Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS HASIL UJI TERAP ALAT PENGHEMAT BBM ELECTRIC FUEL

TREATMENT PADA ENGINE DIESEL GENSET 35 KVA DENGAN BEBAN


STATIS

Hariyadi, Sugiono, Hanif Fakhrurroja, Edy Tanu


UPT Balai Pengembangan Instrumentasi LIPI
Komplek LIPI, Gedung 30, Jl Sangkuriang, Bandung
Telp. (022) 2503053, Fax. (022)2504577,
email: hari001@lipi.go.id,sugi022@lipi.go.id,hani002@lipi.go.id,edyt001@lipi.go.id

ABSTRAK
Makalah ini menguraikan mengenai analisis hasil uji terap alat penghemat BBM yang
dinamakan Electic Fuel Treatment (EFT) pada engine diesel genset kapasitas 35 KVA
dengan beban statis. Uji terap pada engine diesel genset ini dilakukan dengan
konfigurasi pemasangan EFT baik secara seri maupun paralel untuk mendapatkan hasil
efisiensi BBM yang terbaik. Metode analisa dilakukan dengan pendekatan uji teknis
operasional secara langsung dengan membandingkan hasil pengujian sebelum dilakukan
pemasangan EFT dan hasil pengujian setelah dilakukan pemasangan EFT. Hasil dari
pelaksanaan uji terap EFT adalah berupa konfigurasi pemasangan EFT yang ideal
untuk memperoleh efisiensi BBM rata-rata sebesar 6,58 % pada beban 60% dan
penurunan kadar emisi gas buang antara 20%-24%.

Kata Kunci: EFT, efisiensi, BBM, emisi gas buang

ABSTRACT
This paper describe field test results analysis for fuel saving tool called Electic Fuel
Treatment (EFT) on diesel engine generator set 35 KVA with static load. Field test on
diesel engine generator set was performed with a variety of configurations EFT in series
or parallel to get the best fuel efficiency. Methods of analysis done by the operational
technical tests by comparing the results of testing before and after installation of EFT.
Field test results are a form of EFT configurations that is ideal to obtain fuel efficiency
on average of 6.58% at 60% load and exhaust emission reduction levels between 20% -
24%.

Keywords: EFT, efficiency, fuel, exhaust gas emissions.

PENDAHULUAN
Pada tahun 2005, hampir seluruh lapisan masyarakat Indonesia dikagetkan
oleh kenaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang terjadi sebanyak dua kali,
yaitu pada bulan Maret 2005 sebesar 29% dan disusul kenaikan yang tidak wajar pada
bulan Oktober 2005 sebesar lebih dari 100%. Kenaikan harga minyak secara langsung
akan meningkatkan biaya produksi barang dan jasa, serta beban hidup masyarakat
yang pada akhirnya akan memperlemah pertumbuhan ekonomi nasional.[1] Salah satu

1
pemicu kenaikan harga minyak dunia adalah ketidakmampuan OPEC dalam
menstabilkan harga BBM sehingga pada tahun 2005 kenaikan harga minyak mencapai
60,63 US$/Barel (1 Barel = 159 Liter).[2] Oleh karena itu, perlu ada solusi agar BBM
dapat digunakan secara efisien, salah satunya dengan menggunakan alat penghemat
BBM yang dinamakan Electric Fuel Treatment (EFT).
Berdasarkan hasil pengujian di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Minyak dan Gas Bumi "LEMIGAS” dengan menggunakan metoda ASTM D.2699
dan ASTM D.613, EFT dapat meningkatkan angka oktana pada bensin dan angka
setana pada solar. Selain itu, EFT juga dapat meningkatkan power dan torsi mesin,
serta mengurangi emisi gas buang.[3]
EFT mempunyai alat berupa tabung resonansi yang didalamnya dilengkapi
kumparan dan generator pulsa listrik untuk meresonansikan molekul-molekul BBM.
EFT dipasang pada saluran BBM suatu mesin atau kendaraan berbahan bakar minyak
sebelum sistem pengkabut bahan bakar minyak.
EFT bekerja dengan menggunakan prinsip electro-magnetic resonance (EMR)
dengan cara memberi perlakuan resonansi atom hidrogen secara fisika terhadap BBM.
Metode resonansi magnetik pada EFT bekerja dengan memanfaatkan perilaku proton
dan ikatan molekul yang terdapat pada cairan bahan bakar minyak. Perilaku proton
(termasuk yang terdapat pada bahan bakar minyak) akibat pengaruh medan magnet
statis tertentu (pada EFT memanfaatkan medan magnet bumi) yang apabila kemudian
diganggu dengan medan magnet lain yang mempunyai frekuensi tertentu, dimana arah
kedua medan magnet tersebut saling tegak lurus atau tidak saling sejajar, maka proton
dapat beresonansi (Larmor Precession) dengan frekuensi tertentu (Larmor
Frequency) dan durasi resonansinya juga spesifik. Pada bahan bakar minyak yang
tercampur material cair atau padat lain, maka material pencampur tersebut jika
memiliki proton juga akan beresonansi dengan frekuensi dan durasi resonansi tertentu
pula. Kejadian seperti ini dapat dijumpai pada teori yang berkaitan dengan Nuclear
Magnetic Resonance atau Proton Magnetic Resonance. Dengan perlakuan seperti ini
molekul-molekul yang terdapat pada bahan bakar minyak menjadi berkelompok-
kelompok, sehingga kelompok yang bersifat reaktif (bahan bakar minyak murni)
menjadi lebih besar dan tidak terhalang oleh material pencampur.[4][5][6]

