Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT

Disusun Oleh

FRENGKY PANDJARA

2018610086

4B

KEPERAWATAN ANAK

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyusun dan  menyelesaikan makalah yang berjudul
”MTBS”.

            Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis  mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam pembuatan makalah ini.

            Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan,.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.

            Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan
umumnya bagi pembaca.

Malang, Mei 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of
Childhood Illness (IMCI) merupakan suatu pendekatan yang terintegrasi atau terpadu
dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus pada kesehatan anak usia 0-59 bulan
(balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi
suatu pendekatan atau cara penatalaksanaan balita sakit. Konsep pendekatan MTBS
yang pertama kali diperkenalkan oleh organisasi kesehatan dunia WHO (World Health
Organizations) merupakan suatu bentuk strategi upaya pelayanan kesehatan yang
ditujukan untuk menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan bayi dan anak
balita di negara-negara berkembang.
Derajat kesehatan merupakan pecerminan kesehatan perorangan, kelompok,
maupun masyarakat yang digambarkan dengan umur harapan hidup, mortalitas,
morbiditas, dan status gizi masyarakat. Sehat dapat mencakup pengertian yang sangat
luas, yakni bukan saja bebas dari penyakit tetapi juga tercapainya keadaan
kesejahteraan baik fisik, sosial dan mental.
Derajat kesehatan yang optimal akan dilihat dari unsur kualitas hidup serta
unsur-unsur mortalitas yang memengaruhinya, yaitu morbiditas dan status gizi. Untuk
kualitas hidup, yang digunakan sebagai indikator adalah angka harapan hidup waktu
lahir (Lo). Sedangkan untuk mortalitas telah disepakati lima indikator yaitu angka
kematian bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup, angka kematian balita (AKABA) per
1000 kelahiran hidup, angka kematian pneumonia pada balita per 1000 balita, angka
kematian diare pada balita per 1000 balita per 1000 balita dan Angka Kematian Ibu
melahirkan (AKI) per 1000 kelahiran.
Menurut Susenas 2001 Angka Kematian Balita di Indonesia sebesar 68 per 1000
kelahiran hidup, maka 340 ribu anak meninggal pertahun sebelum usia lima tahun dan
diantaranya 155 ribu adalah bayi sebelum berusia satu tahun. Dari seluruh kematian
tersebut sebagian besar disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan akut, diare dan
gangguan perinatal/neonatal (Manajemen Terpadu Balita Sakit Modul-1 Depkes RI,
2004).
1.2  Manfaat Penulisan
Sebagaimana diketahui,derajat kesehatan merupakan pencerminan kesehatan
perorangan, kelompok, maupun masyarakat yang digambarkan dengan umur harapan
hidup, mortalitas, morbiditas, dan status gizi masyarakat.Sehat dapat mencakup
pengertian yang sangat luas, selain bebas dari penyakit tetapi juga tercapainya keadaan
kesejahteraan baik fisik, sosial dan mental.
Makalah ini dimaksudkan untuk lebih menggali masalah yang membahas
mengenai Manajemen Terpadu Balita Sakit.Dengan makalah ini, diharapkan agar
petugas kesehatan lebih punya Wawasan tentang masalah ini.
Peningkatan keterampilan perawat dan bidan dalam tata laksana balita sakit
secara komprehensif dilaksanakan dengan pendekatan Manajemen Terpadu Balita
Sakit atau lebih dikenal dengan MTBS. Kegiatan ini dilaksanakan secara pre-
service dan atau in-servicetraining. Manajemen Terpadu Balita Sakit merupakan standar
pelayanan bagi balita sakit dan dinilai cost effective serta berkontribusi sangat besar
untuk menurunkan angka kematian neonatus, bayi dan balita bila dilaksanakan secara
luas, baik, dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.PENGERTIAN
MTBS singkatan dari Manajemen Terpadu Balita Sakit atau Integrated
Management of Childhood Illness (IMCI dalam bahasa Inggris) adalah suatu
pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus
kepada kesehatan anak usia 0-5 tahun (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan
merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita
sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan kesakitan
dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak balita di unit
rawat jalan kesehatan dasar seperti Puskesmas, Pustu, Polindes, Poskesdes, dll.
Bila dilaksanakan dengan baik, upaya ini tergolong lengkap untuk
mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita.
Dikatakan lengkap karena meliputi upaya kuratif (pengobatan), preventif
(pencegahan), perbaikan gizi, imunisasi dan konseling (promotif). Badan Kesehatan
Dunia WHO telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-
negara berkembang dalam upaya menurunkan kematian, kesakitan dan kecacatan pada
bayi dan balita.
Di Indonesia, MTBS sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1996 oleh
Departemen Kesehatan yangbekerjasama dengan WHO. Layanan ini tidak hanya
kuratifnya saja tapi sekaligus pelayanan preventifdan promotifnya. Tujuan dari
pelatihan ini yaitu dihasilkannya petugas kesehatan yang terampilmenangani bayi dan
balita sakit dengan menggunakan tatalaksana MTBS. Sasaran utama pelatihanMTBS ini
adalah perawat dan bidan, akan tetapi dokter Puskesmas pun perlu terlatih MTBS agar
dapatmelakukan supervisi penerapan MTBS di wilayah kerja Puskesmas.Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan yang digagas oleh WHO
danUNICEF untuk menyiapkan petugas kesehatan melakukan penilaian, membuat
klasifikasi sertamemberikan tindakan kepada anak terhadap penyakit-penyakit yang
umumnya mengancam jiwa.MTBS bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
petugas, memperkuat sistem kesehatan sertameningkatkan kemampuan perawatan oleh
keluarga dan masyarakat yang diperkenalkan pertama kalipada tahun 1999.MTBS
dalam kegiatan di lapangan khususnya di Puskesmas merupakan suatu sistem
yangmempermudah pelayanan serta meningkatkan mutu pelayanan.
 Di bawah ini dapat dilihat penjelasan MTBS merupakan suatu sistem.
1 .Input
  Balita sakit datang bersama kelaurga diberikan status pengobatan dan formulir
MTBS Tempat danpetugas : Loket, petugas kartu

