Anda di halaman 1dari 15

Farmaka

Volume 14 Nomor 2 82

AKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK ETANOL DAUN ILER (Plectranthus


scutellarioides (L.) R.Br.) PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR DENGAN
METODE INDUKSI ALOKSAN

Yasmiwar Susilawati, Ahmad Muhtadi, Moelyono Moektiwardoyo,


Putri Churnia Arifin

Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran


Jl. Raya Bandung Sumedang KM 21 Jatinangor, Sumedang 45363

ABSTRAK
Menurut data WHO, pada tahun 2014 total penderita diabetes melitus (DM) di Indonesia mencapai 9
juta jiwa. Selain obat sintetik, obat tradisional cukup banyak digunakan oleh penderita DM. Penelitian
terhadap beberapa spesies dari genus Plectranthus menunjukkan bahwa Plectranthus esculenthus dan
P. amboinicus memiliki aktivitas antidiabetes pada tikus. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
mengenai aktivitas antidiabetes dan dosis efektif dari tanaman iler (Plectranthus scutellarioides (L.)
R.Br) yang berasal dari genus yang sama dengan kedua tanaman di atas dan telah digunakan secara
empiris sebagai antidiabetes oral. Pengujian aktivitas antidiabetes dilakukan dengan menggunakan
hewan uji tikus putih jantan galur Wistar yang diberi diabetogen aloksan. Tikus yang telah mengalami
diabetes diberi ekstrak etanol daun iler dengan variasi dosis serta glibenklamid 0,5 mg/kgBB sebagai
kontrol positif. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan menggunakan metode amperometrik yang
memanfaatkan reaksi enzimatis glukosa dehidrogenase dengan alat ukur glukometer. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa dosis 200 mg/kgBB merupakan dosis yang memiliki aktivitas antidiabetes
paling baik, diikuti oleh dosis 300 mg/kgBB, dengan persentase penurunan glukosa darah relatifnya
berturut-turut 21,52% dan 3,64%, tetapi dosis 100 mg/kgBB tidak memiliki aktivitas antidiabetes.
Aktivitas antidiabetes ekstrak dosis 200 mg/kgBB tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan
glibenklamid yang memiliki persentase penurunan kadar glukosa relatif 21,35%.
Kata kunci : iler (Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br.), antidiabetes, aloksan
ABSTRACT
Based on WHO data, in 2014 total of diabetic patient in Indonesia reach 9 million. In addition to
synthetic drugs, traditional medicine widely used by diabetic patients. Research of several species
from Plectranthus genus showed that Plectranthus amboinicus and P. esculentus have antidiabetic
activity in rat. Therefore, it is necessary to do antidiabetic activity research and its effective dose of
plants iler (Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br) which derived from the same genus and has been
used empirically as oral antidiabetic. Antidiabetic activity test conducted using white male Wistar rats
which given diabetogen alloxan. Rat who had developed diabetes later given different dose of iler
leaves ethanol extract and glibenclamide 0,5 mg/kgBB as a positive control. Blood glucose level was
measured using amperometric method utilizing enzymatic reaction of glucose dehydrogenase which
measured by glucometer. As a result, a dose of 200 mg / kg dose had the highest antidiabetic activity,
followed by a dose of 300 mg / kg, the percentage decrease in relative blood glucose are 21,52% and
3,64% respectively, but a dose of 100 mg / kg didn’t have antidiabetic activity. Antidiabetic activity of
200 mg/kg dose of extract didn’t have any significant difference with glibenclamide, which has
percentage decrease in relative blood glucose 21,35%.
Keywords : iler (Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br.), antidiabetic, alloxan
Farmaka
Volume 14 Nomor 2 83

PENDAHULUAN 9 juta jiwa dan 4,8 juta kasus diabetes

Diabetes melitus (DM) adalah yang tidak terdiagnosa (IDF, 2015).

