Anda di halaman 1dari 36

WEDNESDAY, JANUARY 8, 2014

Analisis Struktural Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Novel adalah suatu hasil karya yang amat sangat bernilai, ketika membaca atau pun membuat novel
imajinasi mulai bermunculan. Untuk membangun imajinasi tersebut, akan dianalisis secara structural
salah satu novel karangan Tere Liye yaitu novel yang berjudul “Daun yang Jatuh Tak Akan Pernah
Membenci Angin”.

Analisis structural ini dianalisis secara detail, apa tema yang ada dalam novel tersebut, bagaimana cerita
dalam novel tersebut apakah alur maju atau alur mundur, siapa saja tokoh yang ada dalam cerita novel
tersebut dan bagaimana watak-wataknya, bagaimana dan di mana latar yang ada dalam novel tersebut,
dan bagaimana moral atau pesan yang disampaikan pengarang lewat novel yang ditulisnya dengan
analisis secara structural. Dalam analisis pendekatan structural ini, agar lebih memahami bagaimana
cerita dalam novel ini, agar mengetahui dan memahami pula apa saja pesan moral yang ada novel ini.
Sehingga pembaca mendapatkan sesuatu hal ilmu atau pelajaran yang bermanfaat dan dapat
diimplikasikan ke dalam kehidupan nyata.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu: Bagaimana analisis
structural dalam novel “Daun yang Jatuh Tak Akan Pernah Membenci Angin?”

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuannya adalah sebagai berikut:

1. Untuk memenuhi salah satu mata kuliah Kajian Prosa Fiksi

2. Untuk mengetahui hasil analisis structural dalam novel “Daun yang Jatuh Tak Akan Pernah
Membenci Angin”

BAB II

PEMBAHASAN
A. Tema

Tema dalam novel “DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN” adalah tentang perasaan yang
terpendam dengan semua gejolak permasalahan kehidupan. Seperti judul novel tersebut, seorang
wanita dan seorang pria yang saling mempunyai perasaan satu sama lain, namun tak pernah mampu
untuk mengungkapkannya. Mereka memendam rasa dengan semua permasalahan yang muncul,
memendam rasa yang terus menerus tumbuh seiring dengan berjalannya kehidupan, seperti sehelai
daun yang jatuh ke bumi daun yang takkan pernah membenci angin meski terenggutkan dari tangkai
pohonnya. Sama seperti Tania dan Danar, mereka membiarkan perasaan mereka tumbuh seperti apa
mengikuti semua takdir Tuhan dan permasalahan diantara perasaan mereka, bukan hanya Dalam
perasaan mereka namun juga dengan semua permasalahan kehidupan. Dan mereka takkan pernah
membenci rasa yang tumbuh dalam hati mereka meski tak pernah terungkapkan dan tak saling memiliki.

Perasaan Tania dan Danar yang tak pernah terungkapkan, mereka memendam perasaan sudah sejak
lama dimulai dari mereka bertemu sampai akhirnya Danar memutuskan untuk menikah dengan wanita
lain padahal Danar sadar bahwa wanita yang dicintainya adalah Tania bukan wanita yang dinikahinya,
Ratna. Danar tidak mempunyai keberanian untuk mengungkapkannya, entah apa alasannya. Begitupun
dengan Tania. "Perasaan yang terpendam dengan semua permasalahan liku-liku yang terjadi kepada
mereka. Perbedaan usia yang terlampau sangat jauh yaitu 14 tahun yang menjadi permasalahan cinta
mereka, juga permasalahan lainnya.

“Tentu saja karena tempat itu special bagiku. Di sanalah aku mendapatkan janji kehidupan yang lebih
baik darinya. Di sanalah aku menatap masa depan yang lebih indah bersamanya. Dan di sana jugalah
harapan-harapan itu muncul tanpa bisa aku mengerti. Perasaan-perasaan itu.” (Hal. 97)

“Seseorang yang kepadanyalah cinta pertamaku tumbuh, seseorang yang selalu kukagumi, memesona.
Seseorang yang datang memberikan semua janji masa depan itu. Seseorang yang menumbuhkan
harapan-harapan yang tak pernah bisa kumengerti mengapa ia tumbuh subur” (Hal. 233)

“Aku mencintainya. Itulah semua perasaanku. Berdosakah aku mencintai malaikat kami? Salahkah kalau
di antara perhatian dan sayangnya selama ini kepada Ibu, adikku, dan aku sendiri, perasaan itu mekar?
Aku sama sekali tidak implusif. Perasaan itu muncul dengan alasan yang kuat” (Hal. 154)

Dalam kutipan itu sudah jelas bahwa Tania benar-benar mempunyai perasaan lebih dari seorang adik
kepada kakaknya, Tania mencintai seseorang malaikat bagi keluarganya. Begitu sama halnya dengan
Danar, dia mencintai seseorang yang dia angkat dari jalanan, seorang yang usianya terlampau jauh
dengannya. Seorang anak kecil berkepang dua dengan baju kotor tanpaalas kaki, yang dia skolahkan dan
didik sampai dia dewasa, sampai dia tumbuh seperti apa yang Danar harapkan.

“Dia bertanya lemah pada Dede, ‘Perasaan apa?’ Dede menunduk saat mengatakan itu, ‘Taukah Oom
bahwa Kak Tania suka Oo Danar?’ Oom Danar diam sekali…. Dede berkata lirih kepadanya, ‘Kak Tania
tidak pulang besok karena dia benci pernikahan besok.’. “Dia tetap diam”. “Dede bertanya lagi padanya,
‘Apakah Oom Danar menyukai Kak Tania?’. “Dia tetap diam.” “Dede bertanya untuk terakhir
kalinya.’Apakah Oom Danar mencintai Tante Ratna?’ Dia juga diam” (Hal. 249)
Dalam kutipan itu pun terlihat jelas bahwa Danar mencintai Tania, kenapa? Karena jika Danar tidak
mencintai Tania, Danar akan menjawab pertanyaan terakhir dari Dede, namun Danar hanya diam. Dan
itu bisa berarti bahwa Danar sedang merasakan kekalutan hati, dia mencintai Tania anak kecil yang
berkepang dua yang dia tolong dari jalanan.

Namun perasaan keduanya tak pernah terungkapkan, mereka tak bias saling memiliki. Perasaan yang
sangat menyakitkan, mampu merubah paradox kehidupan, membuat semuanya menjadi kacau balau.
Meski seperti itu, Tania dan Danar tetap menjalankan kehidupan, mereka tidak pernh membenci angin,
membenci perasaan yang tumbuh pada hati mereka.

B. Cerita

Cerita dalam novel “DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN” itu adalah sebuah cerita yang
berawal dari kebaikan hati seorang pria menolong anak kecil yang kakinya tertusuk paku, kemudian
membantu kehidupan sebuah keluarga kecil yang sedang dilanda perihnya kehidupan, menjanjikan
masa depan yang lebih baik. Dan pria itu pun sngat dekat sekali dengan keluarga kecil itu, terutama
kepada seoang anak perempuan yang usianya terlampau sangat jauh yaitu 14 tahun. Seiring dengan
kedekatan itu, entah mengapa seorang pria itu mempunyai perasaan lebih dari seorang kakak kepada
adiknya, begitu pun kepada seorang anak pempuan itu dia pun mempunyai perasaan lebih dari seorang
adik kepada kakaknya. Namun perasaan mereka tak pernah terungkapkan dan tak pernah terjawabkan.
Ini adalah sebuah cerita yang takkan pernah usai.

C. Pemplotan

Plot dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin ini termasuk plot campuran, pada awal
cerita mundur kemudian pada akhir cerita menjadi campuran. Dalam novel ini ceritanya sering terdapat
mengkisahkan cerita sorot-balik/flash-back. Cerita dalam novel ini adalah seorang perempuan bernama
Tania yang sedang berada di lantai dua toko buku terbesar di kotanya yang akan menemui Danar
seorang malaikat yang Tania cinta di rumah kardus tempat selama tiga tahu dulu ia merasakan
kehidupan yang miskin dan merasakan kehidupan yang menyesakkan. Sebelum Tania menemui Danar,
Tania menceritakan masa lalunya, kisahnya, pengalamannya sendiri, mengapa pada saat itu Tania
berada dilantai dua toko buku dan akan menemui Danar. Menceritakan awal kemiskinan dan kehidupan
yang menyesakkan, kemudian menceritakan awal pertemuan dengan Danar, menceritakan bagaimana
perasaannya tumbuh subur kepada Danar, menceritakan tentang pendidikannya, cinta yang terpendam,
dan semuanya kisah masa lalu diceritakannya malam itu sebelum Tania menemui Danar untuk
menanyakan tentang semua hal yang tak pernah Tania mengerti.

a. Peristiwa/tahap awal (perkenalan)

Peristiwa itu terjadi ketika Tania dan Dede sedang megamen di atas bus kota. Tiba-tiba telapak kaki
Tania tertusuk paku payung. Kemudian dengan muka yang amat menyenangkan Danar menolong Tania,
mencabut paku payung yang menancap pada telapak kakinya dengan penuh kehangatan. Kemudian
membersihkan darah yang bercucuan dengan ujung sapu tangan yang dikeluarkan dari saku celananya.
Dan danar pun memberikan uang sepuluh ribuan kepada Tania dan Dede menyarankan untuk membeli
obat merah.

“Namun, baru setengah jalan. Oh, Ibu, ada paku payung tergeletak di tengah-tengah bus. Aku tak tahu
bagaimana paku paying tersebut ada di situ. Bagian tajamnya menghdap ke atas begitu saja, dan tanpa
ampun seketika menghujam kakiku yang sehelai pun tak beralas saat melewatinya.” (Hal. 22)

“Jangan ditekan-tekan,” dia menegurku yng justru panic menct-mencet telapakkaki.” (Hal. 23)

“Dia beranjak dari duduknya, mendekat. Jongkok di hadapanku. Mengeluarkan saputangan dari saku
celana. Meraih kaki kecilku yang kototr dan hitam karena bekas jalanan. Hati-hati membersihkannya
dengan ujung sapu tangan. Kemudian membungkusnya perlahan-lahan. Aku terkesima, lebih karena
menatap betapa putih dan bersihnya saputangan itu” (Hal. 23-24)

“saat kami akan turun, dia memberikan selembar uang sepuluh ribuan, “Untuk beli obat merah”

Saat pertemuan di bus itulah semua berawal, semua permasalahan kehidupan dan permasalahan hati
itu berawal, cerita yang takkan pernah usai. Dengan seorang malaikat penolong keluarga Tania.
Perasaan yang tak pernah terungkapkan, perasaan terhadap seseorang dengan usia terlampau jauh 14
tahun. Semua kebaikan dan pertolongan Danar kepada Tania, Dede, dan Ibu membuat Tania merasa
kagum terhadap Danar. Seorang pria yang mempunyai hati seperti malaikat itulah yang membuat
perasaan Tania dari rasa kagum menjadi cinta. Perasaan itu tumbuh begitu saja.

Dalam novel ini pertama-tama memperkenalkan, mendeskripsikan keadaan latar fisik yang terlihat dari
atas jendela lantai dua toko buku itu. Seperti dalam kutipan berikut ini:

Mala mini hujan turun lagi. Seperti malam-malam yang lalu. Menyenangkan. Membuat suasana di luar
terlihat damai menentramkan. Hanya gerimis. Itu pun jarang-jarang, tetapi cukup membuat indah kerlip
lampu.

Aku menghela napas panjang. Tanganku pelan menyentuh kaca yag berembun. Dingin seketika
menyergap ujung jari, mengalir ke telapak tangan, melalui pergelangan, menerobos siku, bahu,
kemudian tiba di hatiku.

Membekukan seluruh perasaan.

Mengkristalkan seluruh keinginan.

