Anda di halaman 1dari 20

TATA RUANG KABUPATEN POLEWALI MANDAR

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Perencanaan


Wilayah dan Tata Ruang yang diampu oleh:
Dr. Asmita Ahmad, ST. M. Si.

Nama : Ulfa Fitriana


NIM : G011 18 1097
Kelas : Perencanaan Wilayah dan Tata Ruang (G)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi saya kesempatan serta
kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah ini sesuai dengan waktu
yang di tentukan. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan bisa
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di dunia dan akhirat nanti.
Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai
tugas dari mata kuliah Perencanaan Wilayah dan Tata Ruang dengan judul
makalah “Pola Ruang Kabupaten Polewali Mandar ”.
Saya selaku penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu, saya
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini
nantinya bisa menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, apabila ada
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini bermanfaat. Terima kasih.

Makassar, 21 Mei 2020

Ulfa Fitriana
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................3

BAB I.................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.............................................................................................................4

A. Latar Belakang.........................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.....................................................................................................5

C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................5

A. Sejarah Singkat.........................................................................................................6

B. Letak Geografis dan Administratif...........................................................................7

C. Kondisi Fisik Wilayah...............................................................................................8

D. Tata Ruang Wilayah....................................................................................................11

BAB III............................................................................................................................19

PENUTUP.......................................................................................................................19

A. Kesimpulan............................................................................................................19

B. Saran........................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rencana tata ruang wilayah atau RTRW adalah hasil perencanaan ruang
pada wilayah yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait
yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif (Permen PU
No. 16/PRT/M/2009). Rencana tata ruang dibuat karena pada dasarnya ruang
memiliki keterbatasan, oleh karena itu dibutuhkan peraturan untuk mengatur dan
merencanakan ruang agar dapat dimanfaatkan secara efektif. Produk atau hasil
dari perencanaan tata ruang wilayah dituangkan dalam bentuk dokumen berupa
peta rencana tata ruang wilayah.
Kabupaten Polewali Mandar dalam perjalanan sejarahnya cukup panjang,
dahulu pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, daerah ini merupakan bagian
dari sebuah wilayah pemerintahan yang terbentang di daerah pesisir bagian
Baratlaut Sulawesi Selatan sampai ke perbatasan Sulawesi Tengah, wilayah
tersebut dikenal sebagai wilayah pemerintahan Afdeling Mandar, dipimpin oleh
seorang Asisten Residen. Wilayah Afdeling Mandar tersebut terdiri dari empat
onder afdeling, yaitu: Majene, Mamuju, Mamasa dan Polewali. Dalam
perkembangan selanjutnya, setelah berakhir sistem pemerintahan Hindia Belanda,
ditetapkan Undang-undang nomor 29 tahun 1959, tentang Pembentukan Daerah-
daerah Tingkat II di Sulawesi. Wilayah Afdeling Mandar dibagi menjadi tiga
wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Polewali Mamasa, Kabupaten Majene, dan
Kabupaten Mamuju. Ketiga kabupaten tersebut secara administratif masuk dalam
wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.
Kemudian, pada tanggal 11 Maret 2002, Kabupaten Polewali Mamasa
dimekarkan menjadi dua kabupaten, yakni bekas onder afdeling Mamasa menjadi
sebuah kabupaten, yaitu Kabupaten Mamasa (Undang-undang Nomor 11 Tahun
2002, tentang Pembentukan Kabupaten Mamasa dan Kota Palopo), kemudian
pada tahun 2005 nama kabupaten induk berubah menjadi Kabupaten Polewali
Mandar berdasarkan PP No.74 Tahun 2005.
Berdasarkan hal tersebut maka kita perlu mengetahui bagaimana struktur
ruang dan pola ruang dari kabupaten polewali mandar.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Bagaimana sejarah singkat kabupaten polewali mandar
2. Jelaskan letak geografis dan administratif
3. Bagaimana kondisi fisik kabupaten polewali mandar
4. Jelaskan bagaimana Tata Ruang (struktur ruang dan pola ruang) polewali
mandar

C. Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan penulisan dalam makalah ini yaitu :
1. Mengetahui sejarah singkat kabupaten polewali mandar
2. Mengetahui letak geografis dan administratif kabupaten polewali mandar
3. Mengetahui kondisi fisik wilayah kabupaten polewali mandar
4. Mengetahui tata ruang (struktur ruang dan pola ruang) wilayah kabupaten
polewali mandar
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat
Kabupaten Polewali Mandar dalam perjalanan sejarahnya cukup panjang,
dahulu pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, daerah ini merupakan bagian
dari sebuah wilayah pemerintahan yang terbentang di daerah pesisir bagian
Baratlaut Sulawesi Selatan sampai ke perbatasan Sulawesi Tengah, wilayah
tersebut dikenal sebagai wilayah pemerintahan Afdeling Mandar, dipimpin oleh
seorang Asisten Residen. Wilayah Afdeling Mandar tersebut terdiri dari empat
onder afdeling, yaitu: Majene, Mamuju, Mamasa dan Polewali. Dalam
perkembangan selanjutnya, setelah berakhir sistem pemerintahan Hindia Belanda,
ditetapkan Undang-undang nomor 29 tahun 1959, tentang Pembentukan Daerah-
daerah Tingkat II di Sulawesi. Wilayah Afdeling Mandar dibagi menjadi tiga
wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Polewali Mamasa, Kabupaten Majene, dan
Kabupaten Mamuju. Ketiga kabupaten tersebut secara administratif masuk dalam
wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.
Kemudian, pada tanggal 11 Maret 2002, Kabupaten Polewali Mamasa
dimekarkan menjadi dua kabupaten, yakni bekas onder afdeling Mamasa menjadi
sebuah kabupaten, yaitu Kabupaten Mamasa (Undang-undang Nomor 11 Tahun
2002, tentang Pembentukan Kabupaten Mamasa dan Kota Palopo), kemudian
pada tahun 2005 nama kabupaten induk berubah menjadi Kabupaten Polewali
Mandar berdasarkan PP No.74 Tahun 2005.
Wilayah bekas Afdeling Mandar terdiri dari 5 (lima) kabupaten, yaitu
Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Majene, Kabupaten Mamuju, Kabupaten
Mamuju Utara serta Kabupaten Mamasa. Dengan pertimbangan untuk lebih
mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, maka pada tanggal 5 Oktober 2004,
wilayah bekas Afdeling Mandar tersebut dibentuk menjadi sebuah provinsi yang
ke-33 berdasarkan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2004, tentang Pembentukan
Provinsi Sulawesi Barat, dengan menetapkan Mamuju sebagai Ibukota Provinsi.
B. Letak Geografis dan Administratif
1. Letak Geografis
Kabupaten Polewali Mandar terletak 195 km’ sebelah Selatan Mamuju,
Ibukota Provinsi Sulawesi Barat, atau 250 km’ sebelah Utara Kota Makassar
Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Berada pada posisi 118o53’58,2” –
119029’35,8” Bujur Timur dan 03 o40’00” – 3 o32’5,28” Lintang Selatan.

2. Administratif
Berdasarkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2002 tentang Pembentukan
Kabupaten Mamasa dan Kota Palopo, batas wilayah administrasi Kabupaten
Polewali Mandar, sebagai berikut:
 Utara berbatasan dengan Kabupaten Mamasa
 Timur berbatasan dengan Kabupaten Pinrang
 Selatan merupakan Selat Makassar
 Barat berbatasan dengan Kabupaten Majene
Luas wilayah Kabupaten Polewali Mandar sekitar 2.022,30 km2 . Secara
administratif terdiri dari enam belas kecamatan, yaitu: Kecamatan Tubbi
Taramanu, Alu, Limboro, Tinambung, Balanipa, Luyo, Campalagian, Mapilli,
Matangnga, Tapango, Wonomulyo, Matakali, Anreapi, Polewali, Binuang serta
Kecamatan Bulo. Dari enam belas kecamatan tersebut, Kecamatan Tubbi
Taramanu merupakan kecamatan yang mempunyai wilayah terluas, yaitu sekitar
±356.95 km2 , atau sekitar 17.38% dari luas wilayah kabupaten, sedangkan
Kecamatan Tinambung merupakan kecamatan yang mempunyai luas wilayah
terkecil, yakni sekitar 21.34 km2 , atau sekitar 1.02% dari luas wilayah
Kabupaten Polewali Mandar

