Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok resiko tinggi dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin
keterjangkuan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien
sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan
keperawatan (Fallen & Budi, 2010).
Keperawatan sebagai bentuk komprehensif melakukan penekanan tujuan
untuk menekan stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas mengatasi
stressor melalui pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Peningkatan
kesehatan berupa pencegahan penyakit ini bisa melalui pelayanan
keperawatan langsung dan perhatian langsung terhadap seluruh masyarakata
dengan mempertimbangkan bagaimana masalaha kesehatan masyarakat
mempengaruhi masalah individu, keluarga dan kelompok. Penigkatan peran
serta masyarakat dalam bidang kesehatan merupakan suatu proses dalam
upaya meningkatkan kesehatan.
Asuhan keperawatan komunitas dilakukan dengan pendekatan proses
keperawtan. Penerapan proses perawtan bervariasi pada setiap situasi, tetapi
prosesnya memiliki kesamaan. Dalam melaksanakan keperawatan kesehatan
masyarakat, seorang perawat kesehatan komunitas harus mampu memberi
perhatian terhadap elemen- elemen tersebut yang akan tampak pada
rangkaian kegiatan proses keperawatan yang berjalan berkesinambungan
secara dinamis dalam suatu siklus melalui tahap pengkajian, analisa data,
diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Fallen &
Budi, 2010).
Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subjek dan objek pelayanan
kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu dilibatkan
secara aktif dalam usaha peningkatan statsu kesehatannya dan mengikuti
seluruh kegiatan keperawatan komunitas. Hal ini dimulai dari pengenalan

1
masalah keperawatan sampai penanggulangan masalah dengan melibatkan
indivisu, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat. Pelaksanaan asuhan
keperawatan komunitas yang dilakukan menggunakan empat pendekatan
yaitu pendekatan individu, pendekatan keluarga, kelompok dan masyarakat.
Untuk insidensi infeksi merupakan pola yang selalu berubah. Walaupun
beberapa penyakit telah dapat dikendalikan dengan sanitasi yang lebh baik,
hiegene personal, vaksin, dan obat-obatan. namun beberapa penyakit baru
mulai muncul dan penyakit-peyait lain baru diketahui memiliki dasar infeksi.
di negara berkembang yang miskin sumber daya, penyakit infeksi terus
menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Keadaan seperti ini
dapat menimbulkan “histeria” yang tak beralasan di kalangan masyarakat
maupun komunitas tertentu. Komunitas di bidang kesehatan yang bekerja di
fasilitas kesehatan termasuk kelompok berisiko tinggi untuk terpajan oleh
penyakit infeksi yang berbahaya dan mengancam jiwa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep keperawatan komunitas?
2. Apa konsep penyakit infeksi?
3. Bagaimana asuhan keperawatan untuk agregat dalam komunitas populasi
penyakit infeksi ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang konsep keperawatan komunitas
2. Untuk mengatahui tentang konsep penyakit infeksi
3. Untuk mengetahui bagaiaman asuhan keperawatan untuk agregat dalam
komunitas populasi penyakit infeksi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas


1. Definisi
a. Komunitas
Menurut Sumijatun dkk (2006) dalam Harnilawati (2013) komunitas
(community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan
kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan
norma dan nilai yang telah melembaga.
b. Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai
bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi,
psikologi, sosial dan spritual secara komprehensif, ditujukan kepada
individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup
siklus hidup manusia (Harnilawati, 2013)
c. Keperawatan Komunitas
1) Harnilawati (2013) menjelaskan bahwa keperawatan komunitas
mencakup perawatan kesehatan keluarga (nurse health family)
juga kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas, membantu
masyarakat mengindentifikasi masalah kesehatan tersebut sesuai
dengan kemampuan yang ada pada mereka sebelum mereka
meminta bantuan kepada orang lain.
2) Kesatuan yang unik dari praktik keperawatan dan kesehatan
masyarakat yang ditujukan pada pengembangan serta
peningkatan kemampuan kesehatan, baik diri sendiri sebagai
perorangan maupun secara kolektif sebagai keluarga, kelompok
khusus atau masyarakat.
3) Praktik Keperawatan komunitas (communiy health nursing
practice) merupakan sintesi teori keperawatan dan teori kesehatan
masyarakat untuk promosi, pemeliharaan dan perawatan

3
kesehatan populasi melalui pemberian pelayanan keperawatan
pada individu, keluarga dan kelompok yang mempunyai
pengaruh terhadapat kesehatan komunitas.
4) Keperawatan kesehatan komunitas adalah praktek melakukan
promosi kesehatan dan melindungi kesehatan masyarakat dengan
menggunakan pendekatan ilmu keperawatan, ilmu sosial dan ilmu
kesehatan masyarakat yang berfokus pada tindakan promotif dan
pencegahan penyakit yang sehat.