suatu penyakit metabolik yang ditandai Terapi untuk penyakit DM dapat

dengan adanya hiperglikemia, yang dibedakan menjadi terapi farmakologis

disebabkan oleh kurangnya produksi dan non farmakologis (Dipiro et al.,

insulin, resistensi insulin, atau keduanya 2011), yang keduanya bertujuan

(Dipiro et al., 2011). Umumnya, DM mengontrol kadar glukosa darah dan

digolongkan menjadi DM tipe 1 dan DM mencegah komplikasi (Chang et al.,

tipe 2. DM tipe 1 (insulin dependent DM) 2013). Terapi non farmakologis berupa

diderita oleh 5-10% dari penderita DM, pengaturan pola makan dan olahraga

terjadi karena adanya kerusakan sel β secara teratur. Sedangkan terapi

pankreas dan menyebabkan farmakologis meliputi pemberian insulin

ketergantungan insulin seumur hidup, dan obat antidiabetes oral (Dipiro et al.,

sedangkan DM tipe 2 (non insulin 2011). Walaupun banyak obat antidiabetes

dependent DM) diderita oleh 90-95% yang telah terbukti efektif, obat herbal

penderita DM, terjadi karena adanya masih banyak diminati karena harganya

resistensi insulin, kurangnya produksi yang murah dan efek samping yang dirasa

insulin, atau keduanya (Dipiro et al., lebih sedikit (Modak et al., 2007).

2011). Salah satu kelompok tanaman

Pada tahun 2014, penderita yang dapat digunakan sebagai obat

diabetes melitus mencapai 9% dari antidiabetes herbal adalah genus

populasi dunia yang berusia 18 tahun ke Plectranthus. Plectranthus adalah suatu

atas (WHO, 2015). Di Indonesia sendiri genus yang memiliki 300 spesies anggota,

pada tahun 2014, prevalensi diabetes pada yang spesiesnya bisa ditemukan di Afrika,

usia dewasa (20-79 tahun) adalah 5,8% Asia, dan Australia (Lukhoba et al.,

dengan total penderita diabetes sebanyak 2006). Beberapa spesies yang termasuk
Farmaka
Volume 14 Nomor 2 84

dalam genus Plectranthus telah terbukti kandungan kimia yang sama atau mirip

memiliki aktivitas antidiabetes. Salah sehingga akan memiliki aktivitas

satunya adalah Plectranthus esculentus farmakologis yang juga serupa (Pan et al.,

yang dapat menurunkan kadar HbA1C 2013). Oleh karena itu, perlu dilakukan

pada tikus diabetes yang diinduksi dengan penelitian mengenai aktivitas antidiabetes

streptozotocin (Eleazu et al., 2014). dari Plectranthus scutellarioides, yang

HbA1C adalah hemoglobin terglikosilasi merupakan anggota genus Plectranthus

yang dapat menggambarkan rata-rata dan juga secara empiris telah digunakan

kadar glukosa dalam darah (Mahdavi et sebagai obat antidiabetes tradisional di

al., 2013). Selain itu, ekstrak etanol Indonesia. Penelitian dilakukan terhadap

Plectranthus amboinicus juga telah tikus putih jantan diabetes yang diinduksi

terbukti dapat menurunkan kadar gula dengan aloksan.

darah pada tikus diabetes yang diinduksi BAHAN DAN METODE


aloksan secara signifikan
BAHAN
(Viswanathaswamy et al., 2011).
Bahan yang digunakan adalah
Plectranthus esculentus dan P.
simplisia daun iler (Plectranthus
amboinicus merupakan tanaman yang
scutellarioides (L.) R. Br.) yang diperoleh
berasal dari Afrika (Agyeno et al., 2014;
dari Kebun Percobaan Manoko, Lembang,
Arumugam et al., 2016), sedangkan
Jawa Barat. Bahan kimia yang digunakan
spesies dari genus ini yang telah dikenal
adalah aquades, etanol 70%, aloksan,
sebagai obat tradisional dan
glibenklamid, toluen, amonia 10%,
dibudidayakan di Indonesia adalah
kloroform, asam klorida (HCl), pereaksi
Plectranthus scutellarioides
Mayer, pereaksi Dragendorf, magnesium,
(Moektiwardoyo dkk., 2011).
amil alkohol, besi (III) klorida (FeCl3),
Spesies yang berasal dari famili
gelatin 1%, kalium hidroksida 5%, eter,
atau genus yang sama sering memiliki
pereaksi Lieberman-Buchardat, vanilin
Farmaka
Volume 14 Nomor 2 85

10%, asam sulfat (H2SO4), PGA 2%. Penapisan Fitokimia

Hewan uji yang digunakan adalah tikus Penapisan fitokimia dilakukan untuk
putih (Rattus novergicus) jantan galur mengetahui golongan metabolit sekunder
Wistar umur 2-3 bulan dengan berat 150- yang terkandung dalam ekstrak etanol
250 gram. daun iler. Penapisan fitokimia dilakukan