C. Kondisi Fisik Wilayah


1. Iklim dan Hidrologi
Data curah hujan sementara di Kabupaten Polewali Mandar diambil dari
stasiun Balai Benih Lantora No. 442 C. Rerata curah hujan tahunan sekitar 1.902
mm dengan kisaran antara 1.422–3.306 mm dan jumlah rerata curah hujan
bulanan berkisar dari 57-226 mm. Distribusi curah hujan bulanan tersebut
menunjukkan bahwa daerah Kabupaten Polewali Mandar mempunyai musim
kemarau sekitar 2 bulan (Agustus-September), musim hujan atau bulan basah
terjadi pada Nopember-Januari dan Maret-April, sedangkan kondisi hujan agak
kurang terjadi pada bulan Pebruari, Mei, Juni, Juli, Oktober dan Nopember.
Distribusi curah hujan bulanan tersebut menunjukkan bahwa wilayah Kabupaten
Polewali Mandar tergolong beriklim basah dengan curah hujan yang relatif tinggi.
Berdasarkan Peta Wilayah Curah Hujan di Kabupaten Polewali Mandar, wilayah
curah hujan berkisar antara 0 - 2.000 mm/tahun, dengan wilayah Curah Hujan
antara 0 - 1.750 mm/tahun mencapai 13,48% dari luas wilayah kabupaten dan
wilayah Curah Hujan 1.750 - 2.000 mm/tahun mencapai 86,52% dari luas
kabupaten. Hal ini menunjukkan sebagian besar wilayah Kabupaten Polewali
Mandar memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Wilayah Kabupaten Polewali
Mandar dialiri oleh 2 sungai besar, yaitu Sungai Mandar dan Sungai Maloso, serta
beberapa sungai kecil yang bermuara ke dua sungai tersebut. Di Sungai Maloso
yakni di Sekaseka telah dibangun bendung untuk keperluan irigasi pertanian di
Kecamatan Luyo, Mapili, Wonomulyo, Campalagian dan Matakali.
2. Geologi dan Bahan Induk
Berdasarkan peta geologi, Sulawesi skala 1:250.000 lembar Majene dan
Bagian Barat Lembar Palopo, Sulawesi (Puslitbang Geologi, 1998) Kabupaten
Polewali Mandar terdiri dari enam formasi batuan, yaitu: (Qa) ALUVIUM berupa
endapan liat, pasir, dan kerikil; (Qpps) NAPAL PAMBAUANG berupa napal
tufaan, serpih napalan, batupasir tufaan yang mengandung fosil foraminifera
berumur plistosen; (Tmpi) BATUAN TEROBOSAN berupa granit, granodiorit,
diorite, sienit dan dijumpai gabro berumur pliosen; (Tmpv) BATUAN
GUNUNGAPI WALIMBONG berupa lava bersusunan basal sampai andesit,
breksi andesit-piroksin, breksi andesit-trakit berumur mio-pliosen; (Tmm)
FORMASI MANDAR berupa batupasir, batulanau, dan serpih berumur miosen
akhir; (Tmpm) FORMASI MAPI berupa batupasir tufaan, batulanau,
batulempung, dan batugamping berumur miosen tengan-pliosen; (Tmav)
BATUAN GUNUNGAPI ADANG berupa tuf, lava dan breksi gunungapi
berumur miosen; dan (Kls) FORMASI LATIMOJONG berupa serpih, filit, rijang,
marmer, dan kuarsit berumur kapur akhir. Gerakan-gerakan sesar banyak terdapat
di sebelah barat dengan arah yang bervariasi tapi umumnya berarah Baratlaut –
Tenggara. Sesar ini sebagian besar berada pada Formasi Mandar. Berdasarkan
hasil pengamatan di lapangan bahan induk tanah dapat dibedakan ke dalam 4
macam, yaitu bahan aluvium, aluvio-marin, batuan sedimen, dan bahan volkan.
Bahan aluvium terdiri dari liat, pasir, dan kerikil/batu. Batuan sedimen terutama
batupasir, batulanau, dan serpih. Sedang bahan volkan yaitu tuf, breksi, batuan
andesit-basal banyak dijumpai di perbukitan sebelah Utara Kabupaten Polewali
Mandar.
3. Landform dan Bentuk Wilayah
Berdasarkan hasil interpretasi citra yang ditunjang oleh peta rupabumi dan
peta geologi serta pengamatan di lapangan, landform Kabupaten Polewali Mandar
menurut Marsoedi et al., (1997) dibedakan ke dalam lima grup besar, yaitu Grup
Aluvial (A), Marin (M), Volkan (V), dan Struktural (T). Grup Aluvial (A) Grup
