Anda di halaman 1dari 6

PRAKTIKUM I

FARMAKOKINETIKA IV KOMPARTEMEN TERBUKA

I. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui prinsip farmakokinetika IV kompartemen terbuka.
2. Mengetahui cara simulasi data klinis farmakokinetika IV kompartemen
terbuka.
3. Mampu memberikan rekomendasi terapi terkait farmakokinetika obat
yang diberikan melalui rute IV kompartemen terbuka.

II. Dasar Teori


Farmakokinetika didefinisikan sebagai perubahan-perubahan kuantitatif
dan tergantung kepada waktu dari konsentrasi obat dalam plasma dan jumlah total
obat di dalam tubuh yang terjadi setelah pemberian obat dengan cara yang
bermacam-macam (dua cara pemberian yang paling biasa adalah infus intravena
dan regimen oral dengan dosis interval yang tetap, misalnya suatu tablet setiap 4
jam) (Mycek, 2004).
Fase farmakokinetika  berkaitan dengan masuknya zat aktif ke dalam
tubuh. Pemasukan in vivo tersebut secara keseluruhan merupakan fenomena fisiko
– kimia yang terpadu di dalam organ penerima obat. Fase farmakokinetika ini
merupakan salah satu unsur penting yang menentukan profil keadaan zat aktif
pada tingkat biofase dan yang selanjutnya menetukan aktivitas terapetik obat
(Devissaguet, 1982).
Farmakokinetika  meneliti perjalanan obat, mulai dari saat pemberiannya,
bagaimana absorbsi dari usus, transport dalam darah, dan distribusinya ke tempat
kerjanya dan jaringan lain. Begitu pula  bagaimana perombakannya
(biotranformasi) dan akhirnya ekskresinya oleh ginjal. Singkatnya
farmakokinetika mempelajari segala sesuatu tindakan yang dilakukan tubuh
terhadap obat (Tan, 2002).
Faktor fisiopatologik yang berpengaruh pada fase farmakokinetik dan
farmakodinamik suatu obat di dalam tubuh (Devissaguet, 1982):
Keturunan Posisi tubuh pH air kemih
Jenis kelamin Aktivitas relative Aliran air kemih
Umur Keadaan gizi Aliran darah
Morfologi Kehamilan Lingkungan
Farmakogenetik Menopause Keadaan patologi
Kronofarmakologo Suhu Efek non spesifik