METODE dengan metode Phytochemical Screening

Pengumpulan dan Determinasi of Plants oleh Farnsworth pada tahun

Simplisia 1966 yang meliputi penapisan uji alkaloid,

polifenol, flavonoid, tanin, saponin,


Bahan tanaman diperoleh dari
kuinon, monoterpenoid dan
wilayah Lembang, Jawa Barat.
seskuiterpenoid, serta steroid dan
Determinasi dilakukan di Laboratorium
triterpenoid.
Taksonomi, Jurusan Biologi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Uji Pola Kromatografi Lapis Tipis

Universitas Padjadjaran. (KLT)

Ekstraksi Uji pola KLT dilakukan dengan

menggunakan fasa diam plat silika Gf 254


Ekstraksi simplisia dilakukan
dan fasa gerak butanol : asam asetat : air
dengan metode maserasi menggunakan
dengan perbandingan 4 : 1 : 3. Pola
etanol 70% selama 3 x 24 jam. Pelarut
kromatogram diamati di bawah sinar
diuapkan menggunakan rotary evaporator
tampak serta sinar UV pada panjang
pada suhu 600C sehingga diperoleh
gelombang 254 dan 366 nm. jarak bercak
ekstrak cair. Ekstrak cair dikentalkan
dari titik awal diukur dan dicatat untuk
dengan pemanasan di atas penangas air
menghitung nilai Rf.
pada suhu 600C. ekstrak kental dihitung

rendemennya dan diukur kadar airnya. Pengujian Aktivitas Antidiabetes

Sebelum penelitian dimulai, tikus

dipuasakan selama 18 jam (ad libideum)


Farmaka
Volume 14 Nomor 2 86

kemudian kadar glukosa darahnya diukur 4. Kelompok dosis uji 1, diberikan

menggunakan glukometer dan dijadikan ekstrak etanol daun iler dengan dosis

sebagai kadar glukosa awal. 100 mg/kg BB dalam suspensi PGA

Dilakukan induksi diabetes 2%

menggunakan aloksan secara 5. Kelompok dosis uji 2, diberikan

intraperitoneal dengan dosis 175 ekstrak etanol daun iler dengan dosis

mg/kgBB, kecuali tikus pada kelompok 200 mg/kg BB dalam suspensi PGA

kontrol normal. 2%

6. Kelompok dosis uji 3, diberikan


Setelah 48 jam, tikus yang
ekstrak etanol daun iler dengan dosis
menunjukkan kadar glukosa darah >200
300 mg/kg BB dalam suspensi PGA
mg/dL dikelompokkan menjadi 5
2%
kelompok, masing-masing terdiri dari 5

ekor tikus, yaitu kelompok kontrol positif, Pengukuran kadar glukosa darah

kontrol negatif, dosis uji 1, dosis uji 2, dan dilakukan setiap hari selama 7 hari sejak

dosis uji 3. hari pertama pemberian sediaan,

menggunakan metode enzimatis dengan


Selanjutnya kelompok tikus normal
alat ukur glukometer. Dari data kadar
dan 5 kelompok tikus diabetes diberikan
glukosa darah yang diperoleh, dapat
sediaan berikut secara peroral selama 6
dihitung persentase penurunan kadar
hari berturut-turut:
glukosa darah relatif dari masing-masing
1. Kelompok kontrol normal, diberikan
kelompok uji.
suspensi PGA 2%
Analisis Data
2. Kelompok kontrol negatif, diberikan

suspensi PGA 2% Data persentase penurunan kadar

3. Kelompok kontrol positif, diberikan glukosa darah relatif selanjutnya dianalisis

glibenklamid dengan dosis 0,5 mg/kg secara statistika menggunakan desain

BB dalam suspensi PGA 2%


Farmaka
Volume 14 Nomor 2 87

analisis varians (ANAVA) serta uji Hasil Penapisan Fitokimia

lanjutan Duncan pada taraf nyata 0,05. Tabel 1 Hasil Penapisan Fitokimia
Ekstrak Etanol Daun Iler
HASIL PENELITIAN Golongan Metabolit Hasil
Sekunder
Pengumpulan Bahan dan Determinasi Alkaloid -
Polifenol +
Tanin -
Simplisia daun iler (Plectranthus Flavonoid +
Monoterpenoid dan -
scutellarioides (L.) R.Br.) diperoleh dari sesquiterpenoid
Steroid dan triterpenoid -
Lembang, Jawa Barat. Hasil determinasi Kuinon -
Saponin +
tanaman menunjukkan bahwa tanaman
Keterangan:
(+) = terdeteksi, (-) = tidak terdeteksi
termasuk dalam kingdom Plantae, divisi

Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida,


Hasil Uji Pola KLT
ordo Lamiales, famili Lamiaceae, genus

Plectranthus dan spesies Pletranthus Tabel 2 Profil Kromatografi Lapis Tipis


Ekstrak Etanol Daun Iler
scutellarioides (l.) R.Br.).