2
Dengan adanya electro-magnetic resonance ini, ikatan molekul BBM yang
semula rapat berubah menjadi renggang sehingga oksigen dapat dengan mudah
bercampur dengan molekul hidrokarbon. Asumsi ini diperoleh berdasarkan beberapa
kali pengujian EFT pada kendaraan bermotor yang memerlukan lebih banyak oksigen
untuk mencapai efisiensi BBM. Sifat BBM setelah dipasang EFT menjadi lebih
mudah terbakar karena banyak mengandung oksigen. Molekul BBM yang kaya
oksigen tersebut ketika masuk ruang pembakaran, akan menghasilkan pembakaran
yang sempurna sehingga tenaga mesin menjadi meningkat dan dapat mengurangi
emisi gas buang. Sifat molekul BBM sebelum dan setelah dipasang EFT diasumsikan
pada Gambar 1.

Gambar 1. Sifat Molekul BBM sebelum dan setelah menggunakan EFT (Modifikasi
dari http://www.green-plus-combustion-catalyst.com/greenplus_combustion.html)[7]
Untuk menguji sejauh mana EFT dapat melakukan penghematan BBM, maka
dilakukan uji terap EFT pada engine diesel genset. Untuk melakukan uji terap ini,
UPT BPI LIPI bekerja sama dengan PT TELKOM dalam rangka mendukung
TELKOM Go Green.
Uji terap EFT dilakukan pada engine diesel genset 35 KVA dilaksanakan di
Site Repeater GMD Lembang II pada genset Stamford kapasitas 35 KVA dengan
beban statis AC Dummy Load 25 kVA.
Adapun tujuan dari uji terap adalah mengananalisis kemampuan EFT dalam
menghemat konsumsi bahan bakar dan mengurangi emisi gas buang pada diesel

3
genset, serta menganalisis pengaruh EFT terhadap kualitas daya yang dihasilkan oleh
diesel genset.

METODOLOGI PENELITIAN
Metode analisa dilakukan dengan pendekatan uji teknis operasional secara
langsung dengan membandingkan hasil pengujian sebelum dilakukan pemasangan
EFT dan hasil pengujian setelah dilakukan pemasangan EFT.
Metode perbandingan sebelum dan sesudah pemakaian EFT yang meliputi
penurunan SFC (Specific Fuel Consumption), pemenuhan baku mutu emisi gas buang
(NOx, SO2, Opasitas) dan peningkatan daya mampu minimal tetap.
Specific Fuel Consumption atau konsumsi bahan bakar spesifik adalah jumlah
pemakaian bahan bakar yang dikonsumsi oleh motor yang menghasilkan daya satu HP
selama satu jam.[8] SFC dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
×
. 
 = ×
 .
 (1)

Dimana Mb adalah masssa bahan bakar yang dikonsumsi (kg) selama t (detik), BHP
adalah daya yang dihasilkan motor (HP), dan t adalah waktu yang dibutuhkan oleh
motor untuk mengkonsumsi bahan bakar sebanyak Mb kg (detik).
Dalam uji terap ini, massa jenis BBM diasumsikan sama sehingga yang diukur
dalam uji terap ini adalah volume konsumsi BBM yang digunakan. Data konsumsi
BBM oleh Genset sebelum dan sesudah dipasang EFT diukur dengan menggunakan
flowmeter, kemudian data tersebut dicatat sebagai dasar perhitungan konsumsi BBM
dalam satuan liter. Prosentase penurunan konsumsi BBM dihitung berdasarkan
formula sebagai berikut.
)*+,+- .//0,1 )*+,+- ./+,2
∆ !" # $$% (%) = )*+,+- .//0,
3100% (2)

