Anda di halaman 1dari 28

TUGAS PRAKTIKUM INSTRUMENTASI KILANG

Oleh :

Nama Mahsiswa : Erlyna Febri


NIM : 191430013
Program Studi : Teknik Mesin Kilang

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS
PEM AKAMIGAS
CEPU
2020
CONTROL VALVE

1. Control Valve Pneumatic


Control Valve Pneumatic adalah sebuah katup yang menggunakan
media udara untuk membuka valve. Jenis actuator pneumatic merupakan
yang paling sering digunakan. Control Valve Pneumatic ini digerakan oleh
energi listrik. Katup ini memiliki kumparan sebagai penggeraknya yang
berfungsi untuk menggerakan sebuah Plunger yang dapat digerakan oleh
arus AC maupun DC. Yang digunakan untuk mengontrol dan memodulasi
aliran udara atau gas inert lain dalam system pneumatic.
Berikut contoh gambar Control Valve Pneumatic :

a. Prosedur pengoperasian
 Kompressor diaktifkan dengan cara menghidupkan penggerak
awal umumnya motor listrik.
 Udara akan disedot oleh kompresor kemudian ditekan ke
dalam angka udara hingga mencapai tekanan beberapa bar.
 Untuk menyalurkan udara bertekanan ke seluruh sistem
(sirkuit pneumatik) diperlukan unit pelayanan atau service unit
yang terdiri dari penyaring (filter), katup kran (shut off valve)
dan pengatur tekanan (regulator).
 Service unit ini diperlukan karena udara bertekanan yang
diperlukan di dalam sirkuit pneumatik harus benar-benar
bersih, tekanan operasional pada umumnya hanyalah sekitar 6
bar.
 Selanjutnya udara bertekanan disalurkan dengan bekerjanya
solenoid valve pneumatic ketika mendapat tegangan input
pada kumparan dan menarik plunger sehingga udara
bertekanan keluar dari outlet port melalui selang elastis
menuju katup pneumatik (katup pengarah/inlet port
pneumatic).
 Udara bertekanan yang masuk akan mengisi tabung pneumatik
(silinder pneumatik kerja tunggal) dan membuat piston
bergerak maju dan udara bertekanan tersebut terus mendorong
piston dan akan berhenti di lubang outlet port pneumatic atau
batas dorong piston.
b. Maintenance
- Membersihkan Katup
Untuk membersihkan menengah umum, hanya
mencuci dengan air. Namun, untuk membersihkan media
yang berbahaya bagi kesehatan, pertama memahami
karakteristiknya, dan kemudian memilih metode
pembersihan yang sesuai.
- Katup Pembongkaran
Lepaskan bagian berkarat dari permukaan terkena
pertama. Sebelum melepas karat, melindungi permukaan
mesin dari dudukan katup, inti katup, batang katup dan
bagian presisi lainnya. Menggunakan alat khusus untuk
menghapus dudukan katup.
- Katup Inti dan Dudukan Katup
Dua permukaan penyegelan memiliki bintik-bintik
karat kecil dan memakai dan dapat diperbaiki oleh
pengolahan mekanik. Jika kerusakan serius, harus diganti.
Namun, itu harus tanah terlepas dari permukaan segel keras
setelah perbaikan atau penggantian.
- Batang Katup
Kerusakan permukaan, hanya bisa diganti.
- Kerusakan pada Push Rod
Penyegelan permukaan: Aktuator reaksi harus
diperbaharui, dan aktuator bertindak positif dapat
digunakan setelah perbaikan yang tepat.
- Pegas Kompresi
Jika ada retak dan cacat lain yang mempengaruhi
kekuatan, harus diganti.
- Bagian yang Rentan
Pengepakan, gasket dan O-ring, semua baru ketika
dirombak. diafragma harus diperiksa untuk tanda-tanda
retak, penuaan dan korosi yang mungkin terjadi di masa
depan. Tergantung pada hasil pemeriksaan, diputuskan
apakah akan menggantinya, tapi diafragma umumnya
digunakan untuk 2-3 tahun.
c. Troubleshooting
1. Katup Tidak Bekerja
 Periksa apakah solenoid valve normal, jika kumparan
terbakar, dan jika katup solenoid terjebak oleh boot.
Yang harus dilakukan, mengganti katup solenoid, ganti
koil dan mengangkat kotoran.
 Periksa actuator untuk pasokan udara tunggal.
Yang harus dilakukan, ganti segel buruk, menggantikan
silinder atau piston.
 Ada kotoran dikatup untuk terjebak dalam inti.
Yang dilakukan, mengganti bagian katup yang rusak.
 Media atau ambien suhu terlalu rendah, menyebabkan
tabung untuk membekukan.
Yang harus dilakukan, menambah peralatan
penghapusan air.
2. Katup Lambat
 Tekanan pasokan udara tidak cukup.
Yang harus dilakukan, meningkatkan tekanan pasokan
udara dan mengaturnya.
 Aliran ini tidak cukup atau ada perangkat lain yang
mengkonsumsi banyak pasokan udara.
Yang harus dilakukan, tambahkan tangki bensin dan
menambahkan kompressor udara untuk mengurangi
perubahan tekanan.
 Jika katup terlalu berat, tidak masuk akal untuk merakit
spool valve atau komponen katup lainnya terlalu ketat.
Yang harus dilakukan, Re-perbaikan, menyesuaikan
torsi katup.
3. Masalah yang Lain
 Ketika aksi katup akan melompat dan beban akan
terlalu besar.
Yang harus dilakukan, meningkatkan spesifikasi
actuator.
 Katup melompat pada akhir tindakan, tindakan terlalu
cepat, energi inersia terlalu besar.
Yang harus dilakukan, tambahan katup control
kecepatan atau penyangga external.