2. Proses
 Balita sakit dibawakan kartu status dan formulir MTBS.
 Memeriksa berat dan suhu badan
 Apabila batuk selalu mengitung napas, melihat tarikan dinding dada dan
mendengar stridor
 Apabila diare selalu memeriksa kesadaran balita, mata cekung, memberi minum
anak untuk melihatapakah tidak bias minum atau malas dan mencubit kulit
perut untuk memeriksa turgor
 Selalu memerisa status gizi, status imunisasi dan pemberian kapsul
Vitamin A Tempat dan petugas : Ruangan MTBS, case manager (Bidan yang
telah dilatih MTBS)
3. Output
 Klasifikasi yang dikonversikan menjadi diagnosa, tindakan berupa pemberian
terapi dan konselingberupa nasehat pemberian makan, nasehat kunjungan ulang,
nasehat kapan harus kembali segera.Konseling lain misalnya kesehatn lingkungan,
imunisasi, Konseling cara perawatan di rumah. Rujukan diperlukan jika keadaan balita
sakit membutuhkan rujukan
Praktek MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan yaitu:
a. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana balita sakit
(petugas kesehatan non-dokter yang telah terlatih MTBS dapat memeriksa dan
menangani pasien balita)
b. Memperbaiki sistem kesehatan (banyak program kesehatan terintegrasi
didalam pendekatan MTBS)
c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan
upaya pencarian pertolongan balita sakit (berdampak meningkatkan
pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan)
2.2. TUJUAN MTBS
 Menurunkansecara bermakn aangka kematian dan kesakitan yang terkait penyakit
tersering pada balita.
 Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak.