2. Tujuan Dan Fungsi Keperawatan Komunitas


a. Tujuan Keperawatan Komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk
pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-
upaya sebagai berikut :
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care ) terhadap
individu,keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas.
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat
( health general community ) dengan mempertimbangkan
permasalahan atau isu kesehatan masyarakat yang dapat
mempengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.Selanjutnya,
secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat mempunyai kemampuan untuk :
a) Mengindentifikasi masalah kesehatan yang dialami
b) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan maslah
tersebut
c) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
d) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
e) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka
hadapi
b. Fungsi Keperawatan Komunitas
1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah
bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan
masalah klien melalui asuhan keperawatan.

4
2) Agar masyarakt mendapatkan pelayan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannnya di bidang kesehatan.
3) Memeberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan
pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta
melibatkan peran serta masyarakat.
4) Agar masyarakat bebas mengemukan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan
penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat
mempercepat proses penyembuhan.

3. Prinsip Keperawatan Komunitas


Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan
beberapa prinsip, yaitu :
a. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan
manfaat yangbesar bagi komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang
dilakukan harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian
(Mubarak, 2009).
b. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat
berkelanjutan serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas
sektoral
c. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan
intervensi, kliendan lingkunganya termasuk lingkungan sosial,
ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan.
d. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau
kapasitas dari komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan
upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas
komunitas.

5
4. Sasaran Keperawatan Komunitas
Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga,
kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang
mempunyai masalah kesehatan atau perawatan, sasaran ini terdiri dari:
a. Individu
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh
dari aspek biologi, psikologi, social dan spritual.
b. Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat
secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara
perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya
sendiri atau masyarakat secara keseluruhan.
c. Kelompok Khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang
terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan.
Termasuk diantaranya adalah:
1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhannya, seperti;
a) Ibu hamil
b) Bayi baru lahir
c) Balita Anak usia sekolah
d) Usia lanjut
2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan
pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan,
diantaranya adalah:
a) Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS,
penyakit kelamin lainnya.
b) Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit
diabetes mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan
mental dan lain sebagainya.
3) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit,
diantaranya:
1) Wanita tuna susila

6
2) Kelompok penyalah gunaan obat dan narkoba
3) Kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain.
4) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
1) Panti wredha
2) Panti asuhan
3) Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
4) Penitipan balita.

5. Tingkat Pencegahan Keperawatan Komunitas


Pelayanan yang diberikan oleh keperawatan komunitas mencakup
kesehatan komunitas yang luas dan berfokus pada pencegahan yang
terdiri dari tiga tingkat yaitu (Mubarak, 2009)
a. Pencegahan primer
Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian
penyakit sebelum terjadi karena itu pencegahan primer mencakup
peningkatan derajat kesehatan secara umum dan perlindungan
spesifik. Promosi kesehatan secara umum mencakup pendidikan
kesehatan baik pada individu maupun kelompok. Pencegahan primer
juga mencakup tindakan spesifik yang melindungi individu melawan
agen-agen spesifik misalnya tindakan perlindungan yang paling
umum yaitu memberikan imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu
hamil, penyuluhan gizi bayi dan balita.
b. Pencegahan sekunder
Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi penyakit
lebih awal dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-kegiatan yang
mengurangi faktor resiko dikalifikasikan sebagai pencegahan
sekunder misalnya memotivasi keluarga untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu dan
puskesmas.
c. Pencegahan tertsier
Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada seseorang
dengan stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang mengalami
kecacatan agar dapat secara optimal berfungsi sesuai dengan

7
kemampuannya, misalnya mengajarkan latihan fisik pada penderita
patah tulang.

6. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas


Dalam Efendi Ferry dan Makhfudli (2009) dijelaskan strategi intervensi
keperawatan komunitas antara lain :
a. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah
belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor
pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi, penyuluhan
yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga
dengan masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat,
tentunya gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan
sebelumnya sangat mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan
penyakit yang mereka lakukan Pendidikan Kesehatan (Health
Promotion). Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku
yang dinamis,dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar
proses transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan
pula seperangkat prosedur.
b. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman
bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat
dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan
komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan
masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.

