Anda di halaman 1dari 14

KAJIAN MENGENAI BUDAYA PENJOR

OLEH KELOMPOK 3 :
1. I Ketut Paduary Karmanta (1907521235)
2. G.B. Suryakusuma Ksatria (1907521093)
3. Putu Eka Maharani (1907521108)
4. I Gede Krisna Widi (1907521086)

MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
BUKIT JIMBARAN
2020

1
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kapada Ida Sang Hyang Widhi Tuhan yang Maha Esa,
karena atas Anugrah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan sebaik-baiknya. Pada
kesempatan ini kami selaku penyusun kajian mengenai budaya penjor mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan Laporan ini. Yang
mana pada kesempatan ini tidak dapat disebutkan satu persatu.
Kami sadar laporan ini masih jauh dari kata sempurna, maka kami selaku penyusun
meminta maaf sebesar-besarnya apabila dalam laporan ini terdapat kesalahan-kesalahan, semua
itu adalah murni karena unsur ketidaksengajaan. Kami harap laporan ini dapat digunakan
sebagaimana mestinya dan dengan sebaik-baiknya.

Penyusun,

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... 2


DAFTAR ISI.................................................................................................. 3
BAB. I PENDAHULUAN ............................................................................. 4
A. Latar Belakang ................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
C. Tujuan ............................................................................................... 4
BAB. II PEMBAHASAN ..............................................................................
A. Nilai/ makna Teologi/Agama yang terkandung didalamnya….. 8
B. Nilai Etika …………………………………………………….. 9
C. Nilai Estetika………………………………………………….. 11
D. Korelasi antara budaya Penjor dengan Jurusan Manajemen. 12
BAB. III PENUTUP……………………………………………………….
A. Kesimpulan…………………………………………………… 13
B. Saran…………………………………………………………... 13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 14

3
BAB. I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Setiap umat manusia yang hidup di dunia pasti menganut kepercayaan dan agam masing-
masing.Penjor adalah salah satu sarana Upakara dalam merayakan Hari Raya Galungan bagi umat
Hindu,dan merupakan simbul Gunung yang memberikan keselamatan dan kesejahteraan seperti
halnya Gunung agung yang terletak di pura besakih yang merupak tempat pemujan terbesar bagi
umat hindu indonesia ( Babad bali,2009 ).
Ritual penjor selalu menggunakan tetumbuhan tertentu untuk sesaji sebagai wujud
persembahan bagi Tuhan yang maha besar.tetumbuhan tersebut berupa hasil bumi dan disusun
menggunakan bambu.bambu dah hasil bumi tersebut menjadi ciri khas ritual penjor sehingga
masyarakat hindu terus berupaya melestarikan tumbuhan bambu khususnya sebagai lambang
keselamatan dan kesejahteraan umat hindu,oleh karena itu pada makalah mengulas tentang makna
bambu khususnya dan makna tetumbuhan lain umunya.
Rumusan Masalah

- Bagaimana ritual penjor tersebut dan apa makna penjor tersebut?


- Apa peranan penjor dalam bidang ekologi,sosial dan ekonomi?

Tujuan
Untuk mengetahui ritual penjor,mengerti makna penjor khususnya bagi masyarakat
Hindu,dan mengetahui tetumbuhan yang digunakan dalam penjor beserta maknanya.

