The first ‘test tube’ baby was successfully delivered through Cesarean
Secction in Hasan Sadikin Hospital Bandung on February 2006 with 3 kg weight and
46 cm length. This is the first in West Java and become a big success story of
Assissted Reproduction Technology Unit Hasan Sadikin. Three Obstetricians, four
Anaestesiologist, two pediatricians and cell bologist also played a pivotal role.
The parents of this baby, Mrs. Y (37) and Mr. R (36) have been previously
seeking the help form another medical center, however, without success. Due to
such uncured infertility, in Hasan Sadikin Hospital, Mrs. Y initially underwent
hormonal therapy from the beginning of April 2005. After this, five ovum were picked-
up on the end of May 2005. Two days later, four embryos in high quality were
transferred to the uterus of Mrs. Y. The choice to transfer quite a lot of ovum relies on
the later age of Mrs. Y. Her pregnancy was then firstly known on June 2005.
In Vitro Fertilization Pre-Embryo Transfer (IVF-ET) is a fertilityprocedure which
first succeeded by Edwards and Steptoe in England. The first ‘test-tube’ baby. Louse
Brown, was born in 1978. Since then the technology has been further refined and
developed by physicians and embryologists to help many couples with fertility
problems to have children. Today, more people then ever before are using assisted
reproduction technologies treatment with over 20000 babies born worldwide. Many
commentators believe this reflects the changing social and personal prioroties that
have increased the age at which couples want to start a family.
The pregnancy rate by age through IVF is similar to that of normally conceived
pregnancies: 37% among women younger than 35 years and 28% for those aged 36-
39 years. The success rate is about 13% in those older than 40 years. Pregnancy in
women older than 44 years is rare.
The rate of miscarriages with IVF pregnancies is the same as that with
normally conceived pregnancies. Ectopic pregnancy is a serious. Condition that
requires emergency medical care. The embryo is growing outside the uterus and
does not survive.
Although there is widespread acceptance, based on experience, that current
ART procedures are generally safe, the evidence for this, particularly in terms of
long-term safety, is relatively weak when compared to other similarly well-established
1|Page
clinical techniques. Too little is known about the basic mechanism of early human
development-wheter natural or assisted about interactions between the mother and
her growing baby, or about the overall risks and benefits of ART to draw firm
conclusions about wethera new treatment may have any unforeseen adverse
consequences. Fundamental reproductive biology research and through evaluationof
ART are both vital to providing the information needed.
2|Page
CASE PRESENTASION
Bayi tabung pertama berhasil dilahirkan melalui operasi sesar di Rumah Sakit
Hasan Sadikin Bandung pada bulan Februari 2006 dengan berat 3 kg dan panjang
46 cm. Ini adalah yang pertama di Jawa Barat dan menjadi kisah sukses besar
dari teknologi reproduksi bantuan Hasan Sadikin. Tiga dokter kandungan, empat ahli
anastesi, dua dokter anak dan ahli sel biologi juga memainkan peran penting.
Orang tua dari bayi ini, Mrs Y (37) dan Mr R (36) sebelumnya telah mencari
bantuan di pusat medis lain, namun tanpa keberhasilan. Karena infertilitas yang tidak
tersembuhkan tersebut, di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Mrs Y menjalani terapi
hormonal sejak awal bulan April 2005. Setelah itu, lima ovum diambil pada akhir Mei
2005. Dua hari kemudian, empat embrio berkualitas tinggi ditransfer ke rahim Mrs Y.
Keputusan untuk mentransfer cukup banyak sel telur karena Mrs Ysudah berusia
lanjut. Kehamilannya diketahui pertama kali bulan Juni 2005.
Dalam In Vitro Fertilization Pre-Embryo Transfer (IVF-ET) adalah prosedur
pembuahan yang pertama disukseskan oleh Edwards dan Steptoe di Inggris. Bayi
tabung pertama. Louse Brown, lahir pada tahun 1978. Sejak saat itu teknologi
tersebut telah disempurnakan dan dikembangkan lebih lanjut oleh dokter dan
embriolog untuk membantu banyak pasangan dengan masalah kesuburan untuk
memiliki anak. Saat ini, orang lebih banyak dari sebelumnya yang
menggunakan assisted reproduction technologies (ART) dengan lebih dari 20.000
bayi yang lahir di seluruh dunia. Banyak komentator percaya ini mencerminkan
perubahan prioritas sosial dan pribadi yang meningkatkan usia di mana pasangan
ingin memulai sebuah keluarga.
Tingkat kehamilan berdasarkan usia melalui IVF adalah mirip dengan
kehamilan normal: 37% di antara perempuan muda dari 35 tahun dan 28% untuk
mereka yang berusia 36-39 tahun. Tingkat kesuksesan adalah sekitar 13% pada
mereka yang lebih tua dari 40 tahun. Kehamilan pada wanita lebih tua dari 44 tahun
jarang terjadi.
Tingkat keguguran dengan kehamilan IVF adalah sama dengan kehamilan
normal. kehamilan ektopik adalah serius. Kondisi yang membutuhkan perawatan
medis darurat. Embrio tumbuh di luar rahim dan tidak bertahan hidup.
3|Page
Meskipun ada penerimaan yang meluas, berdasarkan pengalaman, bahwa
saat ini ART pada umumnya prosedurnya aman, bukti untuk ini, terutama dalam hal
keamanan jangka-panjang relatif lemah jika dibandingkan dengan teknik klinis yang
sejenisnya. Terlalu sedikit yang diketahui tentang mekanisme perkembangan
manusia dari awal atau bantuan tentang interaksi antara ibu dan bayi yang tumbuh,
atau tentang risiko dan benefit secara keseluruhan ART, untuk menarik kesimpulan
tegas tentang pengobatan baru yang mungkin memiliki segala konsekuensi yang
merugikan tak terduga . Oleh karena itu penelitian dasar biologi reproduksi dan
evaluasi ART, keduanya penting untuk memberikan informasi yang dibutuhkan.
BAB I
4|Page
PENDAHULUAN
Mons pubis
o Bagian elevasi jaringan adiposa yang terbungkus oleh
kulit dan rambut pubis kasar.
o Terletak anterior dari symphisis pubis
Labia majora
o Merupakan dua lipatan kulit longitudinal yang memanjang
secara inferior dan superior, terbungkus oleh rambut
pubis dan berisi banyak jaringan adiposa, kelenjar
sebasea, dan kelenjar sudoriferous apokrin.
o Labia majora homolog dengan scrotum pada pria.
5|Page
o Commisura labiorum anterior : pertemuan kedua sisi
labium kiri dan kanan di anterior.
o Commisura labiorum posterior : lekukan antara kedua sisi
labium kiri dan kanan di posterior.
Labia minora
o Merupakan dua lipatan kulit longitudinal, bagian medial
dari labia majora, tidak seperti labia majora, labia minora
tidak dibungkus oleh rambut pubis dan tidak berisi lemak,
tetapi memiliki banyak kelenjar sebasea dan sedikit
kelenjar sudoriferous.
o Labia minora homolog dengan penile uretra pada pria.
o Lipatan kecil yang terdapat diantara labium majus
pudendi,dan pada bagian posteriornya berakhir pada
labium majus pudendi.
o Tiap labia terbagi dua pada bagian anterior : medial yang
bersatu dibawa clitoris serta membantu frenulum clitoris
dan lateral yang bersatu diatas clitoris serta membentuk
preputium clitoridis.
Klitoris
o Merupakan kumpulan dari jaringan erektil berbentuk
silindris dan terletak di anterior junction labia minora.
o Melekat pada symphisis pubica melalui lig.suspensorium
clitoridis.
o Kulit yang membungkusnya disebut prepuce of the
clitoris.
o Klitoris homolog dengan glans penis pada pria.
Vestibule
o Merupakan daerah diantara dua labia minora. Pada
vestibule terdapat lubang uretra yaitu saluran uretra
bagian eksternal, lubang vagina yaitu saluran vagina
eksternal, hymen yaitu membran mukus yang mengelilingi
saluran vagina sepanjang 4 cm, dan beberapa kelenjar,
seperti kelenjar Bartholin’s atau kelenjar vestibular yang
6|Page
memproduksi sedikit mukus selama hubungan seksual
untuk lubrikasi. Dan kelenjar Skene’s atau kelenjar
paraurethral yang menghasilkan mukus pada dinding
uretra. Kelenjar Skene’s homolog dengan kelenjar prostat
pada pria.
o Merupakan celah antara labium minus pudendi.
o Pada bagian ini dapat ditemukan ostium urethra externa,
ostium vaginae, muara glandula vestibularis major dan
minor.
Bulb of vestibule
o Terdiri dari kumpulan jaringan erektil yang memanjang
dan terdapat pada bagian yang lebih dalam dari labia.
o Fungsinya adalah mempersempit lubang vagina dan
memberikan tekanan pada penis selama hubungan
seksual.
o Bulb of vestibule homolog dengan corpus spongiosum
pada pria.
Anatomi organ genital interna wanita
secara garis besar, organ genital interna wanita terbagi menjadi :
Ovarium
o Kelenjar kelamin pada wanita, yang menghasilkan sel
telur, ovarium berbentuk seperti kacang almond dengan
ukuran kurang lebih 4x2x1 cm.
o Terletak dalam fossa ovarii .
o Facies lateralis berhubungan dengan peritoneum,
sedangkan sebagian besar facies medialis tertutup tub
auterina.
o Margo anterior (mesovaricus) melekat pada mesovarium,
sedangakn margo posterior (liber) berhubungan dengan
tuba uterina dan ureter.
o Ovarium homolog dengan testis pada pria.
o Ovarium selain menghasilkan sel telur, juga menghasilkan
hormon, yaitu progesteron, estrogen, inhibin dan relaxin.
7|Page
Pada setiap ovarium terdapat hilum, yaitu tempat
masuk dan keluarnya pembuluh darah dan saraf. -
Untuk mempertahankan posisinya, ovarium terikat
dengan beberapa ligamen, antara lain :
Broad ligament, yang mempertahankan posisi
ovarium dengan mengikatkannya pada ovarium
dan tuba uterina, bentuknya seperti kipas. Broad
ligament merupakanbagian dari parietal
peritoneum, juga memiliki dua lapisan yang melipat
dan berikatan dengan ovarium, disebut
mesovarium.
Ovarian ligament, merupakan ligamen yang
menghubungkan ovarium dengan badan uterus
(body of uterus).
Suspensory ligament, merupakan ligamen yang
menghubungkan ovarium dengan dinding pelvis.
Tuba uterina
o Tuba uterina atau oviduct sering disebut juga saluran
telur, karena di sini lah tempat telur yang sudah dibuahi
sperma menuju tempat implantasi di endometrium uterus
atau sebagai jalur bagi sperma untukmembuahi oosit
sekunder.
o Panjangnya sekitar 10 cm atau 4 inci, terdiri dari
beberapa bagian, yaitu :
Isthmus, yang terletak dekat dengan uterus,
merupakan bagian tuba uterina yang lebih sempit,
pendek dan lebih medial.
Ampulla, merupakan dua per tiga bagian tuba uterina
yang paling luas dan panjang, dan biasanya menjadi
tempat pembuahan atau fertilisasi sperma dan ovum.
Infundibulum, yaitu bagian tuba uterina yang dekat
dengan ovarium tapi terbuka ke bagian pelvic cavity,
berbentuk seperti corong.
8|Page
Fimbriae, merupakan akhir atau ujung dari
infundibulum yang berbentuk menyerupai jari-jari
tangan, dan berfungsi sebagai tempat menangkap sel
telur yang telah matang dan siap untuk dibuahi.
Uterus
o Uterus atau rahim berfungsi sebagai tempat implantasi
ovum yang terfertilisasi dan sebagai tempat
perkembangan janin selama kehamilan sampai dilahirkan.
o Uterus terletak anterior terhadap rectum dan posterior
terhadap urinary bladder.
o Ukuran uterus pada wanita yang belum pernah hamil
adalah panjang 7,5 cm, lebar 5 cm dan tebal 2,5 cm.
o Pada wanita yang sudah pernah hamil, ukuran uterus
lebih besar, sedangkan pada wanita yang sudah
menopause, ukuran uterus lebih kecil karena pengaruh
hormon seks yang menurun.
o Posisi uterus yang normal yaitu superior dan anterior
terhadap urinary bladder diebut anteflexion, sedangkan
posisi uterus abnormal yang lebih condong ke posterior
disebut retroflexion.
o Uterus terbagi menjadi beberapa bagiam,yaitu :
Fundus, adalah bagian uterus yang berbentuk seperti
kubah berada di bagian superior
Body, adalah bagian tengah uterus yang berisi
uterine cavity
Cervix, adalah bagian uterus yang lebih sempit yang
dekat dengan vagina yang berisi cervical canal,
cervical canal yang menghadap ke luar disebut
internal os, sedangkan cervical canal yang
menghadap ke luar disebut dengan external os.