B. Konsep Dasar Penyakit Infeksi


1. Definisi
a. Kolonisasi : merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya
agen infeksi, dimana organisme tersebut hidup, tumbuh dan
berkembang biak, tetapi tanpa disertai adanya respon imun atau gejala
klinik. Pada kolonisasi, tubuh pejamu tidak dalam keadaan suseptibel.
Pasien atau petugas kesehatan bisa mengalami kolonisasi dengan

8
kuman patogen tanpa menderita sakit, tetapi dapat menularkan kuman
tersebut ke orang lain. Pasien atau petugas kesehatan tersebut dapat
bertindak sebagai “Carrier”.
b. Infeksi : merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen
infeksi (organisme), dimana terdapat respon imun, tetapi tidak disertai
gejala klinik.
c. Penyakit infeksi : merupakan suatu keadaan dimana ditemukan
adanya agen infeksi (organisme) yang disertai adanya respon imun
dan gejala klinik
d. Penyakit menular atau infeksius : adalah penyakit (infeksi) tertentu
yang dapat berpindah dari satu orang ke orang lain, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
e. Inflamasi (radang atau perdangan lokal) : merupakan bentuk respon
tubuh terhadap suatu agen (tidak hanya infeksi, dapat berupa trauma,
pembedahan atau luka bakar), yang ditandai dengan adanya
sakit/nyeri (dolor), panas (calor), kemerahan (rubor), pembengkakan
(tumor) dan gangguan fungsi.
(Depkes RI, 2008)

2. Rantai Penularan
Untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi perlu
mengetahui rantai penularan. Apabila satu mata rantai dihilangkan atau
dirusak, maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan. Komponen yang
diperlukan sehingga terjadi penularan tersebut adalah:
a. Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme yang dapat
menyebabkan infeksi. Pada manusia, agen infeksi dapat berupa
bakteri, virus, ricketsia, jamur dan parasit. Ada tiga faktor pada agen
penyebab yang mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu : patogenitas,
virulensi dan jumlah (dosis, atau “load”).
b. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh,
berkembang biak dan siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang
paling umum adalah manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air
dan bahan-bahan organik lainnya. Pada orang sehat, permukaan kulit,

9
selaput lendir saluran napas atas, usus dan vagina merupakan
reservoir yang umum.
c. Pintu keluar (portal of exit) adalah jalan darimana agen infeksi
meninggalkan reservoir. Pintu keluar meliputi saluran pernapasan,
pencernaan, saluran kemih dan kelamin, kulit dan membrana mukosa,
transplasenta dan darah serta cairan tubuh lain.
d. Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana transport
agen infeksi dari reservoir ke penderita. Ada beberapa cara penularan
yaitu: (1) kontak: langsung dan tidak langsung, (2) droplet, (3)
airbonr, (4) melalui vehikulum (makanan, air/minuman, darah) dan
(5) melalui vektor (biasanya serangga dan binatang pengerat).
e. Pintu masuk (portal of entry) adalah tempat dimana agen infeksi
memasuki pejamu (yang suspetibel). Pintu masuk bisa melalui saluran
pernafasan, pencernaan, saluran kemih dan kelamin, selaput lendir,
serta kulit yang tidak utuh (utuh).
f. Pejamu (host) yang suseptibel adalah orang yang tidak memiliki daya
tahab tubuh yang cukup untuk melawan agen infeksi serta mecegah
terjadinya infeksi atau penyakit. Faktor yang khusus dapat
mempengaruhi adalah umur, status gizi, status imunisasi, penyakit
kronis, luka bakar yang luas, trauma atau pembedahan, pengobatan
dengan imunosupresan. Faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah
jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status ekonomi, gaya hidup,
pekerjaan dan herediter.
(Depkes RI,2008)

3. Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi


terdiri dari :
a. Peningkatan daya tahan pejamu. Daya tahan pejamu dapat meningkat
dengan pemberian imunisasi aktif (contoh vaksinasi Hepatitis B), atau
pemberian imunisasi pasif (imunoglobulin). Promosi kesehatan secara
umum termasuk nutrisi yang adekuat akan meningkatkan daya tahan
tubuh.
b. Inaktivasi agen penyebab infeksi. Inaktivasi agen infeksi dapat
dilakukan dengan metode fisik maupun kimiawi. Contoh metode fisik

