Anda di halaman 1dari 3

ILMU TAUHID: Dalil Aqli

Oleh: M. Hasan Darojat

Ma’rifatullah (Mengenal Allah)


1. Mengapa perlu menyadari dan meyakini keberadaan Allah?
Bayangkan, seandainya kamu sedang nyetir motor, sementara kamu gak bawa SIM
dan STNK, lalu ada pengendara lain dari arah berlawanan bilang, “Ada polisi di situ!”
Apa yg bakal kamu rasain? Akankah ada perubahan perilaku padamu? Akankah kamu
tetap maju ke depan ataukah berbalik arah? Apa ada perubahan pada pikiran,
perasaan, dan tindakanmu antara sebelum kamu diberitahu ada polisi dan
setelahnya?
Itulah pentingnya mengetahui dan menyadari “ada”nya sesuatu.
2. Mengapa keberadaan Allah perlu dibuktikan?
Masalahnya: Banyak dari kita, umat Islam, sekedar percaya pada sesuatu tanpa
dibuktikan terlebih dahulu, termasuk soal, mengapa kamu memeluk agama Islam.
Bisa jadi, kebanyakan menjawab, “Karena orangtua saya muslim, maka saya pun
muslim.” Padahal, sejatinya Islam bukan bawaan orang tua, Islam adalah pilihan!
Bayangkan, suatu ketika kamu sedang camping di gunung bersama teman-temanmu.
Lalu, kamu dikasih tahu kalo ada singa di suatu tempat tak jauh dari situ. Kamu tahu
temenmu seperti apa, ada kekurangannya, bisa jadi kadang gak jujur. Apakah kamu
bakal langsung yakin sepenuh hati begitu saja? Supaya bisa benar-benar yakin, kamu
bakal tergerak membuktikan sendiri kan?!
Contoh lain, pas kamu naik motor, ada temenmu bilang dari arah berlawanan, “Ada
kecelakaan di sana!” Nah, kamu bakal tergerak buat nyamperin, karena kamu benar-
benar bisa yakin kalo kamu membuktikan sendiri.
3. Bagaimana membuktikan keberadaan Allah?
Syekh Said Hawwa dalam kitabnya, Makrifatullah, ada sebuah cerita menarik.
Ceritanya begini.
Itu kekeliruan logika orang-orang ateis. Mereka tidak percaya Tuhan, dengan alasan
ia tidak bisa terlihat, dan tidak bisa dibuktikan. Padahal, banyak yang mereka yakini
ada padahal tanpa mereka buktikan dengan indera, misalnya mereka yakin dengan
adanya gaya, padahal ia tak bisa dilihat.
Mengapa untuk yakin tidak selalu harus bisa diindera? Karena yang ada, tidak selalu
terindera!
Bayangkan, kamu misal suatu ketika kamu lihat ada tahi ayam di emperan rumahmu.
Apakah kamu bakal bilang, “Tahi ayam itu ada dengan sendirinya, tidak mungkin ada
ayam di situ karena saya tidak melihatnya”? Ataukah akalmu yang sehat bakal
meyakini bahwa PASTI sudah pernah ada ayam yang singgah di situ?
Contoh lain, kamu pasti pada pegang gawai smartphone, kan? Nah, kamu bisa lihat,
gak, siapa aja orang-orangnya yang sudah membuat itu dari awal sampai jadi seperti
yang kamu pegang? Kalo tidak bisa, tidakkah kamu yakin bahwa PASTI ada yang
membuat itu?
Apakah kamu bakal bilang, “Ia ada begitu saja, tidak ada yang membuat, karena saya
tidak melihat siapa yang buat dan proses pembuatannya”? Ataukah kamu bakal
YAKIN 1000% kalo PASTI ada?
Sekali lagi, yang PASTI ADA itu tidak selalu harus terindera, cukup dengan akal yang
sehat dan pikiran yg waras untuk membuktikannya.
Nah, begitu pula dengan membuktikan keberadaan Allah, Sang Pencipta dan
Pengatur. Kita bisa meyakini keberadaannya tanpa harus menginderaNya secara
langsung, tapi cukup dengan bertafakur tentang ciptaannya, yang semuanya adalah
ayat-ayat atau tanda-tanda kebesaran Allah.
Dengan melihat ciptaannya, kita bisa yakin bahwa PASTI ada yang mencipta dan
mengatur dari dulu, saat ini, hingga hari Kiamat nanti.
Tuhan ini punya kesempurnaan dan tidak mungkin diciptakan. Kalau yang
dibayangkan tentang tuhan itu tidak sempurna, dan diciptakan, maka berarti kita
belum menemukan Tuhan yang sebenarnya.

