Anda di halaman 1dari 25

Disampaikan Pada Seminar Kesehatan

Peran Perawat dalam Pencegahan & Pengendalian HIV &


TB di Fasilitas Kesehatan.
Pati, 1 Juni 2017

PERAN PERAWAT SEBAGAI


KONSELOR & EDUKATOR
Ahmad Kholid, S.Kep., Ns., M.Kes.
Curriculum Vitae
Nama : Ahmad Kholid, S.Kep., Ns., M.Kes.
Pekerjaan : Dosen Universitas Ngudi Waluyo Ungaran
(Promosi Kesehatan & Keperawatan Komunitas)
Karya :
• Penulis Buku Promosi Kesehatan dengan pendekatan teori perilaku,
media dan aplikasinya 2012, Penerbit ; Rajagrafindo – Jakarta.
• Sutradara Film Pendek Promosi Kesehatan, Judul – Matahariku Telah
Pergi 2014.

Pengalaman & Organisasi :


• Ketua LP3M AKPER Ngudi Waluyo 2011 – 2016
• Tim Jaringan Penelitian dan Pengembangan Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah 2011 – sekarang.
• Trainer Staf Pengajar Penerapan Mata Ajar HIV/AIDS – Komisi
Penanggulangan AIDS Nasional 2016 – sekarang.
• Sekretaris I PPNI DPD Kabupaten Semarang Periode 2011 – 2016 &
2016 – 2021.
• Sekretaris Forum Komunikasi Profesi Kesehatan Kabupaten Semarang
Periode 2016 – 2021.
KONSELOR

Konselor HIV adalah seseorang


yang memberikan konseling tentang HIV
dan telah terlatih (Permenkes 74, 2014).
Konselor adalah mereka yang dengan tulus dan
tujuan jelas, menyediakan ruang dan waktunya,
perhatian dan keahliannya bagi ODHA, mempunyai
keterampilan konseling, untuk membantu klien
mempelajari keadaan dirinya, mengenali dan
melakukan pemecahan masalah terhadap
keterbatasan yang diberikan lingkungan (stigmatisasi
& diskriminasi)
EDUKATOR
Perawat sebagai pendidik / edukator
berperan dalam mengajarkan ilmu kepada
individu, keluarga, masyarakat dan tenaga
kesehatan (Sudarma, 2008).

Edukator Promosi Kesehatan


menjalankan perannya sebagai pendidik
dalam upaya untuk meningkatkan kesehatan
melalui perilaku yang menunjang untuk
kesehatannya (Kholid, 2012).
Konselor VS Edukator pada HIV
KONSELOR EDUKATOR
Wajib Bagi
Perawat

1. Ramah 1. Ilmu pengetahuan yang


2. Berempati luas
3. Sopan 2. Komunikatif
4. Mampu berkomunikasi 3. Pemahaman Psikologis
5. Mengenali gangguan 4. Menjadi model /
umum kejiwaan contoh

Tidak Dapat Dipisahkan

BER-SERTIFIKAT / TERLATIH
KONSELING

Konseling merupakan proses


interaksi antara konselor dan klien utk
memberikan dukungan mental-emosinal
kepada klien mencakup upaya-upaya yang
spesifik, terjangkau dan realistik serta
dapat dilaksanakan.
Konseling dilakukan oleh konselor
terlatih yang memiliki keterampilan
konseling dan pemahaman akan seluk
beluk HIV / AIDS.
Konseling Bukanlah :

 Memberitahu atau mengarahkan


 Menasehati
 Membuat gosip
 Melaksanakan interogasi
 Membuat pengakuan
 Mendoakan
Siapa Yang Disebut Konselor HIV