10
adalah pemanasan (Pasteurisasi atau Sterilisasi) dan memasak
makanan seperlunya. Metode kimiawi termasuk klorinasi air,
disinfeksi
c. Memutus rantai penularan. Hal ini merupakan cara yang paling
mudah untuk mencegah penularan penyakit infeksi, tetapi hasilnya
sangat bergantung kepada ketaatan petugas dalam melaksanakan
prosedur yang telah ditetapkan. Tindakan pencegahan ini telah
disusun dalam suatu “Isolation Precautions” (Kewaspadaan Isolasi)
yang terdiri dari duapilar/tingkatan yaitu “Standard Precautions”
(Kewaspadaan standar) dan “TransmissionbasedPrecautions”
(Kewaspadaan berdasarkan cara penularan). Prinsip dan
komponenapa saja dari kewaspadaan standar akan dibahas pada bab
berikutnya.
d. Tindakan pencegahan paska pajanan (“Post Exposure Prophylaxis” /
PEP) terhadap petugas kesehatan. Hal ini terutama berkaitan dengan
pencegahan agen infeksi yang ditularkan melalui darah dan cairan
tubuh lainnya, yang sering terjadi karena luka tusuk jarum bekas
pakai atau pajanan lainnya. Penyakit yang perlu mendapat perhatian
adalah hepatitis B, Hepatitis C dan HIV.
(Depkes RI,2008)

C. Kebijakan dan Strategi Pemerintah dalam Pengendalian Penyakit dan


Penyehatan Lingkungan

Strategi Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dalam Rencana


Aksi Program PP dan PL dilakukan melalui : (Ditjen PP&PL, 2015)
1. Untuk mengendalikan penyakit menular strategi yang dilakukan adalah:
a. Perluasan cakupan akses masyarakat (termasuk skrining cepat bila
ada dugaan potensi meningkatnya kejadian penyakit menular seperti
Mass Blood Survey untuk malaria) dalam memperoleh pelayanan
kesehatan terkait penyakit menular terutama di daerah-daerah yang

11
berada di perbatasan, kepulauan dan terpencil untuk menjamin upaya
memutus mata rantai penularan.
b. Perluasan skrining AIDS. Dalam 5 tahun akan dilakukan test pada
15.000.000 sasaran, dengan target tahun 2015 sebanyak 7.000.000 tes
dengan sasaran populasi sasaran (ibu hamil, pasangan ODHA,
masyarakat infeksi TB dan hepatitis) dan populasi kunci yaitu
pengguna napza suntik, Wanita Pekerja Seks (WPS) langsung
maupun tidak langsung, pelanggan/pasangan seks WPS, gay, waria,
LSL dan warga binaan lapas/rutan. Target tahun 2016 hingga 2019
akan dilakukan secara bertahap untuk memenuhi targret 15.000.000
test
c. Deteksi Dini Hepatitis B dan C; sampai dengan tahun 2019 akan
diharapkan paling tidak 90% Ibu hamil telah ditawarkan untuk
mengikuti Deteksi Dini Hepatitis B, paling tidak 90% Tenaga
Kesehatan dilakukan Deteksi Dini Hepatitis B dan C; demikian
halnya dengan kelompok masyarakat berisiko tinggi lainnya seperti
keluarga orang dengan Hepatitis B dan C; Pelajar/mahasiswa
Kesehatan; Orang orang dengan riwayat pernah menjalani cuci darah,
Orang dengan HIV/AIDS, pasien klinik Penyakit Menular Seksual,
Pengguna Napsa Suntik, WPS, LSL, Waria, dll paling tidak 90%
diantara mereka melakukan Deteksi Dini Hepatitis B dan C. Secara
absolut jumlah yang akan dideteksi dini sampai dengan tahun 2019
paling tidak sebesar 20 juta orang.
d. Intensifikasi penemuan kasus kusta di 14 provinsi dan147 kab/kota
e. Pemberian Obat Pencegahan Massal frambusia di 74 kabupaten
endemis
f. Survey serologi frambusia dalam rangka pembuktian bebas frambusia
g. Skrining di pelabuhan/bandara/PLBDN yang meliputi: skrining AIDS
,skrining hepatitis, melakukan mass blood survey malaria di
pelabuhan, pada masyarakat pelabuhan dan skrining penyakit
bersumber binatang di pelabuhan.
h. Memberikan otoritas pada petugas kesehatan masyarakat (Public
Health Officers), di pelabuhan/bandara/PLBD terutama hak akses

