. Manfaat Penelitian
Penulis berharap penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk
penelitian selanjutnya.