Anda di halaman 1dari 7

Seorang anak berusia 2 bulan BB 5 kg datang ke Puskesmas dengan keluhan batuk dan sesak

napas. Batuk sejak 2 minggu yang lalu, mula-mula batuk biasa disertai dengan pilek, kemudian
satu minggu terakhir batuk semakin bertambah berat, batuk disertai dengan tarikan napas yang
berbunyi, saat batuk anak terlihat biru dijari kaki dan tangan. Demam (+) naik turun sejak 2
minggu yang lalu, 3 hari terakhir demam tinggi terus menerus. Anak tidak mau makan dan
minum. Riwayat tersedak disangkal. Anak mendapatkan susu formula, karena ibu bekerja
sehingga ASI tidak keluar lagi. Ayah pasien perokok, ibu pasien mempunyai riwayat alergi debu.
Riwayat imunisasi yang telah diberikan Hepatitis B 2x, BCG satu kali. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan Keadaan umum apatis, tampak sesak dan sianosis. Tanda Vital laju jantung 130
x/menit, isi dan tegangan cukup, frekuensi napas 58 x/menit, Suhu 39 C, SaO2 84 %. Hidung
napas cuping (+), pemeriksaan thoraks terlihat inspiratory effort disertai dengan retraksi
subcostal, auskutasi paru SD Bronkhial diseluruh lapangan paru, ST rhonki kasar (+).
Ekstremitas atas dan bawah sianosis (+). Pemeriksaan Laboratorium didapatkan Haemoglobin
9,6 gr%, Hematokrit 32 %, Lekosit 24.000/mmk, Trombosit 556.000/mmk. Diffcount
2/0/0/4/16/70/8. X-Foto thoraks didapatkan kesan bercak infiltrat dipara hiler.

TERMINOLOGI

1. Imunisasi
 Proses untuk membuat seseorang imun atau kebal terhadap suatu penyakit.

 Proses ini dilakukan dengan pemberian vaksin yang merangsang sistem


kekebalan tubuh agar kebal terhadap penyakit tersebut.
2. Imunisasi Hepatitis B
 Imunisasi untuk mencegah virus Hepatitis B yang dapat menyerang dan merusak
hati. Bila virus ini menjangkit sampai dewasa dapat menjadi kanker hati.
3. BCG
 Bacillus Calmette–Guérin
 Vaksin yang diberikan untuk melindungi diri terhadap tuberkulosis (TB), yaitu
penyakit infeksi yang terutama menyerang paru-paru.
4. Apatis
 Suatu kondisi psikologis dimana seseorang kehilangan motivasi, tidak tanggap,
acuh tak acuh atau tidak perduli terhadap aspek emosional, sosial serta kehidupan
fisik.
5. Sianosis
 Kondisi warna kebiru-biruan pada kulit dan selaput lendir karena kekurangan
oksigen dalam darah.
6. Hidung napas cuping
 Pergerakan kembang kempis ala nasi untuk mendapatkan oksigen
 salah satu tanda sesak nafas, atau meningkatnya usaha bernafas. Ini dapat terjadi
karena asma, PPOK/ penyakit paru obstruktif kronis, pneumonia/ infeksi paru, ataupun
penyakit metabolisme yang menyebabkan peningkatan usaha bernafas.
7. Inspiratory effort