12
pengamatan faktor risiko dan penyakit dan penentuan langkah
penanggulangannya. Untuk mendukung strategi ini dilakukan upaya :
1) Standarisasi nasional SOP yang digunakan oleh seluruh Kantor
Kesehatan Pelabuhan sesuai perkembangan kondisi terkini.
2) Penyediaan sarana dan peralatan pengamatan faktor risiko dan
penyakit sesuai dengan perkembangan teknologi.
3) Peningkatan kapasitas petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan
dalam pengamatan faktor risiko dan penanggulangan penyakit
sesuai Prosedur yang ditentukan
4) Melakukan peningkatan jejaring dengan lintas sektor dan
pengguna jasa.
5) Melaksanakan Surveilans Epidemiologi penyakit menular
berbasis laboratorium
6) Melaksanakan advokasi dan fasilitasi kejadian luar biasa, wabah
dan bencana di wilayah layanan
7) Melaksanakan kajian dan diseminasi informasi pengendalian
penyakit menular
8) Pengembangan laboratorium pengendalian penyakit menular
9) Meningkatkan dan mengembangkan model dan teknologi tepat
guna
i. Meningkatkan peran B/BTKLPP dalam upaya pengendalian faktor
risiko dan penyakit menular melalui:
a) Surveilans faktor risiko penyakit
b) Melaksanakan advokasi dan fasilitasi kejadian luar biasa,
wabah dan bencana di wilayah layanan
c) Melaksanakan kajian dan diseminasi informasi pengendalian
penyakit menular
d) Pengembangan laboratorium pengendalian penyakit menular
e) Meningkatkan dan mengembangkan model dan teknologi tepat
guna
j. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam membantu upaya
pengendalian penyakit melalui surveilans berbasis masyarakat untuk
melakukan pengamatan terhadap hal-hal yang dapat menyebabkan
masalah kesehatan dan melaporkannnya kepada petugas kesehatan

13
agar dapat dilakukan respon dini sehingga permasalahan kesehatan
tidak terjadi. Peningkatan peran daerah khususnya kabupaten/kota
yang menjadi daerah pintu masuk negara dalam mendukung
implementasi pelaksanaan International Health Regulation (IHR)
untuk upaya cegah tangkal terhadap masuk dan keluarnya penyakit
yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat.
k. Pengendalian Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
dengan memberikan imunisasi terbukti cost effective serta dapat
mengurangi kematian, kesakitan, dan kecacatan secara signifikan.
Imunisasi dapat memberikan perlindungan kepada sasaran yang
mendapatkan imunisasi dan juga kepada masyarakat di sekitarnya
(herd immunity). Untuk dapat mencapai hal tersebut maka kebijakan
dalam program imunisasi meliputi:
1) Penyelenggaraan dilaksanakan oleh pemerintah, swasta dan
masyarakat, dengan prinsip keterpaduan
2) Mengupayakan kesinambungan penyelenggaraan melalui
perencanaan program dan anggaran terpadu (APBN, APBD,
Hibah, LSM dan masyarakat)
3) Perhatian khusus diberikan untuk wilayah rawan sosial, rawan
penyakit (KLB) dan daerah-daerah sulit secara geografis
4) Melaksanakan kesepakatan global: Eradikasi Polio, Eliminasi
Tetanus Maternal dan Neonatal, Eliminasi Campak dan
Pengendalian Rubella, Mutu Pelayanan Sesuai Standar, dan lain-
lain.

Kebijakan ini dilaksanakan dengan pendekatan strategi:


1) Peningkatan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata serta terjangkau
melalui :
a. Tersedianya pelayanan imunisasi “stasioner” yang terjangkau
masyarakat
b. Tersedianya pelayanan imunisasi yang menjangkau masyarakat di
daerah sulit
2) Peningkatan kualitas pelayanan imunisasi melalui;
a. Petugas yang terampil

14
b. Coldchain dan vaksin yang berkualitas
c. Pemberian imunisasi yang benar
3) Penggerakan Masyarakat untuk mau dan mampu menjangkau pelayanan
imunisasi

D. Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan komunitas merupakan tahap pertama
dalam proseskeperawatan komunitas. Perawat berupaya untuk
mendapatkan informasi atau data tentangkondisi kesehatan komunitas
dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kesehatan komunitas. Dalam
tahap pengkajian ini, ada empat kegiatan yang dilakukan, yaitu
pengumpulan data, pengorganisasian data, validasi data, dan
pendokumentasian data.(Kemenkes RI, 2016)
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan proses mendapat informasi
tentang kondisi kesehatan dari klien. Dalam hal ini kesehatan
komunitas. Proses pengumpulan data harus dilakukan secara
sistematik dan terus menerus untuk mendapatkan data atau informasi
yang signifikan yang menggambarkan kondisi kesehatan komunitas.
1) Tipe data
Data dapat berupa data subjektif atau data objektif. Data subjektif
biasa dikaitkan sebagai keluhan. Di komunitas, data subjektif
biasa terkait dengan keluhan komunitas, misalnya terkait
lingkungan yang tidak nyaman secara fisik dan psikologis,
perasaan tertekan, perasaan ketakutan, dan sebagainya. Data
objektif biasanya berkaitan dengan tanda-tanda yang dapat
dideteksi dengan pengamatan, dapat diukur atau diperiksa dengan
menggunakan standar. Informasi atau data diperoleh dengan
menggunakan indera penglihatan, pendengaran, dan
sentuhan/peraba,yang biasanya dilakukan melalui metode
observasi dan pemeriksaan.

15
2) Sumber data
Data yang dikumpulkan dapat berupa data primer atau data
sekunder. Dari sumberdata, kita dapat mengetahui apakah data
yang dikumpulkan berupa data primer atau datasekunder. Untuk
mengumpulkan data primer komunitas, dapat dilakukan dengan
cara survai epidemiologi, pengamatan epidemiologi, dan
penyaringan, sedangkan pengumpulan data sekunder, sumber
datanya dapat berupa seperti berikut:
a) Sarana pelayanan kesehatan, misalnya rumah sakit,
Puskesmas, atau balai pengobatan.
b) Instansi yang berhubungan dengan kesehatan, misalnya
Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan, dan Biro Pusat
Statistik.
c) Absensi, sekolah, industri, dan perusahaan.Secara
internasional, data dapat diperoleh dari WHO, seperti
Population and vitalStatistics report, population bulletin, dan
sebagainya.
3) Metode pengumpulan data keperawatan komunitas
Pengumpulan data komunitas dapat dilakukan dengan teknik
sebagai berikut:
a) Wawancara.
Kegiatan ini merupakan proses interaksi atau komunikasi
langsung antara pewawancara dengan responden. Data yang
dikumpulkan bersifat:
b) Angket
Teknik lain dalam pengumpulan data adalah melalui angket.
Pada angket, jawaban diisioleh responden sesuai dengan
daftar yang diterima, sedangkan pada wawancara,jawaban
responden diisi oleh pewawancara. Untuk pengembalian
daftar isian dapat dilakukan dengan dua cara yakni
canvasser,yaitu daftar yang telah diisi, ditunggu oleh petugas
yang menyerahkan dan householder, yaitu jawaban
responden dikirimkan pada alamat yang telah ditentukan.

16
c) Observasi
Observasi merupakan salah teknik pengumpulan data yang
menggunakan pertolongan indera mata. Teknik ini
bermanfaat untuk:
1) mengurangi jumlah pertanyaan, misalnya pertanyaan
tentang kebersihan rumahtidak perlu ditanyakan, tetapi
cukup dilakukan observasi oleh pewawancara;
2) mengukur kebenaran jawaban pada wawancara tentang
kualitas air minum yang digunakan oleh responden dapat
dinilai dengan melakukan observasi langsung pada
sumber air yang dimaksud, untuk memperoleh data yang
tidak diperoleh dengan wawancara atau angket,misalnya
pengamatan terhadap prosedur tetap dalam pelayanan
kesehatan.
d) Pemeriksaan
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan teknik
pemeriksaan. Pemeriksaan yang dilakukan dapat berupa
pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan radiologis. Pemeriksaan dapat dilakukan hanya
sekali atau berulang-ulang tergantung pada tujuan. Waktu
dan frekuensi pemeriksaan ini harus ditentukan padawaktu
perencanaan sesuai dengan perkiraan timbulnya insiden.
Tempat pemeriksaan dapat dilakukan di lapangan atau sarana
pelayanan kesehatan. Organ yang diperiksa dapat berupa,
seluruh organ, organ tertentu seperti paru-paru, jantung,
kadar gula darah, kadar kolesterol, dan sebagainya, serta
beberapa organ sekaligus, seperti pemeriksaan jantung dan
paru-paru.

b. Pengorganisasian Data
Dalam pengkajian komunitas ada beberapa data yang perlu
dikumpulkan, yaitu data inti komunitas, subsistem komunitas, dan
persepsi. (Kemenkes RI, 2016)