Hasil Ekstraksi Simplisia

Pada proses ekstraksi, digunakan

368,62 gram simplisia daun iler dengan

pelarut etanol 70%. Diperoleh ekstrak

kental berwarna hitam kecoklatan yang

berbau khas dan berasa pahit sebanyak

47,83 gram dengan rendemen ekstrak

sebesar 12,97% dan kadar air sebesar 9%

(v/b).
Farmaka
Volume 14 Nomor 2 88

Hasil Pengujian Aktivitas Antidiabetes Keterangan:


1 Kontrol normal : PGA 2%
Tabel 3 Kadar Glukosa Darah setiap 2 Kontrol negatif: PGA 2% + aloksan
Kelompok Tikus selama Pengujian 175mg/kgBB
Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol 3 Kontrol positif : aloksan 175
Daun Iler mg/kgBB + glibenklamid 0,5
mg/kgBB
4 Kelompok uji 1 : aloksan 175 mg/kg
BB + ekstrak daun iler 100 mg/kgBB
5 Kelompok uji 2 : aloksan 175
mg/kgBB + ekstrak daun iler 200
mg/kgBB
6 Kelompok uji 3 : aloksan 175
mg/kgBB + ekstrak daun iler 300
mg/kgBB

Berdasarkan data pada Tabel 3,

selanjutnya dihitung kadar glukosa darah

relatif dan persentase penurunannya. Rata-

rata kadar glukosa relatif dari setiap

kelompok ditampilkan pada Gambar 1.

600
Kadar glukosa darah relatif (%)

500 kontrol negatif

kontrol normal
400
kontrol positif
300
ekstrak dosis uji 1
200 (100 mg/kgBB)
ekstrak dosis uji 2
100 (200 mg/kgBB)
ekstrak dosis uji 3
0 (300 mg/kgBB)
0 1 2 3 4 5 6 7
Waktu (Hari ke-)

Gambar 1 Grafik kadar glukosa darah relatif (%) tikus selama pengujian aktivitas antidiabetes
ekstrak etanol daun iler
Farmaka
Volume 14 Nomor 2 89

Berdasarkan data kadar glukosa terhadap kontrol negatif dihitung dan

darah relatif yang telah didapat, persentase ditampilkan dalam Gambar 2.

penurunan kadar glukosa darah relatif (P)

60
Persentase Penurunan Kadar Glukosa

40

20 kontrol positif
Relatif (%)

0 ekstrak dosis uji 1 (100


1 2 3 4 5 6 7 mg/kgBB)
-20 ekstrak dosis uji 2 (200
mg/kgBB)
-40
ekstrak dosis uji 3 (300
mg/kgBB)
-60

-80
Waktu (Hari ke-)

Gambar 2 Grafik persentase penurunan kadar glukosa darah relatif (%) tikus terhadap kontrol
negatif

Hasil Analisis Data secara Statistika kelompok uji. Hasil analisis menunjukkan

Persentase penurunan kadar bahwa terdapat perbedaan aktivitas

glukosa relatif yang telah didapat antidiabetes yang signifikan di antara

kemudian dianalisis secara statistika keempat kelompok uji. Selanjutnya,

dengan menggunakan metode Analisis dilakukan analisis lanjutan dengan metode

Varian (ANAVA) dengan α = 0,05 untuk Duncan untuk melihat kelompok mana

melihat apakah terdapat perbedaan yang memiliki aktivitas antidiabetes

aktivitas antidiabetes yang signifikan antar paling baik.