Aluvial terdiri dari tanggul sungai meandering (Afq 1.1.2.1) tersebar di sepanjang
sungai-sungai besar, teras sungai (Afq 12, dataran aluvial (Af 1.3), jalur aliran
sempit (Au 15), lahan koluvial (Au 22), dan dataran antar perbukitan (Au 23).
Bahan yang diendapkan umumnya halus (liat dan sedikit pasir). Bentuk wilayah
datar sampai agak datar/melandai dengan lereng 0-3% sampai berombak (3-8%).
Sebagian besar wilayah (>78% dari luas kabupaten) memiliki topografi
bergunung, dengan kelas lereng dominan 41-60% dan >60%. Sisanya didominasi
oleh topografi datar dengan kelas lereng.
4. Penggunaan Lahan
Wilayah Kabupaten Polewali Mandar sebagian besar berupa lahan
perbukitan dan pegunungan yang ditutupi hutan dan belukar. Lahan yang relatif
datar diusahakan untuk pertanian yang terdiri dari persawahan irigasi, sawah tadah
hujan, tambak, tegalan, perkebunan kakao rakyat, perkebunan cengkeh rakyat,
pertanian lahan kering/tegalan, dan kebun campuran. Lahan nonpertanian terdiri
dari hutan, semak belukar dan rumput-rumputan, gawir dan lahan miring curam,
lahan permukiman / pekarangan, serta pulau karang. Penyebaran hutan primer dan
sekunder masih dijumpai di daerah perbukitan dan pegunungan. Dari hasil
pengamatan di lapangan yang telah dilakukan juga ditemukan beberapa
perbukitan / gunung yang telah terganggu (gundul) akibat penebangan kayu serta
diusahakan petani untuk perkebunan kakao, durian, langsat, dan cengkeh.
Perubahan penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Polewali Mandar
terjadi karena pertambahan penduduk dan terbukanya jalan sehingga penduduk
tetap membuka usaha pertanian terutama pengembangan tanaman kakao pada
lahan-lahan miring. Sedangkan pada wilayah dataran terutama yang masih dekat
dengan laut sebagian sawah telah dirubah menjadi lahan tambak dan sebagiannya
lagi sawah dijadikan lahan perkebunan dan permukiman.
Wilayah Kabupaten Polewali Mandar ditinjau dari status kawasan
hutannya dibedakan antara wilayah yang termasuk dalam kawasan hutan dan
wilayah di luar kawasan hutan. Pembedaan status kawasan ini didasarkan pada
kriteria fisik dan secara terbatas telah melalui kesepakatan dengan Pemerintah
Daerah setempat. Parameter fisik yang digunakan dalam penentuan status
kawasan adalah Kemiringan Lereng, Intensitas Curah Hujan dan Jenis Tanah
berdasarkan Kepekaannya terhadap Erosi. Semua lahan yang memiliki jumlah
skor >125 dikelaskan sebagai Kawasan Hutan, sedangkan sisanya dikelaskan
sebagai Non-Kawasan Hutan, atau disebut pula Kawasan Arahan Penggunaan
Lain. Selanjutnya, baik kawasan hutan maupun non-kawasan hutan, untuk
kepentingan penataan ruang dikelompokkan menjadi Kawasan Lindung dan
Kawasan Budidaya. Untuk kategori Kawasan Lindung terdapat pula kawasan
konservasi yang ditetapkan berdasarkan kepentingan perlindungan Plasma Nutfah
atau Keragaman Hayati (Biodiversity), dan kawasan konservasi ini
dikelompokkan pula dalam kawasan hutan.
Total wilayah Kabupaten Polewali Mandar yang masuk dalam kawasan
hutan luasnya mencapai ±94.000 ha atau sama dengan 46,00% dari total luas
wilayah kabupaten. Kawasan hutan di klasifikasikan lebih lanjut menjadi
Kawasan Hutan Lindung, dan Kawasan Hutan Produksi Terbatas. Luas kawasan
Hutan Lindung mencapai ±68.000 ha atau sekitar 33,00% dari luas wilayah
kabupaten. Berdasarkan proporsi luas kawasan hutan ini maka dapat dikatakan
masih cukup ideal, namun pada kenyataannya banyak kawasan Hutan Lindung
yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai kawasan lindung.