Isthmus, adalah bagian antara body dan cervix
Vagina
9|Page
o Merupakan bagian yang menghubungkan organ genital
ekterna dan interna, berbentuk seperti tabung, memiliki
panjang 8-10 cm.
o Berfungsi menerima penis selama hubungan seksual dan
menjadi jalan lahir bagi bayi.
o Bagian vagina yang berhubungan dengan cervix uterus
disebut fornix.
o Bagian yang paling eksternal dari vagina adalah lubang
vagina.
o Dan bagian yang mengelilingi dinding vagina sepanjang 4
cm adalah hymen, yang merupakan lipatan membran
mukus yang berisi banyak pembuluh darah.
10 | P a g e
Ukuran alat reproduksi wanita yang normal :
o vagina
Panjang : 0,5 cm
o uterus
Panjang : 7-7,5 cm
Tinggi : 2,5 cm
Panjang : ± 4 cm
Lebar : 1,5 cm
Tinggi : 1,5 cm
11 | P a g e
Polip endometrium : tumor bertungkai lunak, yang diproduksi
oleh produksi hormon yang abnormal.
Penis
Penis terdiri dari:
Sirkumsisi
Badan penis terdiri dari 3 rongga silindris (sinus) jaringan
erektil:
14 | P a g e
o Testis berbentuk lonjong dengan ukuran sebesar buah
zaitun dan terletak di dalam skrotum.
o Biasanya testis kiri agak lebih rendah dari testis kanan.
o Berbentuk seperti huruf C pada bagian posterior testis,
organ yang panjangnya kira-kira 6 meter ini terdiri dari
caput, corpus, dan cauda.
Ductus defferen / vas defferen
o Vas deferens merupakan
saluran yang membawa sperma dari epididimis.
Saluran ini berjalan ke bagian belakang prostat lalu masuk
ke dalam uretra dan membentuk duktus ejakulatorius.
o Struktur lainnya (misalnya pembuluh darah dan saraf)
berjalan bersama-sama vas deferens dan membentuk korda
spermatika.
o ductus deferens dalam prostat dapat diraba pada bagian
supero-lateral, antara testis dan annulus inguinalis
superficialis.
Ejaculatory duct
o Dibentuk dari penggabungan seminal vesicle duct dan
ampulla ductus defferen
o Ejaculatory duct berakhir di prosthetic urethra, dimana ia
menyemprotkan sperma dan sekresi seminal vesicle
beberapa saat sebelum pengeluaran semen dari urethra ke
lingkungan luar.
Urethra
Pada pria, urethra adalah saluran ujung dari system reproduksi
dan urinary yang berfungsi mengeluarkan semen dan urine.
Accessory sex gland
Kelenjar ini mensekresi proporsi cairan semen terbanyak. Yang
termasuk accessory sex gland :
o Seminal
Merupakan sepasang kantung yang terletak pada bagian
posterior vesica urinaria.
15 | P a g e
Mensekresi alkaline, cairan yang mengandung fruktosa,
prostaglandin, dan clotting protein.
Alkaline berfungsi membantu menetralisir keadaan asam
pada urethra pria dan pada jalur reproduksi sperma
karena keadaan asam dapat membunuh sperma.
Fruktosa berfungsi untuk produksi ATP pada sperma
Prostaglandin berkontribusi pada motilitas sperma
Clotting protein membantu semen menggumpal setelah
ejakulasi.
Cairan yang disekresi seminal vesicle berjumlah 60% dari
volume semen
Prostate
Kelenjar berbentuk piramid terbalik yang mengelilingi urethra
pars prostatica.kelenjar ini dibungkus oleh capsula fibrosa di
sebelah profunda dan oleh lapisan fisceral dari fascia pelvica
di sebelah superficial.
o lobus lateralis kiri dan kanan : trletak di sisi kiri dan kanan
urethra pars prostatica, dipisahkan cekungan pada bagian
posterior prostat.
Ialah indung telur pada seorang dewasa sebesar ibu jari tangan,
terletak dikiri dan dikanan, dekat pada dinding pelvis di fossa
ovarika. Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga
peritoneum, sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai
jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari
korteks dan medula.
17 | P a g e
Berfungsi gametogenesis / oogenesis, dalam pematangan dan
pengeluaran sel telur (ovum). Selain itu juga berfungsi
steroidogenesis, menghasilkan estrogen (dari teka interna folikel)
dan progesteron (dari korpus luteum), atas kendali dari hormon-
hormon gonadotropin.
Oogenesis
Sel bakal ova dalam ovarium fetus disebut oogonia membelah terus
sampai jumlahnya 6-7 juta pada umur kehamilan 5 bulan.
Selanjutnya oogonia menjadi oocyt primer yang dikelilingi selapis
sel granulose membentuk folikel primordial. Oogonia yang tidak jadi
folikel primer akan mengalami apoptosis sehingga setelah lahir
hanya tinggal 2 juta folikel primordial. Dari 2 juta hanya 400 folikel
yang akan matang dan mengeluarkan ovum. Yang lainnya akan
mengalami atresia dan menjadi jaringan ikat.
Corpus spurium :
o Memelihara kehamilan
Tuba falopi
18 | P a g e
o Tempat terjadinya pembuahan.
Uterus
Cervix
o Fungsi:
Katup spermatozoa
Pelindung sperma terhadap vagina yang asam
Pelindung fagositosis
Semacam filter spermatozoa
Mensuplai energi untuk sperma
Kapasitasi sperma
Menyumbat kuman masuk saat hamil
Vagina
Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas
otot-otot diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan
diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus profunda,
m.constrictor urethra).
Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan
vagina.
Vulva
Endometrium
Lapisan dalam dinding kavum uteri, berfungsi sebagai bakal tempat
implantasi hasil konsepsi.
19 | P a g e
Scrotum berisi 2 testis. Lokasi scrotum dan kontraksi ototnya
berfungsi mengatur temperature testis, karena produksi normal
sperma di dalam testis membutuhkan suhu 2-3°C di bawah suhu
tubuh normal. Otot-otot yang berperan dalam pengaturan suhu
tersebut yaitu otot dartos & cremaster. Contoh, sebagai respon
terhadap suhu dingin, otot cremaster akan berkontraksi sehingga
testis terangkat lebih dekat ke tubuh dan dapat menyerap panas
tubuh. Sedangkan, kontraksi otot dartos menyebabkan scrotum
mengkerut sehingga mengurangi hilangnya panas.
Penis
Penis merupakan jalur ejakulasi semen dan ekskresi urine. Pada
sistem reproduksi, penis mempunyai 2 fungsi : ereksi dan ejakulasi.
Mekanisme Ereksi dan Ejakulasi
Ereksi adalah suatu fungsi vaskular dari korpus kavernosum di
bawah pengendalian sistem saraf otonom. Berikut adalah
mekanisme terjadi ereksi dan ejakulasi :
1. Jika penis lunak, stimulus simpatis terhadap arteriol penis
menyebabkan konstriksi dari sebagian organ ini, sehingga aliran
darah yang melalui penis tetap dan darah yang masuk ke
sunosoid korpus kavernosum akan sedikit.
2. Saat stimulasi mental atau seksual, Fiber parasimpatik
terstimulasi dari sebagian sacral pada spinal cord melepaskan
dan menyebabkan produksi local Nitrix Oxide (NO).
3. NO menyebabkan otot halus pada dinding arteri menyediakan
erectile tissue untuk relaksasi dan membiarkan pembuluh darah
untuk berdilatasi pada cavernosus space di dalam corpora pada
penis. Hal ini dikarenakan jumlah darah yang memasuki erectile
issue penis.
4. Bulbospongiosus dan ischiocavernosus muscle menekan veins
(pembuluh darah yang menuju penis) dari corpora cavernosa
menghalangi pengembalian teknan pembuluh darah.
5. Hal ini menyebabkan erectile bodies menjadi turgid (besar dan
kaku) dan ereksi terjadi.
20 | P a g e
6. Dapat dikatakan stimulus parasimpatis tadi menyebabkan
vasodilatasi arteriol yang memasuki penis. Dan lebih banyak
darah yang memasuki ke vena dibandingkan darah yang di
drainase ke vena.
7. Sunosoid korpus kavernosum berditensi karena berisi darah dan
menekan vena yang dikelilingi tunika albuginea nondistensi.
8. Setelah ejakulasi , impuls para simpatis menyebabkan terjadinya
vasokonstriksi arteri dan darah akan mengalir ke vena untuk
dibawa menjauhi korpus tersebut. Penis akan mengalami
detumesensi atau kembali ke kondisi lunak.
Ejakulasi merupakan suatu keadaan disertai orgasme yang
merupakan titik kulminasi aksi seksual pada laki-laki. Semen
diejeksikan melalui serangkaian semprotan.
1. Impuls dari pusat refleks medula spinalis menjalar sepanjang
saraf spinak lumbal (L1 dan L2) menuju organ genital dan
menyebabkan kontraksi peristaltik dalam duktus testis,
epididimis, dan duktus deferen. (Bersamaan dengan refleks
tersebut suatu spincter otot polos di dasar urinari bladder akan
menutup, hal ini akan berlangsung selama proses ejakulasi
berlangsung sehingga sehingga semen dapat melalui saluran
urine tanpa tercampur oleh urine hingga keluar melalui penis).
Kontraksi ini menggerakkan sperma di sepanjang saluran-
saluran tersebut.
2. Impuls parasimpatis menjalar pada saraf pudendal dan
menyebabkan otot bulbokavernosum pada dasar penis
berkontraksi secara berirama.
3. Kontraksi yang simultan pada vesikel seminalis, prostat dan
kelenjar bulbouretral menyebabkan terjadinya sekresi cairan
seminal yang bercampur dengan sperma untuk membentuk
semen.
Setelah stimulus sexual pada penis berakhir, arteriol yang
menyuplai jaringan erectile pada penis berkontriksi dan otot polos
pada jaringan erectile berkontraksi sehingga sinus darah mengecil.
Tekanan pada vena yang menyuplai penis juga akan berkurang
21 | P a g e
sehingga melancarkan aliran darah ke luar penis dan menyebabkan
penis kembali ke posisi relaksasinya semula.
Testis
Testis berasal dari genital ridge berlokasi dibagian posterior
abdomen dan akan turun (descent) pada sekitar umur kehamilan 7
bulan menuju scrotum melalui kanalis inguinalis dibawah pengaruh
testosteron dari testis. Proses turunnya testis ini disebut desensus
testikulorum. Kalau proses desensus tidak terjadi, keadaan ini
disebut kriptorhismus. Kriptorhismus dapat terjadi unilateral
(sebelah saja) atau bilateral (keduanya). 98% bayi laki-laki
descencus testis sempurna.
Kelainan yang bersangkutan dengan descencus ini:
Crytorchidism (hidden testis): testis tidak turun ke tempatnya,
tetap berada di dalam rongga abdomen atau berada dalam
kanalis inguinalis.
Hernia inguinalis indirek
Temperature testis dalam scrotum dipertahankan selalu dibawah
temperature tubuh (2-30C) untuk kelangsungan spermatogenesis
oleh refleks yang mengatur kontraksi otot scrotum untuk
mendekatkan atau menjauhkan scrotum dari badan.
Fungsi testis:
Spermatogenesis terjadi dalam tubulus seminiferus diatur oleh
FSH
Sekresi testosterone oleh sel leydig
Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses pembentukan spermatozoa.
Spermatogenesis baru terjadi menjelang masa pubertas (umur 13-
14 tahun) dan berlangsung seumur hidup. Spermatogenesis terjadi
di dalam tubulus seminiferus sepanjang 250 meter. Di dalamnya
terdapat sel sertoli dan berbagai tingkat perkembangan sel gamet
dari spermatogonia (46 kromosom) sampai sperma (23 kromosom)
yang matang.
Proses spermatogenesis terdiri dari:
Proliferasi mitotic-multiplikasi spermatogenia
22 | P a g e
Meiosis-pengurangan jumlah kromosom diploid jadi haploid
Packaging-transformasi spermatid jadi spermatozoa.
Sel kelamin jantan dalam berbagai stadia, mulai dari sel yang
paling muda (spermatogonium) sampai yang sudah matang
(spermatozoa). Sel ini berasal dari sel germinal yang membelah
dengan cepat menjelang masa pubertas. Pembelahan ini secara
mitosis sehingga terbentuk banyak sekali spermatogonia.
Spermatogonium tumbuh menjadi spermatosit primer, kemudian
spermatosit primer mengalami meiosis I membentuk spermatosit
sekunder dengan kromosom N (haploid). Spermatosit sekunder
mengalami meiosis II membentuk spermatid. Spermatid mengalami
diferensiasi/perubahan bentuk/metamorphose atau disebut juga
spermiogenesis, terbentuk spermatozoa.
Spermatogenesis dibantu oleh sel yang juga terdapat dalam tubulus
seminiferus, yang disebut sel sertoli. Sel ini mempunyai fungsi:
Sebagai sumber nutrisi dan penyokong bagi sel kelamin
(remodeling spermatid menjadi spermatozoa).
Menghasilkan inhibin yang bersifat menghambat FSH bila
produksi sperma sudah berlebih.
Menghasilkan Androgen Binding Protein yang akan mengikat
testosterone yang masuk ke lumen tubulus sehingga kadar
testosteron sangat tinggi yang penting untuk proses
maturasi/pematangan sperma.