Tabel 4 Hasil Analisis Statistika Lanjutan terhadap Persentase Penurunan Kadar Glukosa
Relatif dengan Metode Duncan
Uji N Subset
1 2 3
ekstrak dosis uji 1 (100 mg/kgBB) 28 -11,0660
ekstrak dosis uji 3 (300 mg/kgBB) 28 3,6379
kontrol positif 28 21,3502
ekstrak dosis uji 2 (200 mg/kgBB) 28 21,5212
Sig. 1,000 1,000 ,977
Farmaka
Volume 14 Nomor 2 90

Pada hasil analisis ini terlihat Penapisan fitokimia dilakukan

bahwa ketiga kelompok ekstrak dosis uji pada ekstrak kental daun iler untuk

berada pada subset yang berbeda, hal ini mengetahui golongan metabolit sekunder

menunjukkan bahwa ketiga kelompok ini yang terkandung di dalam ekstrak.

memiliki perbedaan aktivitas antidiabetes Menurut Moektiwardoyo, dkk.


yang signifikan. (2011) daun iler mengandung metabolit

PEMBAHASAN sekunder golongan fenol, tanin, alkaloid,

Ekstrak etanol adalah sediaan yang flavonoid, saponin. Namun, pada

paling umum digunakan pada penelitian penapisan fitokimia yang telah dilakukan,

awal mengenai aktivitas farmakologis hanya polifenol, flavonoid dan saponin

suatu tanaman. Hal ini dikarenakan pada yang terdeteksi di dalam ekstrak. Hal ini

penelitian awal seperti ini, masih belum mungkin disebabkan kandungan alkaloid

diketahui senyawa mana yang dan tanin pada ekstrak terlalu kecil

bertanggung jawab atas efek farmakologis sehingga tidak terdeteksi pada penapisan

dari tanaman, oleh karena itu perlu fitokimia.

digunakan pelarut universal yang dapat Setelah didapatkan ekstrak kental

melarutkan metabolit sekunder dari daun iler, selanjutnya dilakukan pengujian

berbagai tingkat polaritas, seperti etanol aktivitas antidiabetes dengan

yang bersifat semi polar. menggunakan hewan uji tikus putih

Pada penelitian ini, metode (Rattus novergicus) jantan yang telah

maserasi dengan etanol 70% dipilih diberi diabetogen aloksan secara

sebagai metode ekstraksi untuk mencegah intraperitoneal dengan dosis 175

kerusakan senyawa-senyawa termolabil mg/kgBB.

yang mungkin terkandung dalam Sebenarnya, terdapat beberapa

simplisia. metode untuk menginduksi DM pada

hewan uji, namun metode induksi aloksan


Farmaka
Volume 14 Nomor 2 91

dipilih untuk digunakan dalam penelitian Pada kelompok kontrol positif,

ini karena harganya yang lebih murah tikus telah mengalami diabetes pada hari

dibandingkan diabetogen lain (misalnya ke-1, dengan kadar glukosa relatif

streptozotosin/STZ) dan dapat 318,75%. Kadar glukosa relatif pada

menimbulkan kondisi DM pada hewan uji kelompok ini sempat mengalami kenaikan

dalam waktu yang relatif singkat. pada hari ke-2 namun kemudian

Hasil pengukuran kadar glukosa mengalami penurunan secara bertahap

relatif pada Gambar 1 menunjukkan sehingga mencapai nilai 279,83% pada

bahwa kadar glukosa relatif kelompok hari ke-7. Hal ini menunjukkan bahwa

kontrol normal tidak mengalami glibenklamid yang diberikan pada

perubahan berarti selama 8 hari kelompok ini memiliki aktivitas

pengamatan. Pada hari ke-0 dan ke-7 antidiabetes.

kadar glukosa relatifnya adalah 100% dan Pada kelompok ekstrak dosis uji 1

107,55%. (100 mg/kgBB), tikus telah mengalami

Pada kelompok kontrol negatif, diabetes pada hari ke-1 dengan kadar

terlihat bahwa tikus telah mengalami glukosa relatif 511,87%. Kadar glukosa

diabetes pada hari ke-1 dengan kadar relatif pada kelompok ini terlihat

glukosa relatif 395,65%. Kadar glukosa mengalami kenaikan pada hari ke-4

relatif pada kelompok ini mengalami namun kembali mengalami penurunan

fluktuasi selama 7 hari pengamatan, pada hari-hari berikutnya. Pada hari ke-7

namun pada hari ke-7, kadar glukosa kadar glukosa relatifnya adalah 357,41%.