4
BAB. II
PEMBAHASAN
Penjor adalah sebatang ambu utuh dari pangkal hingga ujung yang dihias dengan puncak
enau atau janur yang diukir.pada btang bambu tersebut juga digantungkan berbagai jenis hasil
bumi yakni padi,pala bungkah,pala gantung,pala wija,kue dan tebu.pada ujung bambu
digantungkan sampiyan yakni sebuah rakitan janur berbentuk seperti capu dengan beraneka bunga
dan porosan di dalamnya.porosan adalah setangkup sirih pinang yang dikemas dengan potongan
janur sepanjang ruas jari.sebagai pelengkap pada lelengkungan penjor juga digantungkan dua
lembar kecil kain berwarna putih dan kuning serta sebelas uang kepeng.Penjor merupakan sarana
upacara biasanya ditancapkan di depan rumah umat hindu di bali terutama pada hari raya
Galungan-Kuningan.Penjor juga menjadi kelengapan pada upacara-upacara besar di pura.
Sebagai sarana upacara penjor dilengkapi dengan lamak yaitu semacam taplak panjang dari
enau yang dirajut dengan lidi bambu.penjor juga dilengkapi dengan sanggah yaitu rajutan bambu
berbentuk bujur sangkar dengan atap melengkung
Secara filosofis penjor merupakan simbol dari gunung yang diyakini oleh umat Hindu di
bali sebagai tempat berkumpulnya fibrasi kesucian dari Hyang Widhi.Penjor juga menggambarkan
sosok sepasang naga pemberi keselamatan dan pemberi kehidupan yang merupakan simbol
personifikasi dari pertiwi atau tanah. Jadi pemasangan penjor dimaksudkan sebagai wujudkan rasa
bakti dan ucapan berterima kasih kepada Tuhan atas kemakmuran yang dilimpahkannya
Tafsiran lain berdasarkan lontar Tutur Dewi Tapini yaitu lontar yang menjadi acuan dalam
membuat sesajen unuk upacara keagamaan di bali,menyebutkan simbol-simbol dalam lontar
adalad sebagai berikut :
1.Bambu dan kue sebagai fibrasi kekuatan Dewa Brahma
2.Kelapa sebagai simbol fibrasi Dewa Rudra
3.Daun-daunan sebagai simbol fibrasi Dewa Sangkara
4.Kain kuning dan janur sebagai simbol fibrasi Dewa Mahadewa
5.Pala bungkah dan pala gantung sebagai simbol fibrasi Dewa Wisnu
6.Tebu sebagai simbol fibrasi Dewa sambu
7.Padi sebagai simbol fibrasi Dewi sri
8.Kain putih sebagai simbol fibrasi Dewa Iswara
9.Sanggah sebagai simbol fibrasi Dewa Siwa

5
10.Upakara sebagai simbol fibrasi Dewa Sadha Siwa dan Parama Siwa
Semua Dewa tersebut meupakan personofikasi dari kekuatan-kekuatan Tuhan Yang Maha Satu.

MAKNA PENJOR GALUNGAN


Umat hindu dari jaman dahulu sampai sekarang bahkan sampai nanti dalam
menghubungkan diri dengan Ida Sanghyang Widi wasa memakai symbol-symbol.Dalam Agama
Hindu simbol dikenal dengan kata niasa yaitu sebai pengganti yang sebenarnya.Bukan agama saja
yang memakai simbol,bangsa pun memakai simbol-simbol.Bentuk dan jenis simbol yang berbeda
namun mempunyai fungsi yang sama.
Dalam upakara terdiri banyak macam material yang digunakan sebagai yang penuh
memiliki makna yang tinngi,dimana makna tersebut menyangkut isi alam dan isi permohonan
manusia kehadapan Ida Sanghyang Widi Wasa. Untuk mencapai keseimbangan dari segala aspek
kehidupan seperti tri hita karana.Masyarakat di bali sudah tidak asing lagi dengan
penjor.masyarakat mengenal dua jenis penjor,antara lain Penjor Sakral dan penjor
hiasan.Merupakan bagian dari upacara keagamaan,misalnya upacara galungan,piodaln di pura-
pura.Sedangkan pepenjoran atau penjor hiasan biasanya dipergunakan saat adanya lomba
desa,pesta seni.pepenjoran atau penjor hiasan tidak berisi sanggah penjor,tidak adanya pala
bungkah/pala gantung,porosan dll.penjor sakral yang dipergunakan pada waktu hari raya galungan
berisi sanggah penjor,adanya pala bungkah dan pala gantun.sampiyan,lamak,jajan,dll.