5. Keadaan Tanah
Tanah di Kabupaten Polewali Mandar terbentuk dari bahan induk aluvium,
marin, batuan sedimen, dan volkan tua. Dari faktor-faktor pembentuk tanah, maka
bahan induk dan relief tampaknya paling dominan berpengaruh terhadap
pembentukan tanah-tanah di Kabupaten Polewali Mandar. Berdasarkan hasil
pengamatan di lapangan, tanah di Kabupaten Polewali Mandar dapat
diklasifikasikan menurut Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 2003) ke dalam 4
ordo, yaitu: Entisolls, Inceptisol dan Ultisols.

D. Tata Ruang Wilayah


Penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dalam
rangka pengembangan Kabupaten Polewali Mandar pada masa yang akan datang
sesuai dengan potensi daerah, diperlukan perencanaan wilayah secara terintegrasi.
Untuk itu, Tata Ruang Wilayah Kabupaten Polewali Mandar harus serasi dan
terpadu dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten di sekitarnya.
Kebijakan penataan ruang wilayah adalah rangkaian konsep dan asas yang
menjadi garis besar dan dasar dalam pemanfaatan ruang darat, laut dan udara
termasuk ruang di dalam bumi untuk mencapai tujuan penataan ruang. Kebijakan
penataan ruang wilayah kabupaten Polewali Mandar terdiri atas:
a peningkatan akses layanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi
wilayah yang merata dan berhierarki;
b peningkatan kualitas dan jangkauan layanan jaringan prasarana utama dan
jaringan prasarana lainnya secara terpadu dan merata di seluruh wilayah;
c pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup;
d pengembangan kegiatan budidaya secara berkelanjutan agar tidak
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan;
e pengembangan lahan pertanian dan sistem agropolitan yang produktif dan
ramah lingkungan;
f pengembangan dan peningkatan kawasan industri berbasis agro, yang
ramah lingkungan serta bernilai ekonomis;
g peningkatan pengelolaan kawasan yang dapat memberi pengaruh positif
terhadap kegiatan ekonomi, sosial, budaya, pelestarian lingkungan hidup
dan pengembangan ilmu pengetahuan; dan h. peningkatan fungsi kawasan
untuk pertahanan dan keamanan negara.
1. Rencana Struktur Ruang

Rencana struktur ruang wilayah adalah gambaran susunan unsur-unsur


pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan buatan yang
digambarkan secara hirarkis dan berhubungan satu sama lain. Rencana struktur
ruang wilayah di antaranya meliputi hirarki pusat pelayanan wilayah, seperti:
sistem pusat-pusat perkotaan dan perdesaan, pusat permukiman, hirarki sarana dan
prasarana wilayah seperti sistem jaringan transportasi.
Rencana struktur ruang bertujuan untuk pemerataan pembangunan di
seluruh wilayah dan sekaligus menghindari terjadinya pemusatan kegiatan yang
berlebihan, agar terjamin keserasian pemanfaatan ruang yang sesuai dan seimbang
dengan pola pemanfaatan ruang kabupaten seoptimal mungkin dengan penyebaran
prasarana dan sarana sosial dan kecenderungan yang berlaku di lapangan.
Berdasarkan analisis strategi pengembangan struktur ruang wilayah
Kabupaten Polewali Mandar, yang memperhatikan beberapa faktor seperti:
kependudukan, ekonomi, fisik, serta sarana dan prasarana, maka struktur ruang
wilayah Kabupaten Polewali Mandar dapat dibagi dalam: 1 (satu) pusat kegiatan
wilayah (PKW; Polewali) dan 3 (tiga) pusat kegiatan lokal (PKL; Wonomulyo,
Campalagian dan Tinambung). Pada tiap-tiap PKW dan PKL mempunyai fungsi
sebagai sentral pertumbuhan berdasarkan potensi dan kendala yang dimilikinya
serta peningkatan akses antar pusat kegiatan.
Setiap pusat-pusat kegiatan akan memberi dampak terhadap pusat- pusat
kegiatan lainnya sehingga perlu ikatan yang menjalin hubungan tersebut untuk
saling memenuhi-kebutuhan tiap pusat kegiatan melalui sumberdaya yang
dimiliki.
Ada beberapa pertimbangan yang ikut menentukan struktur ruang wilayah
Kabupaten Polewali Mandar, yaiut sebagai berikut:
1. 1.Masih terdapat beberapa daerah yang terisolir (darat dan laut) yang
memiliki aksesibilitas sangat rendah sehingga mengakibatkan
pertumbuhan yang lambat pada daerah-daerah tersebut.
2. Pengaruh lingkungan strategis (global, nasional, regional dan lokal) yang
sangat besar, menjadikan posisi strategis daerah menjadi sangat penting.
3. 3.Pertimbangan rencana terhadap prinsip-prinsip struktur ruang dan proses
perkembangan wilayah sebagai referensi pokok penyusunan esensi
perencanaan.
Nilai-nilai profesionalisme ruang menjadi dasar filosofi, yang mengilhami
pertumbuhan dan pengembangan wilayah. Secara mendasar pola dan bentuk
struktur ruang wilayah Kabupaten Polewali Mandar akan mengakomodasi
kepentingan perencanaan dalam 4 (empat) dimensi ruang sebagai berikut: (1)
Ruang Darat, (2) Ruang Laut (3) Ruang Udara dan (4) Ruang di bawah muka
bumi, masing-masing apresiasi ke-4 ruang tersebut mengakomodasi nilai-nilai
kontekstual yang berkaitan dengan perencanaan infrastruktur, rencana tata guna
hutan, ruang terbuka hijau, kawasan perkotaan, kawasan perdesaan dan kawasan
buatan.
2. Rencana Pola Ruang Wilayah