• Full time counselor yang berlatar belakang psikologi


& ilmuwan psikologi (psychiatrists, family therapist,
psikologi terapan) yang sudah mengikuti pelatihan
VCT dengan standart WHO.
• Profesional dari kalangan perawat, pekerja sosial, &
dokter.
• Community-based dan ODHA yang sudah terlatih
(Peer).
Konselor HIV
• Konselor Dasar (Lay Counselor)
– Berangkat dari kebutuhan sebaya
– Dekat dengan komunitas
– Lebih mempromosikan VCT dan konseling dukungan.
• Konselor Profesional (Profesional Counselor)
– Pre dan post konseling
– Issue Psikososial
• Konselor Senior/pelatih (Senior Counselor)
– Memberikan dukungan untuk konselor dan petugas
managemen kasus
– Mendampingi, supervisi dan memberikan bantuan
teknis kepada konselor
Jenis Konseling

VCT- • (Voluntary Counseling and Testing)


• (Voluntary and Confidential Counseling and Testing)
• Merupakan konseling yang bersifat sukarela dan

VVCT rahasia, yang dilakukan sebelum dan sesudah tes


darah untuk HIV

• (Provider Initiated Testing and Counseling)

PITC
• Merupakan konseling dan tes HIV yang disarankan
oleh penyelenggara / petugas kesehatan kepada
seseorang sebagai suatu standar komponen
pelayanan medis.

Catatan : Tes HIV dilakukan setelah klien terlebih dahulu memahami dan
menandatangani informed consent
Tujuan Konseling
Tujuan Umum :
Untuk mempromosikan perubahan perilaku
sehingga risiko infeksi dan penyebaran infeksi HIV
dapat diturunkan.
Tujuan Khusus :
1. Mengetahui tingkat jumlah ODHA yang
mengetahui bahwa dirinya terinfeksi HIV (<2,5%
orang yg mengetahui bahwa dirinya telah
terinfeksi HIV)
2. Diagnosis dini HIV
Mengapa Konseling Penting ?
 Merupakan pintu masuk (entry point) ke seluruh
layanan HIV/ AIDS (akses ke berbagai pelayanan)
 Dukungan, baik yang hasil testnya positif/negatif,
dengan berfokus pada dukungan atas kebutuhan klien :
perubahan perilaku, dukungan mental, pemahaman
faktual dan terkini atas HIV/ AIDS, dukungan terapi
Antiretroviral (ARV) & perawatan.
 Mengurangi stigma & diskriminasi di masyarakat
 Pendekatan menyeluruh : kesehatan fisik dan mental
 Pemberdayaan ODHA melalui training, Kelompok
Dukungan Sebaya (KDS) - meningkatkan kualitas hidup
ODHA.
Tahapan Pelayanan Konseling
TAHAPAN KONSELING PRE TEST
1. Alasan Test
2. Pengetahuan tentang HIV & manfaat testing
3. Perbaikan kesalahpahaman ttg HIV / AIDS
4. Penilaian pribadi resiko penularan HIV
5. Informasi tentang test HIV
6. Diskusi tentang kemungkinan hasil yang keluar
7. Kapasitas menghadapi hasil / dampak hasil
8. Kebutuhan dan dukungan potensial - rencana pengurangan resiko
pribadi
9. Pemahaman tentang pentingnya test ulang.
10. Memberi waktu untuk mempertimbangkan.
11. Pengambilan keputusan setelah diberi informasi.
12. Membuat rencana tindak lanjut.
13. Memfasilitasi dan penandatanganan Informed Consent
Tahapan Pelayanan Konseling (lanjutan)
KONSELING PASCA TEST
1. Konselor Mengetahui Hasil Untuk Membantu Diagnosa Dan Dukungan
Lebih Lanjut.
2. Hasil diberikan dalam amplop tertutup .
3. Hasil Disampaikan Dengan Jelas Dan Sederhana
4. Beri Waktu Untuk Bereaksi
5. Cek Pemahaman Hasil Test
6. Diskusi Makna Hasil Test
7. Dampak pribadi , keluarga , sosial terhadap ODHA, kepada siapa &
bagaimana memberitahu.
8. Rencana pribadi penurunan resiko
9. Menangani reaksi emosional.
10. Apakah segera tersedia dukungan ?
11. Tindak lanjut perawatan & dukungan ke layanan managemen kasus
atau layanan dukungan yang tersedia di wilayah.
Alur Konseling