8. Retraksi subcostal
 Tarikan dinding dada ke dalam pada saat inspirasi akibat sesak nafas (usaha
untuk mendapatkan nafas).
 Biasanya untuk sesak nafas dengan derajat berat (derajat 4)
9. Auskutasi paru SD bronkhial
 Suara bronchial sangat nyaring, pitch tinggi, dan suara terdengar dekat dengan
stetoskop.
 Terdapat gap antara fasa inspirasi dan ekspirasi pada pernafasan, dan suara ekspirasi
terdengar lebih lama dibanding suara inspirasi.
 Jika suara ini terdengar dimana-mana kecuali di manubrium, hal tersebut biasanya
mengindikasikan terdapat daerah konsolidasi yang biasanya berisi udara tetapi berisi air.
10. ST rhonki kasar
 suara yang terdengar bila ada infi ltrate, atau ti dak nyaring bila ada edema
paru. Suara ini ti mbul karena dalam bronkus terdapat airan bebas  berupa
sekrit atau eksudat
 Ronki kasar, yaitu bila sumber suara berasal dari bronkus besar, juga bisa
terdengar  bila ada airan bebas dalam suatu ka*itas.
11. Diffcount
 Hitung jenis lekosit yang biasanya dilakukan bersama-sama dengan pemeriksaan
apus darah tepi.
 Pada hitung jenis lekosit yangdihitung adalah jenis-jenis lekosit normal sekaligus
memperhatikan kemungkinanadanya sel lekosit abnormal dalam darah tepi atau
perifer.
 Sel lekosit normalmerupakan sel lekosit yang sudah matur atau dewasa yang
beredar pada darah periferdan terdiri dari basofil, eosinofil, netrofil batang,
netrofil segmen, limposit danmonosit.
12. Bercak infiltrat diparahiler
 INFILTRAT alias ‘kabut’ keputihan tipis sekali di foto rontgen dada, adalah gambaran
akibat adanya dahak (mucus) di paru-paru. Parahiler menunjukan posisi atau letak
keluhan tersebut

PERTANYAAN

1. Apa hubungan jari kaki dan anak nampak biru dengan keluhan lain yang dialami?
2. Kenapa riwayat tersedak ditanyakan dalam kasus ini?
3. Apa hubungan anak yang hanya mendapatkan susu formula dengan keluhan yang
dialami?
4. Apa hubungan ayah pasien yang perokok dan ibu pasien yang alergi debu dengan
keluhan yang dialami?
5. Apakah riwayat pasien yang diberikan imunisasi tersebut sudah sesuai dengan usia
pasien?
6. Interpretasi ttv?
7. Bagaimana hasil interpretasi pemeriksaan fisik dan juga hasil pemeriksaan laboratorium?
Jawab
1. Saat jumlah oksigen dalam darah sangat rendah, maka warna darah akan berubah dari warna
merah terang menjadi lebih gelap. Hal inilah yang membuat kulit dan bibir terlihat berubah
menjadi kebiruan. Sedangkan, sianosis perifer mengacu pada perubahan warna kebiruan di
tangan atau kaki. Biasanya disebabkan oleh kadar oksigen yang rendah dalam sel darah merah
atau adanya kondisi yang menghalangi aliran darah yang kaya oksigen. Pada pasien ini
diindikasikan terdapat gangguan pada paru-paru atau system pernafasan sehingga pertukaran
gas terganggu dan tubuh tidak mendapat cukup oksigen. corak warna biru yang diamati
di bagian distal disebabkan oleh campuran hemoglobin dan oksihemoglobin
yang berkurang di kapiler superfisial.

2. Untuk menggali kemungkinan terjadinya Pneumonia aspirasi, yakni infeksi dan


peradangan pada paru-paru akibat masuknya benda asing ke dalam paru-paru.
Gejala yang sering muncul saat mengalami pneumonia aspirasi adalah batuk
berdahak, sesak napas, dan nyeri dada. merupakan komplikasi dari aspirasi paru.
Aspirasi paru sendiri adalah kondisi ketika makanan atau zat asing lain tidak sengaja
masuk ke paru-paru dan tidak dapat dikeluarkan kembali. Selanjutnya, kondisi ini
memicu infeksi bakteri dan peradangan pada paru-paru.
3. Air susu ibu mengandung zat antibodi pembentuk kekebalan tubuh yang bisa membantunya
melawan bakteri dan virus. Jadi, bayi yang diberi ASI berisiko lebih kecil untuk terserang
penyakit, seperti diare, asma, alergi, infeksi telinga, infeksi saluran pernapasan, konstipasi,
sindrom kematian bayi mendadak, dan meningitis. Bayi yang diberi ASI juga berisiko lebih
rendah untuk mengalami obesitas dan diabetes tipe 2 di kemudian hari, ketimbang bayi yang
tidak diberikan ASI eksklusif.