relatifnya adalah 391,66%. Hal ini Pada hari terakhir pengamatan, kadar

menunjukkan bahwa tidak terjadi glukosa reatif kelompok ini lebih tinggi

penurunan kadar glukosa relatif yang daripada kelompok kontrol positif maupun

berarti pada kelompok ini. dua dosis uji lainnya, namun lebih rendah

daripada kelompok kontrol negatif. Hal ini


Farmaka
Volume 14 Nomor 2 92

menunjukkan bahwa ekstrak daun iler relatif kelompok ini mengalami penurunan

dengan dosis 100 mg/kgBB memiliki secara bertahap setiap harinya hingga

aktivitas antidiabetes, namun aktivitasnya mencapai nilai 329,49% pada hari ke-7.

lebih rendah daripada kelompok uji Pada grafik terlihat bahwa kadar glukosa

lainnya. relatif kelompok ini masih lebih tinggi

Pada kelompok ekstrak dosis uji 2 daripada kelompok kontrol positif maupun

(200 mg/kgBB), tikus telah mengalami dosis uji 2, namun lebih rendah daripada

diabetes pada hari ke-1 dengan kadar kelompok dosis uji 1 maupun kontrol

glukosa relatif 457,03%. Kemudian, kadar negatif. Hal ini menunjukkan bahwa

glukosa relatifnya mengalami penurunan ekstrak daun iler dengan dosis 300

secara bertahap setiap harinya sehingga mg/kgBB memiliki aktivitas antidiabetes

mencapai nilai 240,167% pada hari ke-7. namun lebih rendah daripada kelompok

Dari grafik, terlihat bahwa kadar glukosa kontrol positif dan dosis uji 2.

relatif kelompok ini paling rendah Berdasarkan data kadar glukosa

dibandingkan dengan kelompok lainnya, darah relatif yang telah didapat, persentase

bahkan jika dibandingkan dengan penurunan kadar glukosa darah relatif (P)

kelompok kontrol positif. Hal ini terhadap kontrol negatif dihitung dan

menunjukkan bahwa ekstrak daun iler ditampilkan dalam Gambar 2.

dengan dosis 200 mg/kgBB memiliki Berdasarkan hasil perhitungan


aktivitas antidiabetes yang lebih baik persentase penurunan kadar glukosa relatif
dibandingkan dengan kelompok- terhadap kelompok kontrol negatif,
kelompok lainnya. masing-masing kelompok memiliki

Pada kelompok ekstrak dosis uji 3 persentase penurunan kadar glukosa relatif

(300 mg/kgBB), tikus telah mengalami yang berbeda. Hampir semua kelompok

diabetes pada hari ke-1 dengan kadar memiliki persentase penurunan glukosa

glukosa relatif 468,06%. Kadar glukosa darah relatif yang bernilai negatif pada
Farmaka
Volume 14 Nomor 2 93

hari pertama dan kedua. Hal ini dibandingkan dengan kontrol positif, yaitu

menunjukkan bahwa aktivitas antidiabetes 21,52% untuk kelompok ekstrak dosis uji

baru mulai terlihat pada hari ketiga, 2 dan 21,35% untuk kontrol positif. Selain

kecuali kelompok ekstrak dosis uji 1 yang itu, terlihat juga bahwa persentase

baru menunjukkan aktivitas antidiabetes penurunan kadar glukosa relatif pada

pada hari keempat. kelompok ini mengalami peningkatan

Berdasarkan grafik pada Gambar 2 secara perlahan setiap harinya. Hal ini

terlihat bahwa kelompok ekstrak dosis uji menunjukkan bahwa aktivitas antidiabetes

1 memiliki persentase penurunan kadar dari ekstrak daun iler dengan dosis 200

glukosa relatif yang paling rendah mg/kgBB terhadap tikus yang diinduksi

dibandingkan dengan kelompok lainnya. aloksan hampir sama dengan glibenklamid

Kelompok ini memiliki rata-rata yang digunakan sebagai kontrol positif.

persentase penurunan kadar glukosa relatif Sedangkan kelompok ekstrak dosis

sebesar -11,81%. Hal ini menunjukkan uji 3 terlihat memiliki persentase

bahwa pemberian ekstrak etanol daun iler penurunan kadar glukosa relatif yang

dengan dosis 100 mg/kgBB tidak lebih besar dibandingkan dengan

memiliki aktivitas antidiabetes terhadap kelompok ekstrak dosis uji 1, namun

tikus yang diinduksi aloksan. masih lebih rendah dibandingkan

Grafik menunjukkan bahwa kelompok ekstrak dosis uji 2 dan kontrol

kelompok ekstrak dosis uji 2 memiliki positif, dengan rata-rata persentase

persentase penurunan kadar glukosa relatif penurunannya sebesar 3,64%. Hal ini

yang hampir sama dengan kelompok menunjukkan bahwa pemberian ekstrak

kontrol positif, sedangkan jika dilihat dari etanol dengan dosis 300 mg/kgBB

rata-ratanya, kelompok ekstrak dosis uji 2 memiliki aktivitas antidiabetes pada tikus