Pada jaringan interstitial, di antara tubuli seminiferus, ditemukan sel
leydig (sel interstitial) yang menghasilkan hormone testosterone.
Fungsi hormone testosterone:
Bersama-sama FSH merangsang sel sertoli dan
spermatogonium sehingga terjadi spermatogenesis.
Menyebabkan pertumbuhan sifat seksual sekunder (suara
besar, otot berisi, kumis, dsb) serta mempertahankan nafsu
seksual.
Spermatozoa
Spermatozoa manusia panjangnya ± 55 mikron. Terdiri dari 3
bagian:
23 | P a g e
Kepala berbentuk oval atau lonjong dengan panjang 5 mikron,
lebar 3 mikro, dan tebal 2 mikron. Kepala terdiri dari inti yang
padat DNA dan dilapisi oleh lisosom khusus yang disebut
akrosom dan mengandung enzim yang penting untuk
menghancurkan/menetrasi lapisan ovum sehingga dapat terjadi
fertilisasi. Dan juga berisi nucleus dengan 23 kromosom.
Midpiece mengandung banyak mitokondria sebagai sumber
energi (ATP) untuk gerakan ekor
Ekor terdiri dari filament kontraktil untuk pergerakan sperma
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motilitas sperma:
Suhu, kenaikan suhu dapat meningkatkan motilitas dan
sebaliknya.
Waktu sesudah ejakulasi
Viskositas semen
pH semen
komposisi ion
Dari Tubulus seminiferus, spermatozoa akan mengalami saluran-
saluran sebagai berikut:
Vasa eferentia: terdapat dalam testis
Epididimis: sperma ditampung dan mengalami proses pematangan
selanjutnya
Vas deverens: tempat menyimpan sperma dan transport sperma ke
duktus ejaculatori.
Duktus ejaculatori: mencampur sperma dengan secret dari vesika
seminalis membentuk semen
Urethra: saluran keluar urin dan semen.
Selama perjalanannya, sperma mendapat secret dari kelenjar
asesori, yaitu:
Kelenjar prostate: menghasilkan secret yang encer (alkalis) dan
untuk menetralisir keasaman (menetralkan pH) secret vagina yang
berisi clotting enzyme dan fibrolysin.
Vasikula seminalis: mensekresikan lendir serta zat makanan untuk
sperma. Sekresinya membentuk 60% total volume semen (mucus,
amino acids, fruktosa, dan prostaglandins)
24 | P a g e
Kelenjar Cowperi (bulbo urethra): mensekresikan lendir (mucus) ke
dalam urethra (lubrikasi vagina) menjelang puncak aktivitas seksual
(coitus).
Semen
Merupakan campuran dari sperma yang berasal dari tubulus
seminiferus dan cairan seminal yang berasal dari kelenjar asesori.
Semen mengandung prostaglandin yang berfungsi merangsang
kontraksi uterus. Hal ini membantu pergerakan sperma didalam
sakuran genital wanita.
Cairan seminal berfungsi menyediakan medium transport bagi
sperma, menyediakan nutrisi, dan melindungi sperma dari
lingkungan asam pada urethra pria dan vagina wanita.
Pada saat ejakulasi, dikeluarkam semen kira-kira sebanyak 2 – 5
mL dengan pH 7,2 – 7,7, dan tiap ml semen mengandung kira-kira
100juta sperma. Tampilan seperti susu pada semen disebabkan
oleh sekresi prostate dan sifat lengket pada semen disebabkan
sekresi cairan dari vasikula seminalis dan kelenjar cowperi (bulbo
urethra).
Untuk menentukan apakah seorang pria itu fertile/tidak, selain
jumlah sperma yang dikeluarkan setiap ejakulasi, juga dinilai mutu
sperma tersebut, antara lain:
Motilitas, yaitu berapa persen sperma yang motil
Kecepatan gerak spermatozoa
Keadaan membrane sperma
Kuantitas dan Komposisi Semen
1. Volume ejakulasi berkisar 2- 5ml rata-rata 3ml. Semen terdiri
dari 90% air dan mengandung 50 sampai 120 juta sperma untuk
tiap ml nya. Volume sperma mencapai 5% dari volume semen
keseluruhan.
2. Semen di ejakulasikan dalam bentuk cairan kental berwarna
abu-abu kekuningan dengan pH 6,8-8,8. Cairan ini segera di
koagulasikan setelah ejakulasi dan mencair dengan spontan
dalam 15 sampai 20 menit.
25 | P a g e
3. Bagian pertama ejakulasi mengandung spermatozoa, cairan
epididimal, dan sekresi kelenjar prostat dan bulbouretral. Bagian
terakhir ejakulasi berisi sekresi dari vesikel seminalis.
4. Semen mengandung berbagai zat yang ada dalam plasma
darah juga zat tambahan seperti prostaglandin, enzim proteolitik,
inhibitor enzim, vitamin dan sejumlah hormon steroid serta
gonadotropin dalam konsentrasi yang berbeda dengan yang ada
di dalam plasma darah.
5. Setelah ejakulasi, spermatozoa bertahan hidup hanya sekitar 24
sampai 72 jam dalam saluran reproduksi perempuan. Sperma
dapat disimpan selama beberapa hari pada suhu rendah atau
dibekukan jika akan disimpan selama lebih dari 1 tahun.
Proses pematangan sperma
Setelah sperma terbentuk di tubulus seminiferus, sperma
membutuhkan waktu beberapa hari untuk melewati saluran tersebut
yang panjangnya 6 meter di tiap lobusnya. Sperma yang bergerak
dari tubulus seminiferus dan di bagian awal epididimis ini tidak motil
dan tidak dapat membuahi ovum, tapi setelah 18-24 jam berada di
epididimis, sperma memiliki kemampuan motilitas, walaupun masih
ada beberapa inhibitor protein yang dalam cairan epididimis ini
masih mencegah motilitas sampai sperma tersebut dikeluarkan
dalam proses ejakulasi (ada juga yang di simpan di vas deferens
dalam keadaan ini sperma dapat dipertahankan hingga 1 bulan
dalam keadaan inaktif oleh berbagai inhibitor dari sekresi duktus-
duktus).
Kelainan-kelainan yang terjadi pada spermatozoa:
Azoospermia: semen tidak mengandung spermatozoa.
Nekrospermia: sel sperma ada, tetapi tidak bergerak (mati).
Astenospermia: sel sperma ada, tetapi kurang aktif.
Oligospermia: jumlah sperma hanya sedikit.
2.3. Siklus reproduksi wanita
26 | P a g e
Durasi siklus reproduksi wanita antara 24-35 hari, namun
diasumsikan menjadi 28 hari. Terdiri dari empat fase yaitu : fase
menstrual, fase preovulatory, fase ovulasi, fase postovulatory.
Siklus reproduksi wanita ini meliputi dua tempat yaitu siklus ovarian
dan siklus uterus.
Fase Menstrual (Hari ke 1 – 5)
Di ovaries
Beberapa follicle primordial berkembang menjadi primary
follicle dan kemudian berkembang menjadi secondary follicle
dan beberapa follicle di fase menstrual mulai berkembang
tetapi tidak sampai matang.
Di uterus
Cairan menstruasi dari uterus terdii dari 50-150 ml darah,
cairan jaringan, mukus, sel epitel dari endometrium.
Progesteron dan estrogen yang dikeluarkan dari
prostaglandins berkurang menyebabkan arteri di uterus
mengerut sehingga suplai darah ke sel menjadi berkurang
dan sel mulai mati atau akan mati. Sehingga mnyebabkan
seluruh stratum fungsionalis pada endometrium akan
27 | P a g e
meluruh, kemudian endometrium menjadi sangat tipis dan
yang tersisa hanya stratum basalis. Cairan dikeluarkan
melewati cervix dan vagina.
Fase Preovulatory
Fase ini merupakan fase antara akhir menstruasi dan ovulasi.
Di ovaries
Beberapa secondary follicle di ovarium mulai mensekresi
estrogen dan inhibin. Pada hari ke -6, secondary follicle
menjadi lebih besar dan menjadi follicle yang dominant.
Dominant follicle mensekresi estrogen dan inhibin dimana
estrogen dan inhibin tersebut berfungsi untuk menghibit
sekresi FSH. Dominant follikel berkembang menjadi co-
dominant follicle yang nantinya akan berovulasi dan fertilisasi
pada waktu yang bersamaan. Normalnya salah satu
dominant follicle menjadi mature (graafian) follicle, mature
(graafian) follicle menjadi besar (d = 20 mm) dan siap untuk
ovulasi. mature (graafian) follicle membentuk blister di ovary
dan pada akhir maturasi. mature (graafian) follicle
berkembang dan meningkatkan produksi estrogen. Fase
menstrual dan preovulatory disebut fase follikular, karena
ovarium tumbuh dan berkembang di uterus
Di uterus
Estrogen dikeluarkan ke darah, pertumbuhan follicle ovarian
menstimulasi perbaikan endometrium yang dimana sel
stratum basalisnya mengalami mitosis dan memproduksi
stratum fungsionalis yang baru. Pada penebalan
endometrium, terbentuk endometrial glands dan
pemanjangan lekukan arteri. Fase preovulatory disebut fase
proliverative, karena endometrium berkembang.
Fase Ovulasi (Hari ke 14)
Pada saat mature (graafian) follicle pecah dan pengeluaran
secondary oosit yang masuk ke dalam pelvis cavity dan
biasanya terjadi pada hari ke 14. Selama ovulasi, secondary
oosit dikelilingi oleh zona pelucida dan corona radiata.
28 | P a g e
Kandungan estrogen yang tinggi, mensekresi LH dan
gonadotropin – releasing hormon (GnRH) dan menyebabkan
ovulasi.
Konsentrasi estrogen tinggi lalu menstimulasi pengeluaran
GnRH dari hipothalamus lalu menstimulus gonadoropin di
anterior pituitary untuk mensekresi LH. GnRH mengeluarkan
FSH dan LH, LH menyebabkan mature (graafian) follicle pecah
dan secondary oosit keluar.
Fase Postovulatory
Di ovaries
Mature (graafian) follicle rupture (robek), dan dasar membran
antara sel granulosa dan teka interna hancur, sel granulosa
dan sel teka interna bergabung dan berubah menjadi sel
corpus luteum. LH menstimulasi corpus luteum untuk
mensekresi progesteron, estrogen, relaxin, inhibin. Jika oosit
tidak mengalami fertilisasi maka corpus luteum adak menjadi
corpus albican, progesteron, estrogen, dan inhibin meningkat
menyebabkan GnRH, FSH, LH meningkat lalu follikular
tumbuh lagi dan mulai siklus ovarian baru
Di uterus
Corpus luteum memproduksi progesteron dan estrogen yang
dimana akan mengembangkan kelenjar endometrium.
Kemudian terjadi vaskularisasi superficial endometrium dan
penebalan sekitar 12 – 18 mm.
Periode ini disebut fase secretory, karena adanya sekresi
glikogen dari aktivitas sekresi kelenjar endometrium. Jika
fertilisasi tidak terjadi, progesterone dan estrogen akan
menurun, karena adanya degenerasi corpus luteum dan oleh
sebab itu maka terjadilah menstruasi.
29 | P a g e
2.4. Menopause
Mulai umur 40-50 tahun (premenopause), menstruasi jadi tidak
teratur, ovulasi tidak terjadi.
Estrogen berkurang banyak sehingga kadar FSH dan LH meningkat
dan timbul gejala:
‘hot flushes’ dan keringat malam (80-85% wanita)
Perasaan sesak
Mudah terangsang
Lelah
Anxiety, kadang-kadang gangguan psikhis
Gejala tersebut dominant pada lebih kurang 15% wanita.
Premenopause dapat terjadi 10 tahun sebelum menopause dengan
siklus anovulatoar yang menyebabkan kadar estrogen dominant dan
tidak ada sekresi progesterone.
Menopause yang sebenarnya terjadi setelah ovarium tidak
mengsekresi estrogen dan progesterone sehingga menstruasi
berhenti.
30 | P a g e
Pria
Pada masa pubertas, sel-sel neurosecretory di hypothalamus aka
meningkatkan sekresinya terhadap Gonadotropin Releasing
Hormone (GnRH). Dimana GnRH kemudian akan menstimulasi
gonadotrop pada anterior pituitary untuk meningkatkan sekresinya
terhadap dua gonadotropin : FSH dan LH.
LH menstimulasi sel-sel leydig yang berlokasi di tubulus seminiferus
untuk mensekresi hormone testosterone. Di beberapa sel target,
enzim 5 alpha-reductase akan mengubah testosterone menjadi
androgen lain yang disebut dihidroxytestosteron (DHT).
Testosterone dan Dihidroxytestosteron memberikan beberapa efek
pada pria yaitu :
o Pola perkembangan alat reproduksi pria (sebelum lahir),
o Perkembangan organ reproduksi pria dan ekspresi
karekteristik sekunder pria (dimulai saat pubertas),
o Anabolisme (sintesis protein).