Secara khusus ASI bekerja melalui 2 cara, yaitu:

1. Bekerja secara lokal pada saluran cerna (tempat di mana berbagai kuman dan protein
asing masuk melalui makanan/minuman yang diberikan pada bayi kita).

2. Bekerja secara sistemik (di seluruh tubuh bayi) karena kandungan ASI yang kaya akan
berbagai zat kekebalan tubuh yang bekerja secara langsung maupun tak langsung.

Terdapat berbagai faktor risiko yang menyebabkan tingginya angka mortalitas


pneumonia pada anak balita di negara berkembang. Faktor risiko tersebut adalah:
pneumonia yang terjadi pada masa bayi, berat badan lahir rendah (BBLR), tidak
mendapat imunisasi, tidak mendapat ASI yang adekuat, malnutrisi, defisiensi vitamin A,
tingginya prevalens kolonisasi bakteri patogen di nasofaring, dan tingginya pajanan
terhadap polusi udara (polusi industri atau asap rokok).
Anak yang mendapat susu formula dan bukan ASI beresiko 2 kali mendertita penyakit
pneumonia.
4. Paparan asap rokok bisa meningkatkan risiko tejadinya berbagai gangguan kesehatan dan
penyakit. Bayi dan anak-anak yang terpapar asap rokok berisiko tinggi mengalami iritasi mata,
infeksi telinga, alergi, asma, bronkitis, pneumonia, meningitis, dan sindrom kematian bayi
mendadak.
Bahaya asap rokok yang paling sering terjadi pada anak-anak adalah munculnya gangguan pada
sistem pernafasan. Anak yang memiliki orangtua perokok akan lebih mudah terkena penyakit
asma, bronkitis, hingga pneumonia karena seringnya menghirup asap rokok. Anak yang sering
terpapar asap rokok juga diketahui lebih mudah terkena pilek dan batuk yang biasanya
disebabkan karena alergi akibat paparan asap rokok yang terus menerus.
banyak anak-anak penderita pneumonia yang ternyata disebabkan oleh kebiasaan orang tuanya
yang kerap merokok di dalam rumah atau di sekitar anak..
Riwayat alergi ibu untuk melihat apakah ada kemungkinan alergi pada anak. Indikator paling
tepat untuk mendeteksi dini alergi adalah melalui riwayat keluarga, karena alergi bersifat
genetik. Namun jika Ibu dan Ayah tidak memiliki riwayat alergi, si Kecil tetap memiliki risiko
alergi sebesar 5-15%.
5. Menurut IDAI 2017, Pada usia 2 bulan anak sudah harus mendapat lagi vaksin hepatitis
B yang kedua, polio 1, dpt 1, Hib 1, pcv 1, dan rotavirus 1 dimana sebelumnya saat lahir
anak diberikan vaksin Hep B pertama, BCG 1, dan polio 0. Dimana pada kasus anak baru
mendapatkan vaksin hep B 2 kali dan BCG. Yang mana artinya belum mendapatkan
imunisasi 2 polio, 1 dpt, 1 Hib, dan 1 pcv.
 Vaksin pcv : Vaksin PCV dapat mencegah infeksi yang disebabkan oleh bakteri
pneumokokus penyebab penyakit berbahaya, seperti meningitis dan pneumonia.
pneumococcal conjugate vaccine adalah vaksin yang mengandung bagian dari dinding
sel bakteri pneumokokus. Bakteri ini dapat menimbulkan penyakit infeksi yang berat,
seperti meningitis, pneumonia, dan infeksi darah atau sepsis. Vaksin PCV diberikan
pada anak di usia 2, 4, dan 6 bulan, kemudian diulang pada usia 12–15 bulan.Bagi
anak berusia 7–12 bulan yang belum menerima vaksin PCV, pemberian vaksin
PCV dilakukan sebanyak 2 kali dengan dosis pemberian vaksin PCV pertama dan
kedua diberi jeda 2 bulan.Bagi anak berusia di atas 1 tahun yang berlum
menerima vaksin PCV, maka pemberian vaksin hanya dilakukan 1 kali. Namun,
pemberian vaksin PCV ulang boleh dilakukan setidaknya 2 bulan setelah
pemberian vaksin PCV pertama.