Malam ini, semua cerita harus usai. (Hal. 7)

Plot dalam novel ini pun termasuk plot Surprise, karena ceritanya sangat menarik. Membuat
pembaca merasa ingin tahu itu muncul, dan memberikan kejutan Sesutu hal yang mengejutkan.
Ceritanya tak bisa ditebak, membuat pembaca menjadi penasaran.

b. Konflik
Ketika Danar mengajak teman wanitanya, Ratna. Dan memperkenalkan wanita itu kepada Tania, Dede,
dan Ibu. Semenjak perkenalan itulah konflik itu perlahan muncul, Tania merasa diabaikan, tersisihkan,
karena kehadiran “cewek artis” itu. Terlihat jelas dama kutipan sebagai berikut:

“siang itu dia mengajak teman wanitanya. Namanya Ratna. Aku memanggilnya “Kak Ratna”, karena
teman wanitanya tersebut memnintanya demikian, “Panggil saka Kak Ratna ya, Tania!” (Hal. 39)

“sepanjang kami di Dunia Fantasi, Kak Ratna selalu berdiri di sebelahnya. Berjalan bersisian,
bergandengan tangan. Mesra.” (Hal. 39)

“seketika hati kecilku tidak terima. Sakit hati! Bukankah selama ini kalau kami pergi entah ke mana,
akulah yang lengannya didenggam? Akulah yang pundaknya dipegang? Akulah yang kepalanya diusap?
Itu jelas-jelas posisiku!.” (Hal. 39)

Kemudian musibah lain menimpa mereka, Ibu meninggal dikarena penyakit yang dideritanya. Seketika
Tania dan Dede merasa sangat kehilangan. Dlu ayah yang meninggalkan mereka, sekarang Ibu pun
meninggalkan mereka. Semua itu sangat menyesakkan, Ibu meninggalkan Tania yang masih berusia tiga
belas tahun dan dede yang berusia delapan tahun. Seharusnya pada masa-masa seperti itulah mereka
membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari kedua orangtua dan juga janji masa depan yang indah.
Namun Tania dan Dede mampumelewatinya, mereka tidak pernah membenci takdir Tuhan. sama
seperti daun yang tidak membenci angin. seperti dalam kutipan:

“Aku tak tahu apa maksudnya. Karena sekejap kemudian Ibu sudah jatuh tertidur” (Hal. 60-61)

“Hari itu Senin. Seminggu sebelum usiaku tepat tiga belas tahun. Adikku delapan tahun. Dan dia 27. Aku
tidak percaya angaka tiga belas membawa sial, takdir, sore itu Ibuku meninggal. Pergi selama-lamanya
dari kami” (Hal. 61)

c. Klimaks

Pada saat graduation day hari kelulusan Tania, tiba-tiba Danar datang dan menyaksikan kelulusan Tania
yang dicintainya. Namun Danar tidak sendiri, dia datang bersama Ratna, pacarnya. Kemudian Danar dan
Ratna memberitahukan kepada Tania bahwa mereka memutuskan untuk menikah tiga bulan lagi, dan
itu membuat Tania kaget dan benar-benar tidak terima atas kenyataan itu. Seperti dalam kutipan
berikut:

“Kami akan menikah, Tania!” Dia tersenyum. Kak Ratna mesra memegang tangannya. Ikut tersenyum.
Menatap bahagia. Aku tersedak. Buru-buru mengambil gelas air putih di hadapanku” (Hal. 131)

Setelah mendengar kabar yang sangat menyesakkan itu Tania tidak akan pulang, tidak akan datang ke
acara pernikahan Danar dan Ratna. Karena Tania sangat membenci pernikahan mereka. Bagaimana bisa
Tania menyaksikan seseorang yang sangat dicintainya mengucapkan ijab qobul untuk wanita lain? Dan
ketidakpulangan Tania untuk menghadiri acara pernikahan Danar dan Ratna sangat berpengaruhsangat
besar. Meski Dede, Danar, dan Ratna selalu membujuk Tania untuk pulang meski hanya sehari saja,
Tania tetap tidak akan merubah keputusannya. Tania tidk akan pulang, tepatnya Tania tidak mau
menghadiri pernikahan itu. Seperti dalam kutipan berikut:

“Urusan pulang atau tidaknya aku menjadi masalah besar. Dua minggu sebelum pernikahan, aku
menabuh gendering perang: aku tidak akan pulang. Dia dan Kak Ratna berkali-kalikirim e-mail atau
chating bertanya, aku hanya menjawab pendek. Tania sibuk. Maaf tak bisa pulang. (Hal. 140-141)

Selama persiapan menjelang pernikahan Danar dan Ratna Dede selalu mengabari Tania lewat e-
mail/chating tentang semua persiapan pernikahan mereka sambil bertanya apakah kakak tercintanya
akan pulang atau tidak. Tania tetap pada keputusannya, tidak akan pulang.

Dan bahkan seminggu sebelum pernikahan itu berlangsung Danar menelpon Tania untuk memastikan
Tania untuk pulang menghadiri acar pernikahan dengan wanita yang tidak pernah Danar cintai. Dalam
telepon itu pun Dabar berusaha keras membujuk Tania untuk pulang sampai terdengar suaranya paruh
sperti menahan tangis. Menarik napas dalam-dalam, mengeluh atas keputusan Tania. Namun Danar
tetap optimis dan berharap Tania memikirkan kembali dan memutuskan utnuk pulang. Sepanjang telpon
itu Tania pun sama mendesis menahan tangis, menahan rasa yang tak tertahankan. Berulang kali
menyeka air mata, berusaha tak menampakkan kesedihannya lewat suara pada telepon. Kedua insane
itu sama-sama menahn rasa yang tak tertahankan, berusaha menahan rasa pertanyaan yang tak pernah
terjawabkan.

Pada hari itu, pernikahan pun berlangsung seperti biasanya penikahan. Danar mengucapkan ijab qobul
dan Ratna tersenyum bahagia. Meski tanpa kehadiran Tania. Namun ada yang ganjil pada perilaku Danar
yang bahkan sangat membuat Dede tak mengerti dengannya.

Rumah tangga Danar dan Ratna pun berjalan dengan baik, mereka tinggal satu rumah, Dede, Danar, dan
Ratna. Tania pun mengetahuinya dari Dede, dan Tania pun semakin berkeras kepala untuk tidak pernah
pulang. Namun beberapa bulan kemudian Danar dan Ratna memutuskan utnuk mengontrak rumah lagi,
membiarkan Dede di rumah sendirian. Dan beberapa bulan kemudian tiba-tiba Ratna menceritakan
kalutnya dalam rumah tangga mereka kepada Tania melalaui e-mail, Tania benar-benar terkejut atas
pengakuan Ratna dan Tania pun bingung entah apa yang harus dia lakukan. Tania benar-benar tidak
mengerti kenapa pria sebijaksana dan yang mempunyai hati malaikat bisa melakukan seperti itu,
membuat istrinya menangis, selalu pulang larut malam, dan berperilaku tidak selayaknya kepada
soerang istri, Ratna. Dan Rtana akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah orangtuanya membiarkan
Danar sendirian untuk sementara. Semua e-mail yang Ratnakirimkan kepada Tania, semuanya terasa
begitu menyesakkan bagi Tania. Timbul beberapa pertanyaan, mengapa, mengapa, dan mengapa?
Kemudian Tania memutuskan untuk pulang membantu rumah tangga kakak yang dulu pernah
dicintainya, Danar. Setidaknya Tania mengetahui apa yang terjadi pada rumah tangga kakaknya,
malaikat yang telah merubah kehidupannya, yang selalu menjanjikan masa depan yang lebih baik.

Tania pun tiba di kota yang sangat memberikan kesan kepadanya. Akhirnya Tania pun begegas untuk
segera menemui Danar di tempat rumah kardusnya dulu, dan menemukan Danar terpekur di bawah
pohon linden. Dan mereka pun saling mengungkapkan perasaannya, namun yang lebih tepat Tanialah
yang mengutarakan semua tentang perasaan mereka. Semuanya benar-benar di luar kendali, Tania
menangis mendesah tak tertahankan sedangkan Danar hanya diam dan mengelak. Nada bicara Tania
pun semakin menjadi, setelah sekian lama ia memendam rasa yang menguap di dasar hati kini Tania
mengungkapkannya tepat di depan rumah kardus tempat dulu ia miskin merasakan getirnya kehidupan,
di bawah pohon linden saksi atas semua saksi. Bertanya, dan mengungkakpkan, dan meminta
pertanggung jawaban atas semua hati yang bersemai di dalam hatinya, perasaan yang terpendam tak
bisa saling memiliki, perasaan yang membuat kalut semua kehidupan, perasaan yang membutnya
seperti sehelai daun yang luruh ke bumi,sehelai daun yang takkan pernah membenci angin meski
terenggut dari tangkai pohonnya. Sepertidalam ktipan berikut ini:

“Kau membunuh setiap pucuk perasaan itu. Tumbuh satu langsung kau pangkas. Besemai satu langsung
kau injak. Menyeruaksatu langsung kau cabut tanpa ampun. Kau tak pernah memberikan kesempatan.
Karena itu tak mungkin bagimu? Kau malu mengakuina walau sedang sendiri? Bagaimana mungkin kau
mencintai gadis kecil ingusan? Pertanyaan itu selalu mengganggumu” (Hal. 250)

“Tetapi mengapa kau tak pernah mengakuinya? Mengapa? Saat sweet seventeen, liontin itu
mengatakan segalanya. Tetapi mengapa harus sekarang aku tahu bahwa liontin itu istimewa? Apakah
kau terlanjur mengganggapku seperti adik? Kau merasa berdosa mencintai adik sendiri? Atau kau
membenci dirimu sendiri karena mencintaiku?” (Hal. 150-151)

Pada saat itu lah Tania konflik itu meninggi, Tania memaparkan semua tentang perhatian, kasih sayang,
hadiah liontin, novel karangan Danar, yang semuanya terlihat bahwa Danar pun mencintai Tania. Lagi,
Danar hanya diam. Membuat keadaan semakin keruh.

d. Penyelesaian

Ketika Tania tahu bahwa Ratna kini sedang hamil empat bulan, dan memberitahukannya kepada Danar.
Dan Tania pun berbesar hati untuk menerima semua itu, Ratna dan bayi yang dikandungnya pasti lebih
membutuhkan Danar. Dan Tania pun memutuskan untuk kembali lagi ke Singapura, mencoba
menemukan kehidupan yang lebih baik lagi sesuai nasihat sahabat tebaiknya Anne. Meninggalkan Dede
sendiri, meninggalkan pusara Ibu, meninggalkan Ratna dan bayinya, juga meninggalkan Danar. Dan
Tania tidak akan pernah kembali lagi ke Indonesia.

“esok lusa mungkin aku akan menemukan pilihan rasional seperti yang pernah dikatkan Anne. Yang pasti
itubukan Jhony Chan. Aku tak akan penah kembali lagi. Maafkan aku, Ibu. Aku tak sempat mampirdi
pusaramu. Ibu memang tahu segalanya” (Hal. 256)

D. Penokohan

Tokoh utama dalam novel Daun Yang Jatuh Takkan Pernah Membenci Angin ini adalah Tania. Tania yang
berperan penting dan menjadi tokoh yang mampu menghipnotis para pembaca, dan memberikan
pesan-pesan moral dan social yang patut dicontoh. Tania selalu muncul dalam setiap kejadian, dan
selalu berhungan dengan tokoh-tokoh yang lain yang mampu mengembangkan bagaimana cerita ini
berlanjut.
Dalam novel ini terdapat 11 tokoh, dan semuanya termasuk ke dalam tokoh protagonist. Masing-masing
tokoh mempunyai watak yang patut dicontoh dan diimplikasikan ke dalam kehidupan nyata. Semua
tokoh dalam novel ini pun sangat di kagumi oleh setiap pembaca, menampilkan segala sestuatu sesuai
dengan harapan-harapan pembaca, pandangan pembaca.

Ada beberapa tokoh dalam novel Daun Yang Jatuh Takkan Pernah Membenci Angin ini, yaitu:

1) Tania

Tania termasuk ke dalam tokoh bulat, karena Tania mempunyai watak dan tingkah laku yang bermacam-
macam dan sulit untuk ditebak juga memberikan perangai yang mengejutkan. Tania yang tadinya
bersikap lembut mempunyai prinsip, menjadi dirinya sendiri, namun dikarenakan konflik terhadap
perasaannya terhadap Danar, keputusan Danar yag akan menikah dengan wanita lain ternyata Tania
berubah kehidupan paradoksnya. Tidak ada lagi raut wajah yang menyenangkan itu, Tania tidak menjadi
diri sendiri, berpura-pura bahagia dengan apa yang dilakukannya padahal hati kecilnya tak berkehendak.

Dan Tania pun termasuk tokoh berkembang, wataknya berkembang sesuai dengan alur cerita dan plot
yang dikisahkannya.

- Rajin

Tania mempunyai perilaku yang rajin. Tania selalu rajin membantu ibunya dalam mencari uang, meski
lelah juga ngantuk Tania tetap mengamen di bus hanya untuk mendapatkan beberapa recehan.

“Aku dan Dede harus kembali “bekerja”, meskipun dengan kaki pincang” (Hal.24) dalam kutipan itu pun
terlihat jelas bahwa Tania tetap rajin bekerja keras membantu Ibu nya untuk mencari uang dengan
mengamen meski kakinya pincang luka akibat tertusuk paku.

Tania juga rajin dalam bidang akademik, dia selalu belajar dan menghapal. Mengejar ketertinggalan
setelah tiga tahun tidak sekolah.

“lantas dengan penerangan lampu teplok yang kerlap-kerlip ditiup angin, aku belajar. Belajar hingga
larut malam” (Hal. 33)

- Pintar

Tania sangat pintar, dia bisa mengejar ketertinggalannya sekolah selama tiga tahun. Karena
kepintarannya itulah guru-guru memutuskan Tania untuk menaikkan Tania loncat satu tahun.