31 | P a g e
FSH juga bekerja secara tidak langsung untuk menstimulasi
spermatogenesis. FSH dan testosterone bekerja secara sinergis
pada sel-sel sertoli untuk menstimulasi sekresi androgen binding
protein (ABP). ABP berikatan dengan testosterone dan menjaga
agar konsentrasinya tetap tinggi. Kemudian testosterone
menstimulasi tahapan terakhir spermatogenesis di tubulus
seminiferus. Sekalinya tingkatan spermatogenesis yang dibutuhkan
untuk fungsi reproduksi telah mencapai levelnya, sel-sel sertoli akan
mengeluarkan inhibin. Dimana inhibin adalah hormone yang
berfungsi untuk menghambat sekresi FSH oleh anterior pituitary.
Dan selanjutnya melalui negative feedback, testosterone
menghambat sekresi LH oleh gonadotroph pada anterior pituitary
dan menghambat sekresi GnRH oleh sel-sel neurosecretory
hypothalamus.
Fungsi hormone testosterone:
Perkembangan genital embrio dan descencus testis
Kelangsungan spermatogenesis
Maskulinisasi pada saat pubertas
Genital externa: penis tambah panjang dan lebar, scrotum
pigmentasi
Genital interna: vesica seminalis membesar, sekresi dan
membentuk fruktosa
Prastat dan kelenjar bulbouretral membesar dan mulai
sekresi
Suara: larynx membesar, pita suara menebal dan
memanjang suara bass
Pertumbuhan rambut: tumbuh kumis, janggut, rambut axilla,
dada, pubis, dll.
Bentuk tubuh: pundak melebar, otot membesar
Mental: agresif, aktif, tertarik pada lawan jenis
Kulit: sekresi kelenjar sebaceous meningkat, terjadi acne
Protein anabolic
Meningkatkan libido
Umpan balik negative terhadap sekresi LH
32 | P a g e
Pemberian testosterone eksogenus berefek anabolic, maskulinisasi
dan meningkatkan libido.
Tetapi pemberian testosterone tidak cukup meningkatkan kadar
androgen dalam testis, malah menghambat sekresi LH sehingga
jumlah sperma berkurang.
Wanita
33 | P a g e
Fungsi hormone estrogen :
Efek pada Genitalia
1. Mempercepat pertumbuhan folikel ovarium
2. Meningkatkan motilitas uterin tubes
3. Uterus: endometrium bertambah tebal, kelenjar uterus
memanjang (fase proliferatif) dan sekresi kelenjar uterus
(fase sekresi)
4. Cervix: sekresi mucus jadi tipis dan lebih alkalis untuk
kelangsungan hidup dan transport sperma ke dalam cavum
uteri.
5. Vagina: epitelnya mengalami kornifikasi
6. Aliran darah uterus meningkat
7. Meningkatkan jumlah miometrium dan protein kontraktil.
Miometrium jadi lebih aktif dan mudah terangsang (lebih
sensitive terhadap oxytocin)
Efek Extra-Genital
Pada mammae sewaktu pubertas:
o Pembesaran mammae akibat penimbunan lemak dan
pertumbuhan sistem duktus serta perkembangan jaringan
stromal
o Pigmentasi aerola mammae
Efek pada cirri-ciri seks sekunder:
o Konfigurasi tubuh menjadi khas karena terjadi
penimbunan lemak pada mammae, paha, dan bokong
sehingga tampak pundak tidak lebar dan pinggul besar
o Suara nada tinggi
o Rambut kepala banyak, rambut tubuh sedikit dan ramput
pubis berbentuk female escutcheon
Petumbuhan rambut axilla dan pubis akibat efek
androgen adrenal dan ovarium
Efek pada kulit: lembut, halus, dan hangat (lebih vaskuler)
Efek pada pertumbuhan skeletal:
34 | P a g e
o Pada saat pubertas meningkat kecepatan pertumbuhan
untuk beberapa tahun, tetapi efek pada penutupan epifise
tulang lebih kuat daripada testosterone
o Mencegah esteoporosis
Efek pada organ endokrin lainnya:
o Menurunkan sekresi FSH dan LH
o Umpan balik positif terhadap LH sebelum ovulasi
o Meningkatkan ukuran hipofise
Efek pada tingkah laku: meningkatkan libido (efek langsung
pada neuron tertentu di hipotalamus)
Efek lain:
o Retensi air dan garam sehingga berat badan meningkat
sebelum menstruasi, kadang timbul prementual tension
o Sekresi kelenjar sebaceous lebih cair sehingga
pembentukan comedon acne dihambat
o Menurunkan kadar kolesterol dan meningkatkan aktivitas
pembekuan darah
o Menurunkan motilitas usus
Fungsi hormone progesterone :
Pada tuba fallopii menyebabkan sekresi mucus untuk nutrisi
ovum yang telah dibuahi
Pada uterus:
o Pada fase sekretoris: endometrium membengkak karena
peningkatan sitoplasma sel stroma akibat deposit lipid
dan likogen dalam sel stroma dan terjadi sekresi kelenjar
o Efek anti estrogenic:
Menurunkan iritabilitas sel miometrium
Menurunkan sensitivitas terhadap oxytocin
Menurunkan aktivitas elektris spontan (meningkatkan
potensial membrane)
Menurunkan jumlah reseptor estrogen pada
endometrium
35 | P a g e
Meningkatkan kecepatan konversi 17 bestradiol
menjadi estrogen kurang aktif
Pada cervix: mukosa cervix jadi lebih tebal seperti lem untuk
melindungi hasil konsepsi terhadap infeksi dan mencegah
masuknya sperma.
Pada vagina: mengsekresi mucus tebal, epitel proliferasi dan
infiltrasi oleh leukosit.
Pada mammae:
o Perkembangan lobulus dan alveoli mammae
o Peningkatan cairan dalam jaringan subkutan
Berefek termogenik, terjadi peningkatan suhu basal pada
saat ovulasi dan kehamilan
Merangsang respirasi sehingga PCO 2 alveolar berkurang
pada fase luteal dan kehamilan
Berefek natriuresis (dosis besar)
Berefek katabolisme protein ringan untuk keperluan fetus
Menghambat sekresi LH dan memperkuat efek inhibisi
estrogen terhadap FSH sehingga tidak terjadi perkembangan
folikel baru
Fungsi hormone Relaxin :
Menghambat konraksi otot polos uterine.
Selama bekerja, menaikkan flexibilitas simfisis pubis dan
pembesaran serviks uterine.
Fungsi hormone inhibin :
Menghambat pengeluaran FSH dan menurunkan tingkatan LH.
36 | P a g e
Kriteria : - Menstruasi teratur
- Bisa terjadi kehamilan
- Umur
3.2. Usia Ibu Resiko Tinggi
Umur : 35 th ke atas
DM
Hipertensi
Kelahiran mati ( pengiriman bayi yang telah
meninggal sebelum kelahiran ) ----- sering pada usia
35 th
37 | P a g e
Cendrung melahirkan BBLR ( Berat bayi lahir
rendah ) < 2500 gram ------ usia kehamilan < 37
minggu
Kelahiran sesar ------ untuk perempuan yang baru
memiliki anak pertama setelah usia 35 th
3. GAMETOGENESIS
Dalam persiapan untuk pembuahan, kedua sel benih pria dan wanita
menjalani sejumlah perubahan kromosom dan morfologis , suatu proses yang
dikenal sebagai gametogensis . Perubahan kromosom terjadi selama
pembelahan meiosis . Selama pembelahan meiosis pertama , Kromosom
homolog berpasangan dan saling menukar materi genetik ; pada pembelahan
meiosis kedua , sel gagal melipatgandakan DNA dan dengan demikian setiap
sel memiliki jumlah kromosom yang haploid dan jumlah DNA setengah dari
jumlah pada sel somatik normal , untuk itulah gamet pria dan wanita matang
memiliki 22+x atau 22+y kromosom .
Sel benih pertama manusia , yang dikenal sebagai sel benih primordial ,
nampak pada dinding kantung kuning telur pada akhir minggu ketiga dan
bermigrasi ke gonad yang belum dapat dibedakan , yang dicapainya pada
minggu kelima . Pada pria , proses pematangan dari sel benih primitif menjadi
gamet matang dikenal sebagai spermatogenesis , pada wanita dikenal
sebagai oogenesis . Pada wanita , sel benih primordial berdiferensiasi menjadi
38 | P a g e
oogonia . setelah pembelahan berulang-kali , beberapa di antaranya
berdiferensiasi menjadi oosit primer , yang segera setelah terbentuk ,
memasuki pembelahan meiosis pertama , dan sebagian besar diantaranya
masing-masing dilapisi oleh selapis sel folikel gepeng , bersana dengan
pelapisnya itu , mereka membentuk folikel primordial. Oosit pimer tidak
pernah menyelesaikan pembelahan meiosis pertama mereka tetap pada
tahap diploten sampai menjelang pubertas . Pada saat lahir , jumlah total
berkisar antara 700.000 sampai 2 juta .
Dengan tibanya masa pubertas , sejumlah folikel mulai matang bersamaan
dengan daur haid , tetapi hanya satu yang mencapai kematangan sempurna ,
selama dalam proses pematangan ini , satu oosit primer menghasilkan satu
oosit sekunder dan satu badan kutub . selanjutnya oosit sekunder tersebut
menghasilkan oosit yang matang ditmbah satu badan kutub lain. Dengan
demikian sebuah oosit primer berkembang menjadi satu oosit matang dan tiga
badan kutub .
39 | P a g e
Gambar : Gametogenesis pada manusia (source : The Developing
Human 8th Edition)
Pada pria , sel primordial berada pada masa istirahat sampai masa pubertas ,
dan baru sejak saat inilah mereka berdiferensiasi menjadi spermatogonia .
sel-sel induk ini menjadi spermatosit primer , yang setelah melalui dua
pembelahan meiosis menghasilkan spermatid. spermayid selanjutnya
mengalami serangkaian perubahan (spermatogenesis ) antara lain (a)
pembentukan akrosom , (b) kondensasi inti , (c) pembentukan leher , bagian
tengah , dan ekor dan (d) meluruhkan sebagian sitoplasma . waktu yang
40 | P a g e
diperlukan oleh sebuah spermatogonium untuk menjadi sebuah spermatozoon
matang adalah 64 hari .
Setiap daur ovarium , sejumlah folikel mulai tumbuh , tetapi hanya satu yang
mencapai kematangan sempurna , dan hanya satu oosit yang dikeluarkan
pada saat ovulasi . pada saat ovulasi oosit berada dalam pembelahan
meiosis kedua dan dilapisi oleh zona pelusida dan beberapa sel granulose .
melalui kegiatan penyapuan yang dilakukan oleh fimbriae tuba , oosit dibawa
ke saluran telur rahim .
Gambar : gamet pria dan wanita. A. Sperma (x 1250). B. perbandingan ukuran sperma dengan
oosit (C). C. Gambaran oosit (x 200) (source : The Developing Human 8 th Edition)
4. PERKEMBANGAN EMBRIO
Sebelum spermatozoa mampu membuahi oosit , mereka harus menjalani (a)
proses kapasitasi , yang menghilangkan suatu penutup glikoprotein serta
protein plasma dari semen kepala spermatozoa dan (b) reaksi akrosom , pada
saat ini dilepaskan hialurondase dan zat serupa tripsin untuk menembus (1)
korona radiate, (2) zona pelusida, (3) selaput sel oosit. Segera setelah
spermatosit memasuki oosit , (a) oosit menyelesaikan meiosis keduanya dan
membentuk pronekleus wanita ; (b) zona pelusida menjadi tak dapat ditembus
lagi oleh spermatozoa lainnya; (c) kepala spermatozoa terlepas dari ekornya ,
membengkak dan membentuk pronekleus pria . setelah kedua pronekleus
melipatgandakan DNA-nya kromosom pihak ayah dan ibu bercampur ,
41 | P a g e
membelah secara longitudinal dan menjalani pembelahan mitosis sehingga
terbentuk tingkat dua sel . hasil pembuahan adalah (1) pengembalian jumlah
kromosom; (2) penentuan jumlah kelamin kromosom; (3) dimulainya
pembelahan .
Pembelahan merupakan serangkaian pembelahan mitosis yang menghasilkan
bertambahnya jumlah sel, blastomer, yang menjadi semakin kecil pada setiap
pembelahan, setelah tiga kali pembelahan, blastomer mengalami pemampatan
menjadi sebuah bola sel mampat yang mengelompokan menjadi lapisan dalam
dan lapisan luar. Blastomer yang mampat tersebut membelah membentuk
morula 16 sel. Ketika morula memasuki rongga rahim pada hari ketiga atau
keempat setelah pembuahan. Mulailah terlihat sebuah rongga dan terciptalah
blastokista, masa sel dalam yang terbentuk pada saat pemampatan, akan
membentuk embrionya sendiri dan terletak di satu kutub blastokista tersebut,
masa sel luar mengelilingi sel-sel dalam tersebut serta rongga blastokista dan
akan membentuk trofoblas.