2. Control Valve Electric


Control Valve Electric berfungsi untuk mengontrol aliran atau tekanan
dalam suatu proses dan kontrol gerak dalam aplikasi lain. Control Valve
Electric menggunakan perputaran motor listrik untuk membuka valve.
Berikut contoh gambar Control Valve Electric :
a. Prosedur Pengoperasian
 Pertama pastikan valve dalam keadaan full close
terlebih dahulu, setelah itu setting ke zero posisi beri
tegangan ke alat tersebut sampai terdapat lampu merah
yang diawali dengan berkedip hingga lampu nyala
stabil.
 Setelah itu lakukan pengaturan keluaran besaran
tegangan pada alat keluaran tegangan, jika tegangan
yang dikeluarkan semakin besar maka vale akan
terbuka semakin lebar, semakin kecil tegangan yang
dikeluarkan maka valve semakin menutup.
 Besaran tegangan akan mempengaruhi pergerakan
buka/tutup valve tesebut.
b. Maintenance
- Sebelum pekerjaannya dimulai teknisi harus memperoleh
surat ijin kerja atau lebih dikenal sebagai ‘Permit to Work’
yang menyatakan bahwa pekerjaan bisa dilakukan.
- Dengan mengacu pada drawing P&ID, perhatikan point-
point yang berkaitan dengan interlock control valve,
dampak apa yang mungkin terjadi jika control valve
dioperasikan, perhatikan apakah ada jalur by pass yang
berfungsi sebagai jalur alternatif ketika control valve dalam
pengerjaan, dan lain-lain
- Setelah dipastikan aman untuk melakukan pekerjaan pada
valve tersebut, maka status kontroler harus di ubah dari
mode Otomatis ke mode Manual.
- Operator lapangan lalu mengisolasi control valve dan
membuka jalur by pass agar control valve tidak lagi
diperlukan karena aliran proses di pindahkan ke jalur by
pass.
- Dengan menggunakan instrument tool seperti HART 475
atau Hand Held Terminal lainnya periksa alarm yang ada
pada positioner, temukan dan atasi penyebabnya, setelah itu
reset semua alarm hingga tidak ada lagi alarm, karena alarm
menunjukkan adanya penyimpangan.
- Periksa seluruh perangkat yang terpasang, seperti kabel,
tubing, dan aksesoris dari kerusakan atau penurunan
kualitas, perbaiki jika ada.
- Periksa dan pastikan besarnya tekanan udara instrument
sudah sesuai dengan kebutuhan control valve atau sama
seperti yang tercetak pada “Name plate”.
- Periksa adanya kemungkinan bocor pada diaphragma,
gland packing, atau tabung cadangan udara (jika ada), gland
packing bisa dikencangkan demikian pula baud-baud yang
kendor pada tutup diaphragm supaya dikencangkan.
- Komunikasi dengan Operator yang dapat mengoperasikan
control valve dari console. Minta Operator untuk membuka
valve dengan posisi 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%,
perhatikan bagaimana reaksi valve terhadap perubahan
posisi yang diminta, jika valve bergerak sesuai dengan
perintah maka valve dikategorikan sebagai layak pakai,
atau uji kehandalan lolos dan kegiatan pemeliharaan atau
Preventive maintenance selesai.
- Jika ditemui ada penyimpangan maka langkah perbaikan
harus dilakukan, biasanya penyimpangan terjadi karena
valve sudah dipakai dalam jangka waktu lama sehingga ada
bagian-bagian yang agak seret, untuk mengatasi hal itu
maka langkah kalibrasi atau pengaturan tuning harus
dilakukan. Setelah kalibrasi dan tuning dikerjakan lakukan
kembali pengetesan pergerakan control valve dari console
panel hingga diperoleh posisi control valve di lapangan
sama dengan indikasi di layar kontroler. Aksi melakukan
pengetesan dengan memberi perintah dari kontroler ini
disebut “stroke check”.
- Pada saat stroke check dilakukan bila control valve
memiliki indicator terpisah yang memberikan sinyal
daripada posisi control valve. maka, fungsi indicator
tersebut harus diperiksa juga. Demikian juga dengan
terminasi kabel-kabel pada terminal valve harus di
kencangkan.
c. Troubleshooting
 Melakukan test loop control dan logika.
 Cek kondisi operasi.
 Jika terindikasi kondisi operasi control valve diluar
spesifikasi valve dan test loop control dan logika tidak
sesuai perintah, maka dapat diidentifikasi terdapat
kerusakan mekanis pada control valve diantaranya:
 Malfungsi pada actuactor valve sehingga sinyal standar
menjadi berbeda.
 Kerusakan pada packing valve sehingga menyebabkan
kebocoran. Dan kerusakan pada actuator spring.
KOMPRESSOR