 Vaksin polio : Polio merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh


virus yang ada di dalam saluran pencernaan dan tenggorokan. Imunisasi
polio merupakan vaksin yang digunakan untuk melindungi tubuh dari gangguan
poliomyelitis atau infeksi polio. Ada dua jenis imunisasi polio yang wajib
diberikan kepada anak. Pertama, imunisasi polio oral atau oral polio vaccine
(OPV) yang merupakan poliovirus yang sudah dilemahkan. Kedua, imunisasi
polio suntik atau inactivated polio vaccine (IPV) yang menggunakan poliovirus
yang sudah dinonaktifkan, kemudian diberikan melalui suntikan.Vaksin polio
diberikan empat kali, yakni saat bayi baru lahir, kemudian dilanjutkan pada bulan
ke 2, 3, dan 4. Dosis penguat (booster) diberikan saat mencapai usia 18 bulan.
Bayi baru lahir diberikan OPV, kemudian untuk vaksinasi polio berikutnya dapat
diberikan IPV maupun OPV. Hanya saja, setiap anak setidaknya harus mendapat
satu dosis IPV.

 Vaksin Hib : Vaksin Hib dapat melindungi tubuh dari infeksi bakteri
Haemophilus influenzae tipe B (Hib). Bakteri Hib adalah bakteri yang
berbahaya karena bisa menyebabkan infeksi berat, seperti radang otak
(meningitis), infeksi paru-paru, dan sepsis, terutama pada anak-anak.
Bakteri Haemophilus influenzae tipe B merupakan bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi di wajah, mulut, sendi, jantung, tulang, rongga perut, dan
tenggorokan. Infeksi Hib dapat menular melalui percikan air liur yang keluar saat
penderita infeksi Hib bersin atau batuk. Pemberian vaksin Hib bertujuan untuk
mencegah terjadinya penyakit infeksi berat akibat kuman Hib, seperti: Meningitis,
Pneumonia, Epiglotitis, Infeksi darah atau sepsis, Radang selaput jantung atau
perikarditis. Pemberian vaksin Hib pada anak sudah harus dilakukan saat ia
berusia 2, 3, dan 4 bulan. Kemudian pemberian vaksin Hib ulang perlu diulang
ketika anak sudah memasuki usia 18 bulan.

6. Tanda Vital laju jantung 130 x/menit, isi dan tegangan cukup, frekuensi napas 58
x/menit, Suhu 39 C, SaO2 84 %
Frekuensi napas : takipneu karena pada usia 2 bulan-1 tahun >50
Laju jantung : normal Usia 1 – 2 bulan : 121 - 179 kali/menit.
Suhu : tinggi, normal : 36,5°C hingga 37,2°
Saturasi : rendah, normal 95-100
7. Hidung napas cuping (+) menunjukan adanya peningkatan usaha nafas dikarenakan
adanya sesak napas, pemeriksaan thoraks terlihat inspiratory effort disertai dengan
retraksi subcostal yang artinya dibutuhkan usaha berlebih untuk bernafas, auskutasi paru
SD Bronkhial diseluruh lapangan paru, ST rhonki kasar (+). Ekstremitas atas dan bawah
sianosis (+) gangguan kurangnya oksigen pada perifer. Pemeriksaan Laboratorium
didapatkan
Haemoglobin 9,6 gr% normal (9.0-14.1)
Hematokrit 32 % normal (28-41),
Lekosit 24.000/mmk tinggi (5000-19500)
Trombosit 556.000/mmk meningkat (150 × 103 to 450 × 103/mcL).
Diffcount 2/0/0/4/16/70/8.

Anda mungkin juga menyukai