Angka pasti zigot abnormal yang terbentuk tidak diketahui, karena biasanya
zigot abnormal ini gugur pada awal kehamilan (dalam 2-3 minggu setelah
pembuahan), sebelum seorang wanita menyadari bahwa ia hamil, sehingga
tidak terdeteksi, angka perkiraan menunjukan bahwa sebanyak 50% dari semua
kehamilan berakhir abolisi spontan, dan separuh dari angka ini gugur karena
kelainan kromosom. Abolisi-abolisi ini merupakan cara-cara alami penyaringan
embrio yang cacat dan dengan cara ini akan mengurangi angka kejadian
malformasi kongenitel. Tanpa fenomena ini kira-kira 12% -bukan 2-3% - dari
semua bayi akan menderita cacat sejak lahir.
42 | P a g e
Gambar : Perkembangan Embrio Manusia (source : The Developing Human 8 th
Edition)
43 | P a g e
BAB II
PEMBAHASAN
1. INFERTILITAS
Definisi
Infertilitas adalah ketidakmampuan pasangan suami istri untuk
menghasilkan keturunan dalam waktu satu tahun, padahal sudah
melakukan hubungan seksual 2-3 kali dalam seminggu dan tidak
menggunakan metode-metode pencegahan kehamilan (kontrasepsi).
Etiologi
Pada laki-laki :
a. Infertilitas disengaja
1) Pemakaian kondom
2) Coitus interruptus
3) Vasektomi
b. Infertilitas tidak disengaja
1) Gangguan spermatogenesis ( asepermia, hypospermia)
Gangguan ini karena kelainan endikrin / penyakit testis
2) Kelainan mekanis sehingga sperma diletakkan pada formix
posterior vagina seperti pada keadaan-keadaan impotensi dan
lain-lain.
Pada Wanita
a. Infertilitas disengaja
1) Istiba berkala
2) Cara-cara mekanis, seperti pesarium occlusifum
3) Penggunaan kontrasepsi
b. Infertilitas tidak disengaja
1) Gangguan ovulasi
Kelainan pada ovarium atau gangguan hormonal.
44 | P a g e
2) Gangguan mekanis yang menghalangi pembuahan seperti
dyspareunia tubulus yang tertutup.
30-40 % wanita yang infertil ditemukan endometriosis saat dilakukan
laparoskopi. Infertilitas akibat endometriosis dapat disebabkan :
Adhesi yang terjadi, misalnya pada tuba fallopi dan ovarium, dapat
merestriksi pergerakkannya. Selain itu, dapat terjadi distorsi
anatomis, sehingga transfer sel telur dapat terhambat/tidak terjadi.
Saat endometrium meluruh, hal tersebut akan menstimulasi
pelepasan prostaglandin. Pada endometriosis, dapat terjadi
overproduksi prostaglandin yang mengganggu hormon-hormon
yang berperan dalam fertilisasi dan implantasi.
Pengeluaran cytokine akibat proses inflamasi mengakibatkan
kerusakan di daerah tersebut, sehungga dapat menyebabkan
obstruksi untuk jalur sel telur. Cytokine juga dapat menyebabkan
lingkungan yang tidak bagus untuk sperma (memperlambat gerak
sperma).
Sakitnya saat coitus menyebabkan gagalnya intercourse saat usia
fertil wanita, sehingga semakin menurunkan kemungkinan konsepsi.
Endometriosis juga dapat mengakibatkan spontaneous abortion
sampai 40-50%, karena prostaglandin yang tinggi dapat
meningkatkan kontraktilitas uterus yang tidak mendukung
implantasi.
Cairan peritoneal wanita endometriosis memiliki scavenger cell
yang memiliki kemampuan untuk membunuh sperma.
45 | P a g e
Penyakit Gangguan Kehamilan
Penyalahgunaan narkoba dapat menyebabkan:
o Kelahiran premature
o Keguguran,
o Penurunan berat bayi
o Serta berbagai permasalahan perilaku maupun kognitif pada
bayi di kemudian hari.
Kelainan-Kelainan yang menyebabkan infertility
Kelainan pada reproduksi wanita
Endometriosis
Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya
berada di lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium)
terletak dan tumbuh di tempat lain. Endometriosis bisa terletak di
lapisan tengah dinding rahim (lapisan myometrium) yang disebut
juga adenomyosis, atau bisa juga terletak di indung telur,
saluran telur, atau bahkan dalam rongga perut. Gejala umum
penyakit endometriosis adalah nyeri yang sangat pada daerah
panggul terutama pada saat haid dan berhubungan intim, serta
tentu saja infertilitas.
Infeksi Panggul
Infeksi panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran
reproduksi wanita bagian atas, meliputi radang pada rahim,
saluran telur, indung telur, atau dinding dalam panggul. Gejala
umum infeksi panggul adalah: nyeri pada daerah pusar ke
bawah (pada sisi kanan dan kiri), nyeri pada awal haid, mual,
nyeri saat berkemih, demam, dan keputihan dengan cairan yang
kental atau berbau. Infeksi panggul memburuk akibat haid,
hubungan seksual, aktivitas fisik yang berat, pemeriksaan
panggul, dan pemasangan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim,
misalnya: spiral).
Mioma Uteri
Mioma uteri adalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran
jaringan otot yang ada di rahim. Tergantung dari
lokasinya,mioma dapat terletak di lapisan luar, lapisan tengah,
atau lapisan dalam rahim. Biasanya mioma uteri yang sering
menimbulkan infertilitas adalah mioma uteri yang terletak di
lapisan dalam (lapisan endometrium). Mioma uteri biasanya
tidak bergejala. Mioma aktif saat wanita dalam usia reproduksi
sehingga saat menopause mioma uteri akan mengecil atau
sembuh.
Polip
Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang
biasanya diakibatkan oleh mioma uteri yang membesar dan
teremas-remas oleh kontraksi rahim. Polip dapat menjulur keluar
ke vagina. Polip menyebabkan pertemuan sperma-sel telur dan
lingkungan uterus terganggu, sehingga bakal janin akan susah
tumbuh.
46 | P a g e
Kista
Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput
(membran) yang tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur
tubuh manusia.
Terdapat berbagai macam jenis kista, dan pengaruhnya yang
berbeda terhadap kesuburan. Hal penting lainnya adalah
mengenai ukuran kista. Jenis kista yang paling sering
menyebabkan infertilitas adalah sindrom ovarium polikistik.
Penyakit tersebut ditandai amenore (tidak
haid), hirsutism (pertumbuhan rambut yang berlebihan.
Saluran Telur yang Tersumbat
Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa
bertemu dengan sel telur sehingga pembuahan tidak terjadi alias
tidak terjadi kehamilan. Pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui saluran telur yang tersumbat adalah dengan HSG
(Hystero Salpingo Graphy), yaitu semacam pemeriksaan
röntgen (sinar X) untuk melihat rahim dan saluran telur.
Sel Telur
Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang
umumnya merupakan manifestasi dari gangguan proses
pelepasan sel telur (ovulasi). Delapan puluh persen penyebab
gangguan ovulasi adalah sindrom ovarium polikistik. Gangguan
ovulasi biasanya direfleksikan dengan gangguan haid.
Kelainan-kelainan pada reproduksi Pria
Kriptorkidismus: Kegagalan penurunan testis ke dalam skrotum
Prostitis: Peradangan di daerah prostate
Ejakulasi Dini: Gangguan saraf parasimpatis (involunter) tanpa
ia sadari.
Impoten
2. ENDOMETRIOSIS
Definisi
Tumbuhnya jaringan endometrium (glandula dan stroma) di luar rahim
(dalam keadaan normal endometrium hanya ditemukan di dalam
lapisan rahim).
Insidensi
1-7 % wanita pada masa reproduktif.
Wanita infertil atau menunda melahirkam hingga usia 30 tahun.
Orang kulit Putih > Orang kulit Hitam
Perempuan usia subur (25 – 44 tahun)
Perempuan yang melahirkan pertama kali pada umur terlalu
muda
47 | P a g e
Perempuan yang ibu atau saudara perempuannya menderita
endometriosis
Predileksi
Ovarium.
Uterine ligaments.
Rectovaginal septum.
Pelvic peritoneum.
Laparotomy scars.
(jarang) umbilicus, vagina, vulva, appendix.
Dapat juga terjadi pada pleura, paru, diafragma, ginjal, lien,
gallbladder, nasal mucosa, spinal canal, mammae, gaster.
(Sumber lain : ovarium 60%, ligamentum uterosacral 60%, cul de
sac 28%, ligamentum latum uteri 15%, vesica urinary 15%, rektum
12%, kolon sigmoid 7%, ligamentum teres uteri 5%, apendiks 2%).
Faktor risiko
Riwayat penyakit keluarga berupa endometriosis.
Usia menarche yang lebih muda.
Siklus menstruasi yang pendek (<27 hari).
Durasi fase menstruasi yang lama (>7 hari).
Heavy bleeding saat menstruasi.
Menunda untuk punya anak.
Defek di uterus atau tuba fallopi.
Hipoksia dan defisiensi besi dapat menyebabkan onset awal
endometriosis.
Patologi
Di manapun lokasinya, endometrium ektopik (yang dikelilingi
stroma) mengadakan implantasi membentuk kista kecil,
berrespon terhadap estrogen dan progesteron secara siklik.
Saat menstruasi perdarahan pada dalam kista darah,
jaringan endometrium, dan cairan jaringan terperangkap dalam
kista.
Pada siklus berikut, cairan jaringan diabsorpsi meninggalkan
darah kental warna gelap berulang setiap bulan kista
membesar berisi darah kental berwarna coklat seperti ter.
Ukuran maksimal kista tergantung lokasinya. Kista ovarium
(endometriomata) cenderung lebih besar dari kista lain, tapi tidak
lebih besar dari jeruk.
Kista tumbuh tekanan internal merusak dinding endometrium
yang aktif kista tidak berfungsi lagi.
48 | P a g e
Dapat terjadi kebocoran atau ruptur kista darah kental yang
keluar sangat iritatif dan mengakibatkan perlengketan multipel di
sekitar kista.
Endometrium ektopik dan sel stroma juga cenderung
menginfiltrasi jaringan sekitar lebih banyak perlengketan dan
fiksasi pada panggul.
Jika ada kista ovarium menyerupi endometrioma tapi tidak ada
perlengketan diagnosis tidak mungkin endometriosis.
51 | P a g e
dengan ovum yang dibuahi berimplantasi di uterus dan
ovum yang lain berimplantasi di tuba falopii.
f. Kehamilan abdominal.
Terbagi manjadi kehamilan abdominal primer dan kehamilan
adominal sekunder.Kehamilan abdominal primer terjadi bila
ovum dan sperma bertemu dan bersatu pada salah satu
tempat pada peritoneum dalam rongga perut dan
berimplantasi ditempat tersebut. Sedangkan kehamilan
sekunder sama dengan kehamilan tuba.
Diantara kehamilan-kehamilan ektopik tersebut, kehamilan yang
paling banyak terjadi adalah di tuba falopii, khususnya di ampula
dan isthmus.
Adapun penyebab dari kehamilan ini adalah:
a. Perjalanan ovum yang terhambat
b. Infeksi pada tuba falopii
c. Pemakaian antibiotic
d. Riwayat operasi tuba yang menyebabkan lumen tuba
menyempit
e. Wanita perokok ;kadar nikotin dapat menyebabkan
terhambatnya pergerakan silia pada jalur uterus.
Gejala dari kehamilan ini diantaranya:
a. Adanya amenorea (tidak ada atau terhentinya haid secara
abnormal; disebut juga amenia)
b. Terdapat perdarahan di vagina
c. Nyeri perut bagian bawah
d. Pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri serviks apabila
digerakkan
Kemungkinan terjadinya kejadiaan kehamilan ektopik hanya
sekitar 2% dari populasi secara keseluruhan.Meskipun
kemungkinan ini dapat terus bertambah hingga mencapai sekitar
4% dari populasi keseluruhan jika dalam IVF .Tetapi keadaan ini
bukanlah disebabkan karena prosedur perawatan dari IVF itu
sendiri, namun karena wanita yang menjalani IVF ini telah
menghadapi masalah saluran rahim yang rusak sebelumnya.
52 | P a g e
Ketegangan Psikologi
Stress yang ditunjukan dengan kegelisahan dan depresi akan
terus bertambah jika seorang wanita mengalami ketidaksuburan.
Mungkin dengan adanya ART ( Assisted Reproduction
Technology) masalah ini dapat sedikit tertanggulangi.
Namun, perawatan ART ini tidak selamanya selalu mengalami
keberhasilan dan kerap kali gagal serta biaya yang tidak sedikit
dan prosesnya yang memakan waktu, tidak sedikit membuat
setiap orang yang akan menjalani perawatan ini harus mamiliki
komitmen emosi yang tinggi, untuk menerima semua resiko dan
hasil yang akan didapatkannya nanti. Sehingga didalam hal ini
dukungan psikologi dari berbagai pihak sangatlah dibutuhkan.
Embrio yang tumbuh dalam uterus bisa lebih dari satu. Untuk
memperbesar tingkat keberhasilan, maka dipertahankan satu embrio di
dalam uterus, karena kehamilan ganda akan menyebabkan tingkat
abortus yang lebih besar. Tingkat keberhasilan dari teknik ini mencapai
53 | P a g e
30%. Di Amerika Serikat, setiap tahunnya lahir 48000 bayi dari
fertilisasi in vitro.