Pelepasan obat dari sediaan dalam perkembangan pengetahuan


biofarmasi sekarang sudah dapat dikontrol, demikian juga absorbsi obat sudah
dapat dipertimbangkan dengan seksama faktor – faktor yang mempengaruhinya.
Kecepatan eliminai obat dari tubuh sangat ditentukan  oleh parameter
farmakokinetik obat tersebut. Dalam mengatur kecepatan pelepasan obat,
diharapkan kita akan dapat suatu blood level yang terkontrol (Syukri, 2002).
Model farmakokinetika merupakan model matematika yang
menggambarkan hubungan antara dosis dan konsentrasi obat dalam setiap
individu. Parameter dari model menggambarkan faktor-faktor yang dipercaya
penting dalam penentuan observasi dari konsentrasi atau efek obat. Parameter
tersebut antara lain terdiri dari beberapa parameter antara lain parameter primer
yang terdiri dari volume distribusi (Vd); klerens (Cl); dan kecepatan absorbsi
(Ka), parameter sekunder terdiri dari kecepatan eliminasi (K); dan waktu paruh
(T1/2), serta parameter-parameter turunan. Model farmakokinetika tersebut
mempunyai aplikasi langsung untuk terapi obat berkenaan dengan menentukan
aturan dosis yang sesuai (Aiache, 1993).
Kompartemen adalah suatu kesatuan yang dapat digambarkan dengan
suatu volume tertentu dan suatu konsentrasi. Perilaku obat dalam sistem biologi
dapat digambarkan dengan kompartemen satu atau kompartemen dua. Kadang-
kadang perlu untuk menggunakan multikompartemen, dimulai dengan determinasi
apakah data eksperimen cocok atau pas untuk model kompartemen satu dan jika
tidak pas coba dapat mencoba model yang memuaskan. Sebenarnya tubuh
manusia adalah model kompartemen multimillion (multikompartemen),
mengingat konsentrasi obat tiap organel berbeda-beda (Hakim, 2014).
Model kompartemen yang sering digunakan adalah model kompartemen
satu terbuka, model ini menganggap bahwa berbagai perubahan kadar obat dalam
plasma mencerminkan perubahan yang sebanding dengan kadar obat dalam
jaringan. Tetapi model ini tidak menganggap bahwa konsentrasi obat dalam tiap
jaringan tersebut adalah sama dengan berbagai waktu. Di samping itu, obat di
dalam tubuh juga tidak ditentukan secara langsung, tetapi dapat ditentukan
konsentrasi obatnya dengan menggunakan cuplikan cairan tubuh (Shargel, 1988).
Rute pemakaian yang paling lazim dan paling diinginkan adalah melalui
oral-mulut-menggunakan tablet, kapsul, atau larutan oral. Pada pengembangan
model farmakokinetika untuk menggambarkan dan meramalkan disposisi obat
secara kinetik, model harus memperhitungkan rute pemakaian dan perilaku
kinetika obat dalam tubuh. Model kompartemen satu terbuka memberikan cara
paling sederhana untuk menggambarkan proses distribusi dan eliminasi obat
dalam tubuh. Model satu kompartemen tubuh dianggap sebagai satu kesatuan.
Jadi obat masuk dan secara cepat terdistribusi ke semua bagian lalu obat juga
dapat keluar dari tubuh karena merupakan kompartemen terbuka. Selain itu model
kompartemen satu terbuka tidak menghitung kadar obat yang sebenarnya dalam
jaringan, tapi menganggap bahwa berbagai perubahan kadar obat dalam plasma
mencerminkan perubahan yang sebanding dengan kadar obat dalam jaringan
(Shargel, 1988).
Rute pemakaian obat yang paling sederhana dari pandangan pemodelan
adalah injeksi intravena bolus (IV bolus). Model kinetik yang paling sederhana
menggambarkan disposisi obat dalam tubuh adalah dengan menganggap obat
diinjeksikan sekaligus dalam suatu kotak, atau kompartemen. Eliminasi obat
terjadi dari kompartemen segera setelah injeksi. Model ini merupakan suatu
penyederhanaan dari disposisi obat dalam tubuh, yang mana pada kenyataannya
lebih kompleks dari suatu kompartemen tunggal. Bila obat disuntikkan secara
bolus ke dalam tubuh maka seluruh dosis obat masuk ke aliran darah dengan
segera, dan proses absorpsi dianggap terjadi seketika. Pada sebagian besar kasus,
distribusi obat ke semua jaringan dalam tubuh melalui sistem sirkulasi. Ambilan
obat oleh berbagai jaringan organ terjadi pada laju yang berbeda, bergantung pada