Data emisi gas buang (opasitas) hasil pembakaran BBM oleh Genset diukur
dengan menggunakan opacimeter (smoke tester) sebelum dan sesudah dipasang EFT.
Opasitas adalah emisi gas buang yang dikeluarkan mesin diesel dalam ketebalan asap.
Nilai dari opasitas diterjemahkan dalam satuan %.
Peralatan yang dipakai dalam uji terap ini adalah EFT 110 LHD, EFT (B),
genset 35 KVA, flowmeter, pompa, dan dummy load.
Skema uji terap EFT pada engine diesel genset 35 KVA degan beban statis
menggunakan dummy load adalah sebagai berikut.

4
Start

Warming up

Uji Terap sebelum


menggunakan EFT pada Uji emisi gas buang
Uji Konsumsi BBM Genset dengan Beban (opasitas) sebelum
sebelum dipasang 0%, 20%, 40%, 60%, dipasang EFT
EFT dan waktu pengamatan
pada 30 menit, 60 menit,
dan 90 menit

Engine Genset Off


selama 24 jam

Engine Genset start

Uji Terap sesudah


menggunakan EFT pada
Genset dengan Beban Uji emisi gas buang
Uji Konsumsi BBM
0%, 20%, 40%, 60%, (opasitas) sesudah
sesudah dipasang
dan waktu pengamatan dipasang EFT
EFT pada 30 menit, 60 menit,
dan 90 menit

Evaluasi

Selesai

Gambar 2. Skema uji terap EFT pada Genset 35 KVA

HASIL DAN PEMBAHASAN


Uji terap EFT di Stasiun Repeater Lembang II dilakukan pada satu unit genset
Stamford kapasitas 35 KVA dengan beban statis AC Dummy Load 25 KVA.
Konfigurasi I uji terap EFT diperlihatkan pada Gambar 3.

5
EFT
Genset

Tangki Input return


harian

Pompa Flow Meter


Output Dummy
Load

Tabung
Penampung

Gambar 3. Konfigurasi I uji terap EFT

Hasil uji terap EFT dengan menggunakan konfigurasi I (Gambar 3) dan


menggunakan satu unit EFT (B) yang dihubungkan secara seri dengan tiga unit EFT
110 LHD (Gambar 4) diperlihatkan pada Gambar 5.

Gambar 4. Satu unit EFT (B) yang dihubungkan secara seri dengan tiga unit EFT 110
LHD

6
16,00
14,00 13,68
12,00
Efisiensi (%)

10,00
8,00 7,83
6,90
6,00 7,14 5,26
5,20
4,00 2,71
2,00 2,33 1,62
1,17 0,66
0,00 0,33
0 10 20 30 40 50 60 70
Beban (%)
30 Menit 60 Menit 90 Menit
Gambar 5. Grafik efisiensi 1 unit EFT (B) diserikan dengan 3 EFT 110 LHD
Grafik hasil pengujian konfigurasi I dengan 1 unit EFT (B) yang diserikan
dengan 3 unit EFT 110 LHD memperlihatkan efisiensi BBM lebih dari 5% pada
beban genset hingga 20%. Setelah beban lebih dari 30%, efisiensi BBM turun menjadi
0,33% sampai dengan 3 %. Hal ini terjadi karena laju BBM semakin cepat pada beban
tinggi, sehingga kesempatan molekul BBM untuk diresonansi oleh EFT semakin
sedikit.
Pengukuran emisi gas buang (opasitas) pada konfigurasi I dengan 1 unit EFT
(B) yang diserikan dengan 3 unit EFT 110 LHD diperoleh pencapaian emisi gas
buang pada genset sebesar 24% lebih kecil dari standar yang ditetapkan oleh
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2006 tentang Ambang
Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama. Standar opasitas yang diijinkan
adalah maksimun sebesar 70% untuk mesin yang diproduksi sebelum tahun 2010 dan
40% untuk mesin yang diproduksi setelah tahun 2010. Hasil pengukuran opasitas
secara lengkap ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengukuran Emisi Gas Buang (Opasitas)
Lama Beban listrik Opasitas
Keterangan
Pengamatan ( Ampere) HSU (%) Smoke T ( o C)
0 – 30 menit 20 % ( 13 A) 4,6 56 Dibawah ambang batas emisi gas
30 - 60 menit 20 % ( 13 A) 3,7 46 buang untuk kendaraan bermotor
60 – 90 menit 20 % ( 13 A) 3,3 42 lama mengacu ke Peraturan Menteri
0 – 30 menit 40 % (26 A) 4,6 56 Negara Lingkungan Hidup Nomor :
30 - 60 menit 40 % (26 A) 8,2 70 05 Tahun 2006 Tanggal : 1 Agustus
60 – 90 menit 40 % (26 A) 7,4 47 2006
0 – 30 menit 60 % (31 A) 23,7 63
30 - 60 menit 60 % (31 A) 22,4 41
60 – 90 menit 60 % (31 A) 21 48