17
1) Data inti komunitas
Data komunitas ini merupakan data yang dikumpulkan dalam inti
komunitas yang meliputi:
a) sejarah atau riwayat (riwayat daerah dan perubahan daerah);
b) demografi (usia, karakteristik jenis kelamin, distribusi ras dan
distribusi etnis);
c) tipe keluarga (keluarga/bukan keluarga, kelompok);
d) status perkawinan (kawin, janda/duda, single);
e) statistik vital (kelahiran, kematian kelompok usia, dan penyebab
kematian);
f) nilai-nilai dan keyakinan;
g) agama.
2) Data subsistem komunitas
Data subsistem komunitas yang perlu dikumpulkan dalam pengkajian
komunitas sebagai berikut.
a) Lingkungan fisik
Sama seperti pemeriksaan fisik klien individu, di komunitas juga
dilakukan pemeriksaan fisik lingkungan komunitas. Panca indera
yang digunakan dalam pengkajian fisik adalah inspeksi,
auskultasi, tanda-tanda vital, review sistem, dan pemeriksaan
laboratorium.
1) Inspeksi
Pemeriksaan dengan menggunakan semua organ-organ indera
dan dilakukan secara survei yakni berjalan di masyarakat atau
mikro-pengkajian terhadap perumahan, ruang terbuka, batas-
batas, layanan transportasi pusat, pasar,tempat bertemu orang-
orang di jalan, tanda-tanda pembusukan, etnis, agama,
kesehatan dan morbiditas, serta media politik.
2) Auskultasi
Mendengarkan warga masyarakat tentang lingkungan fisik.
Tanda-tanda vital dengan mengamati iklim, medan, serta batas
alam, seperti sungai dan bukit-bukit. Sumber daya masyarakat
dengan mencari tanda-tanda kehidupan, seperti pengumuman,
poster, perumahan dan bangunan baru. Sistem review,

18
arsitektur,bahan bangunan yang digunakan, air, pipa, sanitasi,
jendela, dan sebagainya. Juga fasilitas bisnis dan rumah ibadah
(masjid, gereja dan vihara, dan sebagainya).
3) Pemeriksaan laboratorium
Data sensus atau studi perencanaan untuk proses mapping
masyarakat, yangberarti untuk mengumpulkan dan
mengevaluasi data atau informasi tentang status kesehatan
komunitas yang dibutuhkan sebagai dasar dalam perencanaan
b) Pelayanan kesehatan dan sosial
Pelayanan kesehatan dan sosial perlu dikaji di komunitas, yaitu
Puskesmas, klinik,rumah sakit, pengobatan tradisional, agen
pelayanan kesehatan di rumah, pusat emergensi, rumah
perawatan, fasilitas pelayanan sosial, pelayanan kesehatan
mental,apakah ada yang mengalami sakit akut atau kronis.
c) Ekonomi
Data yang perlu dikumpulkan terkait dengan ekonomi adalah,
karakteristik keuangan keluarga dan individu, status pekerja,
kategori pekerjaan dan jumlah penduduk yang tidak bekerja,
lokasi industri, pasar, dan pusat bisnis.
d) Transportasi dan keamanan
Data yang perlu dikumpulkan terkait dengan transportasi dan
keamanan adalah: alat transportasi penduduk datang dan ke luar
wilayah, transportasi umum (bus, taksi,angkot, dan sebagainya
serta transportasi privat (sumber transportasi atau transpor untuk
penyandang cacat). Layanan perlindungan kebakaran, polisi,
sanitasi, dan kualitas udara.
e) Politik dan pemerintahan
Data yang perlu dikumpulkan meliputi data pemerintahan (RT,
RW, desa/kelurahan,kecamatan, dan sebagainya), kelompok
pelayanan masyarakat (posyandu, PKK, karang taruna, posbindu,
poskesdes, panti, dan sebagainya) serta data politik, yaitu kegiatan
politik yang ada di wilayah tersebut serta peran peserta partai
politik dalam pelayanan kesehatan.