memiliki persentase penurunan kadar yang diinduksi aloksan, namun

glukosa relatif yang sedikit lebih tinggi


Farmaka
Volume 14 Nomor 2 94

aktivitasnya lebih rendah daripada dosis aktivitas antidiabetes yang signifikan di

200 mg/kgBB. antara kedua kelompok ini. Dengan

Persentase penurunan kadar demikian, kelompok dosis uji 2

glukosa relatif yang telah didapat menunjukkan aktivitas antidiabetes

kemudian dianalisis secara statistika tertinggi, diikuti oleh kelompok dosis uji

dengan menggunakan metode Analisis 3. Sedangkan kelompok dosis uji 1 tidak

Varian (ANAVA) dengan α = 0,05 untuk memiliki aktivitas antidiabetes.

melihat apakah terdapat perbedaan Hasil analisis data ini

aktivitas antidiabetes yang signifikan antar menunjukkan bahwa aktivitas antidiabetes

kelompok uji. Hasil analisis menunjukkan dari ekstrak daun iler tidak mengalami

bahwa terdapat perbedaan aktivitas peningkatan dengan adanya peningkatan

antidiabetes yang signifikan di antara dosis. Hal ini mungkin disebabkan oleh

keempat kelompok uji. Selanjutnya, perbedaan viskositas pada sediaan yang

dilakukan analisis lanjutan dengan metode diberikan. Sediaan ekstrak dengan dosis

Duncan untuk melihat kelompok mana 300 mg/kgBB memiliki viskositas yang

yang memiliki aktivitas antidiabetes lebih tinggi dibandingkan dengan sediaan

paling baik. ekstrak dosis 200 mg/kgBB dikarenakan

Hasil analisis ini memperlihatkan volume pemberian yang diseragamkan

bahwa ketiga kelompok ekstrak dosis uji untuk setiap tikus, yaitu 1 mL/100 gram

berada pada subset yang berbeda, hal ini BB. Sediaan yang memiliki viskositas

menunjukkan bahwa ketiga kelompok ini lebih tinggi akan lebih sulit untuk

memiliki perbedaan aktivitas antidiabetes diabsorpsi di saluran cerna sehingga

yang signifikan. Namun, kelompok dosis kemungkinan sediaan ekstrak dosis 300

uji 2 berada pada subset yang sama mg/kgBB lebih sedikit diabsorbsi

dengan kelompok kontrol positif, yang dibandingkan sediaan ekstrak dosis 200

menunjukkan tidak adanya perbedaan mg/kgBB yang akhirnya berpengaruh


Farmaka
Volume 14 Nomor 2 95

pada aktivitas antidiabetes yang lebih memiliki aktivitas antidiabetes.

rendah. Selain itu, hal ini memang sering Aktivitas antidiabetes ekstrak etanol

terjadi pada pengujian aktivitas ekstrak daun iler dosis 200 mg/kgBB tidak

tanaman karena ekstrak masih memiliki perbedaan yang signifikan

mengandung campuran berbagai senyawa, dengan glibenklamid yang digunakan

yang saling bekerjasama untuk sebagai kontrol positif, yang memiliki

menghasilkan efek farmakologis. Namun persentase penurunan kadar glukosa

dengan peningkatan dosis, jumlah darah relatif sebesar 21,35%.

senyawa kimia yang dikandung semakin SARAN

banyak sehingga terjadi interaksi Perlu dilakukan penelitian lebih


merugikan yang mengakibatkan lanjut mengenai aktivitas antidiabetes
penurunan aktivitas farmakologis. fraksi polar, semi polar, dan non polar dari

SIMPULAN DAN SARAN ekstrak etanol daun iler (Plectranthus

SIMPULAN scutellarioides (L.) R.Br).