Pola pemanfaatan ruang yang akan dikembangkan di Kabupaten Polewali


Mandar dirumuskan berdasarkan pertimbangan:
 Arahan pola pemanfaatan ruang berdasarkan rencana tata ruang wilayah
Kabupaten Polewali Mandar
 Analisis daya dukung pengembangan wilayah, terutama daya dukung
lahan untuk berbagai kegiatan budidaya dan sumberdaya air.
 Penetapan status hutan berdasarkan SK Menteri Kehutanan
 Penggunaan lahan eksisting (berdasarkan Citra ALOS 2009).
 Konsep struktur tata ruang yang akan diterapkan
 Pengalokasian peruntukan lahan sesuai kebutuhan luas dan kesesuaiannya
Didasarkan pada pertimbangan di atas, rencana pola pemanfaatan ruang
Kabupaten Polewali Mandar meliputi alokasi pemanfaatan ruang untuk Kawasan
Lindung dan Kawasan Budidaya.
a) Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian dan kemampuan lingkungan hidup yang mencakup
sumberdaya alam dan sumberdaya buatan guna kepentingan pembangunan yang
berkelanjutan. Kawasan lindung di Kabupaten Polewali Mandar secara fisik
adalah kawasan hutan lindung. Kawasan Hutan Lindung adalah kawasan hutan
yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan lindungan kepada kawasan
sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi
serta memelihara kesuburan tanah.
b) Kawasan yang memberi perlindungan kawasan dibawahnya
Kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan di bawahnya
disebut sebagai kawasan resapan air. Kawasan resapan air mencakup kawasan
hutan lindung di dalam kawasan hutan dan kawasan lindung diluar kawasan
hutan.
Kawasan resapan air dalam spasial pola ruang adalah kawasan yang
mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan
tempat pengisian air bumi (akifer) yang berguna bagi sumber air. Kriteria
kawasan resapan air adalah curah hujan yang tinggi, memiliki struktur tanah yang
mudah meresapkan air dan bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air
hujan secara besarbesaran. Kawasan resapan air di Kabupaten Polewali Mandar
sangat perlu mendapat perlindungan untuk memberikan ruang yang cukup bagi
peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan kebutuhan
air tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahannya maupun
kawasan yang bersangkutan.
Kawasan resapan air di Kabupaten Polewali Mandar lokasinya tersebar di
seluruh wilayah kabupaten, utamanya diwilayah pesisir. Beberapa tempat di
Kabupaten Polewali Mandar yang memiliki kemampuan untuk menyerap air
tanah dengan baik adalah daerah hulu dari sungai-sungai yang mengalir melewati
wilayah Kabupaten Polewali Mandar menuju ke pantai-pantai di wilayah ini. Kini,
kawasan tersebut sedang dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan dan pertanian
(lahanbudidaya). Sebagian besar dilahan ini terjadi kegiatan intensif masyarakat
sehingga terjadi pengolahan tanah yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan
tanah dalam menyerap dan menyimpan air. Apalagi tanaman-tanaman yang
ditanam tidak memiliki kemampuan untuk menyimpan cadangan air tanah.
Akibatnya adalah berkurangnya debit air yang dialirkan melalui sungai-sungai.
Kabupaten Polewali Mandar memiliki tidak kurang dari 35 sungai yang tersebar
di 16 kecamatan. Untuk melindungi dan melestarikan fungsi sungai sebagai
sumberdaya alam maka berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 32 Tahun
1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung ditetapkan kawasan sempadan