54 | P a g e
5. BAYI TABUNG
Indikasi Bayi Tabung (Test-tube Baby)
1. Masalah pada saluran telur
Masalah pada saluran telur ini dapat mengakibatkan infertil.
Karena jika terjadi masalah pada saluran telur sperma dan ovum
tidak dapat bertemu. Contohnya jika terjadi obstruksi pada tuba
falopi.
2. Masalah pada sperma
Masalah pada sperma ini bisa terjadi karena berbagai macam
faktor, diantaranya adalah:
1) Jumlah sperma
Jumlah sperma dapat mempengaruhi kesuburan seseorang,
karena jika jumlah spermanya kurang akan menyebabkan
sperma susah untuk membuahi ovum. Jika jumlah sperma
kurang dari 20juta per ml, dapat dikatakan oligozoospermia.
2) Motilitas
Pergerakan sperma juga sangat mempengaruhi kualitas
sperma, karena jika pergerakan spermanya kurang baik akan
mengakibatkan sperma susah untuk membuahi ovum. Jika
motilitas dari sperma kurang dari 50%,dapat dikatakan
asthenozoospermia.
3) Morfologi
Jika morfologi dari sperma itu sendiri tidak baik atau banyak
sperma yang bentuknya abnormal dapat mengakibatkan
infertil. Jika jumlah morfologi sperma yang abnormal lebih
dari 70%, dapat dikatakan mengalami teratozoospermia.
3. Terjadi endometriosis
Endometriosis sendiri artinya adalah pertumbuhan lapisan atau
jaringan endometrium yang bukan ditempat semestinya.
Contohnya saja jika terjadi endometriosis pada ovarium, dapat
mengakibatkan produksi ovum yang kurang baik sehingga dapat
mengakibatkan infertil.
4. Unexplained infertility
55 | P a g e
Unexplained infertility adalah infertil yang belum dapat
ditemukan penyebabnya. Semua pemeriksaan medis
menyatakan pasien dalam kondisi normal, namun pada
kenyataannya pasien tidak dapat mempunyai keturunan. Pada
pasien seperti ini dianjurkan untuk melakukan fertilisasi secara
ART (Assisted Reproduktive Technology)
Mekanisme
1) Persiapan awal, meliputi: anamnesis dan konseling pasangan
suami istri yang teliti, lalu kemudian dilakukan pemeriksaan fisik
untuk mengetahui faktor prognostic keberhasilan yang perlu
dipertimbangkan, antara lain :
a. Usia Ibu
Riset telah mengungkap bahwa puncak fertilitas terjadi
antara usia 20-24 tahun, kemudian menurun pada usia 25-29
(4-8%), usia 30-34 (15-19%), usia 35-39 (26-46%), dan untuk
usia 40 (95%).
b. Cadangan Ovarium
Pengujian adangan ovarium mempunyai nilai prognostic dan
direkomendasikan untuk semua wanita yang merencanakan
IVF. Karena respon ovarium berbanding terbalik dengan
kadar FSH serum hari 3, hasil-hasil pemeriksaan cadangan
ovarium juga membantu untuk pemilihan regimen-regimen
stimulasi dan dosis gonadotropin yang akan digunakan untuk
stimulasi.
c. Skrining Penyakit Infeksi
Skrining rutin pasangan suami istri untuk infeksi human
immunodeficiency virus (HIV), hepatitis B, hepatitis C serta
toksoplasma dan rubella telah direkomendasikan. Tujuannya
untuk melindungi staf medis dan staf laboratorium, janin dan
perlindungan terhadap risiko kontaminasi silang embrio yang
dibekukan.
d. Tranfer Embrio Percobaan
56 | P a g e
Hal ini harus dilakukan untuk menentukan arah dan
kedalaman rongga uterus dan teknik tersebut penting untuk
menghasilkan transfer embrio yang sukses dan atraumatik.
e. Evaluasi Uterus
Karena mioma submikosa dan polip endometrium dapat
mengganggu implantasi atau mempunyai efek buruk pada
hasil kehamilan, rongga uterus harus dievaluasi secara
cermat sebelum siklus IVF dimulai.
f. Analisa Sperma
Sebelum siklus pengobatan perlu dilakukannya 2 kali analisis
sperma dengan selang waktu 3 minggu dalam tiga bulan
terakhir. Bertujuan untuk analisis sperma sesuai dengan
standar WHO III dan mengetahui ada tidaknya kesulitan
dalam mansturbasi.
Pada analisis sperma abnormal (oligo-tetaro-
astenozoospermia), maka perlu dilakukan sperm washing
sebanyak satu kali untuk mengetahui kelayakan untuk siklus
pengobatan IVF.
Pemeriksaan mikrobiologi semen, yaitu adanya lekosit pada
analisis sperma mikrobiologi indeks infeksi yang cukup baik.
57 | P a g e
2) Pemantauan Pertumbuhan Folikel
Setelah melewati fase penapisan, langkah selanjutnya dari siklus
IVF adalah pemberian obat pemicu ovulasi, yang bertujuan untuk
meningkatkan angka keberhasilan. Keberhasilan program IVF ini
hanya 20% telur yang tumbuh dan berkembang hingga cukup
bulan. Bila padasiklus alami ovulasi hanya satu oosit, dengan obat
pemicu ovulasi diharapkan mendapatkan lebih dari satu oosit.
Multipel ovulaasi ini akan meningkatkan angka kehamilan, tetapi
58 | P a g e
pada sisi lain kemungkinan untuk terjadinya kehamilan ganda juga
meningkat. Oleh karenanya dikenal apa yang disebut dengan
hiperstimulasi ovulasi terkendali, controlled ovarian hyperstimulation
(COH). Pemberian recombinant FSH (rFSH), GnRH agonis atau
GnRH antagonis yang diatur cara pemberiannya dapat dipakai
untuk tujuan ini, dapat mengendalikan pertumbuhan folikel dan
dapat untuk mencegah kemungkinan terjadinya ovarium
hyperstimulation syndrome (OHSS).
Hiperstimulasi ovarium terkontrol dalam prigram IVF bertujuan untuk
memperoleh folikel sekitar 10-12 folikel dari kedua ovarium dalam
satu siklus pengobatan, sehingga oosit matang diperoleh dalam
jumlah memadai. Keadaan tersebut akan meningkatkan
keberhasilan kehamilan dan kelebihan embrio adap disimpan beku
(embryo freezing).
1. Metode Down Regulation
Pada metode ini GnRHa diberikan pada fase luteal tengah atau
bisanya pada hari ke-21 siklus IVF sebelumnya. Penetuan
pemberian GnRHa pada pasien yang daur haidnya tidak teratur
sebelumnya diperiksa dulu kadar hormone estradiol (E2) dan
progesterone (P4) untuk menentukan fase luteal tengah saat
awal pemberian GnRHa.
Penentuan hari fase luteal tengah, tergantung daur haid. Jika
progesterone lebih dari 10ng/ml dan estradol diatas 80pg/ml,
maka GnRHa diberikan mulai 3 hari setelah pengambilan darah
untuk pemeriksaan E2 dan P4, dan jika kadar E2 130 pg/ml dan
P4 5-10 ng/ml (kemungkinan fase luteal akhir) GnRHa diberikan
keesokan harinya.
Pemberian GnRHa mempunyai tujuan untuk menghindarkan
terjadinya premature LH surge endogen. Beberapa peneliti telah
melaporkan sebanyak 22% LH surge endogen dari keseluruhan
siklus bila pemberian gonadotropin eksogentanpa didahului oleh
down regulation.
2. Pemberian Gonadotropin Eksogen
59 | P a g e
Gonadotropin eksogen diberikan pada hari ke-2 siklus IVF
sebelum terjadi pembentukan folikel dominan. Para peneliti
mengemukakan apabila pemberian gonadotropin eksogen
terlambat, setelah hari ke-5 (telah terjadi seleksi folikel
dominan), justru pemberian gonadotropin dapat mempercepat
proses atresia pada folikel yang kurang berkembang.
Penentuan dosis gonadotropin eksogen untuk stimulasi ovulasi
tergantung dari usia pasien, jumlah ovarium sehat, adanya
kelainan pada ovarium misalnya ovarium polikistik serta respon
ovarium terhadap obat-obat stimulasi ovulasi sebelumnya.
Beberapa acuan untuk menetapkan dosis gonadotropin (center
IVF) :
Usia pasien ≤ 32 tahun, kedua ovarium normal, tidak ada
polikistik ovarium aka dimulai dengan dosis 150 IU (2 ampul).
Usia pasien 32-39 tahun, satu ovarium berfungsi normal,
tidak ada polisikistik ovarium, maka mulai dengan dosis 225
IU (3 ampul).
Untuk pasien berusia ≥ 40 tahun, hanya mempunyai satu
ovarium, menderita endometriosis, respon buruk terhadap
pemicu ovulasi sebelumnya, maka mulai dengan dosis 300
IU (4 ampul).
3. Pemberian hCG
Dosis hCG yang diberikan kebanyakan bervariasai antara 5000
IU – 10000 IU. Tujuan yang paling penting dalam pemberian
hCG adalah menginisiasi maturasi akhir dari oosit dan
pembentukan korpus luteum. Tujuan tersebut umumnya
berhasil. Penggambilan oosit matur yang adekuat tergantung
pada beberapa faktor :
Pertumbuhan normal dari folikel preovulasi yang dilakukan
stimulasi ovarium.
Penentuan waktu yang tepat pemberian hCG.
Dosis yang paling sesuai dari hCG, besarnya dosis
tergantung pada derajat sensivitas dari masing-masing
komponen seluler pada folikel preovulasi.
60 | P a g e
3) Menentukan hari pengambilan oosit, mempersiapkan kamar
operasi dan laboratorium serta kelengkapannya. Mengevaluasi
pertumbuhan embrio dan menentukan hari transfer embrio serta
memberikan informasi dan konseling kualitas embrio yang
dihasilkan kepada pasangan suami istri termasuk informasi
kelebihan embrio umtuk disimpan beku (embryo freezing).
4) Merencanakan regimen dukungan fase luteal, dengan
mempertimbangkan jenis dan respon stimulasi untuk mencegah
hyperstimulasi ovarium.
5) Menentukan pemantauan kehamilan dini, evaluasi dan tindakan
selanjutnya apabila terjadi kehamilan dan kegagalan siklus.
6. TERAPI HORMON
Definisi
Menurut etimologi kedokteran bahwa hormonal therapy itu bisa
dipecah menjadi 2 kata. Bahwa definisi dari therapy itu sendiri
adalah sebuah Pengobatan (kamus kedokteran, 2000) dan
hormonal itu sendiri merupakan sesuatu yang bersandingan dengan
istilah hormone yang dihasilkan dari sebuah kelenjar endokrin atau
disebut juga getah kelenjar endokrin.
Dalam kaitannya pula hormonal therapy ini ada yang menyebutnya
HRT (Hormonal replacement therapy) dimana pengertiannya yaitu,
sebuah terapi pemulihan homon (kamus kedokteran, 2000), atau
yang lebih spesifiknya yaitu sebuah pemberian hormone tertentu
untuk mengatasi gejala-gejala dan keluhan-keluhan yang
diakibatkan defisiensi dari hormone tersebut.
Dari uraian di atas bisa disimpulkan bahwa definisi dari hormonal
therapy ini yaitu sebuah progam dimana dalam kaitannya
bersandingan dengan proses pengobatan atau sekaligus
perombakan hormone yang sifatnya sintetik untuk menggantikan
fungsi kerja dan penghasilan hormone yang sudah rusak atau
mengalami defisiensi pada suatu hormone itu sendiri
Tujuan dari terapi ini yaitu untuk mendapatkan kesesuaian dan juga
sekaligus menggantikan hormone yang dimana hormone ini bisa
61 | P a g e
menggantikan hormone yang mengalami defisiensi atau berhenti
sama sekali.
Prinsip pengobatan
Dalam menjalani tahapan-tahapan dalam terapi ini, adapula prinsip-
prinsip pengobatan yaitu,
1. substitusi
Yaitu penggantian hormone yang tidak dibentuk oleh penderita,
yang mana hormone ini berasal dari luar. Contoh dari
pengobatan ini yaitu pengobatan siklik estrogen pada wanita
muda yang mengalami ooforektomi bilateralis.
2. stimulasi
yaitu pengobatan yang ditujukan untuk memacu alat tubuh untuk
meningkatkan produksi hormonnya. Contohnya yaitu pemberian
hormone gonadotropin untuk keperluan diagnosis dan terapi
dengan merangsang ovarium, sehingga alat tersebut
membentuk hormone estrogen.
3. inhibisi
yaitu pemberian hormone pada hiperfungsi suatu kelenjar
endokrin, atau untuk menekan fungsi yang tidak diinginkan.
Contohnya inhibisi ovulasi dengan memberikan kombinasi
estrogen-progesteron pada kontrasepsi dengan pil.