“saat kenaikan kelas, guru-guru di sekolah memutuskan untuk langsung menaikkanku ke kelas enam.
Loncat setahun. Kata mereka, aku “terlalu pintar”” (Hal. 43)

Tania pun mendapatkan beasiswa untuk menlanjutkan sekolah SMPnya di Singapura. Dan ketika
graduation day Tania mendapatkan urutan kedua dari seluruh siswa di sekolah, hasil yang hampir
sempurna.
“Aku lulus urutan kedua dari seluruh siswa di sekolah. Nomor satu untuk dua puluh dua penerima
ASEAN Scholarship seluruh Negara. Hasil yang hamper sempurna. Janji yang selalu kupegang. Aku akan
belajar sebaik mungkin” (Hal. 77)

Dan karena kepintarannya itulah Tania mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kembali
pendidikannya di Singapura.

“ASEAN Schorlarship menjamin satu kursi di SMA terbaik Singapura” (Hal.87)

Di sekolah international. Ketika graduation day di SMA Tania mendapatkan predikat terbaik dan diberi
penghargaan Kristal pohon lime. Dan mendapatkan beasiswa di NUS sampai lulus.

“setelah berjuang habis-habisan di ujian terakhir, akhirnya aku berhasil melampui 0,1 digit si nomor satu
selalu. Tipis sekali. Aku mendapatkan predikat terbaik. Kepala Sekolah SMA-ku menyerahkan
penghargaan Kristal pohon lime kepadaku” (Hal. 127)

“NUS memberikan satu kursi untukku di kelas terbaik mereka semester depan. Kepala Sekolah SMA-ku
dengan bangga menyerahkan surat undangan itu. Apa pun pilihan jurusanku. Beasiswa hingga lulus”
(Hal. 130)

Tania pun hanya membutuhkan dua tahun setengah untuk menyelesaikan pendidikan yang lebih
tingginya itu dengan hasil yang maksimal. Sungguh Tania sangat pintar dalam pendidikannya.

“Aku hanya butuh dua tahun setengah untuk menyelesaikan bachelor degree-ku di jurusan Commere
NUS. GPA (grade point average)-ku tak kurang satu decimal pun dari nilai maksimal. Sempurna. Terbaik
dalam catatan sejarah kampus tersebut. Namaku dipahat di plakat depan halaman kampus. Pengamen
yang dekil, hitam, bau, rambut mengikal disiram teriknya jalanan berdebu telah mencatat namanya di
sana” (Hal. 159)

“aku lulus kuliah sesuai jadwal, dengan nilai yang baik. Kali ini aku wisuda benar-benar sendirian. Anne
memutuskan lulus normal tiga setengah tahun. Juga teman-teman senior high school-ku dulu. Namaku
terpahat di plakat depan kampus; lulusan terbaik; lulusan tercepat; lulusan tertinggi GPA-nya” (Hal. 201)

- Tegar

Tania adalah sosok seseorang yang tegar, ketika Ibu yang sangat berarti baginya, Tania tetap tegar
menghadapinya meski hati berat sekali menerima kenyataan. Tania tetp tegar melanjutkan kehidupan
tanpa sosok seorang Ibu yang amat dicintainya, Tania tahu bahwa takdir Tuhan pasti lebih indah.

Kemudian ketika mendengar Danar dan Ratna menjalin suatu hubungan yang special Tania tetap tegar
menerima kenyataan itu meski hati perih mendengarnya.

Tania pun tegar dalam memendam semua perasaan yang tak pernah terungkapkan. “bagian inilah yang
tak pernah aku diskusikan di internet. Perasaanku. Maka selama tiga thaun itu, aku memendam
semuanya dalam-dalam” (Hal.78)
- Egois dan keras kepala

Tania pun mempunyai watak yang egois dan keras kepala, dia bersikap keras bahwa dia tidak akan
pulang untuk menghadiri acara pernikahan Danar dan Ratna, Tania hanya memikirkan perasaannya
sendiri yang tidak mau menerima kenyataan pahit itu tanpa memperdulikan perasaan Danar yang amat
dicintainya itu begitu terluka atas ketidakpulangan Tania, dan Tania pun tidak mbagaimana perasaan
Ratna yang amat baik terhadapnya yang telah menganggapnya seorang adik, yang pernah
membantunya dalam segala hal terutama ketika kepergian ibu Ratna ada untuk membantu dan
menemaninya, namun Tania egois hanya memikirkan perasaannya sendiri yang akan membuat dirinya
sendiri dihantui rasa bersalah.

“dua minggu sebelum pernikahan, aku menabuh genderang perang: aku tidak akan pulang. Dia dan Kak
Ratna berkali-kalikirim e-mail atau chatting bertanya, aku hanya menjawab pendek. Tania sibuk. Maaf
tidak bisa pulang” (Hal. 140-141)

Meskipun Ratna menemuinya ke Singapura hanya untuk membujuk Tania pulang dengan penh harap
dan kasih sayang, Tania tetap keras kepala enggan untuk pulang, untuk menghadiri acara pernikahan
malaikat yang sangat dicintainya itu.

Pada kutipan berikut ini, tersirat jelas bahwa Tania sangat egois dan keras kepala, Tania memanfaatkan
kehadiran Adi tanpa memikirkan perasaannya: “Adi yang tahu aku akan pulang ke Jakarta, memutuskan
ikut pulang bersama. Aku happy-happy saja ditemani pulang. Aku bahkan sengaja membawa lebih
banyak koper saat tahu Adi akan ikut” Hal. 186)

- Konsisten dan mempunyai prinsip

Tania konsisten dan mempunyai prinsip terhadap perasaannya, bahwa Tania hanya akan mencintai
Danar meski banyak lelaki yang mencoba untuk mendekatinya. Meskipun Adi telah banyak berkorban
untuk Tania, menuruti semua yang Tania inginkan semua itu tidak merubah prinsipnya untuk tetap
hanya mencintai Danar, begitu pun dengan Jhony Chan dan laki-laki lainnya yang selalu mencoba
mendekati Tania. Tania menolaknya hanya demi perasaannya terhadap Danar malaikat bagi keluarganya
itu.

“Semakin sadis. Menambah semakin banyak daftar korban yang berhasil kuhina. Termasuk cowok-
cowok ganjen Singapura dengan tampang Indo-Melayu yang coba-coba naksir aku. Rasialis? Peduli
amat” (Hal. 182)

- Ramah

Tania adalah sosok seorang perempuan yang ramah, banyak orang yang menyukainya dan
membanggakannya. Banyak teman-teman Tania yang selalu bertanya kepadanya meski sebenarnya dulu
waktu SMP bukan Tania yang menduduki urutan nomor satu di sekolahnya, Tania menduduki urutan
nomor dua namun Tania mempunyai pengaruh besar pada teman-temannya. Tania ramah dengan
wajah yang sangat menyenangkannya itu.
- Pecemburu

Tania adalah sosok seorang perempuan yang pecemburu, Tania cemburu kepada Ratna yang selalu
dekat-dekat dengan Danar dan mengambil alih semua posisi Tania. “Aku menghela napas. Benci sekali
dengan pembicaraan itu. Menatap Ibu sirik. Kenapa sih Ibu akrab dengan Kak Ratna?” (Hal. 41)

2) Danar (dia/seseorang)

Danar termasuk ke dalam tokoh bulat, karena Danar mempunyai watak dan perilaku yang sulit untuk
ditebak. Yang awalnya Danar adalah sosok seorang yang mempunyai prinsip kuat, bijaksana, berwibawa,
menyenangkan, dan tidak akan membuat siapa pun menangis, tiba-tiba dikarenakan konflik tentang
perasaannnya kepada Tania yang tak pernah diungkapkannya dan terlanjur menikah dengan Ratna
wanita yang sama sekali tidak dicintainya itu tiba-tiba Danar menjadi berubah, menjadi bersikap dingin
terhadap Ratna, selalu pulang larut malam, wajah yang menyenangkannya pun perlahan memudar.

Dan Danar pun termasuk tokoh berkembang, wataknya berkembang dan mengelamai perubahan sesuai
dengan jalan cerita dan plot yang dikisahkan.

- Baik dan ringan tangan

Danar adalah sosok seorang yang mempunyai hati bagai malaikat, Danar sangat baik. Dia ringan tangan
selalu menolong orang lain, contohnya saja dia membantu Tania yang tertusuk paku, membantu
mengobatinya, memberikan uang, meski Danar tidak mengenalinya. “Dia beranjak dari duduknya,
mendekat. Jongkok di hadapanku. Mengeluarkan saputangan dari saku celana. Meraih kaki kecilku yang
kotor dan hitam bekas jalanan. Hati-hati membersihkannya dengan ujung saputangan. Kemudian
membungkusnya perlahan-lahan” (Hal. 24)

Keesokan harinya Danar memberi sepasang sepatu untuk Dede dan Tania, sungguh Danar sangat baik
dan ringan tangan. “Dia mengeluarkan dua kotak. Melambaikan tangan meminta kami mendekat. Aku
dan Dede melangkah ke arahnya, berdiri di depan kursinya, urung memulai pertunjukan kencerengan
tutup botol. Dede malah memasukan “alat music” ke saku celana. Lagi-lagi menguap. Kotak itu ternyata
berisi dua pasang sepatu baru. “Pakailah!” (Hal. 25)

Danar pun membantu Tania dan keluarganya untuk menjanjikan masa depan yg lebih baik.
Menyekolahkan Tania dan Dede, memberikan uang untuk kebutuhan keluarga yang tengah merana itu.
“Dia rajin seminggu dua kali singgah sebentar di kontrakan baru. Membawakan makanan, buku-buku
untukku, dan permainan buat adikku” (Hal. 35)

Danar juga menyediakan taman bacaan dan taman dongeng berbaik hati untuk memberikan motivasi
kepada anak-anak. Danar mempunyai sifat yang baik selalu memotivasi siapa pun, membuat seseorang
merasa berarti.

“Dia menggenggam jemariku. Mantap. Sebelah kiri memegang bahu Dede. Dia menatapku dengan
pandangan itu. Dia tersenyum hangat menenangkan” (Hal. 19)
- Tegar

Danar adalah sosok seorang pria yang tegar, dia mampu tegar menghadapi perihnya kehidupan dalam
kesendirian. Sejak dari bayi Danar yatim-piatu, Danar tak mengetahui siapa kedua orangtuanya, namun
Danar tetap tegar menjalani kehidupannya yang amat menyesakkan itu. Danar berjuang sendiri untuk
bertahan hidup tanpa bantuan orang lain, merasakan perihnya sekolah sambil bekerja. Merasakan
kehidupan yang buruk sama seperti yang dialami Tania selama tiga tahun itu, Danar tetap tegar
menghadapinya. Karena hidup harus tetap berjalan meski sendiri.

“dia yatim-piatu sejak bayi (siapa orangtuanya pun tak ada yang tahu). Berjuang di jalanan untuk
meneruskan hidup, sama seperti kamu dulu; mungkin lebih menyakitkan karena tidak ada yang berbaik
hati membantunya. Setapak demi setapak menancapkan jejak kehidupan. Dan akhirnya tiba pada jalan
baik tersebut. Sendirian. Aku tahu betapa sulitnya dia harus bersekolah sambil bekerja” (Hal. 148)

“Semua kenangan burukku selama tiga tahun jadi anak jalanan sebenarnya ada dalam kehidupannya”
(Hal. 148)

- Bertanggung jawab

Danar seorang pria yang betanggung jawab, ketika Ibu meninggal dunia Danar pun bertanggung jawab
mengurusi Tania dan Dede, menyekolahkan Tania dan Dede, mengajarkan Tania dan Dede tentang
segala hal, menjanjikan masa depan yang lebih baik.

Danar pun bertanggung jawab atas perasaan Ratna yang amat mencintainya karena perilaku Danar yang
membohongi perasaannya sendiri. Danar menikahi Ratna.

Dan meski yang dicintainya bukan Ratna, Danar tetap bertanggung jawab atas rumah tangganya
bersama Ratna karena Ratna tengah mngandung anak buah dari hasil pernikahan mereka.

- Ramah

Danar adalah sosok seoang pria yang teramat ramah, dia selalu menyapa dan bersikap ramah terhadap
siapa pun, sehingga banyak orang yang menyukainya dan membanggakannya.

- Sopan

Danar adalah sosok seorang pria yang sopan, Danar selalu mencium tangan Ibu ketika berpamitan
pulang atau pun ketika dia bertemu. Danar sangat menghormati Ibu. “dia selalu mencium tangan Ibu.
Amat hormat pada Ibu” (Hal. 36)

- Pemendam rasa

Danar adalah sosok seorang yang pintar menyembunyikan perasaannya dengan sikapnya yang lembut,
Danar memendam rasa terhadap Tania yang dicintainya dan mencintainya, dan Danar mengorbankan
semua perasaannya untuk Ratna yang teramat mencintainya. Danar pun selalu memalingkan
pembicaraan ketika Tania berbicara mengarah kepada pembicaraan tentang perasaannya, Danar sangat
pintar memendam rasa, menyembunyikannya. Dan Danar tidak jujur untuk mengakui perasaannya
terhadap Tania.

