Anda di halaman 1dari 6

Nama : Dhafin Fadhlur Rohman

Nim : 43218010127

Jawaban Kuis Auditing

1. Bedakan antara risiko bisnis dengan risiko audit, beri contoh masing2nya!
Jawab:
risiko audit adalah risiko bahwa auditor menyatakan pendapat yang tidak tepat atas
laporan keuangan sedangkan risiko bisnis adalah kemungkinan kerugian dan
terjadinya kejadian apapun yang dapat menimbulkan risiko karena kejadian tak
terduga yang akan berdampak negatif terhadap bisnis.

Contohnya adalah risiko bahwa perusahaan tidak dapat melanjutkan kelangsungan


bisnisnya. Risiko ini tidak hanya berdampak pada satu kelompok laporan keuangan
saja, tetapi dapar menjadi penting terkait pengakuan dan valuasi dari sejumlah
komponen laporan keuangan. Risiko-risiko lain terbatas pada satu atau hanya
beberapa asersi dalam laporan keuangan, misalnya risiko pencurian dari gudang A
yang berdampak pada keberadaan (existence) komponen-komponen yang dicatat pada
saldo akun “Persediaan Gudang A”. “Persediaan” merupakan elemen laporan
keuangan dan kelompok transaksi yang terkait dengan “Barang masuk (Good in) dan
Barang keluar (Good out).

2. Uraikan bagaimana hubungan antara risiko bawaan, risiko pengendalian dan risiko
deteksi.
Jawab :

Ketika risiko bawaan dan risiko pengendalian cukup tinggi, kebutuhan-kebutuhan


risiko deteksi yang dapat diterima cukup rendah untuk mnegurangi risiko audit pada
tingkat rendah yang dapat diterima. Sebagai contoh, jika struktur pengendalian
internal efektif dalam mencegah dan/atau mendeteksi adanya sejumlah kesalahan
(misalnya, risiko pengendalian rendah), maka auditor dapat melakukan pengujian
substantif yang sedikit efektif (risiko deteksi tinggi). Alternatifnya, jika saldo akun
lebih rentan terhadap kemungkinan salah saji (risiko bawannya lebih tinggi), maka
auditor harus menerapkan prosedur-prosedur pengujian substantif yang lebih efektif
(risiko deteksi lebih rendah).

Saringan (sieves) mempresentasikan sejumlah cara yang dilakukan klien dan auditor
untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang bersifat metarial dari laporan
keuangan. Dalam saringan pertama menpresentasikan sistem pengendalian internal.
Klien dapat memasang sistem pengendalian internal untuk mendeteksi kesalahan-
kesalahan yang bersifat material dan melakukan koreski yang diperlukan. Idealnya,
sistem pengendalian seharusnya mendeteksi setiap kesalahan yang bersifat material
sebelum dicantumkannya di dalam laporan keuangan. Namun, terdapat beberapa
risiko bahwa kesalahan-kesalahan akan terlewat, baik karena tidak terdeteksi melalui
sistem pengendalian (mungkin karena kerusakan atau kelemahan) maupun akan
diabaikan oleh seluruh sistem pengendalian (misalnya, tidak terdapat pengendalian
yang dilakukan seperti pada pertukaran yang tidak biasa atas aset-aset nonmoneter).
Kegagalan likuidasi melalui saringan memperesentasikan kesalahan-kesalahan yang
tidak terdeteksi dan luapan (spillover) mempresentasikan kesalahan-kesalahan yang
terlewat dari sistem pengendalian. Jika sistem pengendalian internal tidak dapat
mendeteksi dan mengoreksi kesahahan-kesalahan tersebut, maka kesalahan-kesalahan
ini tentu saja akan dicantunkan di dalam laporan keuangan. Auditor harus merancang
prosedur-prosedur audit yang akan memberikan asurans yang memadai bahwa
kesalahan-kesalahan yang bersifat material tersebut akan dideteksi dan dihilangkan
dari laporan keuangan. Saringan kedua mempresentasikan prosedur-prosedur yang
auditor. Walaupun pengendalian internal dan prosedur-prosedur yang dilakukan
auditor dapat mendeteksi adanya salah saji, akan selalu ada kemungkinan bahwa
beberapa salah saji tidak dapat dideteksi. Hal ini yang disebut sebagai risiko audit
(audit risk).

3. Apakah yang dimaksud dengan materialitas? Bagaimana ISA 320 menyikapi terkait
materialitas ini!
Jawab :

Materialitas tidak dijelaskan secara khusus di ISA. Sebaliknya, ISA 320 menjabarkan
materialitas dalam konstek audit dan sebagai metarialitas pelaksana. Meskipun
kerangka pelaporan keuangan dapat menjelaskan konteks audit umumnta menjelaskan
bahwa:
1. Salah saji, termasuk kelalaian dipertimbangkan bersifat material jika masing-
masing salah saji maupun salah saji secara keseluruhan diperkirakan dapat
memengaruhi pengambilan keputusan ekonomi para pengguna berdasarkan
laporan keuangan yang ada.
2. Pertimbnganpertimbangan terkait materialitas dibuat untuk menyoroti situasi-
situasi sekitar, dan yang dipengaruhi oleh ukuran atau sifat dasar dari salah
saji, atau merupakan kombinasi dari keduanya.
3. Pertimbangan terkait berbagai hal yang bersifat material oleh para pengguna
laporan keuangan didasarkan pada pertimbangan terkait kebutuhan informasi
keuangan secara umum oleh sekelompok pengguna. Kemungkinan pengaruh
salaj pada masing-masing pengguna secara khusus, yang mana kebutuhannya
menigkin cukup bervariasi tidak dipetimbangkan.

Materialitas pelaksana (perfoemance materiality) berarti jumlah atau jumlah-


jumlah yang ditetapkan oleh auditor kurang dari angka materialitas laporan keuangan
secara keseluruhan. Hal ini mengurangi pada tingkat probabilitas rendah yang dapat
diterima yang mana total salah saji yang tidak dapat dideteksi dan dikoreksi melebihi
angka materialitas laporan keuangan secara keseluruhan. Jika dapat digunakan,
materialitas pelaksanaan juga merujuk pada jumlah-jumlah yang ditetapkan oleh
auditor kurang dari tingkat metarialitas untuk kelompok-kelompok transaksi, saldo
akun, atau pengungkapan tertentu.

Tanggungjawab auditor adalah untuk menyatakan opini terkait apakah laporan


keuangan yang disajikan sesuai dengan standar-standar akuntansi keuangan dalam
seluruh aspek yang bersifat material. Materialitas merupakan tingkat ketidakakuratan
atau ketidaktepatan yang dianggap masih dapat diterima mengingat tujuan dari
laporan-laporan keuangan.

Tingkat Materialitas

Materialitas perencanaan (planning materiality) merupakan konsep yang


digunakan untuk merancang audit, sehingga dapat memperoleh asurans yang
memadai bahwa setiap kesalahan dari ukuran atau sifat dasar yang relevan (material)
akan dapat diidentifikasi. Terdapat baiaya-biaya tambahan bagi auditor untuk
mengaudit dengan tingkat materialitas yang lebih rendah. Semakin rendah tingkat
materialitasnya, semakin mahal biaya auditnya. Jika lebih banyak waktu yang penting
daripada kerika tingkat ketidaktepatan tertentu (tingkat materilaitas lebih tingi) yang
dipertimbangkan dapat diterima.

Ukuran Komponen

Penggunaan materialitas yang paling umum terkait dengan ukuran komponen (size
of the item) yang dipertimbangkan. Komponen dengan nilai (dalam mata uang dolar)
cukup besar yang dihilangkan dari laporan-laporan keuangan umumnya bersifat
material. Ukuran harus dipertimbangkan secara relative, misalnya sebagai persentase
pada dasar (laba bersih, total aset, penjualan dll) yang relevan daripada jumlah yang
absolut. Padangan bahwa ukuran merupakan penentu metarialitas yang penting berarti
bahwa materialitas hanya dapat dipertimbangkan dalam hubungannya dengan
sejumlah komponen atau kesalahan yang dapat diukur dalam satuan moneter untuk
tujuan pelaoran keuangan.

Sifar Dasar Komponen

Sifat dasar komponen (nature of an item) merupakan karateristik kualitatif. Auditor


tidak dapat mengukur keputusan materialitas dalam seluruh kasus: komponen-
komponen tertentu yang mugkin memilki signifikansi meskipun nilainya (dalam mata
uang dolar) tidak sebesar yang umumnya dipertimbangkan bersifat material oleh
auditor. Misalnya, uang suap politik oleh pihak yang diaudit (auditee), meskipun tidak
amterial secara ukuran, namunungkin sifat dasarnya sensitive, sehingga memiliki
pengruh terhadp laporan keuangan perusahaan yang mana pengguna perlu
mengetahuinya. Hal ini disarankan untuk melakukan pertimbangkan terkait
materialitas. Berikut aspek-aspek dari sifat dasar salah saji yang seharusnya
dipertimbangkan:

1. Sejumlah peristiwa atau transaksi yang menyebabkan salah saji


2. Legalitas, sensitivitas, normalitas, dan potensi situasi-situasi dari peristiwa
atau transaksi
3. Identifikasi dari masing-masing pihak lainnya yang terkait
4. Akun-akun dan catatan pengungkapan yang dipengaruhi

Situasi-Situasi dari Keterjadian


Materialitas dari kesalahan bergantung pada situasi-situasi yang relevan, yakni:

1. Para pengguna dari informasi akuntansi dalam proses pengambilan keputusan


ekonomi
2. Konteks dari informasi akuntansi yang mana komponen atau kesalahan terjadi

Oleh karena materialitas berarti dampak pada keputusan-keputusan pengguna, auditor


harus memiliki pengetahuan seperti para pengguna laporan keuangan dan para
pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Jika perusahaan yang telah diaudit
sebelumnya terdaftar dalam bursa efek nasional atau memiliki pinjaman dalam jumlah
yang cukup besar atau merger, para penggunaanya akan menjadi satu tipe. Jika
laporan yang dikelola oleh kemitraan dekat yang sedang di audit, para penggunanya
akan menjadi tipe yang berbeda.

Reliabilitas, Ketepatan dan Jumlah Bukti

Menurut ISA 320, audit harus mempertimbangkan metarialitas dan keterkaitannya


dengan risiko audit ketika melakukan audit. Dalam pengambilan sampel secara
statistik, terdapat hubungan tetap diantara:

1. Reliabilitas asersi berdasarkan pengambilan sampel (dalam pengauditan ini


ditentukan oleh risiko audit)
2. Ketepatan dari laporan ini (dalam penguaditan ini ditentukan oleh materialitas)
3. Jumlah bukti yang seharusnya dikumpulkan untuk membuat asersi

Area untuk Menentukan Materialitas

Standar-standar internasional tidak memberikan panduannya. Hanya sepuluh persen


dari pernyataan-pertanyaan akuntansi yang dikeluarkan oleh pihak otoritas di
Amerika Serikat yang memuat sejumlah presentase materialitas tertentu, dan hanya 6
persen diantaranya yang memberikan sejumlah komponen-komponen pertimbangan.
Namun, dalam prakteknya, setiap kantor akuntan publik memiliki beberapa panduan
atau “aturan main” yang ditetapkannya sendiri, yang terkait dengan dasar laporan
euangan seperti laba bersih, total pendapatan, dll. Aturan main yang umumnya
digunakan dalam praktik meliputi:
1. 5 sampai 10 persen dari laba bersih sebelum pajak
2. 5 sampai 10 persen dari aset lancar
3. 5 sampai 10 persen dari liabilitas jangka pendek
4. 0,5 sampai 2 persen dari total aset
5. 0,5 sampai 2 persen dari total pendapatan
6. 1 sampai 5 persen dari total ekuitas

Kesesuaian dasar laporan keuangan untuk menghitung materialitas akan bervariasi


berdasarkan sifat dasar dari bisnis klien. Misalnya, jika posisi perusahaan berada di
dekat titik impas (break even point) nya, maka laba bersih untuk tahun berjalan akan
jauh lebih kecil untuk digunakan sebagai dasar laporan keuangan.

Anda mungkin juga menyukai