19
f) Komunikasi
Data yang dikumpulkan terkait dengan komunikasi dapat
dikelompokkan menjadi dua,yaitu komunikasi formal yang
meliputi surat kabar, radio dan televisi, telepon,internet, dan
hotline, serta komunikasi informal yang meliputi papan
pengumuman,poster, brosur, halo-halo, dan sebagainya.
g) Pendidikan
Data yang terkait dengan pendidikan meliputi, sekolah yang ada
di komunitas, tipe pendidikan, perpustakaan, pendidikan khusus,
pelayanan kesehatan di sekolah,program makan siang di sekolah,
dan akses pendidikan yang lebih tinggi.
h) Rekreasi.
Data yang perlu dikumpulkan terkait dengan rekreasi yang
meliputi, taman, area bermain, perpustakaan, rekreasi umum dan
privat, serta fasilitas khusus.
3) Data persepsi
a) Tempat tinggal
Yang meliputi bagaimana perasaan masyarakat tentang
komunitasnya, apa yang menjadi kekuatan mereka, permasalahan,
tanyakanpada masyarakat dalam kelompok yang berbeda
(misalnya, lansia, remaja,pekerja, profesional, ibu rumah tangga,
dan sebagainya).
b) Persepsi umum yang meliputi pernyataan umum tentang
kesehatan dari komunitas, apa yang menjadi kekuatan, apa
masalahnya atau potensial masalahyang dapat diidentifikasi.

c. Validasi Data
Informasi yang dikumpulkan selama tahap pengkajian harus
lengkap, faktual danakurat, sebab diagnosa keperawatan dan intervensi
keperawatan didasarkan informasi ini.Validasi merupakan verifikasi data
untuk mengkonfirmasi bahwa data tersebut akurat danfaktual. Validasi
data sangat membantu perawat dalam melaksanakan tugas, meyakinkan

20
bahwa informasi pengkajian sudah lengkap, serta data subjektif dan
objektif dapat diterima.

2. Diagnosa Keperawatan Komunitas


Penulisan diagnosis keperawatan kelompok dan komunitas berbeda
dengan individu dan keluarga. Upaya atau action pelayanan keperawatan
komunitas haruslah berlandaskan pengkajian yang akurat yang dilakukan
oleh seluruh komponen yang ada di dalam komunitas, sehingga diagnosis
keperawatan komunitas adalah kunci utama pelayanan keperawatan yang
dilakukan di komunitas.
Diagnosis keperawatan kelompok dan komunitas juga memiliki perbedaan
secara umum dengan diagnosis individu dan keluarga, karena saat melakukan
pengkajian di komunitas atau kelompok/aggregates, maka perawat yang
bekerja di komunitas, berkolaborasi dengan komunitas, tokoh komunitas,
kepala kelurahan/desa serta aparatnya, pemuka agama sertatenaga kesehatan
lainnya, sehingga formulasi diagnosis keperawatan harus mewakili
semuapemangku kepentingan di komunitas (Ervin, 2008).

3. Perencanaan Keperawatan Komunitas


Perencanaan terdiri atas beberapa tahapan, yaitu:
a. memprioritaskan diagnosis komunitas;
b. menetapkan sasaran intervensi yang diharapkan;
c. menetapkan tujuan yang diharapkan; dan
d. menetapkan intervensi keperawatan.

4. Implementasi Keperawatan Komunitas


Strategidalam implementasi keperawatan komunitas yang meliputi,
pemberdayaan komunitas, promosi kesehatan, menjalin kemitraan, advokasi,
dan supervisi.

5. Advokasi
Advokasi merupakan suatu cara perawat untuk meningkatkan partisipasi
secara aktif komunitas. Perawat membantu masyarakat dalam mengambil
21
keputusan secara mandiri.Advokasi merupakan suatu usaha sistematik dan
terorganisasi, untuk memengaruhi dan mendesak terjadinya perubahan dalam
kebijakan publik secara bertahap maju dan semakin baik, sehingga untuk
mencapai tujuan tersebut diperlukan advokasi yang efektif dan
berkesinambungan

6. Supervisi
Supervisi adalah suatu proses kemudahan untuk penyelesaian tugas-tugas
keperawatan. Supervisi adalah merencanakan, mengarahkan, membimbing,
mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai,
mengevaluasi secara terus menerus pada setiap perawat dengan sabar, adil
serta bijaksana. Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
supervisi merupakan suatu cara yang efektif untuk mencapai tujuan
organisasi.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan kesehatan komunitas adalah praktek melakukan promosi
kesehatan dan melindungi kesehatan masyarakat dengan menggunakan
pendekatan ilmu keperawatan, ilmu sosial dan ilmu kesehatan masyarakat
yang berfokus pada tindakan promotif dan pencegahan penyakit yang
sehat.
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan
dan peningkatan kesehatan masyarakat. Fungsi Keperawatan Komunitas
adalahMemberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah
bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah
klien melalui asuhan keperawatan.

23
DAFTAR PUSTAKA

24

Anda mungkin juga menyukai