Danar hanya mengungkapkan perasaannya lewat tulisan, sebuah novel. Dan perasaan Danar tersirat
pada liontin yang dia beri kepada Tania dan juga yang dia pakai, terdapat suatu gambar yang jika
disatukn gambarnya akan menjadi utuh. Danar pintar sekali meneymbunyikan semua perasaan itu,
semua pelukan itu, semua tatapan itu, Danar menipu dirinya sendiri. Danar mencintai Tania dalam diam.

- Penyayang/social/peduli

Danar adalah sosok seorang pria yang peduli dan bersosial, sehingga Danar membuka kelas
mendongeng untuk anak-anak. Dia selalu bercerita untuk memotivasi anak-anak dan menyediakan buku
untuk anak-anak baca. Dia amat peduli terhadap masa depan anak-anak.

“setiap Minggu dia membuka kelas mendongeng di rumahnya, di ruangan depan yang dipenuhi jejeran
lemari. Lemari itu penuh buku” (Hal. 37)

- Dewasa

Danar adalah sosok pria yang sangat dewasa, dan kedewasaannya itu sangat menyenangkan. “Dia
menahan napasnya. Mencoba mengendalikan emosinya” (Hal. 56)

3) Dede

Dede termasuk tokoh yang statis, Dede tetap berwatak menyenangkan meskipun alur cerita dan plot
yang dikisahkan mengalami perubahan.

- Polos dan lucu

Dede adalah sosok seseorang yang mempunyai sikap polos yang kental. Ketika Danar memperkenalkan
namanya, Dede dengan begitu polosnya bertanya, seperti dalam kutipan ini “semenjak itulah aku tahu
namanya: Danar Danar. Nama yang aneh, itu komentar Dede. “Nama Oom kok bias dobel begitu?”

Dan pada kutipan ini pun Dede terlihat sangat polos dan lucu:

”Oom kerja di mana?” Dede bertanya padanya suatu ketika, sambil memainkan dasi yang ada di saku
kemeja.

Hari itu dia mengenakan kemeja biru kotak-kotak itu lagi. “Berkerja digedung yang tinggiiii sekali!” dia
menjawab sambil tersenyum.

“Oh, Dede kira Oom jadi dokter!”

“Dokter?”

“Kan waktu itu Oom ngobatin luka Kak Tania” (Hal. 28)
Dede juga sangat lucu, terlihat ketika Dede menanyakan kepada Danar apakah Dede akan mendapatkan
hadiah atau tidak. ”Dede dapat hadiah, kan” Mata adikku bekerjap-kerjio berharap” (Hal. 36)

Dan pada kutipan beikut ini pun Dede terlihat sangat lucu dan polos yang kental:

“Dia membawa sekotak donat. Dan Dede lebih banyak berceloteh serta memainkan donat tersebut
dibandingkan memakannya. “Oom…. Kenapa donat tengahnya bolong?”” (Hal. 36-37)

“Kak, kenapa angka nol itu harus seperti donat? Dede bias saja menulisnya dengan bentuk lain kan,
seperti segi tiga? Memangnya ada yang melarang” (Hal. 43)

- Humoris

Dede adalah sosok seorng yang humoris dangat menyenangkan suka iseng. Bahkan Dede selalu
menggoda atau mengejek iseng becanda kepada Tania, membuat suasana semakin nyaman akibat
celotehan-celotehan Dede. “Cantik apanya? Rambut panjang. Kuku panjang. Untung Kak Tania nggak
punya lubang di belakang” Dede tertawa senang” (Hal. 45)

- Amanat/pandai menyimpan rahasia

Dede adalah sosok seorang yang amanat, Dede bisa dipercaya, bisa diandalkan. Ketika Tania
menguatarakan sesuatu hal yang bersifat rahasia, Dede bisa menjaga rahasia itu. Dan ketika Danar
member tahu rahasia bahwa Danar adalah seoarng penulis Novel, Dede menjaga rahasia itu. Dan Dede
pandai menyimpan rahasia, menyimpan rahasia antara perasaan Tania dan Danar. “Dari siapa?” aku
bertanya penasaran kepada Dede. Menyelidik. Adikku pasti tahu semuanya.” (Hal. 102)

- Pintar

Dede juga pintar, dede sudah mampu menghapal abjad, meskipun baru masuk satu hari sekolah. Dede
dengan giatnya menghapalkan abjad sepanjang jalan mengamen. “Dede juga sudah bias menghafal
semua abjad. Bayangkan, hanya dalam waktu satu hari. Hari pertamanya sekolah. Aku bergumam,
bagaimana mungkin adikku tidak hafal, kalau sepanjang jalan mengamen tadi dia selalu berdengung
seperti lebah menyebutkan satu per satu huruf-huruf tersebut sambil menabuh kencrengan” (Hal. 34)

Dede sangat pintar, dede bisa loncat sekolah dua tahun dan dede pun mempunyai memori otak yang
sangat hebat. Dede mampu mengahapl detail sesuatu yang Dede lihat atau Dede terima.

“Sekarang adikku kelas enam, lebih cepat setahun, sama denganku dulu, guru-guru di SD menaikkannya
lompat dua tingkat” (Hal. 79)

- Tegar

Dede begitu tegar ketika Dede harus mengamen, melihat anak-anak seusianya yang sekolah yang
waktunya bermin-main Dede malah harus mengamen mencari uang recehan. Dan Dede juga begitu
tegar ketika Ibu yang amat Dede cintai pergi meninggalkan Dede dan Kakak tercintanya, begitu pula
waktu Dede ditinggal ke Singapura oleh Tania untuk sekolah, Dede tegar hidup tanpa keluarganya.
Sendirian, meskipun ada Danar tapi bagi Dede, kak Tania lebih berharga.

4) Ibu

- Sabar

Ibu tipe seorang wanita yang sabar, sabar mengahapai kenyataan bahwa Ibu ditinggalkan pergi
selamanya oleh suaminya dan Ibu dengan sabar mengurus kedua anaknya tanpa suami tercintanya.
Kehidupan yang sangat pahit dan kejam juga permasalahan kehidupan menimpa keluarganya, namun
Ibu selalu sabar mengahadapinya. Dan Ibu selalu sabar menhadapi hidupnya dan keluarganya yang
miskin.

- Tekun

Ibu tekun dalam menjaani kehidupannya, “Seminggu kemudian Ibu mulai bekerja, menjadi tukang cuci
di salah satu laundry mahasiswa” (Hal 34-35)

Ibu tekun membuat kue-kue untuk membiayai Tania dan Dede, meskipun Danar siap siaga membantu
dan membiayai mereka.

- Perhatian

Ibu adalah sosok seorang Ibu yang perhatian kepada anaknya. Ibu selalu memberikan perhatian dan
nasihat kepada Dede dan Tania. “Ibu sibuk mengingatkanku untuk beranjak tidur. Aku menjawabnya
singakat belum mengantuk. Setengah jam sekali Ibu menyuruh tidur” (Hal. 34)

- Rendah hati

Ibu orangnya rendah hati, ketika Danar membantu mereka Ibu sangat berterimakasih dan bersyukur.
Dan ketika Danar memberitahu kepada Ibu bahwa Tania bisa sekolah di luar Negeri Ibu amat sangat
rendah hati, seperti dalam kutipan berikut ini: “Nak Danar, rasanya Ibu sulit membayangkan Tania bisa
bersekolah di sana. Di luar negeri. Bersekolah lagi saja sudah syukur” (Hal. 66)

5) Ratna

Ratna termasuk tokoh yang statis, Ratna tetap berwatak lembut meskipun alur cerita dan plot yang
dikisahkan mengalami perubahan.

- Ramah

Ratna begitu ramah menyapa Tania, Dede, dan juga Ibu. Ratna selalu menanyakan kabar, bertanya
segala hal dengan ramahnya dengan lembutnya. ‘”Kenapa kalian tidak mengajak Ibu, Kak Ratna, dan Kak
Danar naik Bianglala?” Kak Ratna bertanya sambil tersenyum” (Hal. 42)

- Pengertian
Rata adalah sosok seorang perempuan yang penuh pengertian, Ratna selalu mengerti akan kesibukan
Danar, mengerti atas kedekatan Danar dengan Tania dan Dede, Ratna memang selalu mengerti atas
semua sikap Danar, juga terhadap sikap Tania dan Dede yang kadang-kadang selalu bersikap dingin
kepadanya.

- Sabar

Ratna selalu sabar meski sikap Tania dan Dede selalu menyebalkan. “Aku meneriaki Kak Ratna keras
sekali. Kak Ratna tidak marah, bahkan berkaca-kaca matanya” (Hal. 56)

Ratna selalu sabar menghadapi semua sikap Danar yang selalu berubah-ubah, apalagi ketika keadaan
pernikahan mereka sedang retak, Danar bersikap aneh kepada Ratna menjadi dingin, selalu pulang larut
malam, tidak seperti dulu sebelum mereka menikah yang selalu harmonis. Ratna dengan sabar
mengahadapi semua kenyataan itu, sabar menunggu Danar kembali.

- Selalu berprasangka baik/husnudzon

Ratna tidak pernah berprasangka buruk kepada siapa pun, termasuk kepada Danar yang setelag
menikah berubah drastic dan sampai membuatnya menangis. Ketika Danar selalu pulang larut malam
dan bersikap dingin padanya Ratna tidak berprasangka buruk kepada Danar, malah Ratna selalu
berprasangka baik kepada Danar. Ratna juga tidak berprasangka buruk terhadap Danar dan juga Tania,
yang terlihat jelas bahwa sikap Tania dan Danar terlihat sangat ganjil, malah Ratna selalu mencurahkan
isi hatinya kepada Tania, meminta solusinya.

- Perhatian/ringan tangan

Ratna juga sangat perhatian dan ringan tangan, Ratna perhatian dan membantu Tania dan Dede ketika
Ibu mereka meninggal dunia. “Kak Ratna pagi-pagi datang mengantarkan pakaian ganti. Menyuruh kami
mandi di kamar mandi rumah sakit. Kak Ratna bahkan sibuk membantu Dede berganti pakaian” (Hal. 57)

Ratna selalu menengok Ibu dengan membawakan sekantong jeruk ketika Ibu sedang sakit. “Kak Ratna
dua-tiga kali juga datang dengan membawa sekantong jeruk” (Hal. 53)

Tak hanya itu, Ratna perhatian kepada Tania menanyakan bagaimana sekolah Tania, akan diteruskan
kemana dan akan siap selalu membantu, mengurus, dan sampai ingin mengantarkan Tania ke sekolah
yang dituju. “Kalau begitu, biar besok saja aku yan.g mengantarnya…. Daftar di SMP dekat SD-nya Dede
saja, kan?” Kak Ratna menawarkan diri” (Hal. 68)

6) Miranti

- Ringan tangan

Miranti adalah sosok perempuan yang baik hati dan ringan tangan, Miranti dengan sukarela membantu
Ibu dalam membuat kue dan juga membesarkan usaha kue tersebut ketika Ibu sudah meninggal.
“Miranti yang dulu membantu Ibu membesarkan usaha kue. Aku tersenyum senang. Ibu juga pasti
senang mendengar kabar ini di surge” (Hal. 99)
Dan miranti bukan tipe perempuan “kacang lupa kulitnya”. Meskipun semua usaha kue itu telah diambil
alih semuanya oleh Miranti, tapi Miranti tetap menggunakan nama Ibu untuk memberinama toko
kuenya itu bahkan dengan sangat baiknya Miranti, dia menyisihkan uang hasil kue usahanya itu
diberikan untuk Dede. “Miranti baik sekali memutuskan untuk tetap menggunakan nama Ibu di sana
“WH Bakery”, meskipun 100% kepemilikan toko tersebut sudah ditangannya. Miranti bahkan masih
menyisihkan sebagian besar uang untuk Dede” (Hal. 183)

7) Anne

- Sahabat yang baik

Anne adalah sosok seorang sahabat yang baik, dia selalu siap mendengarkan keluh kesah sahabatnya
Tania. Apa pun ceritanya, kapan pun, dan di mana pun, Anne selalu ada untuk Tania. Ketika Tania
mencurahkan hatinya tentang Danar kepada Anne, Anne selalu mendengarkan Tania dan memberikan
saran yang terbaik untuk sahabatnya itu, dan Anne tidak pernh bosan untuk melakukan itu. Seperti
ungkapan Tania dalam kutipan berikut ini:

“Anne tahu seluruh ceritanya. Aku memang dekat dengannya. Anne satu-satunya sahabatku di
Singapura. Sahabat yang baik”

Dalam kutipan berikut ini pun Anne terlihat memang sahabat yang baik, selalu memberikan solusi dan
menasihati atas keegoisan Tania:

“Buat apa? Sudah jelas kan, dia akan menikah dengan cewek artis itu? Apa lagi yang hendak
kautanyakan ke dia? Perasaannya sudah sejelas bintang di langit, Tania. Clear! Aduh, kamu kenapa jadi
kekanak-kakanakan seperti ini sih?” (Hal. 133)

Begitu pun dalam kutipan berikut ini Tania memang sahabat yang baik, berusaha menjadi sahabat yang
baik untuk Tania:

“Aku dulu mungkin keliru. Ya, aku dulu keliru. Kau hanya yang benar, Tania. Kau berhak mengatakan itu
kepadanya. Dia tahu atau tidak tahu, terima atau tidak terima, marah atau tidak, benci atau tidak benci,
kau berhak mengatakannya, honey. Hakmu jauh lebih besar dibandingkan hak dia, bahkan juga
dibandingan dengan kewajibanmu memastikan pernikahan itu berjalan lancar” Anne mendekap bahuku.
Berbisik lemah” (Hal.144)

Dengan kata-kata yang telah diungkapkan Anne seperti itu menandakan bahwa Anne adalah benar-
benar sahabat yang baik, Anne sangat menyayangi Tania. Anne adalah pendengar yang baik, penasihat
yang mengerti.