aliran darah ke jaringan, lipofilisitas obat, berat molekul obat, dan afinitas ikatan
obat terhadap masa jaringan. Sebagian besar obat dieliminasi dari tubuh baik
melalui ginjal dan atau melalui metabolisme dalam liver. Oleh karena
kesetimbangan obat antara darah dan jaringan terjadi cepat, eliminasi obat terjadi
jika semua dosis terlarut dalam tangki cairan secara merata (kompartemen
tunggal) dari mana obat dieliminasi. Jadi saat kita analisis kadar obat dalam darah,
maka nilai yg kita dapat dianggap sebanding dengan kadar obat dalam jaringan.
Tapi konsentrasi obat dalam berbagai jaringan tidak sama pada berbagai waktu
(Ansel, 2004).
Model kompartemen ganda dikembangkan untuk menjelaskan pengamatan
dimana setelah suatu injeksi IV cepat, kurva kadar dalam plasma-waktu tidak
menurun secara linier sebagai proses tunggal, laju orde kesatu. Kurva kadar
plasma waktu mencerminkan eliminasi obat orde kesatu dari tubuh hanya setelah
kesetimbangan distribusi atau kesetimbangan obat dalam plasma dengan jaringan
perifer terjadi. Suatu obat mengikuti farmakokinetika dari suatu model
kompartemen dua kesetimbangan dalam tubuh tidak terjadi secara cepat,
sebagaimana yang terjadi pada model kompartemen satu. Pada model ini, obat
terdistribusi ke dalam dua kompartemen, kompartemen sentral dan jaringan atau
kompartemen perifer. Kompartemen sentral mewakili darah, cairan ekstraseluler
dan jaringan dengan perfusi tinggi. Kompartemen ke dua, dikenal sebagai
kompartemen jaringan atau perifer, terjadi jaringan-jaringan yang mana obat
bersetimbangan dengan lebih lambat. Transpor obat antar dua kompartemen
dianggap terjadi melalui proses orde ke satu (Ansel, 2004).
Jika tubuh diasumsikan sebagai satu kompartemen, tidak berarti bahwa
kadar obat sama di dalam setiap jaringan atau organ, namun asumsi yang berlaku
pada model tersebut ialah bahwa perubahan kadar obat di dalam darah
mencerminkan perubahan kadar obat di jaringan. Lalu eliminasi (metabolisme dan
ekskresi) obat dari tubuh setiap saat sebanding dengan jumlah atau kadar obat
yang tersisa di dalam tubuh pada saat itu (Ritschel, 1992).
Jalur pemberian obat ada 2 yaitu intravaskular dan ekstravaskular. Pada
pemberian secara intravaskular, obat akan langsung berada di sirkulasi sistemik
tanpa mengalami absorpsi, sedangkan pada pemberian secara ekstravaskular
umumnya obat mengalami absorpsi (Zunilda dkk, 1995).
Model farmakokinetika untuk obat yang diberikan dengan injeksi IV
cepat. D: obat dalam tubuh; Vd: Volume distribusi; K: tetapan laju eliminasi.
Setelah ditentukan nilai Cp dan K, berbagai parameter farmakokinetik obat yang
berkaitan dengan cara pemberian obat secara bolus intravaskuler dapat dihitung,
seperti:
 volume distribusi (Vd): volume dalam tubuh di mana obat terlarut,
 klirens (Cl),
 waktu paruh eliminasi (t ½)
 Luas di bawah kurva dalam plasma (AUC)
 Bioavalaibilitas (ketersediaan hayati)
(Hakim, 2014)

DAFTAR PUSTAKA
Aiache, J. M. 1993. Farmasetika 2 Biofarmasi Edisi Ke-2. Surabaya: Airlangga
University Press.

Ansel, Howard. 2004. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press.

Devissaguet, A. 1982. Farmasetika Biofarmasi. Tehnique et Documentation 11


Rue Lavoiser. Surabaya: Airlangga University Press.

Hakim, L. 2014. Farmakokinetik. Yogyakarta: Bursa Ilmu.

Mycek. 2004. Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta: Widya Medika.

Ritschel, W. A. 1992. Handbook of Basic Pharmacokinetics Including Clinical


Applications 6th ed. Washington: AphA.

Shargel, Leon. 2005. Applied Biopharmaceutical and Pharmacokinetics 5th


Edition. New York: The McGraw-Hill Companies.

Syukri, Y. 2002. Biofarmasetika. Yogyakarta: UI Press.

Tan, H. Tjay. 2002. Obat-Obat Penting. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Zunilda, Z. B., dkk. 1995. Pengantar Farmakologi dalam Farmakologi dan


Terapi Edisi Kelima. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Anda mungkin juga menyukai