Dalam prinsip pengobatan ini tidak bisa sembarang hormone
yang digunakan, tetapi ada syarat-syarat tertentu yang
digunakan dalam hormonal therapy ini. Preparat hormone yang
dipakai perlu memenuhi beberapa syarat dan ketentuan yaitu,
o tidak merugikan atau menyebabkan kelainan pada janin, jika
wanita hamil,
o tidak banyak menyebabkan efek sampingan atau reaksi
alergik,
o daya kerjanya dapat ditentukan,
o kemurnian kimiawinya dapat dijamin,
o dosis harus berdasarkan atas berat badan atau kesatuan
standar biologic,
o tidak mudah rusah dan tidak seberapa mahal,
62 | P a g e
o cara pemberian yang mudah
Klasifikasi
Jenis-jenis dari hormonal therapy ini mempunyai perbedaan-
perbedaan tertentu yaitu dari sudut pandang hormone yang
dipakainya, fungsi, dan juga dalam sudut pandang efek samping
yang dihasilkan dari sebuah hormone tersebut. Jenis-jenis hormonal
therapy itu yaitu,
o Terapi estrogen
Dalam terapi ini hormone yang dipakai adalah hormone
estrogen, dimana hormone ini dibentuk dalam ovarium, testis,
dan glandula adrenal.
Fungsi dari terapi estrogen ini yaitu:
a. menstimulasi pertumbuhan dan memelihara system genital
pada wanita
b. mengatur sekresi hormone-hormon gonadotropin oleh
hipofisis
c. mempengaruhi pertumbuhan uterus, termasuk endometrium
dan endoserviks dan perubahan pada epitel vagina
d. mempengaruhi pertumbuhan cirri-ciri kelamin sekunder pada
wanita.
Setelah kita mengetahui peranan atau fungsi dari terapi ini,
adapula efek samping yang dihasilkan dari terapi ini yaitu
adanya retensi air, pigmentasi, mastopatia, pengeluaran lender
dari serviks uteri, dan pertumbuhan mioma.
o Terapi progesterone
Dalam terapi ini hormone yang dipakai adalah hormone
progesterone. Progesterone ini termasuk golongan pregnan
yang terdiri atas 21 atom carbon.
Sebelum kita mengetahui fungsi dari terapi ini, adapula peranan
dari progesterone itu sendiri yaitu:
a. ikut serta dalam pembentukan lobulus-lobulus dan alveolus-
alveolus yang mana mempunyai peranan terhadap payudara
setelah pertumbuhan dimulai oleh estrogen.
63 | P a g e
b. Mempunyai pengaruh terhadap suhu badan yang
menyebabkan siklus haid menjadi bifasis, dan sangat
berguna dalam menentukan apakah dalam siklus tersebut
terjadi ovulasi atau tidak (pemerikasaan infertilitas)
c. Dalam dosis tinggi, progesterone mencegah pertumbuhan
folikel dan ovulasi.
Setelah kita mengetahui peranan dari progesterone, kita juga
mesti mengetahui fungsi dari terapi ini yaitu,
a. mempersiapkan lingkungan yang sesuai bagi janin yang
sedang dalam masa partumbuhan.
b. Mendorong pembentukan sumbat mucus di serviks untuk
mencegah kontaminasi uterus
c. Dengan terapi ini diharapkan bisa memberikan peran yang
signifikan khususnya dalam meningkatkan kemampuan
payudara untuk menghasilkan ASI
Adapula efek samping yang dihasilkan dari terapi ini yaitu
adanya penambahan berat badan, depresi, libido berkurang,
hipomenorea, pradisposisi terhadap infeksi dengan kandida
albikans (korpus luteum yang tidak menyebabkan kadar
estrogen dan progesterone menurun), dll.
o Terapi androgen
Hormone androgen biasa juga disebut sebagai hormone
kejantanan bagi kaum pria, sebab hormone inilah yang memacu
untuk memberikan pertumbuhan-pertumbuhan rambut pada
daerah tertentu yang bisa memberikan kesan jantan bagi pada
pria. Disamping pada pria, hormone androgen juga dimiliki oleh
sebagian dari wanita. Pada wanita hormone ini dihasilkan oleh
ovarium dan korteks glandula adrenal. Selain itu androgen ini
pula mempengaruhi proses-proses metabolisme dan
mempunyai efek terhadap pusat saraf sentral, baik berupa
depresi maupun stimulasi.
Cenderung untuk masa kini penggunaan terapi ini sudah diganti
dneagn pemberian terapi estrogen dan progesterone. Hanya
dalam beberapa hal androgen dapat digunakan, misalnya pada
64 | P a g e
penderita dengan keluhan vasomotoris pada klimakterium yang
menderita mioma uteri, sehingga pemberian estrogen dapat
mempengaruhi tumbuhnya tumor.
Seperti yang telah dikemukakan di atas, dalam terapi ini adapula
efek sampingnya.
Efek samping yang ditimbulkan dari terapi ini yaitu terbentuknya
maskulinasi pada wanita, berupa pembesaran klitoris,
hirsutisme, perubahan dalam suara, kulit lebih berminyak,
tumbuh akne, dan terjadinya alopesia (kebotakan) dan
dispareuni karena keringnya mukosa vagina.
1. Terapi kortisol
kortisol adalah suatu jenis glukokortikosteroid yang dibuat
oleh glandula adrenal. Penggunaan kortisol ditujukan pada
penderita dengan sindrom adrenogenital.
2. Terapi hormone-hormon gonadotropin
FSH (follicle stimulating hormone) dan LH (luiteinizing
Hormon) termasuk anggota dari hormone-hormon
gonadotropin yang dibuat oleh hipofisis anterior di bawah
pengaruh hipotalamus. Dua hormone tersebut menyebabkan
ovarium mengeluarkan estrogen dan progesterone dan
memegang peranan yang menentukan dalam proses haid
dari menumbuhkan folikel primer sampai ovulasi dan sampai
pembentukan korpus luteum.
Selain FSH dan LH untuk keperluan pengobatan, sekarang
ini tersedia human chorionik gonadotropin (HCG), banyak
dalm urin wanita hamil dan human menopausal gonadotropin
(HMG), terdiri dari FSH dan LH yang bisa ditemukan dalam
urin wanita dalam menopause.
7. ABORTUS
Definisi
Abortus atau keguguran seringkali menjadi sumber yang
menakutkan khususnya bagi kaum ibu yang sedang hamil. Dari hal
itulah masyarakat terkadang salah persepsi dalam mendefinisikan
65 | P a g e
sebuah kata abortus yang seringkali bertautan dengan kata aborsi.
Untuk itu, kita mesti lebih mengetahui makna lebih dalam tentang
arti abortus
Menurut Ensiklopedia Indonesia arti sebuah abortus yakni,
“Pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau
sebelum janin mencapai berat 1.000 gram.”
Adapula, “Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai
viabilitas. Dimana masa getasi belum mencapai 22 minggu dan
beratnya kurang dari 500gr.” (Derek liewollyn&Jones, 2002).
“Aborsi secara umum adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh
akibat-akibat tertentu) sebelum buah kehamilan tersebut mampu
untuk hidup di luar kandungan.” (JNPK-KR, 1999)
(www.jender.or.id)
“Aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Aborsi merupakan suatu proses pengakhiran hidup dari janin
sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.” (Kapita Seleksi
Kedokteran, Edisi 3, halaman 260)
Abortus menurut Sardikin Ginaputra (Fakultas Kedokteran UI), ialah
“pengakhiran kehamilan atau hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan.” Dan menurut Moryono Reksodipura
(Faultas Hukum UI) ialah “pengeluaran hasil konsepsi dari rahim
sebelum waktunya (sebelum dapat lahir secara alamiah).”
Daari uraian di atas bisa disimpulkan bahwa abortus merupakan
sebuah tatanan proses pengakhiran dari sebuah kehamilan dan
pula pengeluaran janin dengan cara tertentu dimana tenggang
waktunya tersebut kurang dari antara 20 minggu sampai 28 minggu
dan pula kondisi janinnya mempunyai berat kurang dari 500 gram.
Etiologi
Sebelum kita mengklasifikasikan tentang abortus, ada baiknya kita
mesti mengetahui etiologi atau faktor penyebab dari sebuah
abortus. Biasanya pada wanita usia reproduktif, abortus ini
seringkali disebabkan oleh adanya faktor keterlambatan haid
(terlambat haid dengan jangka waktu yang lebih dari satu bulan
66 | P a g e
sejak waktu haid terakhirnya) dan mempunyai satu atau lebih tanda
berikut ini seperti, pendarahan, kaku perut, pengeluaran sebagian
produk konsepsi (pembuahan sel telur), serviks yang berdilatasi
atau uterus yang lebih kecil dari seharusnya. (buku panduan praktis
pelayanan kesehatan dan neonatal)
Selain hal di atas, bahwa faktor penyebab atau etiologi dari sebuah
abortus ditentukan oleh beberapa faktor yaitu,
a) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang
paling umum menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum
umur kehamilan 8 minggu. Beberapa faktor yang menyebabkan
kelainan ini antara lain : kelainan kromoson/genetik, lingkungan
tempat menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus atau
kurang sempurna dan pengaruh zat-zat yang berbahaya bagi
janin seperti radiasi, obat obatan, tembakau, alkohol dan infeksi
virus.
b) Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan
pembentukan pembuluh darah pada plasenta yang disebabkan
oleh karena penyakit darah tinggi yang menahun.
c) Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh
sang ibu seperti radang paru paru, tifus, anemia berat,
keracunan dan infeksi virus toxoplasma.
d) Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan
pada mulut rahim, kelainan bentuk rahim terutama rahim yang
lengkungannya ke belakang (secara umum rahim melengkung
ke depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan pada rahim.
(www.blogdokter.net)
Dari uraian di atas itulah 4 hal yang paling sering menyebabkan
keguguran atau abortus pada ibu hamil sehingga untuk
pencegahannya biasanya dilakukan pemeriksaan yang
komprehensip atau mendetail terhadap kelainan kelainan yang
mungkin bisa menyebabkan terjadinya abortus.
Selain hal-hal di atas, adapula faktor yang menjadi penyebab dari
sebuah abortus yaitu :
67 | P a g e
a) Faktor janin : dimana terjadi gangguan pertumbuhan pada zigot,
embrio atau plasenta contohnya adalah : Bligted Ovum,
abnormal pembentukan plasenta, kelainan kromosom
(monosomi, trisomi).
b) Faktor maternal (Faktor Ibu) : terjadi infeksi(virus, bakteri) pada
awal trimester 1 dan trimester 2 contoh infeksi karena rubella,
CMV, herpes simplex, varicella zoster, vaccinia, campak,
hepatitis, polio, ensefalomyelitis ; Salmonella typhi ; Toxoplasma
gondii, Plasmodium., penyakit vaskuler (pembuluh darah) contoh
: hipertensi vaskuler, kelainan endokrin contoh pada defisiensi
insulin atau disfungsi dari kelenjar tyroid, penyakit imunitas
inkomptabilitas HLA (Human Leukocyte Antigen), trauma,
kelainan uterus, psikosomatik.
c) Faktor eksternal : dapat disebabkan oleh radiasi, obat-obatan,
dan bahan kimia.
Dengan demikian bisa kita simpulkan bahwa etiologi dari abortus ini
yakni dikarenakan oleh beberapa faktor yang sifatnya bisa dari
janinnya itu sendiri, maternal (dari ibu) yang biasanya dipengaruhi
oleh penyakit-penyakit yang timbul atau hadir pada diri seorang ibu
itu sendiri dan pula bisa juga secara external atau dari lingkungan
lur yang juga sangat berpengaruh negative pada perkembangan
janin.
Setelah kita mengetahui sebuah faktor penyebabnya atau etiologi
kita juga semestinya mesti mengetahui tanda-tanda yang hadir atau
gejala-gejala pendukung dari sebuah abortus ini. Adapula tanda-
tanda tersebut yang menurut meliputi :
a. Perdarahan. Tanda keguguran yang paling umum dan sering
terjadi ini bisa hanya berupa bercak-bercak yang berlangsung
lama sampai perdarahan hebat (volume darahnya cukup
banyak). Kadangkala, “serpihan” dari bagian jaringan yang
robek, keluar bersamaan dengan darah. Misalnya, bagian dari
jaringan dinding rahim yang terkoyak, atau kantung ketuban
yang robek.
68 | P a g e
b. Kram atau kejang pada perut, seperti yang biasa terjadi pada
mereka yang terserang kram perut pada awal datang bulan.
Umumnya, kram perut ini berlangsung berulang-ulang dan
dalam periode waktu yang lama.
c. Nyeri pada bagian bawah perut. Rasa nyeri ini biasanya cukup
mengganggu dan terjadi dalam waktu cukup lama. Ada yang
merasakannya sebagai kram atau kejang pada daerah panggul,
sakit di sekitar perut, rasa sakit yang tak kunjung reda pada
pada bagian bawah panggul, selangkangan, dan daerah alat
kelamin. Keluhan ini biasanya baru muncul beberapa jam hingga
beberapa hari setelah muncul gejala perdarahan.
