TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ASFIKSIA
organ tubuh akan mengalami kekurangan oksigen (hipoksia hipoksik) dan terjadi
kematian1 .
2.1.3. Patologi
golongan, yaitu:
tipe dari asfiksia. Sel-sel otak sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen.
Disini sel-sel otak yang mati akan digantikan oleh jaringan glial,
sedangkan pada organ tubuh yang lain yakni jantung, paru-paru, hati,
meninggi. Karena oksigen dalam darah berkurang terus dan tidak cukup
untuk kerja jantung, maka terjadi gagal jantung dan kematian berlangsung
(traumatic asphyxia).
Penghentian primer dari pernafasan akibat kegagalan pada pusat
keracunan.
Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang dapat dibedakan
1. Fase Dispnea
Penurunan kadar oksigen sel darah merah dan penimbunan CO2 dalam
2. Fase Konvulsi
Akibat kadar CO2 yang naik maka akan timbul rangsangan terhadap
mula berupa kejang klonik tetapi kemudian menjadi kejang tonik, dan
menurun. Efek ini berkaitan dengan paralisis pusat yang lebih tinggi
3. Fase Apnea
bervariasi. Umumnya berkisar antara 4-5 menit. Fase 1 dan 2 berlangsung lebh
kurang 3-4 menit, tergantung dari tingkat penghalangan oksigen, bila tidak 100%
maka waktu kematian akan lebih lama dan tanda-tanda asfiksia akan lebih jelas
dan lengkap.
akibat asfiksia, telah ditetapkan beberapa tanda klasik (knight, 1996), yaitu:
Tardieu’s spot terjadi karena peningkatan tekanan vena secara akut yang
pda jaringan longgar, seperti kelopak mata, bawah kulit dahi, kulit bagian
belakang telinga, circumoral skin, konjungtiva dan sklera mata. Selain itu
juga bisa terdapat dipermukaan jantung, paru dan otak. Bisa juga terdapat
Ini merupakan tanda yang lebih tidak spesifik dibandingkan dengan ptekie.
akan mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan rongga badan
(terjadi oedema).
c. Sianosis
yang tidak berikatan dengan O2.Ini tidak dapat dinyatakan sebagai anemia,
harus ada minimal 5 gram hemoglobin per 100 ml darah yang berkurang
selalu diikuti dengan kongesti pada wajah, seperti darah vena yang
tetap cairnya darah yang dapat terlihat pada saat autopsi pada kematian
terdapat pada jantung dan sistem vena setelah kematian adalah sebuah
asfiksia.
mudah mengalir.
4. Terdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul yang timbul
udara yang cepat dalam saluran semput akan menimbulkan busa yang
Kapiler yang lebih mudah pecah adalah kapiler pada jaringan ikat
vena, venula dan kapiler. Selain itu, hipoksia dapat merusak endotel
kapiler sehingga dinding kapiler yang terdiri dari selapis sel akan
pecah dan timbul bintik-bintik perdarahan yang dinamakan Tardieu’s
spot.
mengeluarkan darah.
dengan hipoksia.
Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernapasan
mekanik), misalnya1 :
Penutupan lubang salura pernapasan bagian atas :
Pembekapan (smothering)
Penjeratan (strangulation)
Gantung (hanging)
disebabkan oleh asfiksia, maka ada sementara ahli yang tidak lagi memasukan
1. Bunuh diri (suicide). Bunuh diri dengan cara pembekapan masih mungkin
prematur bila hidung dan mulut tertutup oleh bantal atau selimut.
3. Pembunuhan (homicidal smothering). Biasanya terjadi pada kasus
pembunuhan anak sendiri. Pada orang dewasa hanya terjadi pada orang
yang tidak berdaya seperti pada orang tua, orang sakit berat, dan orang
Pada keadaan ini, terjadi sumbatan jalan napas oleh benda asing, yang
vagal akibat rangsangan pada reseptor nervus vagus di arkus faring, yang
menimbulkan inhibisi kerja jantung dengan akibat cardiac arrest dan kematian.
1. Bunuh diri (suicide). Hal ini jarang terjadi karena sulit untuk memasukan
benda asing ke dalam mulut sendiri disebabkan adanya refleks batuk atau
dinding saluran napas bagian atas tertekan dan terjadi penyempitan saluran napas
1. Asfiksia
2. Refleks vagal, terjadi sebagai akibat rangsangan pada reseptor nervs vagus
rantai, stagen, kawat, kabel, kaos kaki dan sebagainya, melingkari atau mengikat
leher yang makin lama makin kuat, sehingga saluran pernapasan tertutup.
1. Bunuh diri (self strangulation). Hal ini jarang dan menyulitkan diagnosis.
Pengikatan dilakukan sendiri oleh korban dengan simpul hidup atau bahan
Pada penjeratan, tenaga tersebut datang dari luar, sedangkan pada kasus
gantung, tenaga tersebut berasal dari berat badan korban sendiri, meskipun tidak
1. Kerusakan pada batang otak dan medula spinalis. Hal ini terjadi akibat
dislokasi atau fraktur vertebra ruas leher, misalnya pada judicial hanging
(hukum gantung).
4. Refleks vagal.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dibuat uraian teori seperti yang disajikan
Korban mati
Tindak Pidana
Penyidik
Dokter
Pemeriksaan
korban mati
Visum et
Repertum Jenazah
Asfiksia
Asfiksia mekanik
2.7 Kerangka Konsep
Dari kerangka teori diatas dapat kita buat kerangka konsep penelitian
berdasarkan unsur yang akan diteliti seperti terlihat pada gambar 2.2.
Korban mati
Tindak Pidana
Penyidik
Dokter
Pemeriksaan
korban mati