“Anne membantu banyak. Merawat luka itu” (Hal. 162)

- Setia kawan

Anne adalah sosok seorang yang setia kawan, Anne selalu ada untuk Tania.
“Anne juga sedang di sana (Anne selalu menemaniku di hari-hari buruk itu; dia memang teman yang bisa
diandalkan” (Hal. 147)

8) Adi

- Baik

Adi adalah sosok pria yang baik, Adi tidak pernah menolak atau berprasangka buruk meskipun usahanya
untuk mendekati Tania selalu saja dianggap remeh, seperti tak ada di mata Tania, dan selalu
dimanfaatkan. Adi selalu dengan ikhlas melakukan apa pun yang diinginkan Tania.

- Setia

Adi setia kepada Tania, meski pun Tania tak pernah menjawab tentang perasaaan yang tumbuh
dihatinya.

- Sabar

Adi adalah sosok seorang pria yang pantang sabar untuk mendekati Tania, meski Tania bersikap dingin
terhadapnya. Sabar untuk menunggu Tania bisa membuka hatinya untuk Adi. “Adi juga bersabar untuk
tidak terlalu melangkah jauh. Bersabar menunggu. Bersabar dengan semua proses” (Hal. 186)

- Berani

Adi adalah sosok seorang pria yang cukup berani, Adi mengungkapkan perasaannya kepada Tania
dihadapan banyak orang tanpa memperdulikan risikonya akan diterima atau tidak. “Ketahuilah, Tania,
aku bisa mengehentikan hujan ini… Tetapi itu hanya bisa kulakukan jika aku tidak sedang dengan
seseorang yang kucintai…. Dan mala mini aku sepertinya tidak bisa menghentikannya….” Adi serius
menatapku” (Hal. 14)

9) Jhony Chan

- Pantang menyerah

Jhony Chan adalah sosok seorang pria yang pantang menyerah untuk mendekati Tania, meski Tania
bersikap acuh kepadanya. “Si Jhony Chan itu juga semakin menyebalkan. Dia beberapa kali terang-
terangan mengajakku jalan bareng” (Hal. 108)

10) Ibu-ibu gendut (Mrs. G)

- Tegas

Ibu-ibu gendut adalah sosok seorang yang tegas, taat akan aturan dan disiplin. “Ibu-ibu gendut,
orangnya jauh dari asyik. Terlalu banyak mengatur. Spk disiplin dan pecinta aturan” (Hal. 72)

11) Penjaga toko buku

- Ramah
Penjaga toko buku adalah sosok seorang yang ramah, dia selalu menyapa kepada Tania. Mungkin juga
penjaga toko itu menyukai Tania, mencari-cari perhatian Tania. “Karyawan cowok yang tadi menegurku
di lantai dua berdiri menunggu angkutan umum” (Hal. 161)

E. Pelataran

a. Tempat

- Toko buku dilantai dua

Latar tempat yang berada dalam novel ini tempatnya di Toko buku dilantai dua, tempat yang paling
Tania sukai, tempat yang Tania ketahui dari malaikatnya Danar, tempat yang menjadi saksi atas semua
ceritanya, seperti dalam kutipan-kutipan berikut ini:

“Aku tak tahu bagaimana kehadiranku setiap malam di toko buku ini bisa menarik perhatiannya” (Hal.
12)

“Dua minggu kemudian, kami pergi ke toko buku ini. Toko buku terbesar di kota kami” (Hal. 29)

“Aku menghela napas panjang. Lima menit hanya berdiri terdiam di sini. Di lantai dua toko buku terbesar
di kota kami” (Hal. 65)

“LANTAI dua toko buku terbesar kota ini. Sudah setengah jam lebih aku terpekur berdiam diri di sini”
(Hal. 104)

“Aku menghela napas. Sudah lama sekali aku terpekur di lantai dua toko buku terbesar kota ini” (Hal.
126)

- Rumah kardus

Latar tempat yang berada dalam novel ini tempatnya di Rumah kardus, tempat yang di mana selama tiga
tahun menjadi saksi bisu atas kepiluan Tania, Dede, dan Ibu, seperti dalam kutipan-kutipan berikut ini:

“Dia tertawa kecil saat melihatku dan Dede sudah berdiri rapi menunggu di depan rumah kardus kami”
(Hal. 18)

“Dede masih sibuk mematut sepatunya di depan kami. Berlari ke sana kemari. Ibu sibuk meneriakinya
kalau tidak, rumah kardus kami bisa roboh” (Hal. 26-27)

“Tiga tahun lamanya aku dan Dede menjalani kehidupan di rumah kardus itu” (Hal. 30)

“Aku, adikku, dan Ibu sering duduk di bawah rumah kardus kami, menatap pohon yang mekar tersebut
di bawah bulan purnama, seperti malam ini” (Hal. 232)

- Kontrakkan

Latar tempat yang berada dalam novel ini ada latar tempat rumah kontrakkan, rumah kontrakan Tania,
Ibu, dan Dede.
“Karena itu, sebulan kemudian Ibu memutuskan pindah mengontrak di sebuah kamar sederhana” (Hal.
35)

- Bus

Latar tempat yang ada dalam novel ini ada latar tempat di bus saat pertama kali Tania dan Dede
bertemu dengan Danar. “Malam yang dingin di atas bus kota” (Hal. 21)

- Pusara/pekuburan

Latar tempat yang ada dalam novel ini ada latar tempat di sebuah pusara/pekuburan, yakni ketika Ibu
meninggal semuanya berada di sana.

“Hening di pekuburan” (Hal. 64)

“Siang itu kami mengunjungi pusara Ibu. Makam Ibu terlihat indah. Di pinggirnya tertulis kalimat waktu
dia membujuk kami agar pulang dari pemakaman malam-malam” (Hal. 81)

“Aku, adikku, dan Adi (yang pagi-pagi sudah dating ke rumah) pergi ke pusara Ibu” (Hal. 193)

- Singapura

Latar tempat yang berada dalam novel ini ada latar tempat di Singapura, yaitu ketika Tania meneruskan
sekolahnya.

“Ribuan larik cahaya kota Singapura cantik menimpa jalanan” (Hal. 203)

“Hari-hariku penuh dengan hal-hal baru di Singapura” (Hal. 72)

- Dufan

Latar tempat yang berada dalam novel ini ada latar tempat di Dufan, ketika Tania, Danar, Dede, Ibu, dan
juga Ratna berlibur ke Dufan.

“Kak Ratna bertanya sambil tersenyum, waktu kami makan malam bersama di salah satu kedai makanan
yang banyak tersedia di Dufan” (Hal. 42)

“Minggu depan, selepas kelas mendongeng yang selelsai lebih cepat daripada biasanya, aku, Ibu, dan
adikku pergi ke Dunia Fantasi” (Hal. 39)

- China Town

Latar tempat yang berada dalam novel ini ada latar tempat di China Town, yaitu ketika Tania, Danar, dan
Ratna makan malam di tempat itu.

“Saat makan malam di China Town…” (Hal. 130)

- Bandara Changi
Latar tempat yang berada dalam novel ini ada latar tempat di Bandara Changi, yaitu ketika Tania
mengantar Danar dan Dede pulang ke Jakarta, dan ketika Danar dan Dede menjemput Tania ketika
liburan.

“Pukul 15.00 aku mengantar mereka ke Bandara Changi” (Hal. 102)

“Ketika tiba di bandara, dia dan Dede sudah berdiri menjemputku di lobi kedatangan luar negeri…” (Hal.
78)

- Kedai ayam goreng

Latar tempat yang berada dalam novel ini ada latar tempat di Kedai ayam goreng, yaitu ketika Danar
mengajak Tania dan Dede untuk makan di sana.

“Setelah lelah berkeliling hampir dua jam, dia mengajak kami makan di salah satu kedai ayam gorem
yang ada di toko buku itu” (Hal. 29)

- Kantin flat

Latar tempat yang berada dalam novel ini ada latar tempat di Kantin flat, yaitu ketika Ratna dan Tania
makan siang di sana.

“Kak Ratna makan siag bersama kami di kantin flat” (Hal. 150)

- Rumah Sakit

Latar tempat dalam novel ini ada latar tempat di Rumah Sakit, yaitu ketika Ibu sakit di rawat di sana dan
meninggal di rumah sakit itu.

“Maka setelah terisak beberapa saat aku mengalah duduk mendeprok di lantai lorong rumah sakit” (Hal.
55)

“Aku terduduk di lantai keramik rumah sakit” (Hal. 61)

b. Waktu

- Pagi hari

Latar waktu dalam novel ini ada pada waktu pagi. Pada waktu pagi ketika Ibu mengganti perban kaki
Tania yang tertusuk paku, “Besok pagi-pagi Ibu mengganti perban itu dengan lap dapur, saputangan itu
dicuci” (Hal. 24)

Ibu mengatakan sesuatu hal kepada Tania dan Dede pada waktu pagi, “Esok pagi selesai subuh, Ibu
mengatakan beberapa hal kepadaku dan Dede” (Hal. 27)

Ibu tak sadarkan diri pada waktu pagi hari, “Pagi itu Ibu tiba-tiba tak asadarkan diri” (Hal. 54)
Tania saat Tania naik pesawat berangkat ke Singapura pagi-pagi, “Pagi itu aku menjejakkan kaki ke
gerbang rata pesawat. Itu penerbanganku yang pertama” (Hal. 71)

Tania bertanya tentang Ratna pada waktu pagi hari, “”Kenapa Kak Ratna semalam tidak ikut acara
syukuran?” aku pelan menanyakan itu di meja makan esok paginya” (Hal. 81)

Dede pulang pagi-pagi dari Singapura ke Jakarta, “Esok harinya, adikku pulang pagi-pagi” (Hal. 181)

Tania tiba di bandara pagi-pagi untuk pulang ke Jakarta, “Pagi itu, saat tiba di bandara…” (Hal. 187)

- Siang hari

Latar waktu dalam novel ini ada pada waktu siang. Tania, Danar, Dede, Ratna, dan Adi mengunjungi
pusara Ibu pada siang hari, “Siang itu kami mengunjungi pusara Ibu” (Hal. 81)

Pada siang hari juga Tania dan Danar makan siang di kantin mahasiswa, “Kami makan siang di kantin
mahasiswa” (Hal. 101)

Pada siang hari juga Tania, Danar, Dede, Ratna, dan Adi makan siang di rumah, “Kami tidak banyak
bicara saat makan siang di rumah selepas peringatan delapan tahun kepergian Ibu” (Hal. 199)

- Sore hari

Latar waktu dalam novel ini ada pada waktu sore hari

- Malam hari

Latar waktu dalam novel ini ada pada waktu malam hari. “Malam ini hujan turun lagi. Seperti malam-
malam yang lalu” (Hal. 7)

Tania selalu dating ke toko buku pada malam hari, “Setiap malam aku datang ke toko buku ini” (Hal. 11)

“Aku dan adikku malam itu tidak jadi mengamen di bus kota tersebut” (Hal. 15)

Dede menyelesaikan legonya pada malam hari itu, “Mala mini adikku nyaris menyelesaikan Lego-nya”
(Hal. 34)

Tania selalu dudul di sepan kontrakan setiap malam tiba, “Malam-malam duduk di depan kontrakan
berlalu percuma” (Hal. 47)

Tania pun pada setiap malam hari selalu tersenyum sendirian di toko buku lantai dua, “Mala mini, entah
sudah berapa kali aku tersenyum, menyeringai sendirian berdiri di balik kaca candela lantai dua toko
buku” (Hal. 51)

Tania, Danar, dan Dede merayakan atas keberhasilan Tania mendapatkan beasiswa di toko buku pada
malam hari, “Malamnya kami merayakab keberhasilan tersebut dengan jalan-jalan di toko buku ini” (Hal.
69)
Danar membuat acara untuk Tania pada malam hari di halaman depan yang luas, “Malam itu,
menyambut kedatanagnku, dia membuat acara kecil di halaman depan yang luas” (Hal. 80)

Tania, Dede, dan Anne makan malam di pecinan, “Malamnya kami menuju pecinan” (Hal. 178)

“Aku melirik jamku. Pukul 21.10” (Hal. 198)

“Aku melirik pergelangan tangan. Pukul 21.15 (Hal. 222)

c. Suasana

- Sedih

Suasana dalam novel ini menyedihkan, Tania dan Dede terpaksa putus sekolah karena tidak ada biaya,
dan mereka pun terpaksa harus mengamen mencari uang recehan setidaknya mengurangi beban Ibu
meski hanya sedikit. Suasana menyedihkan itu begitu terasa sekali, Tania, Dede, dan Ibu mengalami
kemiskinan selama tiga tahun itu, semuanya terasa menyesakkan.