Menurut data Riskesdas tahun 2007, penyebab kematian perinatal 0 – 7 hari


terbanyak adalah gangguan/kelainan pernapasan (35,9 %), prematuritas (32,4 %),
sepsis (12,0 %).Kematian neonatal 7 – 29 hari disebabkan oleh sepsis (20,5 %),
malformasi kongenital (18,1 %) dan pneumonia (15,4 %). Kematian bayi terbanyak
karena diare (42 %) dan pneumonia (24 %), penyebab kematian balita disebabkan
diare (25,2 %), pneumonia (15,5 %) dan DBD (6,8 %).
Penyakit-penyakit terbanyak pada balita yang dapat di tata laksana dengan
MTBS adalah penyakit yang menjadi penyebab utama kematian, antara lain
pneumonia, diare, malaria, campak dan kondisi yang diperberat oleh masalah gizi
(malnutrisi dan anemia). Langkah pendekatan pada MTBS adalah dengan
menggunakan algoritma sederhana yang digunakan oleh perawat dan bidan untuk
mengatasi masalah kesakitan pada Balita. Bank Dunia, 1993 melaporkan bahwa
MTBS merupakan intervensi yang cost effective untuk mengatasi masalah kematian
balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak
malaria, kurang gizi, yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut
Pendekatan MTBS di Indonesia pada awalnya dimanfaatkan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar
(Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll). MTBS
mengkombinasikan perbaikan tatalaksana kasus pada balita sakit (kuratif) dengan
aspek gizi, imunisasi dan konseling ( promotif dan preventif). Agar penerapan
MTBS dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan, maka diperlukan langkah-
langkah secara sistematis dan menyeluruh, meliputi pengembangan sistem
pelatihan, pelatihan berjenjang, pemantauan pasca pelatihan, penjaminan
ketersediaan formulir MTBS, ketersediaan obat dan alat, bimbingan teknis dan lain-
lain.
Dari kedua survey di atas, menunjukkan bahwa kematian neonatal mendominasi
penyebab kematian bayi dan balita. Puskesmas dikatakan sudah menerapkan MTBS
apabila memenuhi kriteria melaksanakan/melakukan pendekatan MTBS minimal 60%
dari jumlah kunjungan balita sakit di puskesmas tersebut.
Mengingat MTBS telah diterapkan di Indonesia sejak 1997 dan banyak pihak
yang telah berkontribusi dalam pelatihan MTBS, tentunya banyak tenaga kesehatan
yang telah dilatih MTBS dan banyak insitusi yang terlibat di dalamnya. Sudah banyak
fasilitator dilatih MTBS dan para fasilitator ini sudah melatih banyak tenaga kesehatan,
baik di tingkat desa dan puskesmas.
Keberhasilan penerapan MTBS tidak terlepas dari adanya monitoring pasca
pelatihan, bimbingan teknis bagi perawat dan bidan, kelengkapan sarana dan prasarana
pendukung pelaksanaan MTB termasuk kecukupan obat-obatan. Namun, hal tersebut
seringkali dihadapkan pada keterbatasan alokasi dana, sehingga diperlukan suatu
metode lain untuk meningkatkan ketrampilan bidan dan perawat serta dokter akan
MTBS melalui komputerisasi atau yang lebih dikenal dengan ICATT (IMCI
Computerize Adaptation Training Tools), yaitu suatu aplikasi inovatifsoftware berbasis
komputer untuk MTBS yang mempunyai 2 tujuan:
a. Untuk adaptasi pedoman MTBS
b. Untuk pelatihan MTBS melalui komputer memeriksa tanda-tanda bahaya umum
seperti:
- Apakah anak bisa minum/menyusu?
- Apakah anak selalu memuntahkan semuanya?
- Apakah anak menderita kejang ?
Kemudian petugas akan melihat/memeriksa apakah anak tampak tidak sadar
letargis/?
Setelah itu petugas kesehatan akan menanyakan keluhan utama lain:
a. Apakah anak menderita batuk atau sukar bernafas?
b. Apakah anak menderita diare?
c. Apakah anak demam?
d. Apakah anak mempunyai masalah telinga?
e. Memeriksa status gizi
f. Memeriksa anemia
g. Memeriksa status imunisasi
h. Memeriksa status pemberian vitamin A
i. Menilai masalah/keluhan-keluhan lain
Berdasarkan hasil penilaian hal-hal tersebut di atas, petugas akan
mengklasifikasi keluhan/penyakit anak, setelah itu petugas melakukan langkah-langkah
tindakan/pengobatan yang telah ditetapkan dalam penilaian/klasifikasi. Tindakan yang
dilakukan dapat berupa:
a. Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah
b. Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah
c. Menjelaskan kepada ibu tentang aturan-aturan perawatan anak sakit di rumah,
misal aturan penanganan diare di rumah
d. Memberikan konseling bagi ibu, misal: anjuran pemberian makanan selama
anak sakit maupun dalam keadaan sehat
e. Menasihati ibu kapan harus kembali kepada petugas kesehatan
Perlu diketahui, untuk bayi yang berusia s/d 2 bulan, dipakai penilaian dan
klasifikasi bagi Bayi Muda (0-2 bulan) memakai Manajemen Terpadu Bayi Muda
(MTBM) yang merupakan bagian dari MTBS. Penilaian dan klasifikasi bayi
Pemeriksaan dan tindakan secara lengkap tentunya tidak akan diuraikan disini
karena terlalu panjang. Sebagai gambaran, untuk penilaian dan tindakan/pengobatan
bagi setiap balita sakit, pendekatan MTBS memakai 1 set Bagan Dinding yang
ditempelkan di tembok ruang pemeriksaan dan dapat memenuhi hampir semua sisi
tembok ruang pemeriksaan MTBS di Puskesmas dan formulir pencatatan baik bagi bayi
muda (0-2 bulan) maupun balita umur 2 bulan-5 tahun. Sedangkan untuk pelatihan
petugas, diperlukan 1 paket buku yang terdiri dari 7 buku Modul, 1 buku Foto, 1 buku
Bagan, 1 set bagan dinding serta 1 set  buku Pedoman Fasilitator dengan lama pelatihan
selama 6 hari ditambah pelajaran pada sesi malam.