TUJUAN PEMASANGAN PENJOR


Sebagai swadharma umat hindu untuk mewujudkan rasa bhakti dan berterima kasih
kehadapan Ida sang hyang widhi wasa.Penjor juga sebagai tanda terima kasih manusia atas
kemakmuran yang dilimpahkan Ida sang Hyang Widhi wasa.Bambu tinggi melengkung adalah
gambaran dari gunung yang tertinggi sebagai temoat yang suci.Hiasan yang terdiri dari
kelapa,pisang,tebu,padi,jajan dan kain adalah merupakan wakil-wakil dari sekuruh tumbuh-
tumbuhan dan benda sandang pangan yang dikarunia oleh Hyang Widi wasa.Penjor bersifat
religius yang mempunyai fungsi tertentu dalam upacara keagamaan yang wajib dibuat lengkap
dengan perlengkapanya.
FUNGSI PENJOR

6
Sebagai ucapan terima kasih ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah mengutus
Sang Hyang Tri Murrti untuk menolong umat manusia dari kelparan dan bencan.Penjor upacar
dengan tanda-tanda lengkap seperti di atas tidak boleh digunakan kecuali untuk upacar.sedangkan
pepenjoran hendaknya jangan memakai gantung-gantungan hasil bumi,saanggah,dan sampian
penjor yang berisi porosan.
Dari aspek sosial penjor menggunakan umbi-umbian seperti ketela rambat,pala gantung( misalnya
kelapa,mentimun,pisang,nanas),pala wija (misalnya jagung,padi )
Dari aspek ekologi penjor untuk menyatukan semua isi bumi di satukan di dalam penjor untuk
upacarai pada hari raya galungan
Dari aspek ekonomi penjor bisa menarik perhatian wisatawan asing mereka ingin melihat
keindahan penjor yang ada di bali karena di negara mereka tidak ada penjor,itu bisa menarik minat
wisatwan untuk berkunjung ke bali untuk melihat keindahan penjor yang dipasang di setiap depan
rumah pendududk di bali.
Dalam ajaran agama hindu simbul dikenal dengan nama biasa yaitu sebagi pengganti dari
yang sebenarnya.Bukan hanya keagamaan saja yang menggunakan simbul,aspek kenegaraan dan
berbangsapun memakai simbul.Masyarakat atau umat Hindu di balli sudah tidak asing lagi dengan
pejor.pada umunya di bali mengenal dua jenis penjor .
Untuk membuat sebuah penjor yang berhubungan dengan pelaksanaan upacara Galungan
maka diperlukan persyaratan tertentu dalam arti tidak asal membuat saja.pembuatan penjor harus
sesuai dengan ketentuan sastra agama sehingga tidak berkesan sebagai hiasan saja Pada
hakekatnya unsur-unsur penjor tersebut merupakan simbol-simbol yang suci sebagai landasan
pengaplikasian ajaran kitab suci weda yang mencerminkan nilainilai etika dari ajaran
Hindu.Unsur-unsur atau bahan-bahan kelengkapn penjor yang menjadi simbol-simbol suci.

7
NILAI TEOLOGI AGAMA

Teologi adalah wacana yang berdasarkan nalarmengenai agama, spiritualitas dan Tuhan
Dengan demikian, teologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan
keyakinan beragama. Teologi meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan.

Dalam Penjor Galungan memiliki nilai teologi agama. Penjor Galungan memiliki berbagai simbol
Dewata. Ada 11 nama Dewata yang disimbolkan oleh bahan baku Penjor Galungan
sebagaimana dikemukakan Atmaja (2008:152). Kesebelas Ista Dewata itu adalah:
1. Kober putih kuning merupakan simbol Sanghyang Iswara.
2. Jajan gina/jajan uli merupakan simbol Sanghyang Brahmana.
3. Tebu merupakan simbol Sanghyang Sambu.
4. Tiying (bambu) penjor merupakan simbol Sanghyang Mahesora.
5. Busung/ambu merupakan simbol Sanghyang Mahadewa.
6. Plawa merupakan simbol Sanghyang Sangkara.
7. Pala bungkah(umbi-umbian) - pala gantung (buah-buahan) merupakan simbol Sanghyang
Wisnu.
8. Sampian penjor merupakan simbol Sanghyang Pramasiwa.
9. Kelapa merupakan simbol Sanghyang Rudra.
10. Sanggah Arda Candra merupakan simbol Sanghyang Siwa.
11. Banten merupakan simbol Sanghyang Sadasiwa.