sungai. Kondisi pemanfaatan ruang disepanjang sempadan sungai-sungai ini
mulai mengalami koversi lahan dari fungsi lindung menjadi fungsi budidaya
seperti lahan pemukiman dan perkebunan
c) Rencana Kawasan Lindung Setempat
1. Sempadan Pantai
Sumberdaya alam di Kabupaten Polewali Mandar terdiri dari ruang
daratan (terestrial), ruang lautan (akuatik), ruang-ruang ini merupakan wadah
yang membentuk kesatuan fungsi dalam satu ruang di Kabupaten Polewali
Mandar. Ruang-ruang ini selain sebagai sumberdaya alam yang penting artinya
bagi kehidupan dan perencanaan serta pelaksanaan pembangunan yang
berkelanjutan, juga mengandung fungsi pelestarian lingkungan hidup yang
mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan, serta nilai sejarah dan budaya
bangsa, yang memerlukan pengaturan bagi pengelolaan dan perlidungannya.
Untuk itu, berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 32 Tahun 1990 tentang
pengelolaan kawasan lindung ditetapkan bahwa daratan sepanjang tepian yang
lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter
dari titik pasang tertinggi kearah darat adalah kawasan sempadan pantai. Kawasan
ini mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai.
Tentunya ketentuan ini semata-mata untuk melindungi sumberdaya air yang
dimiliki oleh setiap daerah di Indonesia.
Kabupaten Polewali Mandar dengan panjang garis pantai ±94,53 km
memiliki kawasan sempadan pantai yang memanjang dari pesisir pantai di
Kecamatan Binuang sampai Pantai Tinambung di Kecamatan Tinambung yang
berbatasan dengan Kabupaten Majene. Saat ini pemanfaatan lahan disepanjang
kawasan lindung sempadan pantai Kabupaten Polewali Mandar ini didominasi
oleh kebun campuran, tambak dan sebagian permukiman. Diperlukan adanya
pengaturan ruang yang terukur bagi kawasan sempadan pantai sehingga tidak
terjadi pengrusakan zona lindung bagi ekosistem perairan laut khususnya
diperairan Selat Mandar akibat dari usaha dan kegiatan manusia yang terjadi
didarat.
Secara fungsional, bagian dari kawasan sempadan pantai di Kabupaten
Polewali Mandar adalah Kawasan Hutan Mangrov yang lokasinya berada
diwilayah pesisir laut dan merupakan habitat alami hutan bakau (mangrove) yang
berfungsi memberi perlindungan kepada perikehidupan pantai dan lautan.
Hutan mangrove pada umumnya berada di muara sungai, daerah pasang
surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan
gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan dilaut. Umumnya
mangrove mempunyai system perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas
(pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap
keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob. Hutan mangrove di
Kabupaten Polewali Mandar umumnya terdapat di Kecamatan Binuang seluas 1
08 ha, selain itu juga terdapat di Kecamatan Wonomulyo seluas 86 ha, Kecamatan
Campalagian seluas 24 ha dan Kecamatan Matakali seluas 19 ha. Jenis-jenis
mangrove yang ada dipesisir Kabupaten Polewali Mandar terdiri dari Bakau
(Rhizoporasp.), Api-api (Avicennia sp.), Tanjang (Bruguierasp.) dan
CeriopsTagal
2. Sempadan Sungai
Usaha-usaha Pengelolaan Kawasan Sempadan Sungai adalah:
 Menentukan garis sempadan sungai dan bangunan sekitar sungai
 Merencanakan ruang terbuka hijau secara terpadu di sepanjang sungai
 Melakukan kontrol terhadap kondisi sungai secara ketat
 Merencanakan pemanfaatan tanggul-tanggul dengan ketinggian tertentu
sehingga luapan air sungai pada musim penghujan tidak memberikan