“Dulu aku hanya berjalan di sepanjang jalan menatap iri anak-anak yang ada di restoran tersebut…” (Hal.
29)

“Saat ayahku meninggal, semuanya jadi kacau balau. Setelah tiga bulan menunggak, kami terusir dari
kontrakan tersebut. Ibu pontang-panting mencari tempat berteduh. Tak ada keluarga yang kami miliki di
kota ini. Jikapun ada, mereka tak sudi walau sekadar menampung. Dan akhirnya sampailah kami pada
pilihan rumah kardus.

Aku terhenti sekolah.

Jangankan sekolah, untuk makan saja susah. Ibu bekerja serabutan, apa saja yang bisa dikerjakan,
dikerjakan. Sayang Ibu lebih banyak sakitnya. Semakin parah..” (Hal. 30)

Dan suasana sedih itu muncul ketika Tania dan Danar tak mampu mengungkapkan perasaannya
masing-masing, hanya memendamnya. Bagai duri yang menelusuk hati.

“Dede menatapku semakin sedih. Aku bingung dengan semua ini. Tadi aku memang memaksanya untuk
menceritakan semua hal…” (Hal. 240)

- Senang

Suasana dalam novel ini ada yang menyenangkan, yaitu ketika Tania, Dede, dan Ibu diberi bantuan oleh
Danar. Danar menyekolahkan Tania dan Dede, memberikan uang kepada Ibu untuk biaya hidup mereka
dan modal untuk usaha kue Ibu. Semua terasa menyenangkan, setelah tiga tahun merasakan kesedihan
dan kepahitan, kini keluarga malang itu merasa senang atas semua takdir yang sekarang mereka
rasakan.
“Esok pagi selepas subu, Ibu mengatakan beberapa hal kepadaku dan Dede. Salah satunya yang paling
kuingat dan seketika membuatku berlonjak gembira, aku akan kembali sekolah. Dede juga akan
disekolahkan…” (Hal. 27)

“Usaha kue itu maju sekali. Beberapa bulan kemudian Ibu harus mengajak dua anak teteangga untuk
membantu di hari-hari tertentu. Pokoknya aku belum pernah melihat Ibu sesibuk ini. Tentu saja semua
modal usaha kue itu dari dia…” (Hal. 46)

- Mengharukan

Suasana dalam novel ini ada yang mengahrukan, yaitu suasana mengharuskan itu muncul ketika Ibu
mengetahui bahwa Danar akan menyekolahkan Tania dan Dede dan Danar yang akan membiayainya,
Ibu sungguh terharu. Tidak menyangka.

“Ibu tersenggal haru saat mengatakan itu. Bahkan menangis. Mendekap kami erat” (Hal. 27)

“Oom Danar…,” Ibu berkata pelan sambil menyeka sudut matanya. Tersenyum” (Hal. 27)

- Rindu

Suasana dalam novel ini ada yang suasana merindu, yaitu ketika Tania di Singapura meninggalkan Danar
dan Dede, Tania sangat merindukan Danar, malaikat keluarganya, seseorang yang ia cintai, Tania sangat
merindukannya dibandingkan merindukan Dede.

- Tegang

Suasana dalam novel ini ada yang suasana tegang, yaitu ketika Tania dan Danar bertemu di rumah
kardus tempat kehidupan tiga tahun ketika Tania miskin, suasan tegang itu muncul ketika Tania akan
bertanya dan meminta pertanggungjawaban atas semua perasaan yang Danar pendam, atas linton yang
Danar beri, atas sebuah novel yang tak akan pernah usai itu.

““Apakah buku tentang pohon ini sudah selesai! Cinta dari Pohon Linden?” Dia tersentak. Menoleh ke
arahku. Aku tersenyum (meskipun hatiku sekaligus terluka saat mengatakan kalimat itu). Senyum pahit.
Matanya berkilat-kilat bertanya: dari mana kau tahu soal buku ini?” (Hal. 239)

“”Bukankah gadis kecil dalam novel yang tak akan pernah usai itu adalah aku?” aku mendesis
menatapnya terluka.

“Apa maksudmu?” Suaranya bergetar.

Apa maksudku? Ya Tuhan, dia bertanya apa maksudku.” (Hal. 234)

““KAUMLAH YANG SALAH. KARENA AKU TAK PERNAH MAU MENGAKUINYA!” aku membenaknya” (Hal.
244)

““Katakanlah… apa kau mencintaiku?” aku berbisik lirih. Berdiri. Menatap mata redupnya.
Jarak kami hanya selangkah.

“Katakanlah… walau itu sama sekali tidak berarti apa-apa lagi”.

Diam. Senyap.

Dia membisikkan sesuatu.

Desau angin malam menerbangkan sehelai daun pohon linden. Jatuh di atas rambutku. Aku
memutuskan pergi’ (Hal. 254)

- Sepi

Suasana cerita dalam novel ini sepi, “Naik lift lagi menuju lantai apartemenku. Berdenging. Sendirian
melempar sepatu sembarangan” (Hal. 204)

F. Penyudut pandangan

Sudut pandang dlam novel Daun Yang Jatuh Tak Akan Pernah Membenci Angin ini adalah orang pertama
pelaku utama. Dalam novel ini mengisahkan pengalaman dirinya sendiri, tindakan sendiri, yang
diketahui, dilihat, didengar, dialami, dan dirasakan, dengan sebutan si “aku”, sebagai orang pertama dan
sebagai pelaku utama pula yang serba tahu. “Aku tahu aku cantik. Tubuhku proposional. Rambut hitam
legam nan panjang” (Hal. 15)

“Mungkin nanti akan kuceritakan satu per satu tingkah laku aneh cwok-cowok yang mendekatiku
dengan berbagai cerita lainnya” (Hal. 16) Dala kutipan tersebut jelaslah bahwa si aku adalah orang
pertama dan pelaku utama yang serba tahu, karena semuanya yang dikisahkan hanya si aku yag
mengetahui.

G. Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam novel “DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN” cukup puitis,
penggunaan bahasanya sangat tepat sehingga mampu menyentuh hati dan membuat imajinasi muncul
ketika membacanya. Meski ada beberapa gaya bahasa yang mungkin akan sulit dipahami bagi kaum
awam. Bahasa percakapan dalam novel ini bersifat narasi dan dialog, sehingga ketika membacanya tidak
memberikan efek jenuh atau kebosanan, malah terlihat sangat bervariatif, segar, dan menarik.

Kutipan yang bersifat narasi salah satunya:

“Kami berkeliling di lantai satu untuk membeli berbagai perlengkapan sekolah. Rebut Dede memilih
tasnya. Adikku mengotot minta dibelikan bolpoin, padahal besok dia kan baru masuk kelas satu, hanya
boleh memakai pensil. Aku terkesima melihat dia membujuk Dede soal pensil tersebut. Caranya
memandangku, mengelus rambutnya, tersenyum, dan berkata pelan menjelaskan sungguh memesona.
Bahkan Ibu tak sepandai itu membujuk Dede kalau adikku sudah merajuk” (Hal. 19)
Kutipan yang bersifat dialog salah satunya:

“Ada yang ingin kutunjukan padamu!” adi menatapku serius. Wajahnya tegang dan cemas, sama seperti
cowok yang tadi.

“Apa?” aku mengernyitkan dahi, tidak selera.

“Ayo!” adi menyeretku, enggan menjelaskan. (Hal. 13)

Dan ada gaya dialog seperti ini:

Maibelopah : Itu berarti dia suka kau.

Tania : Tapi aku kan nggak suka dia.

Maibelopah : Bukannya katamu cowok itu lumayan cakep? J

Tania : Kok Kakak belain dia sih?

Maibelopah : Aku nggak belain siapa-siapa. Memangnya kalian sedang perang, jadi harus dibela?

Tania : Kakak harusnya belain Tania.

Maibelopah : Aku nggak belain siapa-siapa. J

Tania : Ah, sudahlah. Gimana kabar Dede? (Hal. 88-89)

Ada pun gaya bahasa yang digunakan dalam novel tersebut adalah:

a. Personifikasi

Hujan deras turun membungkus kota ini (Hal. 13)

Aku berteman dengan lorong-lorong kantor yang kosong di malam hari. (Hal. 203)

Daun yang jatuh tak pernah membenci angin. (Hal. 154)

Dia datang begitu saja. Menelusuk hatiku. Tumbuh pelan-pelan seperti lecambah disiram hujan. (Hal.
154)

Aku akan terbang seperti sehelai daun. (Hal. 157)

Menuju tempat rumah kardus kami dulu berdiri kokoh dihajar hujan deras, ditimpa terik matahari. (Hal.
231)

b. Allerogi

Isinya jauh api dari panggang. (Hal. 162)

Seperti bumi yang merekah. (Hal. 190)


c. Hiperbola

Demi membaca e-mail berdarah-darah itu, esoknya aku memutuskan segera pulang ke Jakarta. (Hal.
230)

d. Metafora

Bagian tajamnya menghadap ke atas begitu saja, dan tanpa ampun menghunjam kakiku yang sehelai
pun tak beralas saat melewatinya. (Hal. 22)

Semua perasaan ini kembali bagai seribu anak panah yang menghujam. (Hal. 252)

H. Moral

Moral yang tersirat dan tersurat dalam Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin ini adalah
bahwa menolong tidak harus selalu dengan orang yang kita kenal, menolong dengan ikhlas itu adalah
sebuah investasi akhirat. Menolong tanpa mengharapkan imbalan, memberikan kebahagiaan untuk
orang lain adalah sama halnya kita menumbuhkan kebahagiaan untuk diri sendiri. Seperti Danar yang
selalu berbaik hati dan ringan tangan membantu Tania, Dede, dan Ibu. Menolong dengan sepenuh hati
tanpa mengharapkan imbalan yang lebih dari apa yang dilakukan Danar terhadap keluarga yang saat itu
begitu malang. Dan dalam novel ini terdapat beberapa nilai, yaitu: nilai religius, kejujuruan, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, menghargai prestasi dan menghargai
orang lain, bersahabat/ramah, gemar membaca, peduli terhadap sesama, dan tanggung jawab.

Mengajarkan kepada setiap pembaca bahwa pahitnya kehidupan tak sepahit apa yang kita angan-
angankan jika dijalani dengan ikhlas dan bersyukur atas takdir Allah swt, karena apa pun yang terjadi
itulah yang terbaik untuk kita. Seperti Danar yang terlahir yatim-piatu menjalani hdiup sendirian, tetap
tegar dan menjalani kehidupan merubah kehidupannya menjadi lebih baik selalu ikhlas atas semua yang
terjadi, bersyukur apa yang ada, mengejar mimpi merubah kehidupan yang lebih baik. “Ketahuilah,
Tania dan Dede…. Daun yang jatuh tak pernah membenci angin…. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu
saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya. Tania, kau lebih dari dewasa untuk memahami kalimat
itu…. Tidak sekarang, esok lusa kau akan tahu artinya…. Dan saat kau tahu apa artinya, semua ini akan
terlihat berbeda. Kita harus pulang, Tania” (Hal. 63)

Mengajarkan dan mengingatkan agar kita tidak pantang menyerah dalam melakukan segala hal, dengan
niat dan berusaha dengan bersungguh-sungguh adalah hal yang paling utama untuk mencapai sesuatu
hal yang hanya angan-angan semua akan menjadi kenyataan meski begitu banyak cobaan dan
permasalahan kehidupan yang menghampiri. Selalu rajin dalam belajar dan mengejar cita-cita. Seperti
Tania yang pantang menyerah mengejar ketertinggalan tiga tahun pendidikannya, belajar dengan
sungguh-sungguh, sampai mendapatkan beasiswa dan mendapatan nilai tertinggi an diberi penghargaan
yang layak diacungi jempol. Membuat semua orang bangga terhadapnya.