Ada perkiraan, ajaran Siva Siddhãnta masuk ke Bali pada abad XVI Masehi. Konsep,
sistem, dan penerapan ajaran dari berbagai sekte seperti disebutkan di depan dapat disatukan
dalam tatanan kehidupan beragama yang serasi, harmonis, dan efektif di Bali dengan
berfokus pada ajaran Siva Tattva (Ketua PHDI Propinsi Bali dalam Tim Penyusun 2000 : vi).
Mengacu pada uraian tersebut di atas, maka dalam Penjor Galungan terlihat ajaran Siva
Siddhãnta diwujudnyatakan. Hal itu bisa dikaji melalui nama-nama Dewata yang diberikan
dan disimbolkan dalam Penjor Galungan tersebut. Dari Penjor Galungan, terlihat pemujaan
diarahkan atau lebih terfokus pada Sanghyang Siwa. Hal itu bisa dilihat pada bentuk sanggah
penjor yaitu Arda Candra yang disimbolkan sebagai pemujaan Sanghyang Siwa. Demikian

8
pula banten dalam penjor ini dipandang sebagai simbol Sanghyang Sadasiwa. Dalam
Penjor, sampian penjor dipandang sebagai simbol Sanghyang Parama Siwa. Ketiga nama dewa
tadi merupakan nama lain dari Sanghyang Siwa itu sendiri. Bahkan menurut Mahabharata
yang dikutip Titib (2003:290-291), Sanghyang Sambhu, Mahadewa, Sangkara, Rudra yang
juga disimbolkan dalam PenjorGalungan tadi, merupakan nama lain dari Siwa. Hanya
Sanghyang Brahmana dan Wisnu tidak disebutkan sebagai nama lain Sanghyang Siwa.
Dengan demikian, Penjor Galungan ini mencerminkan sarana pemujaan Sanghyang Siwa.
Pemujaan Sanghyang Siwa di sanggah penjor semakin diperkuat dengan adanya pandangan,
bahwa penjor merupakan simbol Gunung Agung, yaitu tempat beristananya Sanghyang Siwa.
Banyak Penjor Galungan juga dipasang kober berwarna putih-kuning yang diisi aksara
Om. Aksara suci ini sering pula dijadikan simbol untuk memudahkan memuja Tuhan yang
abstrak. Sebab, melakukan pemujaan kepada Tuhan yang abstrak, tidak terbayangkan atau
terpikirkan (Acintya) sangatlah sulit. Tuhan tidak terpikirkan karena tanpa sifat, tanpa bentuk
yang disebut Nirguna Brahman. Tuhan yang nirguna perlu diwujudkan dalam bentuk lain
agar bisa terjangkau oleh pikiran umat yang serba terbatas. Tuhan dalam berbagai
manifestasinya yang dapat digambarkan dalam pikiran disebut Saguna Brahman.
Berdasarkan apa yang dikemukakan di atas, Penjor Galungan memiliki makna teologi
yaitu tentang hakikat Ketuhanan dalam Hindu

NILAI ETIKA

Etika adalah sebuah sesuatu di mana dan bagaimana cabang utama filsafat yang
mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika
mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
Dalam Penjor Galungan memiliki nilai etika. Bentuk dan fungsi penjor Galungan juga
mengandung makna ajaran Tri Hita Karana. Tri Hita Karana adalah perwujudan kesejahteraan
dan kebahagiaan yang terdiri dari unsur Ida Sanghyang Widhi atau Tuhan (super
natural power), manusia (Microcosmos), dan alam semesta atau Bhuwana (Macrocosmos). Hal
itu menjadi pola dasar tatanan kehidupan umat Hindu, yang dijadikan budaya perilaku
sehari-hari dalam berbagai akitivitas, sehingga muncul konsep mengajarkan pola