1. Ekstrak etanol daun iler (Plectranthus DAFTAR PUSTAKA

scutellarioides (L.) R.Br.) memiliki Agyeno, O.E., A.A. Jayeola, B.A. Ajala,
& B.J. Mamman. 2014. Exo-
aktivitas antidiabetes pada tikus putih morphology of Vegetative Parts
Support the Combination of
(Rattus novergicus) galur Wistar yang Solenostemon rotundifolius (Poir)
J.K. Morton with Plectranthus
diinduksi diabetes dengan aloksan. esculentus N. E. Br. Natal
(Lamiaceae) with Insight into
2. Ekstrak etanol daun iler dengan dosis Infra-Spesific Variability. Int J
Bioflux Society, 6 (1):16-25.
200 mg/kgBB memiliki aktivitas Arumugam, G., M.K. Swamy, & U.R.
Sinniah. 2016. Plectranthus
antidiabetes tertinggi, diikuti oleh dosis amboinicus (Lour.) Spreng:
Botanical, Phytochemical,
300 mg/kgBB dengan persentase Pharmacological and Nutritional
Significance. Molecules, 21.
penurunan kadar glukosa relatifnya
Chang, C.L.T., Y. Lin, A.P. Bartolome,
masing-masing 21,52% dan 3,64% Y.C. Chen, S.C. Chiu, & W.C.
Yang. 2013. Herbal Therapies for
tetapi dosis 100 mg/kgBB tidak Type 2 Diabetes Mellitus:
Chemistry, Biology, and Potential
Farmaka
Volume 14 Nomor 2 96

Application of Selected Plants and Modak, M., P. Dixit, J. Londhe, S.


Compounds. J Evid Based Ghaskadbi, & T.P.A.
Complementary Altern Med, Devasagayam. 2007. Indian Herbs
2013:1-33. and Herbal Drugs Used for the
Dipiro, J.T., R.L. Talbert, G.C. Yee, G.R. Treatment of Diabetes. J Clin
Matzke, B.G. Wells, & L.M. Biochem Nutr, 40(3):163-173.
Posey. 2011. Pharmacotherapy: A Moektiwardoyo, M., J. Levita, S.P. Sidiq,
Pathophysiologic Approach pp K. Ahmad, R. Mustarichie, A.
1205, 1209-1211. New York: Mc Subarnas, & Supriyatna. 2011. The
Graw Hill Medical. Determination of Quercetin in
Eleazu, C.O., K.C. Eleazu, S.C. Plectranthus scutellarioides (L)
Chukwuma, J. Okoronkwo, & R.Br. Leaves Extract and Its In
C.U. Emelike. 2014. Effect of Silico Study on Histamine H4
Livingstonepotato (Plectranthus Receptor. Majalah Farmasi
esculenthus N.E.Br) on Indonesia, 22(3):191-196.
Hyperglycemia, Antioxidant Pan, S.Y., S.H. Zhou, S.H. Gao, Z.L. Yu,
Activity and Lipid Metabolism of S.F. Zhang, M.K. Tang, J.N. Sun,
Streptozotocin Induced Diabetic D.L. Ma, Y.F. Han, W.F. Fong, &
Rats. Toxicology Reports, 1:674- K.M. Ko. 2013. New Perspectives
681. on How to Discover Drugs from
Farnsworth, W.R. 1966. Biological and Herbal Medicines: CAM’s
Phytochemical Screening of Outstanding Contribution to
Plants. J Pharm Sci, 55(3). Modern Therapies. J Evid Based
Complementary Altern Med,
IDF (International Diabetes Federation). 2013:1-25.
2015. Indonesia
(https://www.idf.org/membership/ Viswanathaswamy, A.H.M., B.C. Koti, A.
wp/indonesia). Gore, A.H.M. Thippeswamy, &
R.V. Kulkarni. 2011.
Lukhoba, C.W., M.S.J. Simmonds, & A.J. Antihyperglicemic and
Paton. 2006. Plectranthus: A Antihyperlipidemic Activity of
Review of Ethnobotanical Uses. J Plectranthus amboinicus on
Ethnopharmacol, 103:1-24. Normal and Alloxan-Induced
Mahdavi, A.R., K. Etemad, M. Haider, Diabetic Rats. Indian J Pharm Sci,
and & S.M. Alavinia. 2013. The 73(2):139-145.
effect of Seeing a Family WHO. 2015. Diabetes
Physician on the Level of (http://www.who.int/mediacentre/f
Glycosilated Hemoglobin (HbA1c) actsheets/fs312/en/).
in Type 2 Diabetes Mellitus
Patients. J Diabetes Metab Disord,
12 (2).

Anda mungkin juga menyukai