pengaruh yang cukup besar
 Melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai dampak dan
penanganan masalah banjir
 Mengatur dan menata kembali system draina sesetempat.
3. Sempadan Jurang
Sebaran kawasan sempadan jurang terletak pada kawasan-kawasan yang
memenuhi kriteria sempadan jurang meliputi Kecamatan-kecamatan: Alu,
Anreapi, Balanipa, Binuang, Bulo, Limboro, Matakali, Matangnga, Tapango,
danTubbitaramanu
4. Kawasan Sekitar
Danau atau Waduk Kawasan sempadan danau/waduk terletak di Bendung
Sekaseka, serta Embung yang ada di Kecamatan-kecamatan:Anreapi, Mapilli,
Luyo, Tapango, Binuang, Alu, dan Tubbitaramanu
5. Ruang Terbuka Hijau Kota
Ruang terbuka hijau kota tersebar diseluruh bagian kawasan perkotaan
dengan luas minimal 30% (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan dan
pada setiap pusat desa dan kelurahan wajib memiliki alunalun atau lapangan yang
berfungsi sebagai ruang terbuka hijau perkotaan, selain itu, juga berfungsi sebagai
wadah bersosialisasi bagi warga, tempat berkumpul, tempat evakuasi jika terjadi
bencana alam, juga sebagai tempat bermain bagi anak yang semakin sulit mereka
dapatkan, terutama di wilayah perkotaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik yaitu, pada tahun 2005 nama kabupaten
induk berubah menjadi Kabupaten Polewali Mandar berdasarkan PP No.74 Tahun
2005, Kabupaten Polewali Mandar terletak 195 km’ sebelah Selatan Mamuju,
Ibukota Provinsi Sulawesi Barat, atau 250 km’ sebelah Utara Kota Makassar
Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Berada pada posisi 118o53’58,2” –
119029’35,8” Bujur Timur dan 03 o40’00” – 3 o32’5,28” Lintang Selatan.
Berdasarkan analisis strategi pengembangan struktur ruang wilayah
Kabupaten Polewali Mandar, yang memperhatikan beberapa faktor seperti:
kependudukan, ekonomi, fisik, serta sarana dan prasarana, maka struktur ruang
wilayah Kabupaten Polewali Mandar dapat dibagi dalam: 1 (satu) pusat kegiatan
wilayah (PKW; Polewali) dan 3 (tiga) pusat kegiatan lokal (PKL; Wonomulyo,
Campalagian dan Tinambung). Pada tiap-tiap PKW dan PKL mempunyai fungsi
sebagai sentral pertumbuhan berdasarkan potensi dan kendala yang dimilikinya
serta peningkatan akses antar pusat kegiatan.
Pemanfaatan pola ruang wilayah kabupaten polewali mandar yaitu
kawasan lindung, kawasan yang memberi perlindungan kawasan dibawahnya, dan
rencana kawasan lindung setempat.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan semoga pembaca
dapat memberikan kritik dan sarannya pula, karena makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas pengganti final, dan karena itu mungkin masih banyak yang
perlu diperbaiki jadi dimohon pengertiannya
DAFTAR PUSTAKA

Marsoedi et al.,1997. Petunjuk Teknis PEDOMAN SURVEI DAN PEMETAAN


TANAH Tingkat Semi Detail Skala 1:50.000. DIPA BBSDLP TA 1997,
Edisi April, 1997

PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 1


TAHUN 2014

Riswanto, E. 2009. Evaluasi Akurasi Klasifikasi Penutupan Lahan Menggunakan


Citra ALOS PALSAR Resolusi Rendah Studi Kasus Pulau Kalimantan.
Bogor. Institut Pertanian Bogor
SATKER PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI
SULAWESI BARAT. Laporan SPPIP Kabupaten Polewali Manda.
2012. PT DEKAMA SEKATA.
Soil Survey Staff. 2003. Keys to Soil Taxonomy. USDA, Natural Research
Conservation Service. Ninth Edition. Washington D.C.

Anda mungkin juga menyukai