Ma’rifatur-Rasul wal- Kitab (Mengenal Rasulullah s.a.w. dan Kitab Suci Al-
Qur’an)
4. Mengapa kita perlu mengenal Rasul?
Karena bakat. Bakat ku butuh.
5. Mengapa manusia butuh pada Rasul?
Untuk bisa mengabdi pada Allah dan menjalankan perannya di dunia, manusia butuh
kepada panduan dan bimbingan. Manusia tidak akan mampu menemukan caranya
sendiri hanya bermodalkan akalnya. Kita bisa lihat, berbagai agama dan kepercayaan
yang menyimpang saat ini.
6. Bagaimana kita meyakini bahwa Muhammad s.a.w. adalah benar-benar utusan
Allah?
Karena kita menyaksikan mukjizat beliau, yakni Kitab Suci Al-Qur’an. Mukjizat adalah
hal yang membuktikan seseorang itu utusan Allah.
7. Bagaimana kita meyakini bahwa Kitab Suci Al-Qur’an?
Karena sepanjang seribu tahun lebih, tidak ada yang berhasil mengalahkan Al-Qur’an
dari sisi kebahasaannya. Al-Qur’an turun di masa kejayaan syair Arab. Dari masa itu
hingga sekarang, tidak ada yang dapat membuat yang semisal dengan Al-Qur’an.
Gaya bahasa Nabi Muhammad s.a.w. pun tidak sama dengan gaya bahasa Al-Qur’an.
Isi Al-Qur’an tidak bertentangan antara satu dengan yang lain, padahal ia turun
berangsur-angsur selama sekitar 23 tahun.
Al-Qur’an pun sampai kepada kita melalui jalan penulikan yang mutawatir, artinya
dinukil oleh sangat banyak orang dari generasi sahabat hingga generasi sekarang,
sehingga tidak memungkinkan adanya pemalsuan, kalau ada yang memalsukan, bisa
mudah ketahuan.

Mengenal Hal-Hal Gaib


8. Mengapa kamu yakin bahwa leluruhmu Nabi Adam, bukan keturunan kera, seperti
kata Charles Darwin, dan bukan keturunan makhluk purba, seperti kata ahli2
Prasejarah?
Mengapa kamu yakin bahwa orang tuamu sekarang ini adalah memang orang tua
yang telah melahirkanmu? Bisakah kamu membuktikannya sendiri? MUSTAHIL kamu
bisa membuktikan dengan cara melihat dengan mata kepala sendiri! Tidak ada orang
yang ingat proses kelahirannya dari perut ibunya!
Maka, satu-satunya cara kamu bisa mengetahui siapa orang tua adalah “KAMU
DIBERI TAHU!”
Bukan diberitahu buat dimakan, ya, he he. Maksunya, kamu dikasih tahu, eh, tahu
lagi. Maksudnya kamu dikabari bahwa orang tuamu adalah orang tua yg kamu yakini
sekarang ini.
Begitupun orang tuamu, bisa tahu siapa orang tuanya (kakek-nenekmu) adalah
karena dikasih tahu!
Dan terus seperti itu sampai manusia pertama, Nabi Adam.
Berdasarkan informasi dari Yang Maha Mengetahui, umat Islam DIKASIH TAHU
bahwa leluhur kita, manusia pertama, adalah Adam ‘alaihis-salaam.
Begitupun juga dengan pertanyaan, mengapa kamu yakin ada para malaikat, ada
Hari Kiamat, ada surga dan neraka, dan ada hal-hal gaib lainnya? KARENA kita
DIKASIH TAHU!!!
Dikasih tahu sama siapa? Ya, sama Yang Maha Tahu, Allah subhanahu wata’ala
melalui Rasul-Nya.
Yang jadi pokok persoalan, apakah yang memberi tahu itu PUNYA OTORITAS,
sehingga layak dipercaya?
Kalo kamu sakit cukup parah, maka kamu bakal ke dokter, kan? Nah, dokter bakal
mendiagnosa penyakitnya, lalu memberikan resep obatnya.
Pertanyaannya, apakah kamu percaya sama apa yang disampaikan dokter itu?
Mau gak mau, kamu bakal percaya, kan? Mengapa? Karena dokter punya OTORITAS
keilmuan yang sudah mengenyam pendidikan dan pengalaman.
Kalau ke dokter dan para ahli saja, yang notabene itu manusia, makhluk, manusia
percaya, apa alasan kita untuk gak percaya pada Al-Khaliq Al-Mudabbir, Allah
subhanahu wata’ala?

Anda mungkin juga menyukai