(dr. Ali Sungkar, SpOG, POGI Jaya, FKUI/RSUPN Cipto
Mangunkusumo, Jakarta)
Klasifikasi
Setelah kita mengetahui tentang etiologi dari sebuah abortus,
sekarang kita bisa mengklasifikasikan tentang abortus. Abortus ini
terbagi menjadi beberapa jenis. Menurut buku panduan praktis
tentang pelayanan kesehatan Maternal dan neonatal, jenis abortus
ini terbagi menjadi 4 jenis yaitu :
abortus spontan (spontaneus abortus)
Abortus ini merupakan abortus yang disebabkan oleh faktor
internal yang sifatnya tidak ada campur tangan manusia. Bisa
juga disebut sebagai abortus yang tidak disengaja.
Abortus ini mempunyai pengertian yaitu abortus yang
dikarenakan adanya penghentian kehamilan sebelum janin
mencapai viabilitas (usia kehamilan 22 minggu). Adapula
tahapan-tahapan dalam sebuah abortus spontan ini meliputi:
a. abortus imminens (kehamilan dapat berlanjut, maksudnya
meskipun hampir mendekati keguguran, masa kandungan ini
masih bisa dipertahankan viabilitasnya).
Abortus imminens adalah terjadinya perdarahan uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, janin masih dalam uterus,
tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosisnya terjadi
perdarahan melalui ostium uteri eksternum disertai mual,
69 | P a g e
uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum
membuka, dan tes kehamilan positif. Penanganannya : 1)
Berbaring, cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah
ke uterus dan sehingga rangsang mekanik berkurang. 2)
Pemberian hormon progesterone. 3) Pemeriksaan USG
(Sarwono Prawirohardjo, 2002).
Ancaman keguguran (abortus imminens)
Tandanya:
- Hasil pembuahan (embrio) lepas sebagian, atau terjadi
perdarahan di belakang tempat embrio menempel.
- Embrio masih di dalam rahim dan bertahan hidup,
sehingga umumnya bisa diselamatkan (dr. Ali Sungkar,
SpOG, POGI Jaya, FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo,
Jakarta.)
b. abortus insipiens (kehamilan tidak akan berlanjut dan akan
berkembang menjadi abortus inkomplit/ komplit).
Abortus insipiens adalah peristiwa peradangan uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi
serviks. Diagnosisnya rasa mules menjadi lebih sering dan
kuat, perdarahan bertambah. Pengeluaran janin dengan
kuret vakum atau cunam ovum, disusul dengan kerokan.
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu bahaya peforasi pada
kerokan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus
dipercepat dengan pemberian infuse oksitosin. Sebaliknya
secara digital dan kerokan bila sisa plasenta tertinggal
bahaya perforasinya kecil (Sarwono Prawirohardjo,2002).
Abortus insipiens
Tandanya:
- Sebagian jaringan embrio sudah turun dan berada di mulut
rahim, tapi seluruh embrio masih berada di dalam rahim.
- Kemungkinan untuk melanjutkan proses kehamilan dan
mempertahankan embrio sangat kecil. (dr. Ali Sungkar,
SpOG, POGI Jaya, FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo,
Jakarta.)
70 | P a g e
c. abortus inkomplit (sebagian hasil konsepsi telah dikeluarkan)
Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian janin
pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal, servikalis
terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau
kadang – kadang sudah menonjol dari ostium uteri
eksternum. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa
janin dikelurkan, dapat menyebabkan syok. Penanganannya,
diberikan infuse cairan NaCl fisiologik dan transfusi, setelah
syok diatasi dilakukan kerokan. Saat tindakan disuntikkan
intramuskulus ergometrin untuk mempertahankan kontraksi
otot uterus (Sarwono Prawirohardjo,2002).
Abortus tidak lengkap (inkomplet)
Tandanya:
- Sebagian jaringan embrio sudah terlepas dari dinding
rahim, dan biasanya ada sebagian jaringan yang sudah
berada di mulut rahim.
- Apabila perdarahan yang terjadi tidak kunjung berhenti,
embrio/janin harus segera dikeluarkan. (dr. Ali Sungkar,
SpOG, POGI Jaya, FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo,
Jakarta.)
d. abortus komplit (seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan)
Penderita abortus kompletus ditemukan perdarahan sedikit,
ostium uteri telah menutup, uterus sudah mengecil dan tidak
memerlukan pengobatan khusus, apabila menderita anemia
perlu diberi sulfas ferrosus atau transfuse (Sarwono
Prawirohardjo,2002).
e. Abostus lengkap (komplet)
Tandanya:
- Embrio yang sudah berbentuk janin, sudah terlepas sama
sekali dari dinding rahim.
- Biasanya terjadi di awal masa kehamilan, yakni ketika
plasenta belum terbentuk.
71 | P a g e
- Janin akan keluar dari rahim, baik secara spontan maupun
dengan alat bantu.
(dr. Ali Sungkar, SpOG, POGI Jaya, FKUI/RSUPN
Cipto Mangunkusumo, Jakarta.)
Dalam hal ini pula ada yang dinamakan missed abortion
yaitu, kehamilan yang tidak normal, janin mati pada usia
kurang dari 20 hari dan tidak dapat dihindari (James L
Lindsey,MD , 2007). Gejalanya seperti abortus immines yang
kemudian menghilang secara spontan disertai kehamilan
menghilang, mamma agak mengendor, uterus mengecil, tes
kehamilan negative. Dengan USG dapat diketahui apakah
janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia
kehamilan (Sarwono Prawirohardjo,2002). Dengan human
chorionic gonadotropin (hCG) tests bisa diketahui
kemungkinan keguguran (James L Lindsey,MD ,
2007).Biasanya terjadi pembekuan darah. Penanganannya,
Pada kehamilan kurang dari 12 minggu dilakukan
pembukaan serviks uteri dengan laminaria selama + 12 jam
kedalam servikalis, yang kemudian diperbesar dengan busi
hegar sampai cunam ovum atau jari dapat masuk ke dalam
kavum uteri. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, maka
pengeluaran janin dengan infuse intravena oktsitosin dosis
tinggi. Apabila fundus uteri tingginya sampai 2 jari dibawah
pusat, maka pengeluaran janin dapat dikerjakan dengan
penyuntikan larutan garam 20% kedalam dinding uteri
melalui dinding perut. Apabila terdapat hipofibrinogenemia,
perlu persediaan fibrinogen (Sarwono Prawirohardjo,2002).
Pemberian misoprostol (Cytotec) 400-800 mcg dengan dosis
tunggal atau ganda untuk mengurangi rasa sakit (James L
Lindsey,MD , 2007).
2. abortus yang disengaja (abortus provocatus/induced
proabortion).
Abortus ini mempunyai pengertian dimana suatu abortus yang
prosesnya ada sifat kesengajaan untuk menghentikan kehamilan
72 | P a g e
sebelum janin mencapai viabilitas. Dalam hal ini pula, abortus
yang sifatnya disengaja diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu,
a. Abortus artificialis therapicus, yakni abortus yang dilakukan
oleh dokter atas dasar indikasi medis. Misalnya jika kehamilan
diteruskan bisa membahayakan jiwa si calon ibu, karena
misalnya penyakit-penyakit yang berat, antara lain TBC yang
berat dan penyakit gijal yang berat.
b. Abortus provocatus criminalis, ialah abortus yang dilakukan
tanpa dasar indikasi medis. Misalnya abortus yang dilakukan
untuk meniadakan hasil hubungan seks di luar perkawinan atau
untuk mengakhiri kehmilan yang tidak dikehendaki. Abortus ini
erat disapa dengan kata aborsi (penekanan ke kata kerjanya).
("Married by Accident" Qultummedia 2006)
Dengan hadirnya aborsi ini, di seluruh penjuru dunia mengalami
kontroversi yang sampai sekarang belum ada solusi yang lebih
dalam mengenai masalah ini. Selain itu masalah aborsi ini pula,
khususnya di daerah Indonesia masih menjadi tabu sebab
mayoritas dari Indonesia sendiri adalah beragama islam yang
dimana mengharamkan untuk melakukan praktek aborsi ini
sebagai mana tercantum dalam surat Al-Isra ayat 33,
َ ْل َطانا ً َفالddالح ِّق َو َمن قُ ِت َل َم ْظلُوما ً َف َق ْد َج َع ْل َنا ل َِولِ ِّي ِه ُس
َ س الَّتِي َحرَّ َم هّللا ُ إِالَّ ِب
َ َوالَ َت ْق ُتلُو ْا ال َّن ْف.٣٣
َ يُسْ ِرف ِّفي ْال َق ْت ِل إِ َّن ُه َك
ًان َم ْنصُورا
73 | P a g e
standar medis minimal atau keduanya. (buku panduan praktis
Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal)
4. Abortus septic
adalah abortus yang mengalami komplikasi berupa infeksi. (buku
panduan praktis Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal)
Dampak
hal lain yang hadir dalam abortus ini yakni dalam masalah dampak
yang ditimbulkan akibat abortus. Terkhusus pada abortus
provocatus criminalis mempunyai dampak yang sangat berbahaya
bagi ibu. Adapula dampak-dampak tersebut yakni,
1. Perforasi Dalam .
Melakukan kerokan harus diingat bahwa selalu ada kemungkinan
terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga
peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh
sebab itu letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan
seksama pada awal tindakan, dan pada dilatasi serviks jangan
digunakan tekanan berlebihan. Pada kerokan kuret dimasukkan
dengan hati-hati, akan tetapi penarikan kuret ke luar dapat
dilakukan dengan tekanan yang lebih besar. Bahaya perforasi ialah
perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi perforasi atau diduga
terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan seksama
dengan mengamati keadaan umum, nadi, tekanan darah, kenaikan
suhu, turunnya hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika
keadaan meragukan atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya
dilakukan laparatomi percobaan dengan segera.
2. Luka pada serviks uteri.
Apabila jaringan serviks kerasdan dilatasi dipaksakan maka dapat
timbul sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi
luka pada ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul
ialah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada
serviks dan vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan
timbulnya incompetent cerviks.
3. Pelekatan pada kavum uteri.
74 | P a g e
Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman.
Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan
miometrium jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat
mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di
beberapa tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat
apabila pada suatu tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak
begitu lembut lagi.
4. Perdarahan.
Kerokan pada kehamilan agak tua atau pada mola hidatidosa ada
bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya
diselenggarakan transfusi darah dan sesudah kerokan selesai
dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.
5. Infeksi.
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka
bahaya infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat
menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan
kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara
lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa
terjadi kehamilan lagi.
6. Lain-lain
Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl
hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga
peritoneum atau ke dalam pembuluh darah dan menimbulkan
gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja jantung, penghentian
pernapasan, atau hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang
dapat ditimbulakan pada pemberian prostaglandin antara lain
panas, enek, muntah dan diare.
Ada juga Komplikasi yang dapat timbul pada janin:
Sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri
kehamilan, maka nasib janin pada kasus abortus provokatus
kriminalis sebagian besar meninggal. Kalaupun bisa hidup, itu
berarti tindakan abortus gagal dilakukan dan janin kemungkinan
besar mengalami cacat fisik.
75 | P a g e
Secara garis besar tindakan abortus sangat berbahaya bagi ibu dan
juga janin yaitu bisa menyebabkan kematian pada keduanya.
Anak hasil bayi tabung dalam hukum waris termasuk dalam ahli
waris golongan 1 yang diatur dalam pasal 852 KUH Perdata.
76 | P a g e
ini jelas haram.
77 | P a g e
BAB III
KESIMPULAN
PATOMEKANISME
78 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Mason WH, Marshal NL. 1987. The Human Side of Biology. 2 nd Ed. New York:
Harper & Row, Publishers.
Alcamo ID. 1996. Anatomy and Physiology the Easy Way. New York: Barron’s
Educational Series. Inc.
Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 20. Jakarta:
EGC.
Arif mansjoer,dkk. 2004. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Jakarta : Media
Aesculapius.
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan maternal dan Neonatal
Cunningham, dkk. 1997. Willians Obstetrics 20th Edition. Appeton & Lange
Derek liewollyn & Jones. 2002. DASAR – DASAR OBSTETRI &
GINEKOLOGI. Jakarta : Hipokrates.
Djuanda, Adhi, dkk. 1987. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Bali
Penerbit FK UI
79 | P a g e
dr. Ali Sungkar, SpOG, POGI Jaya, FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo,
Jakarta
Guyton & Hall. 1996. Textbook of Medical Physiology. Pennsylvania : W.B.
Saunders Company
James L Lindsey, MD. 2007. Missed Abortion - Obstetrics and Gynecology; .
Emedicine.
Kamus Saku Kedokteran Dorland; edisi 25. © 1996 Penerbit Buku Kedokteran
EGC
McGraw-Hill Concise Dictionary of Modern Medicine. © 2002 by The McGraw-
Hill Companies.
Moore, Keith L. ; T.V.N. Persaud. 2008. The Developing Human 8th Edition.
Saunders Elsevier.
Prawirohardjo, Sarwono, dkk. 1982. Ilmu Kandungan. Jakarta : Balai Penerbit
FK UI
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. ILMU KEBIDANAN. Jakarta : Tridasa Printer
http://hcd2.bupa.co.uk/fact_sheets/html/caesarean_delivery.html
http://www.maternityawareness.org/course4-4.html
http://www.jender.or.id
http://www.blogdokter.net
80 | P a g e