9
hubungan yang harmoni (selaras, serasi, dan seimbang) di antara ketiga sumber
kesejahteraan dan kebahagiaan. Ketiga aspek itu dapat diuraikan sebagai berikut.
A. Aspek Parhyangan
Aspek Parhyangan merupakan hubungan harmonis antara manusia dengan Sang
Pencipta (Brahman). Hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan antara lain
diwujudkan dengan melakukan upacara atau ritual. Mendekatkan diri kepada Tuhan
menurut kitab suci ada tiga yaitu dengan upasana kanda, karma kanda, danjñana kanda.
Wiana (2000:189) menjelaskan, upasana kanda artinya mendekatkan diri kepada Tuhan
dengan melakukan pemujaan atau bhakti. Upasana ini ada dua macam yaitu saguna upasana
dan nirguna upasana. Saguna upasana adalah memuja Tuhan dengan sarana simbol-simbol
sakral seperti canang, kwangen,dupa, daksina, gambar-gambar atau patung sakral.
Sedangkan nirguna upasana, yakni memuja Tuhan tanpa simbol. Dalam hubungannya
dengan Penjor Galungan, umat Hindu melakukan pemujaan yang tergolong saguna
upasana. Hal itu bisa dilihat, dengan dilengkapinya Penjor dengan sanggah, serta adanya
persembahan banten, dupa, air, dan sarana persembahan lainnya.
B. Aspek Pawongan
Aspek Pawongan merupakan hubungan harmonis antara manusia dengan sesama manusia
(Microcosmos). Aspek pawongan dapat dilihat ketika berlangsungnya proses pembuatan penjor
Galungan. Tidak sedikit penjor Galungan dibuat dengan melibatkan banyak orang.
Ketika melakukan pekerjaan itu, maka mereka tentu harus berhubungan antara satu dengan
yang lainnya secara harmonis. Tanpa hubungan yang harmonis, pembuatan penjor tentu akan
tidak bisa berjalan dengan baik. Adanya hubungan yang harmonis dalam suasana kekeluargaan
dan penuh cinta kasih sayang, menyebabkan adanya kebersamaan. Untuk membangun suasana
kekeluargaan itu tentu pelu adanya sifat-sifat yang luhur atau masing-masing orang memiliki
etika atau sifat-sifat kesusilaan. Dalam etika atau kesusilaan, akan diperoleh tentang perbuatan
yang baik dan perbuatan yang buruk. Dalam poses pembuatan penjor Galungan, sifat-
sifat yang mulia dan penuh kasih sayang diharapkan selalu ada dalam setiap umat.
Pikiran, perkatan dan perbuatan diharapkan selalu menyenangkan orang lain, karena tanpa
itu, tidak akan ada hubungan yang harmonis.

10
C. Aspek Pelemahan
Aspek pelemahan merupakan hubungan harmonis antara manusia dengan Bhuwana
(Macrocosmos). Untuk membuat penjor Galungan, diperlukan bambu dan hasil bumi lainnya.
Bambu dan hasil bumi tersebut, hanya bisa diperoleh dalam alam lingkungan. Dengan
adanya penggunaan hasil bumi itu, berarti semua hasil bumi tadi diharapkan ada
menjelang hari raya Galungan agar bisa dimanfaatkan ketika membuat penjor. Oleh
karena diharapkan ada, maka semua tanaman itu perlu dilestarikan. Dengan demikian, Penjor
Galungan juga memiliki makna pelestarian lingkungan. Tanpa adanya pelestarian ini, maka
tidak akan ada Penjor Galungan yang memakai sarana hasil bumi. Dalam usaha pelestarian
itu, maka antara manusia dan alam, dalam perspektif Hindu memiliki hububungan
timbal balik yang harus serasi dan harmonis. Untuk melestarikan alam lingkungan termasuk
Bali, menurut Wiana (2006:65-75), yang dipakai landasan adalah Lontar Purana Bali
yang menyodorkan konsep Sad Kerti. Dalam Sad Kerti ditentukan tentang pelestarian alam
meliputi (1) Samudra Kerti(membangun kelestarian samudra), (2)Wana Kerti(melestarikan
hutan), (3) Danu Kerti(melestarikan danau atau sumber-sumber air), (4) Atma
Kerti(melakukan upacara penyucian Atma dalam bentuk Pitra Yajña), (5) Jagat Kerti
(melestarikan keharmonisan hubungan sosial yang dinamis dan produkstif dalam bentuk Desa
Pakraman), dan (6) Jana Kerti (membangun manusia yang sempurna secara individu).
Hubungan yang paling erat secara langsung dalam pembuatan penjor yakni Wana Kerti.