PITC

LABORATORIUM

Care Support
Treatment (CST)

KONSELOR
VCT
Pendekatan Konseling

1. Terfokus pada klien satu per satu (melalui tatap


muka)
2. Melakukan penilaian risiko personal dan
menurunkan risiko
3. Meneguhkan keputusan tes
4. Menggali kemampuan diri dan mengarahkan
rencana ke depan (Hak azasi manusia)
5. Menindaklanjuti dukungan atas kebutuhan
Penerapan Konseling

1. Tak ada satu formula yang tepat bagi semua klien,


sangat bersifat individu
2. Perlu belajar sambil menerapkan dan kemudian
mengembangkannya
3. Perlu respon efektif dan inovatif akan kebutuhan
psikososial klien
4. Pengembangan kemampuan konseling dari para
petugas perlu terus ditingkatkan
5. Penguatan kemampuan kerja dapat dihimpun melalui
jejaring pelayanan, kebijakan tempat kerja, kebijakan
nasional serta dukungan para stake holders
Ketrampilan Yang Harus Dimiliki Konselor
1. Mendengarkan aktif & mengamati (penuh perhatian)
2. Mengajukan pertanyaan & menghayati (empati)
3. Merangkum & menyimpulkan
4. Membaca & merefleksikan perasaan
5. Membangun relasi & persetujuan pelayanan
6. Menggali dan memahami masalah, penyebab &
kebutuhan
7. Mengenal alternatif penyelesaian masalah
8. Penyelesaian masalah, dapat memberikan solusi &
penguatan
9. Penyelesaian masalah, konsekuensi logis dan mengakhiri
Saat Konseling Harus Yang Dilakukan

1. Suasana nyaman, Rilex


2. Terjaga kerahasiaannya
3. Saling percaya
4. Tidak terburu-buru (jangan dipaksakan)
5. Konseling berkelanjutan, tergantung kebutuhan
klien
Siapa Saja Yang Memerlukan Konseling

1. Mereka yang sudah terinfeksi HIV / AIDS, &


keluarganya
2. Mereka yang ingin mengetahui status HIVnya
(merasa telah melakukan tindakan berisiko)
3. Untuk kepentingan dinas / pekerjaan
4. Kelompok berisiko tinggi
Isi Konseling

1. Informasi faktual tentang infeksi HIV dan penyakit


yang terkait, cara penularan, dampak, cara
pencegahan
2. Penilaian tingkat risiko infeksi HIV
3. Mengkaji kemungkinan sumber infeksi klien
4. Informasi untuk menurunkan risiko (harm
reduction) dengan perubahan perilaku berisiko
PENTING : Perawat Dalam Advokasi AIDS

1. Membuat LSM atau lembaga penelitian AIDS/HIV


2. Advokasi KIE (komunikasi-informasi dan edukasi)
lewat website/internet
3. Mengadakan pelatihan/seminar publik
4. Menjaring tokoh perawat Indonesia dalam
penanggulangan AIDS/HIV agar masyarakat lebih
mengenal keperawatan lebih maju dan modern
5. Mengoptimalkan pemanfaatan dana hibah/grant
lewat bidang keperawatan AIDS/HIV
6. Membuat SOP Askep AIDS/HIV
Referensi
Depkes. RI. (2012), Layanan Komprehensif HIV - IMS Berkesinambungan -
Pedoman Penerapan, Kementrian Kesehatan RI. Tahun 2012.
Depkes. RI. (2010), Tes Dan Konseling HIV Terintegrasi di Sarana Kesehatan / PITC -
Pelatihan bagi Petugas Kesehatan, Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan.
Kholid Ahmad, (2012), Promosi Kesehatan Dengan Pendekatan Teori Perilaku,
Media Dan Aplikasinya, Jakarta : Rajagrafindo.
KPAN, (2007), Voluntary Counseling Test (VCT), www.aidsindonesia.or.id.
Permenkes (2014), Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74
Tahun 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan Konseling Dan Tes HIV.
Sudarma, M. (2008), Sosiologi Untuk Kesehatan, Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai