Anda di halaman 1dari 32

Pekanbaru, 15 Maret 2018

KARAKTERISTIK TANAH

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

OLEH
NAMA : SYAH FITRI YANI

NIM : 1703113347

KELAS :A

KELOMPOK :4

ASISTEN : AULIA PUTRA

LABORATORIUM EKOLOGI – JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2018
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tanah adalah  akumulasi tubuh tanah alam bebas, menduduki sebagian

besar permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan

memiliki sifat sebagai  akibat  pengaruh  iklim dan jasad  hidup

yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama

jangka waktu tertentu  pula. Ilmu tanah sebagai ilmu pengetahuan alam

yang masih  muda,  sehingga  masih belum lengkap  untuk   menampung 

semua persoalan   teori  dan  praktek  dengan memuaskan. Di seluruh Bumi

terdapat aneka macam tanah, mulai dari yang paling gersang sampai yang

paling subur, warna putih, merah, kelabu, coklat, hitam, kelabu dan lain-lain

(Sudomo 2013).

Di Indonesia juga terdapat banyak jenis dan macam tanah. Sebagai Negara

tropis, di Indonesia memungkinkan untuk bercocok tanam sepanjang tahun.

Kesuburan tanaman tidaklah lepas dari tingkat kesuburan tanah tempatnya

tumbuh. Kesuburan tanah tiap daerah tidaklah sama, untuk itu diperlukan

ilmu khusus untuk mengkajinya. Kajian tersebut selain untuk mengethui

tingkat dan persebaran tanah antar daerah, juga untuk menentukan langkah

yang tepat untuk diperlakukan terhadap tanah tersebut (Prasetyo 2006).

Tanah terbentuk dari bahan-bahan mineral organik, air serta udara tersusun

di dalam ruangan yang membentuk tubuh tanah. Akibat berlangsungnya

proses pembentukan tanah itu, maka terjadilah perbedaan morfologi, kimia,

2
fisis dan biologi dari tanah yang berbeda-beda pula. Dalam tanah terdiri dari

empat komponen utama ialah bahan mineral, bahan organik, udara dan air

tanah (Sudomo 2013).

Tanah berbeda dari batuan induknya karena interaksi antara : hidrosfer,

atmosfer, litosfer dan biosfer ini adalah campuran dari konstituen mineral dan

organic yang dalam keadaan padat, gas, dan cair. Fungsi utama tanah adalah

sebagai media tumbuh makhluk hidup. Proses pembentukan tanah dimulai

dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadi bahan induk tanah, diikuti

oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang

dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan tanah,

pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas

ke bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali

lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat

fisik, kimia, dan biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan

horizon tanah yang terbentuk dari mineral anorganik akar. Susunan horizon

tanah tersebut biasa disebut Profil Tanah (Foth 1985).

Dalam kenyatannya sebagian besar dari tanah yang  ada  dipermukaan 

bumi ini dipergunakan sebagai usaha pertanian, maka dapat  dikatakan 

bahwa tanah adalah  alat produksi  yang  menghasilkan berbagai  produk

pertanian. Dengan kata lain, Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang

pada tubuh tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah, dimulai dari

permukaan tanah sampai lapisan bahan induk dibawahnya. Lapisan-lapisan

tersebut terbentuk selain dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk sebagai

3
bahan pembentuknya, juga terbentuk karena pengendapan yang berulang-

ulang oleh genangan air. Terdapatnya horizon-horizon pada tanah-tanah yang

memiliki perkembangan genetis menyugestikan bahwa beberapa proses

tertentu, umum terdapat dalam perkembangan Profil tanah. Berdasarkan

uraian di atas maka dilakukan pengamatan profil tanah dalam langkah awal

penelitian dan pengamatan terhadap tanah (Guswono 1983).

I.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Mempelajari cara menggali tanah untuk pembuatan tanah sebuah

profil tanah.

2. Mempelajari cara sederhana menggambar profil tanah.

3. Mempelajari cara praktis dan sederhana (“by feel”) untuk

mengenali tekstur tanah.

4. Mempelajari cara sederhana membuat deskripsi profil tanah,

terutama sekali untuk kepentingan penelitian ekologi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

4
II.1 Pengertian Tanah

Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi,

yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa

tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium

pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi

akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup,

bentuk wilayah dan lamanya waktu pertumbuhan (Margolang 2015). Proses 

pelapukan  adalah  berubahnya  bahan  penyusun  didalam  tanah dari  bahan 

penyusun  batuan.   Sedangkan  proses  perkembangan  tanah  adalah

terbentuknya  lapisan  tanah  yang  menjadi ciri, sifat, dan

kemampuan yang khas dari  masing – masing  jenis tanah.

Contoh  proses pelapukan adalah  hancurnya batuan  secara fisik,  sedangkan 

contoh  untuk  peristiwa  perkembangan  tanah adalah terbentuknya horison

tanah, latosolisasi (Hardjowigono 2003). Tanah adalah akumulasi tubuh alam

bebas, menduduki sebagian besar planet bumi, yang mampu menumbuhkan

tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup

yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan   relief tertentu selama

jangka waktu tertentu pula (Rahayu 2014). Berdasar definisi tanah, dikenal

lima macam faktor pembentuk tanah, yaitu :

1.  Iklim

2.  Kehidupan

5
3.  Bahan induk

4.  Topografi

5. Waktu.

II.2 Warna Tanah

Warna merupakan salah satu sifat fisik tanah yang lebih banyak digunakan

untuk pendeskripsian karakter tanah, karena tidak mempunyai efek langsung

terhadap tanaman tetapi secara tidak langsung berpengaruh lewat dampaknya

terhadap temperatur dan kelembapan tanah. Warna tanah dapat meliputi

putih, merah, coklat, kelabu, kuning dan hitam, kadangkala dapat pula

kebiruan atau kehijauan. Kebanyakan tanah mempunyai warna yang tidak

murni, tetapi campuran kelabu, coklat dan bercak, kerapkali 2-3 warna terjadi

dalam bentuk spot-spot, disebut karatan (Rahayu 2014).

Pengamatan warna tanah dengan indera menunjukkan warna tanah yang

bervariasi, menggambarkan petunjuk tentang sifat-sifat tanah. Sifat tanah

yang berkaitan dengan warna tanah kandungan bahan organik, kondisi

drainase dan serasi. Warna tanah digunakan dalam menentukan klasifikasi

tanah dan mencirikan perbedaan horizon-horizon tanah, atas dasar warnanya

yang muncul sebagai akibat gaya-gaya aktif dalam proses pembentukan tanah

(Tufaila 2014).

6
Intensitas warna tanah dipengaruhi tiga faktor berikut: (1) jenis mineral

dan jumlahnya, (2) kandungan bahan organik tanah, dan (3) kadar air tanah

dan tingkat hidratasi. Tanah yang mengandung mineral feldspar, kaolin,

kapur, kuarsa dapat menyebabkan warna putih pada tanah. Jenis mineral

feldspar menyebabkan beragam warna dari putih sampai merah. Hematit

dapat menyebabkan warna tanah menjadi merah sampai merah tua. Makin

tinggi kandungan bahan organik maka warna tanah makin gelap (kelam) dan

sebaliknya makin sedikit kandungan bahan organik tanah maka warna tanah

akan tampak lebih terang. Tanah dengan kadar air yang lebih tinggi atau lebih

lembab hingga basah menyebabkan warna tanah menjadi lebih gelap (kelam)

(Sahetapy 2009).

II.3 Struktur Tanah

Struktur tanah merupakan susunan  ikatan partikel  tanah  satu  sama  lain.

Ikatan  tanah  berbentuk  sebagai  agregat  tanah.  Apabila  syarat  agregat 

tanah terpenuhi maka dengan sendirinya tanpa sebab dari luar  disebut  ped, 

sedangkan ikatan  yang  merupakan  gumpalan  tanah  yang  sudah  

terbentuk  akibat penggarapan  tanah  disebut  clod. 

Untuk  mendapatkan  struktur tanah yang baik dan

valid  harus  dengan  melakukan  kegiatan 

dilapangan, sedang di laboratorium relatif  sukar  terutama  dalam 

mempertahankan  keasliannya  dari bentuk agregatnya (Wass 2009).

Pengamatan dilapangan pada umumnya didasarkan atas tipe struktur, kelas

struktur dan derajat struktur.  Ada macam-macam tipe tanah dan pembagian

7
menjadi bermacam-macam kelas pula. Di sini akan dibagi menjadi 7 tipe

tanah yaitu : tipe lempeng ( platy ), tipe tiang, tipe gumpal ( blocky ), tipe

remah ( crumb ), tipe granulair, tipe butir tunggal dan tipe pejal ( masif ).

Dengan pembagian kelas yaitu dengan fase sangat halus, halus, sedang, kasar

dan  sangat kasar. Untuk semua tipe tanah  dengan ukuran kelas berbeda-beda

untuk masing-masing tipe. Berdasarkan tegas dan tidaknya agregat tanah

dibedakan atas : tanah tidak beragregat dengan struktur pejal atau berbutir

tunggal, tanah lemah ( weak ) yaitu tanah yang jika tersinggung  mudah pecah

menjadi pecahan-pecahan yang masih dapat terbagi lagi menjadi sangat

lemah dan agak lemah tanah. Sedang/cukup yaitu tanah  berbentuk agregat

yang jelas yang masih dapat dipecahkan, tanah kuat ( strong ) yaitu tanah

yang telah membentuk agregat yang tahan lama dan jika dipecah terasa ada

tahanan serta dibedakan lagi atas sangat kuat dan cukupan (Madjid 2007).

Struktur tanah adalah penyusunan (arrangement) partikel-partikel tanah

primer seperti pasir, debu dan lempung membentuk agregat-agregat yang satu

agregat dengan agregat lainnya dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah.

Struktur horison-horison tanah sering berbeda satu dengan yang lainnya dan

merupakan penciri yang penting dari sifat tanah, sama halnya dengan tekstur

dan warna tanah. Struktur dapat memodifikasikan pengaruh tekstur dalam

hubungannya dengan porositas, tersedianya unsur hara kegiatan jasad hidup

dan pertumbuhan. Struktur tanah yang sempurna mampu memperbaiki sistem

aerasi dan gerakan air (Madjid 2007). Tekstur tanah di lapangan dapat

dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah basah di antara

jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang

8
meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai

berikut:

1. Pasir

Apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat

dibentuk bola dan gulungan.

2. Pasir Berlempung

Apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk

bola tetapi mudah sekali hancur.

3. Lempung Berpasir

Apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi

mudah hancur.

4. Lempung

Apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk

bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan

mengkilat.

5. Lempung Berdebu

9
Apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan

gulungan dengan permukaan mengkilat.

6. Debu

Apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan

dapat digulung dengan permukaan mengkilat.

7. Lempung Berliat

Apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh,

dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur.

8. Lempung Liat Berpasir

Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat

dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur.

9. Lempung Liat Berdebu

Apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola

teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat.

10. Liat Berpasir

Apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk

bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.

11. Liat Berdebu

10
Apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola

teguh, dan mudah dibuat gulungan.

12. Liat

Apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan

baik, dan mudah dibuat gulungan (Darmawijaya 1990).

II.4 Konsistensi Tanah

Tanah berfungsi sebagai penunjuk dari sifat tanah, karena warna tanah

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut.

Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya dipengaruhi oleh

perbedaan kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik,

warna tanah makin gelap. Sedangkan dilapisan bawah, dimana kandungan

bahan organik umumnya rendah, warna tanah banyak dipengaruhi

oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe dalam tanah. 3H2O (limonit) yang

berwarna kuning cokelat. Sedangkan pada tanah yang kadang-kadang basah

dan kadang-kadang kering, maka selain berwarna abu- abu (daerah yang

tereduksi) didapat pula becak-becak karatan merah atau kuning, yaitu di

tempat-tempat dimana udara dapat masuk, sehingga terjadi oksidasi

besi ditempat tersebut. Keberadaan jenis mineral dapat menyebabkan warna

lebih terang (Darmawijaya 1990). Konsistensi tanah menunjukkan integrasi

antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir

tanah dengan benda lain. Konsistensi adalah salah satu sifat fisika tanah yang

menggambarkan ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan

11
dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik menarik antar

partikel) dan adhesi (tarik menarik antara partikel dan air) dengan berbagai

kelembaban tanah (Madjid 2007).

Macam – macam Konsistensi Tanah

a. Konsistensi Basah

Tingkat Kelekatan, yaitu menyatakan tingkat kekuatan daya adhesi

antara butir-butir tanah dengan benda lain, ini dibagi 4 kategori:

(1) Tidak Lekat (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak melekat pada jari

tangan atau benda lain.

(2) Agak Lekat (Nilai 1): yaitu dicirikan sedikit melekat pada jari

tangan atau benda lain.

(3) Lekat (Nilai 2): yaitu dicirikan melekat pada jari tangan atau benda

lain.

(4) Sangat Lekat (Nilai 3): yaitu dicirikan sangat melekat pada jari

tangan atau benda lain.

Tingkat Plastisitas, yaitu menunjukkan kemampuan tanah membentuk

gulungan, ini dibagi 4 kategori berikut:

12
(1) Tidak Plastis (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak dapat membentuk

gulungan tanah.

(2) Agak Plastis (Nilai 1): yaitu dicirikan hanya dapat dibentuk

gulungan tanah kurang dari 1 cm.

(3) Plastis (Nilai 2): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah

lebih dari 1 cm dan diperlukan sedikit tekanan untuk merusak

gulungan tersebut.

(4) Sangat Plastis (Nilai 3): yaitu dicirikan dapat membentuk

gulungan tanah lebih dari 1 cm dan diperlukan tekanan besar

untuk merusak gulungan tersebut.

b. Konsistensi Lembab

Pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi dibagi

6 kategori sebagai berikut:

(1) Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan tanah tidak melekat satu sama lain

atau antar butir tanah mudah terpisah (contoh: tanah bertekstur

pasir).

(2) Sangat Gembur (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah

sekali hancur bila diremas.

(3) Gembur (Nilai 2): yaitu dicirikan dengan hanya sedikit tekanan saat

meremas dapat menghancurkan gumpalan tanah.

13
(4) Teguh / Kokoh (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan

agak kuat saat meremas tanah tersebut agar dapat menghancurkan

gumpalan tanah.

(5) Sangat Teguh/Sangat Kokoh (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan

diperlukannya tekanan berkali-kali saat meremas tanah agar dapat

menghancurkan gumpalan tanah tersebut.

(6) Sangat Teguh Sekali / Luar Biasa Kokoh (Nilai 5): yaitu dicirikan

dengan tidak hancurnya gumpalan tanah meskipun sudah ditekan

berkali-kali saat meremas tanah dan bahkan diperlukan alat bantu

agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.

c.  Konsistensi Kering

Penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara,

ini dibagi 6 kategori sebagai berikut:

(1) Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan butir-butir tanah mudah dipisah-

pisah atau tanah tidak melekat satu sama lain (misalnya tanah

bertekstur pasir).

(2) Lunak (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah hancur bila

diremas atau tanah berkohesi lemah dan rapuh, sehingga jika

ditekan sedikit saja akan mudah hancur.

(3) Agar Keras (Nilai 2): yaitu dicirikan gumpalan tanah baru akan

hancur jika diberi tekanan pada remasan atau jika hanya mendapat

14
tekanan jari-jari tangan saja belum mampu menghancurkan

gumpalan tanah.

(4) Keras (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan makin susah untuk menekan

gumpalan tanah dan makin sulitnya gumpalan untuk hancur atau

makin diperlukannya tekanan yang lebih kuat untuk dapat

menghancurkan gumpalan tanah.

(5) Sangat Keras (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan

yang lebih kuat lagi untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah

atau gumpalan tanah makin sangat sulit ditekan dan sangat sulit

untuk hancur.

(6) Sangat Keras Sekali / Luar Biasa Keras (Nilai 5): yaitu dicirikan

dengan diperlukannya tekanan yang sangat besar sekali agar dapat

menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah baru bisa

hancur dengan menggunakan alat bantu (pemukul) (Darmawijaya

1990).

Penelitian mengenai sifat tanah bertujuan untuk meneliti sifat-sifat tanah di

lapangan dan mengklasifikasikannya ke dalam suatu ordo, maka kita dapat

melakukan suatu pengamatan melalui profil tanah. Dengan mengamati profil

tanah, kita dapat menganalisa tekstur, struktur, konsistensi, warna tanah,

bahan organik, aktivitas fauna, perakaran yang terdapat dalam tanah, dan

sebagainya pada suatu wilayah. Tentunya Pengamatan pada profil tanah tidak

dapat dilakukan secara individual. Dikarenakan dalam suatu pengamatan,

15
setiap orang akan berbeda dalam mengkelaskan (misal tekstur dan struktur),

dibutuhkan sensitivitas/kejelian setiap orang dalam menginterpretasikan suatu

sifat tanah. Pengamatan tanah dengan indera memiliki fungsi agar kita dapat

mengetahui dan merasakan struktur tanah, tekstur tanah maupun warna tanah.

Dengan demikian, kita juga dapat membedakan jenis-jenis tanah tersebut

(Foth 1985).

III. METODE

16
III.1 Waktu dan Tempat

Praktikum tentang menentukan karakteristik tanah ini dilakukan pada hari

Minggu tanggal 04 Maret tahun 2018 di dekat Jembatan Kupu- kupu

Universitas Riau.

III.2 Alat dan Bahan

III.2.1 Alat

1. Cangkul

2. Parang

3. Sendok semen

4. Sendok makan

5. Semprotan

6. Papan alas (20 cm × 20 cm)

7. Penggaris metal

8. Kamera digital / Hp

9. Alat tulis

10. Aplikasi Color Soil Chart

III.3 Metode

III.3.1 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

A.Pemeriksaan Profil Tanah

1. Lokasi pembuatan profil tanah yang akan digali ditemukan

berdasarkan arahan dari asisten.

2. Kondisi lokasi secara umum dikenali terlebih dahulu.

17
3. Irisan segar yang tegak lurus dengan bidang datar permukaan

tanah dibuat sedalam 100 hingga 150 cm.

4. Permukaan irisan yang sudah rata / datar di foto menggunakan

kamera digital / Hp. Foto yang dibuat diusahakan dapat meliput

tanah selebar 100 – 150 cm dan sedalam 100 – 150 cm.

Penggaris metal diletakkan sebagai skala pengukuran dalam

pembuatan foto.

5. Masing – masing lapisan di buat foto “close up”.

6. Keadaan profil yang ada diperhatikan baik-baik. Tebal Lapisan

O, Lapisan A, Lapisan B, dan Lapisan C dilakukan pengukuran.

Hasil pengukuran dicatat. Profil tanah digambarkan secara

skematis.

7. Kedalaman perakaran tumbuhan dan tipe tumbuhan (paku-

pakuan, rumput-rumputan, semak-perdu, semak-berkayu, pohon

kecil, pohon besar, diperhatikan dan didokumentasikan dalam

gambar.

B. Pemeriksaan Tekstur Tanah

1. Sampel tanah dari masing-masing lapisan dilakukan

pemeriksaan.

2. Tanah kering diambil kurang-lebih sesendok makan.

3. Tanah disemprot dengan air. Dibuat agak basah dan lengket

dengan 2 – 3 X semprotan.

4. Tanah diremas-remas secara perlahan. Kerikil dipisahkan dan

dibuang jika terasa.

18
5. Tanah terasa sebagai pasir dan tidak bisa membentuk bola.

Tanah diletakkan pada papan membentuk gundukan seperti

gunung, berarti buitiran tanah didominasi oleh pasir (sand).

6. Tanah membentuk sebuah bola tanah (berdiameter kurang-lebih

2,5 cm), bola segera retak ketika diletakkan, berarti tanah

mengandung liat dan debu.

7. Tanah digiing pelan pada papan. Sebuah gulungan tebal dan

pendek yang terbentuk maka tanah dikelompokkan sebagai

campuran lempung dan liat (silt loam).

8. Tanah digiling membentuk gulungan yang cukup panjang,

sekitar 15 cm, maka tanah dikelompokkan sebagai galuh.

9. Gulungan hanya bisa dibengkokkan membentuk huruf “U”,

maka tanah dikelompokkan sebagai lempung dan galuh (clay

loam).

10. Gulungan tanah bisa dibengkokkan hingga membentuk sebuah

lingkaran dengan retakan-retakan, maka tanah dikelompokkan

sebagai lempung ringan (light clay).

11. Gulungan tanah dibengkokkan membentuk lingkaran, maka

tanah dikelompokkan sebagai lempung berat (heavy clay).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai

berikut:

19
Tabel. 1 Hasil pengamatan profil tanah di dekat Jembatan Kupu-kupu
Universitas Riau.

KOMPOSISI PARTIKEL
NAMA TEBAL WARNAH TEKSTUR TANAH
NO.
LAPISAN LAPISAN TANAH TANAH % % %
SAND SILT CLAY
Pasir
Blacklish Campuran
1 Lapisan O 5 cm 70 - 90 0 - 30 0 - 15
Red Galuh
(Loamy sand)
Pasir
Grayish Campuran
2 Lapisan A 30 cm 70 - 90 0 - 30 0 - 15
Red Galuh
(Loamy sand)
Moderate
Galuh
3 Lapisan B 115 cm Orange 22 - 53 28 - 51 5 - 28
(Loam)
Pink

Gambar 1. Profil Tanah

IV.2 Pembahasan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat kita ketahui bahwa daerah

lokasi pembuatan profil tanah yaitu di dekat Jembatan Kupu-kupu Universitas

Riau. Memiliki tiga lapisan tanah dengan kedalaman 150 cm, lapisannya

20
diantara lain yaitu Lapisan O, Lapisan A, dan Lapisan B. Lapisan O memiliki

ketebalan 5 cm. Lapisan ini merupakan lapisan yang paling atas, dimana

terdapat serasah yang bertumpuk dan mengalami penguraian menjadi

serpihan dan penguraian lebih lanjut. Terdapat begitu banyak jenis perakaran

dari berbagai jenis tumbuhan, misalnya paku-pakuan,tumbuhan kecil dengan

perakaran yang cukup panjang. Kami juga menemukan berbagai macam

organisme seperti semut, laba-laba, kecoa dan berbagai macam rayap tanah.

Ketebalan dari serasah yang kami temukan adalah ± 3 cm. Lapisan ini

merupakan lapisan yang paling hitam dibanding dengan yang lain. Apabila

menggunakan apikasi Color Soil Chart maka warna dari lapisan O yang kami

temukan adalah Blackish Red. Pada saat tanah diuleni, tanah dapat

membentuk bola yang berdiameter ± 2,5 cm tetapi bolanya segera retak

apabila diletakkan. Maka dapat ditentukan jenis tanah pada lapisan O adalah

pasir yang mengandung campuran galuh (loamy sand) dengan tekstur tanah

yang terdiri atas 70 – 90 % sand, 0 – 30 % silt, dan 0 – 15 % clay. Dan

menurut (Rahayu 2014) ketebalan tanah pada lapisan O adalah 20 cm, sangat

berbeda jauh dengan hasil yang kami temukan dilapangan.

Lapisan A memiliki ketebalan 30 cm. Lapisan A merupakan lapisan yang

berada dibawah lapisan O. Yaitu berupa tanah mineral bercampur senyawa-

senyawa organik hasil penguraian yang mengendap dari lapisan O sebagai

lindi (air yang merosot ke bawah). Warnanya masih hitam namun, tidak

sehitam pada lapisan O. Apabila menggunakan aplikasi Color Soil Chart

maka warna pada lapisan A adalah Grayish Red, dan masih terdapat cukup

banyak perakaran. Pada lapisan A setelah diuleni sama dengan Lapisan O

21
yaitu hanya dapat membentuk bola tanah dengan diameter ±2,5 cm yang akan

segera retak apabila diletakkan. Maka dapat ditentukan jenis tanah pada

lapisan A adalah pasir yang mengandung campuran galuh (loamy sand)

dengan tekstur tanah yang terdiri atas 70 – 90 % sand, 0 – 30 % silt, dan 0 –

15 % clay. Dan menurut (Prasetyo 2006) lapisan A memiliki ketebalan 60

cm.

Lapisan B merupakan lapisan yang berada dibawah lapisan A. Lapisan B

memiliki ketebalan 115 cm. Lapisan B merupakan campuran tanah mineral

dengan endapan lindi organik yang berisi dari penguraian lanjut lapisan A.

Warnanya sudah tidak hitam lagi, apabila menggunakan aplikasi Color Soil

Chart warna pada lapisan B adalah Moderate Orange Pink. Masih terdapat

perakaran namun sangat sedikit yaitu dari perakaran pohon-pohon besar. Pada

lapisan B, setelah diuleni tanah dapat membentuk gulungan yang cukup

panjang sekitar 15 cm. Maka tanah dapat ditentukan jenisnya sebagai galuh

(loam) dengan tekstur tanah yang terdiri atas 22 – 53 % sand, 28 – 51 % silt,

dan 5 – 28 % clay. Dan menurut (Rahayu 2014) ketebalan tanah pada lapisan

B adalah 30 cm.

Profil tanah yang kami dapatkan hanya tiga lapisan yaitu Lapisan O,

Lapisan A, dan Lapisan B. Hal ini terjadi karena kami membuat profil tanah

di suatu tebing dimana permukaan tanahnya terdapat serasah-serasah yang

sangat banyak dan tumbuhan yang lain masih hidup subur diatasnya. Namun

berdasarkan data yang kami dapatkan dari sebuah jurnal dikatakan menurut

(Rahayu 2014) bahwa pada tanah terdiri dari lapisan O, A, E, B,C, dan R.

Penjelasannya sebagai berikut:

22
1. Horizon O

Terletak pada bagian yang paling atas, merupakan lapisan tanah yang

mengandung bahan organik hasi pelapukan dan hanya mengandung

bahan organik hasil pelapukan dan hanya mengandung humus.

Horizon O terbagi lagi menjadi dua, yaitu: Horizon O1 terbentuk dari

sisa-sisa tanaman yang masih terlihat berupa guguran dan daun

ataupun ranting pohon sedangkan Horizon O2 terbentuk dari sisa-sisa

jasad bagian tanaman yang sudah tidak terlihat atau berbentuk lagi

karena sudah mengalami pelapukan lanjutan.

2. Horizon A

Merupakan horizon yang masih berada dalam kesatuan top soil yang

mengandung campuran bahan organik hasil pelapukan dan mineral.

Terdiri dari A1, A2, dan A3.

3. Horizon E

Merupakan horizon yang penampakannya hampir sama dengan A2

yakni berwarna terang, memiliki kadar organik rendah tetapi kadang

pasir debu kuarsa tinggi. Hal ini dapat terjadi demikian karena horizn

E juga merupakan zona eluviasi atau pencucian.

4. Horizon B

Berbeda dengan fungsi horizon A2 dan B yang merupakan zona

pencucian, horizon B justru merupakan tempat dimana terjadi

penimbunan atau pengendapan, oleh karena itu pada horizon ini

23
terdapat akumulasi dari bahan-bahn yang tercuci pada horizon

diatasnya seperti Fe, Al, Mn dan materi organik lainnya. Horizon B

terbagi lagi menjadi B1, B2, dan B3.

5. Horizon C

Merupakan lapisan tanah yang bahan utama penyusunnya masih

berupa batuan keras dan belum terjadi perubahan baik secara fisik

ataupun sruktur kimiawinya.

6. Horizon R

Merupakan lapisan terdalam yang masih berbentuk batuan induk yang

sangat keras, tidak ada aktivitas organik didalamnya.

Warna tanah yang bagus adalah dibagian permukaan tanah yang

warnanya itu gelap karena secara umum permukaan tanah dipengaruhi

oleh perbedaan kandungan bahan organik. Semakin gelap maka semakin

tinggi kandungan dari bahan organiknya. Bahan organik ini didapatkan

dari hasil penguraian serasah-serasah pada lapisan atas dari tanah yang

diendapkan kebawah permukaan tanah.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1Kesimpulan

24
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Pembuatan profil tanah dilakukan diawali dengan menggali tanah

dengan benar yaitu dengan membuat irisan segar yang tegak lurus

dengan bidang datar permukaan tanah.

2. Menggambar profil tanah alangkah bagusnya menggunakan aplikasi

Paint agar terlihat rapi.

3. Cara sederhana dan praktis untuk mengenali tekstur tanah yaitu dengan

menggunakan rabaan tangan atau sering disebut dengan “by feel”.

4. Cara untuk memudahkan dalam menentukan warna dari tanah adalah

dengan menggunakan aplikasi Color Soil Chart.

5. Dalam membuat deskripsi profil tanah dan tekstur tanah kita harus

melakukan penelitian terlebih dahulu agar kita dapat menganalisis dan

mengetahui bagaimana profil tanah dan tekstur tanah pada suatu

daerah tertentu supaya memudahkan kita dalam membuat deskipsi

tentang profil tanah dan tekstur tanah tersebut.

5.2 Saran

Lebih cermat lagi dalam menentukan lokasi tanah untuk

mendapatkan profil tanah yang bagus, dan juga dibutuhkan

kejelian dalam hal penggunaan aplikasi Color Soil Chart dalam hal

menentukan warna, kita juga harus lebih teliti dalam hal melihat

dan menentukan lapisan tanah beserta menentukan tekstur tanah

berdasarkan rabaan tangan “by feel”. Dan sebaiknya kita juga

membaca materi sebelum praktikum dilakukan sehingga akan

didapatkan hasil praktikum yang memuaskan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Darmawijaya MI. 1990. Klasifikasi Tanah. Yogyakarta : Gadjah Mada University

Press.

26
Foth DH. 1985. Dasar - dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta : Gadjah Mada

University.

Guswono S. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Yogyakarta : Kanisus.

Hardjowigono HS. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta : Akademika Press Indo.

Madjid A. 2007. Biologi Tanah. Jakarta : Gramedia.

Margolang RD, Jamiah. 2015. Karakteristik Beberapa Sifat Fisik, Kimia, dan

Biologi Tanah pada Pertanian Organik. Jurnal Online Agroteknologi 2 : 717 –

723.

Prasetyo BH, Suriadikarta DA. 2006. Karakteristik, Potensi, dan Teknologi

Pengelolaan Tanah Ultisol untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering di

Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 2 : 39 – 47.

Rahayu A, Utami SR. 2014. Karakteristik dan Klasifikasi Tanah pada Lahan

Kering dan Lahan yang Disawahkan di Kecamatan Perak Kabupaten

Jombang. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan 2 : 79 – 87.

Sahetapy J. 2009. Evaluasi Lahan untuk Penetapan Tipe Pertanian Konservasi

Pada Kawasan Pengelolaan Sampah Terpadu Toisapu. Jurnal Budidaya

Pertanian 1 : 19 – 26.

Sudomo A, Handayani W. 2013. Karakteristik Tanah Pada Empat Jenis Tegakan

Penyusun Agroforestry Berbasis Kapulaga. Jurnal Penelitian Agroforesty 1 :

1-11.

Tufainila M, Alam S. 2014. Karakteristik Tanah dan Evaluasi Lahan untuk

Pengembangan Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Oheo Kabupaten

Konawe Utara. Agriplus 1 : 184 – 194.

27
Waas ED, Sirappa MP. 2009. Potensi Lahan untuk Pengembangan Kacang Tanah

di Lahan Kering Pulau Selaru Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Jurnal

Budidaya Pertanian 2 : 105 – 110.

LAMPIRAN

Gambar.1 Foto Profil Tanah secara Keseluruhan

28
Tabel.1 Foto “Close Up” setiap Lapisan Tanah

NO. Foto “Close Up” Keterangan


1. Lapisan O Memiliki ketebalan 5 cm,

merupakan lapisan yang paling

atas. Terdapat serasah yang

bertumpuk dan mengalami

penguraian menjadi serpihan dan

penguraian lebih lanjut. Terdapat

berbagai macam organisme

misanya semut, laba-laba, kecoa

dan berbagai jenis rayap tanah.

Merupakan lapisan tanah yang

paling hitam, dan terdapat

29
banyak berbagai jenis perakaran

dari berbagai tumbuhan.


Memiliki ketebalan 30 cm.

Merupakan lapisan tanah yang


Lapisan A
berada di bawah lapisan tanah O,

berupa tanah mineral bercampur

senyawa-senyawa organik hasil

2. penguraian yang mengendap dari

lapisan O sebagai lindi. Masih

terdapat lumayan banyak

perakaran. Warnanya hitam

namun tidak sehitam tanah pada

lapisan O.
Lapisan B Memiliki ketebalan 115 cm,

merupakan lapisan dibawah

lapisan A. Yaitu berupa campuran

tanah mineral dengan endapan


3
lindi organik. Warnya sudah

sudah tidak hitam lagi, dan

sedikit terdapat perakaran dari

pohon-pohon besar.
Tabel.2 Foto Pembentukan Masing-masing Lapisan Tanah

NO
Gambar Keterangan
.
1. Lapisan O Tanah hanya dapat membentuk

bola yang akan segera retak ketika

30
diletakkan, maka tanah ini

dikelompokkan sebagai pasir

yang mengandung campuran

galuh (loamy sand).

Lapisan A Tanah hanya dapat membentuk

bola yang akan segera retak ketika

diletakkan, maka tanah ini


2.
dikelompokkan sebagai pasir

yang mengandung campuran

galuh (loamy sand).


Lapisan B

Tanah dapat dibentuk menjadi

gundukan, bola, gulungan tanah

tebal pendek dan gulungan tanah


3.
panjang 15 cm.Maka tanah dapat

dikelompokkan sebagai galuh

(loam).

Tabel.3 Perbandingan Warna Lapisan-lapisan Tanah Berdasarkan Aplikasi Color

Soil Chart

NO. Warna Keterangan


1. Lapisan Tanah O Pada lapisan ini warna tanah

adalah Blackish Red.

31
Lapisan A

Pada lapisan ini warna tanah


2.
adalah Grayish Red.

Lapisan B

Pada lapisan ini warna tan ah

3. adalah Moderate Orange

Pink.

32

Anda mungkin juga menyukai