2.3. MENANYAKAN KELUHAN UTAMA


Beberapa jenis pertanyaan yang penting untuk diajukan terkait dengan Menilai
batuk atau sukar bernapas dan klasifikasinya, menilai diare dan klasifikasinya, menilai
demam dan klasifikasinya, serta menilai masalah telinga dan klasifikasinya.
Menilai batuk atau sukar bernapas dan klasifikasinya
Setelah memeriksa tanda bahaya umum, ditanyakan kepada ibu apakah
menderita batuk atau sukar bernapas, jika anak batuk atau sukar bernapas, sudah berapa
lama, menghitung frekuensi napas, melihat tarikan dinding dada bawah ke dalam, dan
melihat dan dengar adanya stridor. Kemudian dilakukan klasifikasi apakah anak
menderita pneumonia berat, pneumonia atau batuk bukan pneumonia.
Menilai diare dan klasifikasinya
Setelah memeriksa batuk atau suka bernapas, petugas menanyakan kepada ibu
apakah anak menderita diare, jika anak diare, tanyakan sudah berapa lama, apakah
beraknya berdarah (apakah ada darah dalam tinja). Langkah berikutnya adalah
memeriksa keadaan umum anak, apakah anak letargis atau tidak sadar, apakah anak
gelisah dan rewel/mudah marah; melihat apakah mata anak cekung, memeriksa
kemampuan anak untuk minum: apakah anak tidak bisa minum atau malas minum,
apakah anak haus minum dengan lahap; memeriksa cubitan kulit perut untuk
mengetahui turgor: apakah kembalinya sangat lambat (lebih dari 2 detik) atau lambat.
Setelah penilaian didapatkan tanda dan gejala diare, maka selanjutnya diklasifikasikan
apakah anak menderita dehidrasi berat, ringan/sedang, tanpa dehidrasi, diare pesisten
berat, diare persisten atau disentri.
Menilai demam dan klasifikasinya. Demam merupakan masalah yang sering dijumpai
pada anak kecil. Tanyakan kepada ibu apakah anak demam, selanjutnya periksa apakah
anak teraba panas atau mengukur suhu tubuh dengan termometer. Dikatakan demam
jika badan anak teraba panas atau jika suhu badan 37,5 derajat celcius atau lebih. Jika
anak demam, tentukan daerah resiko malaria: resiko tinggi, resiko rendah atau tanpa
resiko malaria. Jika daerah resiko rendah atau tanpa resiko malaria, tanyakan apakah
anak dibawa berkunjung keluar daerah ini dalam 2 minggu terakhir. Jika ya, apakah
dari resiko tinggi atau resiko rendah malaria kemudian tanyakan sudah berapa lama
anak demam. Jika lebih dari 7 hari apakah demam terjadi setiap hari, lihat dan raba
adanya kaku kuduk, lihat adanya pilek, apakah anak menderita campak dalam 3 bulan
terakhir, lihat adanya tanda-tanda campak: ruam kemerahan di kulit yang menyeluruh
dan terdapat salah satu gejala berikut: batuk, pilek atau mata merah.
Kemudian klasifikasikan apakah anak menderita penyakit berat dengan demam,
malaria atau demam mungkin bukan malaria. Jika anak menderita campak saat ini atau
3 bulan terakhir: lihat adanya luka di mulut, apakah lukanya dalam atau luas, lihat
apakah matanya bernanah, lihat adakah kekeruhan pada kornea mata. Kemudian
klasifikasikan apakah anak menderita campak, campak dengan komplikasi berat, atau
campak dengan komplikasi pada mata atau mulut. Jika demam kurang dari 7 hari,
tanyakan apakah anak mengalami perdarahan dari hidung atau gusi yang cukup berat,
apakah anak muntah: sering, muntah dengan darah atau seperti kopi; apakah berak
bercampur darah atau berwarna hitam; apakah ada nyeri ulu hati atau anak gelisah; lihat
adanya perdarahan dari hidung atau gusi yang berat, bintik perdarahan di kulit (petekie),
periksa tanda-tanda syok yaitu ujung ekstrimitas teraba dingin dan nadi sangat lemah
atau tak teraba. Kemudian klasifikasikan apakah anak menderita Demam Berdarah