7
Untuk mendapatkan hasil efisiensi yang lebih baik, maka diperlukan EFT yang
lebih panjang agar kesempatan untuk meresonansi molekul BBM semakin lama. Oleh
karena itu dibuat konfigurasi EFT yang terdiri dari dua unit EFT (B) yang
dihubungkan secara paralel dengan tiga unit EFT 110 LHD yang disusun seri, seperti
terlihat pada Gambar 6. Hasil uji terap EFT dengan menggunakan konfigurasi tersebut
diperlihatkan pada Gambar 7.

Gambar 6. Dua unit EFT (B) yang dsihubungkan secara paralel dengan tiga unit EFT
110 LHD

35,00

30,00 28,70

25,00
22,22
20,00
Efisiensi (%)

15,00 17,86

10,00

5,00 4,02
2,34 0,39 0,32
1,73 1,95 0,00
0,00 0,39 0,66
0 10 20 30 40 50 60 70
-5,00
Beban (%)
30 Menit 60 Menit 90 Menit

Gambar 7. Grafik efisiensi dua unit EFT (B) paralel dengan tiga unit EFT 110 LHD

8
Grafik hasil pengujian dua unit EFT (B) yang diparalelkan dengan tiga unit
EFT 110 LHD yang disusun seri memperlihatkan efisiensi BBM berkisar 4% sampai
dengan 28% pada beban genset hingga 20%. Setelah beban lebih dari 20%, efisiensi
BBM turun menjadi di bawah 4%. Hal ini terjadi karena laju BBM semakin cepat
pada beban tinggi, sehingga kesempatan molekul BBM untuk diresonansi oleh EFT
semakin sedikit
Setelah melihat hasil uji terap pada konfigurasi I yang kurang memuaskan,
maka dilakukan reengineering EFT dengan membuat enam unit EFT (B) yang
disusun secara paralel. Hal ini dilakukan agar ada ruang dan kesempatan yang lebih
lama bagi EFT untuk meresonansi molekul BBM sehingga diharapkan dapat
meningkatkan efisiensi BBM. Hasil reengineering EFT juga dilengkapi dengan pipa
distribusi input dan output sebagai pengganti tabung penampung untuk menghindari
gelembung udara, seperti terlihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Hasil reengineering enam unit EFT (B) yang dilengkapi pipa distribusi
input dan output
Uji terap dilakukan dengan melakukan perbandingan konsumsi BBM genset
35 KVA sebelum dan setelah dipasang EFT pada beban 60 % (32 A). Sebelum
dimulai pengamatan, dilakukan proses flushing selama 1 jam pada beban 60 %,
dengan EFT dalam keadaan ON agar proses resonansi molekul hidrokarbon bekerja
lebih efektif. Pengamatan dilakukan selama 6 jam perhari dengan menggunakan
konfigurasi II, seperti yang terlihat pada Gambar 9.

9
Genset 35 kVA

Pompa
Summersible Flow Meter Output BBM
Dummy Load

Pipa Distribusi Output

Filter
Return

DC Power
Supply

Pipa Distribusi Input

Gambar 9. Konfigurasi II Uji Terap EFT


Hasil uji terap EFT dengan menggunakan konfigurasi II (Gambar 9) dan enam
unit EFT (B) hasil reengineering pada beban tetap 60% diperlihatkan pada Gambar
10.

10,00
9,23
9,00

8,00
7,73
7,44
7,00 7,08
6,86
6,66
6,15 6,15 6,15 6,15 6,15 6,15 6,15 6,15 6,15 6,15 6,15
6,00
Efisiensi (%)

5,95 5,80 5,80 5,86 5,83


5,79 5,72 5,78 5,72 5,70 5,68 5,74 5,73
5,59
5,20
5,00 4,81

4,00

3,00

2,00

1,00

0,00
0 50 100 150 200 250 300 350
Waktu Pengamatan (menit)
Tanpa EFT Dengan EFT Efisiensi

Gambar 10. Grafik efisiensi EFT (B) hasil reengineering.