Jika mempunyai perasaan terhadap seseorang, beranilah dengan mengungkapkannya apa pun itu
risikonya. Karena jika hanya dengan memendamkan perasaan itu semuanya akan membuat hati menjadi
kacau balau. Jika kita memang tak siap untuk menerima kenyataan bahwa seseorang yang amat kita
cintai tak mempunyai perasaan yang sama lebih baik diam, menunggu takdir Allah swt berbaik hati
untuk segera menghapuskan rasa yang tumbuh di hati sgera pudar jika memang dia bukan jodoh, dan
berdoalah jika memang berjodoh semoga takdir Allah swt segera memberikan jalan untuk bersama.
Jangan menunda-nunda sesuatu hal yang kita akan lakukan, karena hal yang selalu ditunda-tunda akan
membuat segala sesuatunya menjadi buruk dan menjadi sebuah penyesalan. Seperti perasaan yang
dimiliki Danar dan Tania yang tak pernah mengungkapkannya sehingga mereka terjebak ke dalam
kepahitan yang menyiksa perasaannya sendiri. Semua terungkapkan dengan terlambat, dan takkan
mampu untuk diubah dan diulang kembali.

Hadapilah semua kenyataan hidup dengan penuh rasa syukur, ikhlas, sabar, dan menerima. Seperti
Tania, Danar, Dede, Ratna, dan Ibu yang selalu tegar dan tak pernah menyesali apa yang telah terjadi
meski pun begitu banyak cobaan dan permasalahan hidup yang harus dihadapi. Seperti Tania dan Dede
yang menjadi yatim piatu ketika mereka masih kecil, hidup tanpa kedua orangtua yang amat berharga
baginya. Juga Danar yang selalu tegar, dan kuat menjalani kehidupan. Juga bagi Ratna yang tidak pernah
menyesal mencintai Danr, meskipun Danar sempat berubah sperti seseorang yang btidak pernah
dikenalinya. Dan seperti perasaan Tania dan Danar dengan permasalahan yang terjadi, dengan
perbedaan usia yang terlampau jauh 14 tahun, dan dengan kenyataan kehidupan yang terlanjur
menakdirkan mereka untuk menjadi seorang kakak-adik.

Jika memang kehidupan ini terasa sangat menyesakkan, dan perasaan yang terpendam, menyakitkan,
terlambat untuk diungkapkan, dan tak mungkin untuk bisa saling memiliki biarlah semua terjadi tanpa
pernah menyesalinya. Mencoba menerima atas semua yang terjadi, mengerti atas semua yang terjadi,
memahami apa yang menimpa. Seperti dalam kutipan dalam novel ini “Bahwa hidup harus menerima…
penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti… pengertian yang benar. Bahwa hidup harus
memahami… pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman
itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan” (Hal. 196) “Tak ada yang
perlu disesali. Tak ada yang perlu ditakuti. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin
merengkuhnya, membawa pergi entah ke mana. Dan kami akan mengerti, kami akan memahami…. dan
kami akan menerima” (Hal. 198)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil analisis structural dalam novel “Daun yang Jatuh Tak Akan Pernah Membenci Angin” ini dapat
disimpulkan hasil analisis tema, cerita, plot, penokohan, pelataran, penyudut pandangan, bahasa, dan
moral yang benar-benar terstruktur dalam novel ini pun tersirat beberapa nilai-nilai yang patut dicontoh
dari tokoh-tokoh yang ada dalam novel tersebut.

B. Saran

Sebaginya jika ingin menganalisis sebuah novel atau pun cerpen lebih baik menggunakan dengan
pendekatan structural, karena dengan menganalisis menggunakan pendekatan structural akan lebih
mudah dipahami, akan lebih mudah mengkaji dalam setiap unsurnya, akan lebih mudah untuk
disampaikan kepada pembaca atau pendengar melalui hasil analisis, dan akan lebih terstruktur.

Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin baik untuk dibaca oleh semua kalangan dan dapat
dijadikan materi ajar pembelajaran di SMA dan juga di perguuran tinggi, karena kepribadian tokohnya
patut untuk dicontoh dan mengandung nilai-nilai yang baik sehingga bisa diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
SINOPSIS

Novel ini bercerita tentang dua pengamen kecil, mereka adik-kakak terlahir dari rahim yang sama yang
putus sekolah selama tiga tahun dan merasakan kepahitan hidup pula. Kepahitan hidup itu bermula
ketika ayah mereka meninggal, Tania pada saat itu berumur delapan tahun dan Dede berumur tiga
tahun. Tania, Dede, dan Ibu sudah tidak bisa lagi menontrak rumah itu karena mereka sudah menunggak
tiga bulan, tidak mampu membayarnya. Mereka kebingugan harus tinggal di mana, mereka tak
mempunyai keluarga. Meskipun mereka memiliki keluarga di sana keluarganya pun pasti enggan walau
hanya sekadar menampung mereka. Dan akhirnya mereka memutuskan untuk tinggal di seah rumah
kardus di bantara sungai.

Kehidupan pun terasa menyesakkan. Ibu harus mencari uang untuk bertahan hidup bersama Tania dan
Dede. Tania dan Dede pun harus mengamen sepanjang jalan, dan menatap iri ketka melihat anak-anak
seumuran mereka berlalulalang memaikai seragam sekolah untuk pergi sekolah.

Pda suatu malam, pada saat mengamen, disaat lelahnya di bus kota tiba-tiba kaki Tania tertancap paku.
Wajar saja kaki Tania tertancap paku, Tania dan Dede tidak memakai alas kai, maka dengan mudahnya
kaki mereka akan mudah tertancap paku. Pada peristiwa dan malam itulah meeka bertemu, tiba-tiba
seorang pria dengan wajah menyenangkan bernama Danar menolong Tania yang sedang meringis
kesakitan. Membantu mencabut paku yang masih menancap pada kaki Tania, kemudian membersihkan
darah yang bercucuran dengan sapu tangan berwarna putih yang dikeluarkan dari saku celananya dan
dibalutkan pada luka kaki Tania. Kemudian Danar memberikan beberapa uang sepuluh ribuan kepada
Tania dan Dede menyarankan untuk membeli obat merah.

Ke esokkan harinya, Tania dan Dede pergi mengamen kembali, dengan luka yang masih terasa perih
pada kaki Tania. Mengamen dengan kaki yang pincang, menahan perih pada kakinya yang tertusuk paku
semalam. Pada saat mengamen itu, Tania dan Dede bertemu kembali dengan Danar. Dan Danar
memberikan hadiah kepada Tania dan Dede yaitu sepasang sepatu dan kaos kaki, agar Tania tidak
tertancap paku kembali. Dede saat itu seketika langsung menerimanya dengan bahagia dan
memakainya, sedangkan Tania malu-malu menerimanya. Malam itu mereka terlihat lucu, dengan
pakaian yang kontor memakai kaos kaki putih dan sepatu yang bagus. Malam itu mereka berbincang-
bincang, saling berkenalan. Terihat sangat akrab. Dan Danar pun mengantarkan Tania dan Dede pulang
ke rumah kardusnya, mereka pun sampai lupa kepada kewajibannya mengamen untuk mencari uang
membantu Ibu. Tania pun mengenalkan Danar pada Ibu. Danar dan Ibu pun berbincang-bincang tentang
segala hal.

Ke esokkan harinya Ibu memberitahukan kabar baik kepada Tania dan Dede, dan salah satu kabar
bahagia itu adalah Tania dan Dede akan kembali sekolah, semua itu berkat dukungan Danar, dan Danar
pula yang akan membiayai mereka. Saat itu Tania benar-benar bahagia dan berterimkasih kepada Danar.
Meskipun Tania dan Dede sudah kembali sekolah, namun mereka tetap mengamen seperti biasanya
seusai pulang sekolah sampai sebelum magrib tiba. Mereka mengamen hanya untuk semata-mata
membantu Ibu, karena Ibu sering sakit-sakitan jadi tidak bisa mencari uang sepenuhnya. Dan Tania pun
selalu belajar dengan kerja keras mengejar tiga tahun ketertinggalannya, begitu pun dengan Dede. Dede
pun menghapal seharian abjad dan Dede mampu mengahapalnya hanya dalam satu hari pertama Dede
masuk sekolah.

Kemudian akhir-akhir itu kesehatan Ibu mulai membaik. Sembuh begitu saja tanpa diobati. Seminggu
kemudian Ibu kembali bekerja emnjadi tukang cuci. Dari penghasilan sebagai tukang cuci, hasil Tania dan
Dede mengamen, juga tambahan bantuan dari Danar, akhirnya Ibu memutuskan untuk mengontrak
sebuah kamar sederhana berdinding tembok. Kehidupan mereka pun semakin membaik, setelah selama
tiga tahun merasakan kepahitan dan kemiskinan yang tiada tara. Ibu pun membuat usaha kue, dan
usahanya pun sangat maju.,. ibu sering mendapatkan pesanan, dan Ibu selalu sibuk. Bahkan Ibu
memanggil dua orang tetangga untuk membantu usaha kue nya itu, karena Ibu sangat kerepotan
melakukannya sendirian. Dan Usaha kue itu modalnya dari Danar, meskipun Ibu telah menolaknya
namun Danr tetap memberikan uang untuk modal Ibu usaha kue.

Danar pun selalu mengunjungi, menengok mereka di rumah kontrakkan itu. Memberikan beberpa
makanan dan juga hadiah, tidak terlepas memberikan bantuan beberapa kebutuhan untuk mereka. Atas
kebersamaan itulah tumbuh benih-benih rasa di hati Tania yang sama sekali Tania tidak mengerti akan
rasa yang Tania rasakan kepada Danar. Namun, pada suatu hari Danar mebawa teman istrinya yang
bernama Ratna. Semenjak hari itu Ratna merebut semua posisi Tania, dan Tania pun merasa kesal dan
tersisihkan atas kehadiran Ratna. Tania sangat cemburu. Ratna selalu hadir dan ikut kemana pun Danar
pergi, bahkan ketika mereka pergi ke Dufan sebagai hadiah untuk Dede karena telah menyelesaikan
legonya, Ratna pun ikut.

Beberapa minggu kemudian, tiba-tiba Ibu tak sadarkan diri sakit parah dan dibawa ke rumah sakit. Tania
dan Dede sangat kaget dan merasakan takut. Beruntung Danar selalu siap siaga menjaga mereka. Dan
tidak pernah disangka, bagai petir di siang bolong. Ibu meninggal, usaha kuenya terhenti. Kini dua anak
kecil pengamen itu menjadi yatim-piatu. Dan Danar pun mengurus Tania dan Dede. Menyekolahkan
mereka, hidup bersama, tinggal bersama Danar.

Setelah kepergian Ibu, Danar memutuskan untuk membeli sepetak tanah untuk tempat tinggal Danar,
Tania, dan Dede. Kemudian Tania pun lulus sekolah SD, dan Tania mendapatkan ASEAN Scholarship
beasiswa SMP di Singapura. Dan Tania harus hidup mandiri di sana, meninggalkan Dede, Danar, dan
pusara Ibu. Namun, mereka tetap berkomunikasi dengan baik lewat e-mail/chatting. Tania sangat
merindukan Danar dibandingkan merindukan Dede.

Dan tidak terasa setelah tiga tahun Tania berjuang mati-matian belajar, akhirnya Tania lulus SMP dengan
nilai terbaik kedua. Dan Tania pun kembali mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolah SMAnya,
meski Tania telah mati-matian memohon agar Tania melanjutkan sekolah SMA nya di Jakarta kepada
Danar, Danar tetap memerintahkan Tania untuk meneruskan sekolahnya di Singapura. Meski Tania
merajuk tak menentu, akhirnya Tania menurut saja. Karena Tania sudah berjanji bahwa Tania akan
mengikuti semua kata-kata dan perintah Danar. Saat sweet seventeen Tania, Danar dan Dede
memutuskan untuk pergi ke Singapura untuk merayakan sweet seventeen Tania di sana. Dan Tania pun
sangat bahagia, ini kejutan baginya dan akan menjadi hal yang sangat indah. Dan ketika Danar dan Dede
pulang kembali ke Jakarta, tiba-tiba Danar memberikan sebuah liontin T untuk Tania. Yang mungkin bisa
berarti, Tersayang, Tercinta, Tercantik, dan bisa juga Teman. Liontin itu sangat berarti banyak bagi Tania.