Dengue (DBD), mungkin DBD atau demam mungkin bukan DBD.
Menilai masalah telinga dan klasifikasinya
Setelah memerisa dalam , petugas menanyakan kepada ibu apakah
telinganya.jika anak mempunyai masalah telinga tanyakan apakah telinga nya sakit,lihat
apakah nanah ada keluar dari telinga,raba adakah pembangkakan nyeri di belakang
telinga.kemudian klasifikasikan apakah anak menderita mostoiditis,infeksi telinga
akut,infeksi telinga kronis atau tidak ada infeksi telinga.
memeriksa status gizi dan anemi serta klasifikasinya
setiap anak harus di periksa status gizi nya,karna kekurangan gizi merupakan
masalah yang sering ditemukan,terutama diantara penduduk miskin.langkah nya yaitu
apakah anak tampak sangat kurus,memeriksa pembengkakan pada kedua
kaki,memeriksa kepucatan telapak tangan dan membandingkan beret badan anak
menurut umur.kemudian mengklasifikasikan sesuai tanda dan gejala apakah gizi buruk
dan atau  anami berat,bawah garis merah (BMG) dan atau anemi, tidak BMG dan tidak
anemi.
Menasehati ibu.
Nasehat bagi ibu meliputi menilai cara pemberian makan anak, anjuran
pemberian makan selama sakit dan sehat, menasehati ibu tentang masalah pemberian
makan, meningkatkan pemberian cairan selama sakit, menasehati ibu kapan harus
kembali dan menasehati ibu tentang kesehatannya sendiri.
Pemberian pelayanan tindak lanjut
Kegiatan ini berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak datang
atau kunjungan ulang. Pelayanan pada anak yang datang untuk tindak lanjut
menggunakan kotak-kotak yang sesuai klasifikasi anak sebelumnya. Jika anak
mempunyai masalah baru lakukan penilaian, klasifikasi dan tindakan terhadap masalah
baru tersebut seperti pada bagan penilaian dan klasifikasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) bagi bayi muda yang berusia kurang
dari 2 bulan merupakan pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana bayi muda sakit
yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi
upaya kuratif terhadap penyakit sangat berat atau infeksi bakteri, diare, ikterus, berat
badan rendah dan/ atau masalah pemberian ASI dan upaya promotif dan preventif yang
meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang
bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita serta menekan
morbiditas karena penyakit tersebut.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan pelayanan
terhadap bayi muda sakit yang dikembangkan oleh WHO. Dengan MTBS dapat
ditangani secara lengkap kondisi kesehatan bayi muda pada tingkat pelayanan
kesehatan dasar, yang memfokuskan secara integrative aspek kuratif, preventif dan
promotif termasuk pemberian nasihat kepada ibu sebagai bagian dari pemberdayaan
masyarakat untuk meningkatkan kesehatan anak. Program MTBS ini di kembangkan
untuk mencegah tingkat kematian bayi muda yang berumur kurang dari 2 bulan.

3.2 Saran
Setelah mengetahui berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada
bayi muda dan mengetahui cara penilaian kesehatan berdasarkan form MTBS ini
disarankan kepada petugas kesehatan untuk dapat mengaplikasikannya dalam
melakukan penilaian kesehatan terhadap bayi muda. Selainitu disarankan kepada
mahasiswa keperawatan agar dapat membuat makalah yang lebih sempurna dari
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI, 2008, Modul MTBS Revisi tahun 2008.


2.Direktorat Bina Kesehatan Anak, Depkes, salah satu materi yang disampaikan pada
Pertemuan 3.Nasional Program Kesehatan Anak, 2009, Manajemen Terpadu Balita
Sakit.
4.Pujiati dewi,dkk.2011.Asuhan kebidanan komunitas.Jakarta:trans info media 2011.

Anda mungkin juga menyukai