10
Grafik pengujian hasil reengineering enam unit EFT (B) pada konfigurasi II
memperlihatkan pencapaian efisiensi BBM berkisar antara 4.81% sampai dengan
9.23% dalam kurun waktu 6 jam. Efisiensi rata-rata BBM diperoleh sekitar 6,58%.
Dengan semakin adanya ruang dan kesempatan bagi EFT untuk meresonansi molekul
BBM, maka diperoleh efisiensi rata-rata BBM yang lebih baik dibandingkan
konfigurasi EFT sebelumnya.
Pada uji terap EFT di Genset 35 KVA ini dilakukan pula pengujian kualitas
energi listrik tegangan, arus, harmonik, faktor daya, dan total harmonik distorsi arus
dan tegangan. Hasil pengujian tersebut diperlihatkan pada Gambar 11 sampai dengan
Gambar 15.

Gambar 11. Grafik frekuensi energi listrik sebelum dan setelah dipasang EFT

Grafik pada Gambar 11 memperlihatkan bahwa frekuensi energi listrik yang


dihasilkan genset sebelum dan setelah dipasang EFT tidak mengalami perubahan yang
berarti. Hal ini menjelaskan bahwa resonansi magnetik yang dihasilkan EFT tidak
berpengaruh secara signifikan pada frekuensi energi listrik yang dihasilkan genset.

11
Gambar 12. Grafik Pengujian Stabilitas tegangan AC sebelum dan setelah dipasang
EFT

Gambar 13. Grafik Total Harmonic Distortion (THD) Current sebelum dan setelah
dipasang EFT

12
Gambar 14. Grafik Total Harmonic Voltage sebelum dan setelah dipasang EFT
Grafik pada Gambar 12, Gambar 13, dan Gambar 14 memperlihatkan bahwa
kualitas energi listrik tegangan, arus, harmonik, faktor daya, dan total harmonik
distorsi arus dan tegangan tidak mengalami perubahan yang signifikan antara sebelum
dipasang EFT dan setelah dipasang EFT.

KESIMPULAN
Pencapaian efisiensi BBM sebesar 6,58% diperoleh setelah dilakukan
reengineering dari 3 unit EFT 110 LHD hingga 6 unit EFT (B). Penurunan opasitas
(emisi gas buang) setelah menggunakan EFT telah memenuhi standar Kementrian
Lingkungan Hidup (KLH) No. 05 tahun 2006 tentang Ambang Batas Emisi Gas
Buang Kendaraan Bermotor Lama, yaitu emisi gas buang maksimum 70% untuk
mesin produksi sebelum tahun 2010 dan maksimum 40% untuk mesin produksi
setelah tahun 2010.
Power quality frequency, tegangan keluaran AC, Total Harmonic Distortion
arus dan tegangan tidak ada perubahan yang signifikan antara menggunakan EFT
maupun non EFT pada diesel genset.

13
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada rekan-rekan di bagian Research
Development Center (RDC) dan Infrastruktur Telekomunikasi (Infratel) PT
TELKOM dan rekan-rekan di UPT Balai Pengembangan Instrumentasi yang telah
membantu pelaksanaan uji terap EFT pada engine diesel genset 35 KVA.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Fakhrurroja, Hanif. 2007. Pengaruh Alat Penghemat BBM Bagi Masyarakat.
Bandung : UPT BPI LIPI.

[2]. OPEC. Annual Statistic Bulletin. 2004.

[3]. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi
"LEMIGAS". 2008. Pengujian Alat Electric Fuel Treatment (EFT) Terhadap
Sifat-sifat Fisika/Kimia dan Kinerja Bensin dan Minyak Solar. Jakarta.

[4]. Hartmann, Francis. Resonance Magnetometers. IEEE Transactions on


Magnetics, vol MAG-8, No. 1, Maret 1972.

[5]. Hariyadi. 2004. Metode dan Alat untuk Meningkatkan Kinerja Bahan Bakar
Minyak. No Paten ID P 0022630 Indonesia. 1 September 2004.

[6]. Young, David. Introduction to Magnetochemistry. http://www.ccl.net/cca/


documents/dyoung/topics-orig/magnet.html. Diakses tanggal 22 Juli 2011.

[7]. NN. Green Plus Combustion, http://www.green-plus-combustion-


catalyst.com/greenplus_combustion.html. Diakses tanggal 22 Juli 2011.

[8]. Philip Kristanto, Willyanto, Djoko Wahyudi. 2001. Pengaruh Perubahan


Pemajuan Waktu Penyalaan Terhadap Motor Dual Fuel (Bensin-BBG). Jurnal
Teknik Mesin. Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra, 2001, Vol.
Vol. 3, No. 1, April 2001.

14

Anda mungkin juga menyukai