Dan setelah berjuang dengan habis-habisan pula akhirnya Tania lulus SMA dengan hasil ujian terbaik
melampaui 0,1 digit nomor satu orang yang selalu membuatnya menjadi nomor dua. Tania
mendapatkan pengahargaan Kristal pohon lime, dan Tania pun mendapatkan tawaran dari kepala
sekolahnya untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi di NUS dengan beasiswa hingga lulus dan
bebas memilih jurusan apa pun sesuai dengan apa yang Tania inginkan. Sedangkan Dede kini
melanjutkan pendidikannya kuliah di dekat tempat tinggal mereka. Dan Danar kini sudah menjadi GM di
perusahaan marketingnya. Tania pun tumbuh sesuai dengan apa yang diharapkan Danar, dan perasaan
yang ada pada hati Tania pun semakin tumbuh dan semakin menyesakkan karena tak mampu untuk
megungkapkannya. Perbedaan umur yang terlampau sangat jauh, itu salah satu kendalanya. Semua
kabar bahagia itu terasa lenyap begitu saja, karena Ratna dan Danar memberitahukan bahwa mereka
akan menikah tiga bulan lagi. Seketika hati Tania hancur berkeping-keping, Tania kaget mendengar
kabar itu. Malaikat yang Tania cintai akan menikah dengan wanita lain yang telah merebut semua posisi
Tania. Tania sangat merasakan cemburu yang amat mendalam, meskipun banyak sekali cowok-cowok
yang mendekati dan naksir kepada Tania seperti Adi, Jhony Chan, karyawan toko buku, dan wajah-wajah
bertampang Indo-melayu lainnya, hati Tania tetap berpihak kepada Danar.

Hari-hari menyakitkan pun sangat dirasakan oleh Tania, dan ketika liburan NUS Tania memutuskan
untuk tidak pulang. Pernikahan Danar dan Ratna tinggal tiga minggu lai, Tania memutuskan untuk tidak
pulang. Tepatnya Tania tidak ingin menyaksikan perikahan mereka, menyaksikan malaikat yang
dicintanya itu mengucapkan ijab qobul untuk Ratna. Pulang atau tidaknya Tania itu pasti akan
memberikan pengaruh yang besar. Danar, Dede, dan Ratna pun berkali-kali meminta Tania untuk
pulang, tapi Tania tetap memutuskan untuk tiak pulang. Dan keputusan itu pun membuat Danar
berubah, membuat Dede menjadi bingug, membuat Ratna calon istrinya menjadi takut. Dan ratna pun
memutuskan untuk pergi ke Singapura menemui Tania membujuknya untuk pulang agar semua hal-hal
yang tidak diinginkan tidak terjadi. Namun semua itu sia-sia, Tania tetap tidak akan pulang dengan sejuta
alasan. Pulang atau tidaknya Tania, pernikahan itu tetap berlanjut.

Setelah pernikahan mereka terjadi, mereka pun pergi sesuai rencana pergi berbulan madu sesuai
dengan yang Dede ceritakan. Kehidupan paradoks Tania mejadi berubah. Tania tidak menjadi dirinya
sendiri, mencari kesibukan yang tidak ia lakukan dengan hati, wajah yang menyenangkan dimiliki Tania
pun memudar, perangai yang membuat Anne sahabatnya menjadi ikut prihatin, Tania menjadi egois
dank eras kepala, semua itu Tania lakukan hanya semata-mata untuk melampiaskan rasa sakitnya.
Kehidupan harus tetap berlanjut meskipun bagaimanapun kondisinya.

Tania masih berkomunikasi baik dengan Dede dan Ratna, kecuali dengan Danar. Tania sudah lama tak
berkomunikasidengan Danar, namun Dana selalu menanyakan kabarnya melalui Dede. Semua perasaan
itu semakin kalut tak menentu. Bahkan saat ulangtahun Tania yang berikutnya tidak ada lagi perayaan
seperti waktu sweet seventeen bersama Danar dan Dede. Dan Deede pun berlibur sendirian ke
Singapura bersama Tania. Setelah beberapa bulan, akhirnya Tania memutuskan untuk pulang tanpa
memberitahu Danar dan Ratna. Tania kangen kota yang memberikannya sejuta kesan dan perasaan
yang selalu tumbuh. Delapan tahun atas kepergian Ibu, Tania ingin mengunjungi pusara Ibu. Tania pun
pulang bersama Adi yang menyukainya. Setelah tiba disana, tiba-tiba Danar ke rumah dan melihat ada
Tania di sana, Danar memluk Tania dengan kaku, tatapan muka yang kaku pula. Keesokan harinya, Tania,
Dede, Danar, Ratna, dan Adi pergi ke pusara Ibu. Mengadu dan mendoakan Ibu. Danar dan Ratna saat
itu terlihat sangat mesra. Hati Tania pun semakin kalut.

Setelah beberapa hari, Tania pun kembali ke Singapura tanpa Adi. Tak asa kejadian penting selama enam
bulan. Tania lulus dengan kuliah sesuai jadwal, dengan nilai yang baik. Tania benar-benar sendirian saat
kelulusan itu. Namanya terpahat di plakat depan kampus, lulusan terbaik, tercepat, tertinggi GPA-nya.
Anak pengamen yang kumuh, dekil, dan bau, kini namanya terpahat dan dikenal oleh semua orang. Ibu
pasti akan bangga.

Tiba-tiba pada suatu waktu Tania mendapatkan e-mail yang menyakitkan dari Ratna, Tania sampai
berdarah-darah membacanya. Membuat Tania menjadi tidak mengerti. Ratna menceritakan keadaan
rumah tangganya kepada Tania, menceritakan perangai Danar yang berubah, membuat Tania kaget
tidak menyangka. Bagaimana mungkin malaikat yang dicintainya yang dimatanya begitu sempurna, tak
akan mungkin membiarkan siapun menangis kini membiarkan istriya sendiri menangis karenanya. Tania
pun akhirnya memutuskan untuk pulang, membantu dan mencari tahu masalah yang sebenarnya
dengan bantuan Dede. Dan tidak disangka akhirnya teka-teki itu mulai bermunculn, Danar benar-benar
berubah tidak ada lagi wajah yang menyenangkan itu, selalu pulang larut malam, dan sikapnya menjadi
dingin. Tania pun tahu dari Dede bahwa Danar pun mempunyai perasaan yang sama seperti Tania.
Seperti liontin yang pernah Tania dapatkan dari Danar ternyata itu benar-benar special, meski Dede dan
Ibu juga mendapatkannya. Namun ternyata jika liontin Danar dan Tania disatukan, akan sempurna
membentuk daun berbentuk hati. Terdapat gambar bunga dan dua daun Linden. Semuanya terasa
menyesakkan, Tania bertanya-tanya dalam hati. Mengapa kalau Danar mengetahui tentang perasaan
Tania kepadanya Danar malah menikah dengan Ratna, dan kalau memang Danar memiliki rasa yang
sama seperti Tania mengapa Dana tak mengungkapkannya. Semua ini hanyalah pertanyaan yang tak
pernah terjawabkan. Dan Dede pun memberitahu Tania soal novel yang dibuat Danar, yang tidak
sengaja Dede copy paste dari laptop Danar. Novel itu berjudul Cinta dari Pohon Linden. Cerita yang tak
akan pernah usai. Ternyata novel itu menceritakan tentang mereka. Tania pun segera akan menemui
Danar dan mempertanyakan tentang semua ini, dan Danar sedang duduk terpekur di bawah pohon
linden depan rumah kardus tempat tiga tahun Tania merasakan kemiskinan dan kehidupan yang
menyesakkan. Tania pun menemui Danar dan mempertanyakan semuanya, Tania menangis dan
membicarakannya dengan suara tersendat. Danar hanya diam dan seolah-olah tak mengerti. Tania
mengungkapkan semuanya. Namun semuanya sudah terlambat, cinta itu sangat membuat mereka
menyesakkan. Kini Ratna tengah hamil empat bulan dan Danar harus mempertanggung jawabkan
pernikahannya itu. Tania pun telah menerima semua keadaannya itu, mencoba memahaminya. Cinta tak
harus memiliki. Tania akan kembali lagi ke Singapura, dan tidak akan kembali lagi. Meninggalkan Dede,
Danar, Ratna, toko buku, semua kenangan, dan pusara Ibu.
RIWAYAT HIDUP PENGARANG

“Tere Liye” merupakan nama pena dari seorang novelis yang diambil dari bahasa India dengan arti :
untukmu, untuk-Mu, dan nama aslinya adalah Darwis. Tere-Liye Lahir pada tanggal 21 Mei 1979. Tere
liye mempunyai seorang istri yang bernama Riski Amelia, dan dikaruniai anak yang bernama Abdullah
Psai. Lahir dan besar di pedalaman sumatera, berasal dari keluarga petani, anak keenam dari tujuh
bersaudara. Darwis berasal dari Sumatra Selatan, Indonesia. Riwayat pendidikannya nya:

1. SDN 2 Kikim Timur Sumasel

2. SMPN 2 Kikim Timur Sumsel

3. SMUN 9 Bandar Lampung

4. Fakultas Ekonomi UI

Tampaknya Tere-Liye tidak ingin dikenal oleh pembacanya. Hal itu terlihat dari sedikitnya informasi yang
pembaca dapat melalui bagian “tentang penulis” yang terdapat pada bagian belakang sebuah novel.
Agak sulit ketika mencari tahu tentang Tere-Liye. Tere Liye telah menghasilkan 14 buah novel. Yaitu:

1. Daun yg Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (Gramedia Pustaka Umum, 2010

2. Pukat (Penerbit Republika, 2010)

3. Burlian (Penerbit Republika, 2009)

4. Hafalan Shalat Delisa (Republika, 2005)

5. Moga Bunda Disayang Allah (Republika, 2007)

6. The Gogons Series: James & Incridible Incidents (Gramedia Pustaka Umum, 2006)
7. Bidadari-Bidadari Surga (Republika, 2008)

8. Sang Penandai (Serambi, 2007)

9. Rembulan Tenggelam Di Wajahmu (Grafindo, 2006; Republika 2009)

10. Mimpi-Mimpi Si Patah Hati (AddPrint, 2005)

11. Cintaku Antara Jakarta & Kuala Lumpur (AddPrint, 2006)

12. Senja Bersama Rosie (Grafindo, 2008)

13. ELIANA ,serial anak-anak mamak

14. Ayahku (Bukan) Pembohong

Tere-liye tidak seperti penulis lain yang biasanya memasang foto, contact person, profil lengkap pada
setiap bukunya sehingga ketika buku/novel tersebut meledak biasanya langsung membuat penulis
tersebut terkenal dan diundang serta melanglangbuana kemana-mana. Tere-liye ingin menyebarkan
pemahaman bahwa hidup ini sederhana melalui tulisannya. Semua novel Tere- Liye memiliki cerita yang
unik dengan mengutamakan pengetahuan, moral, dan agama. Penyampaiannya tentang keluarga,
moral, Islam, dakwah, sangat mengena tanpa membuat pembacanya merasa digurui.

Diposting oleh Unknown on January 08, 2014

Email This

BlogThis!

Share to Twitter

Share to Facebook

Share to Pinterest

No comments:

Post a Comment

Newer PostOlder PostHome

Subscribe to: Post Comments (Atom)


Home

POPULAR POSTS

Karangan Gambaran/Deskripsi Tentang Kampung Halamanku Desa Dayeuhmanggung di KAB. Garut

Karangan Gambaran (deskripsi) Karya: Riska Ramdiani KAMPUNG HALAMANKU DESA


DAYEUHMANGGUNG di KAB. GARUT Desa ini begitu terlihat ...

Parafrase Sajadah Panjang, Karya: Taufik Ismail

Parafrase "Sajadah Panjang" dianalisis oleh: Riska Ramdiani Sajadah Panjang Karya: Taufik Ismail Ada
sajadah panjang t...

PERAN GURU DAN SEKOLAH DALAM PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK BESERTA MANFAAT BAGI GURU
DALAM MEMPELAJARI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

disusun oleh: Riska Ramdiani BAB II Pembahasan A. Peran seorang guru dalam perkembangan peserta
didik Berkembang atau tidak...

Strategi PENGEMBANGAN Pendidikan Islam dalam Upaya Mengantisipsi Perkembangan IPTEK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Studi Pendahuluan Islam mewajibkan kepada pemeluknya lelaki atau
perempuan dimanapun dan kapanpun mulai d...

RPP Menyimak

disusun oleh: Riska Ramdiani Rencana Pembelajaran Menyimak (RPM) Nama sekolah : SMP
Muhammadiyah Mata Pelajaran ...

NASKAH DRAMA "GURU" Diadopsi dari cerpen “GURU” karya Putu Wijaya

NASKAH DRAMA “GURU” Karya: Riska Ramdiani NIM: 12211029 Kelas: 2A Diadopsi dari cerpen “GURU”
karya Putu Wijaya Tokoh: 1. ...

Anda mungkin juga menyukai