NILAI ESTETIKA

Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang membahas keindahan.Estetika merupakan
ilmu membahas bagaimana keindahan bisa terbentuk, dan bagaimana supaya dapat merasakannya.
membahas bagaimana keindahan bisa terbentuk, dan bagaimana supaya dapat merasakannya.
Dalam Penjor Galungan memiliki nilai estetika. Bentuk lengkungan bambu yang dipakai
sebagai bahan utama sebuah Penjor Galungan mengandung keindahan. Keindahan itu terasa
alami, yang didapatkan dari anugerah Tuhan. Alam merupakan pengungkapan dari
Sang Pencipta (Tuhan), sedang keindahan alam mencerminkan karya kreatif dari
Devine Artist(Seniman Sempurna). Keindahan alam adalah pekerjaan tangan Tuhan yang
diciptakan untuk kesenangan dan pendidikan makhluk-makhlukNya di dunia. Suatu benda

11
dianggap memiliki nilai indah sangat tergantung bagi para penikmatnya. Adanya keindahan
sangat ditentukan dari pikiran seseorang terhadap benda yang dilihatnya. Sehubungan
dengan keindahan subjektif ini, ketika mengunjungi sebuah desa yang memasang Penjor
Galungan, ada suasana baru yang demikian indah. Dengan ditancapkannya Penjor Galungan
di depan angkul-angkul, keindahan pun akan tercipta. Penjor menambah dekorasi angkul-angkul
sehingga tampak lebih indah. Apalagi ada sanggah penjor yang diisi banten, kemudian
ada dupa yang menyemburkan asap. Banyak orang yang terpesona melihat penjor yang
terpasang di berbagai tempat. Hal itu terbukti, banyaknya foto-foto atau lukisan penjor yang
beredar di media massa, lebih-lebih di internet. Foto atau lukisan penjor selain dipajang
di tembok rumah, juga banyak dipakai untuk ilustrasi kartu ucapan selamat hari raya
Galungan. Agama Hindu memang bukanlah agama yang semata-mata mengagungkan
kebenaran, kesucian, dan kebajikan, melainkan agama yang dilengkapi dengan budi daya
manusia yang dinyatakan dengan ungkapan satyam, siwam, sundaram (kebenaran, kesucian,
keindahan).

KOLERASI ANATARA BUDAYA PENJOR DENGAN JURUSAN MANAJEMEN

Dalam pembuatan penjor ilmu manajemen sangat dibutuhkan sebab ilmu manajemen
sangat berperan dalam semua proses pembuatan penjor atau bisnis penjor misalkan dalam
pembuatan penjor akan lebih efektif jika mengetahui bagaimana cara mengatur pembelian bahan
dan bagaimana caranya menggunakan bahan dan bagaimana mendapat untung. Dalam bisnis
penjor hubungan antara produsen, penjual dan konsumen sangat berhubungan dalam ilmu
manajemen ini.

12
BAB. III
PENUTUP
SIMPULAN DAN SARAN

Penjor sebagai swadharma umat hindu untuk mewujudkan rasa bakti dan berterima kasih
kehadapan ida sanghyang widi wasa.penjor juga sebagai tanda terima kasih manusia atas
kemakmuran yang dilimpahkan ida sanghyang widhi wasa. Bambu tinggi melengkung adalah
gambaran dari gunung yang tertinggi sebagai tempat yang suci. Hiasan yang terdiri dari
kelapa,pisang,tebu,padi,jajan dan kain adalah merupakan wakil-wakil dari seluruh
tumbuh0tumbuhan dan benda sandang pangan yang dikarunia pleh Hyang Widhi wasa.
Disarankan agar semua umat hindu di bali bisa menjujung tinggi nili ekologi,sosial
dan ekonomi dengan pembutan sarana upacara berupa penjor.

13
DAFTAR PUSTAKA
http://piyanpande.blogspot.com/2012/05/penjor-sebagai-kearifan-lokal.html
https://www.google.com/amp/s/docplayer.info/amp/59210734-Penjor-galungan-dalam-kehidupan-
umat-hindu-di-bali-kajian-bentuk-fungsi-dan-makna-oleh-ni-putu-winanti-abstrac.html?espv=1

14

Anda mungkin juga menyukai