1. Kompressor Piston / Reciprocating Compressor


Merupakan kompressor yang menggunakan sistem torak atau
piston yang bergerak di dalam silinder untuk mengkompres udara.
Tabung silindernya memliki 2 buah port, yaitu port inlet dan port
outlet.
Contoh gambar kompressor piston :

a. Prosedur Pengoperasian
Pada kompresor piston dengan sistem valve dan dua disc valve
stainless steel, piston bergerak kebawah dan memasukan udara ke
dalam tabung. Disc yang lebih besar terbuka, membuat udara
masuk. Saat Piston bergerak keatas, disc yang besar menutup.
Udara yang terkompresi melewati dudukan valve dan keluar.
b. Maintenance
 Pengecekan elemen air filter
- Pastikan unit sudah mati dan tidak tersambung
dengan sumber tenaga.
- Biarkan pompa kompresor dingin.
- Lepas baut bagian atas filter dengan memutar baut
dari bagian bawah filter berlawanan arah jarum jam.
- Pisahkan bagian atas filter dengan bagian
bawahnya.
- Lepas elemen dari filter bagian bawah.
- Hilangkan debu dan kotoran dari elemen filter.
- Ganti elemen jika perlu.
- Sambung kembali bagian atas filer dengan bagian
bawahnya.
 Membersihkan Motor
Peliharalah kebersihan motor dari debu dan kotoran yang
disebabkan oleh sirkulasi udara yang masuk. Periksa
penyaring udara masuk pada motor dengan megger 500V
pada saat service periodik.
 Periksa V-Belt
Menurut standard, tingkat kelenturan dari V-Belt tersebut
adalah padat. Jangan biarkan V-Belt anda terpasang terlalu
keras karena akan merusak dan memecahkan poros rotor
atau mengurangi waktu pemakaian pada bantalan air-end.
Dan jangan biarkan juga V-Belt kompresor anda terpasang
terlalu kendor, karena akan membuat V-Belt tergelincir
sehingga kompresor tidak dapat bekerja maksimal.
 Perawatan Pelumas
Penggantian Oli yang sesuai dengan kondisi pemakaian
normal bisa dilakukan maksimal 500 Jam atau sekitar 20 –
21 hari penggantian oli yang pertama. Untuk penggantian
oli kedua bisa dilakukan maksimal 1.500 Jam pemakaian
atau sekitar 2 Bulan pemakaian. Sedangkan untuk
penggantian Oli ketiga dan seterusnya dapat anda lakukan
maksimal 2.000 Jam pemakaian atau sekitar 2½ Bulan.
c. Troubleshooting
 Minyak pada udara yang terkompresi
- Level oli yang terlalu tinggi. Saat level oli turun ke
level normal, carry-over oli akan berhenti.
- Oli yang salah. Oli dengan viskositas yang terlalu
rendah, atau tidak cocok dengan kompresor piston.
- Temperatur bekerja yang terlalu tinggi. Temperatur
yang lebih tinggi akan merendahkan viskositas oli,
yang menyebabkan lebih banyak carry-over oli.
- Ring piston yang sudah aus atau tidak terpasang
dengan baik.
- Permukaan silinder yang aus.
 Temperatur silinder yang tinggi
- Temperatur lingkungan yang terlalu tinggi.
- Gasket cylunder head yang rusak.
- Kebocoran/kerusakan/kotor pada valve
intake/exhaust.
 Kompresor tidak bekerja
Kemungkinan berasal dari kelistrikan yang bermasalah.
Periksa:
- Power supply
Periksa tenaga dan semua fuse baik.
- Pressure switch
Periksa pengaturan pressure switch dan tekanan
aktual pada tanki. Periksa sambungan listrik pada
pressure switch.
- Low oil level atau high temperature switch
Kompresor yang lebih besar memiliki safety switch
untuk level oli rendah dan/atau temperatur tinggi.
Switch tersebut akan mencegah kompresor untuk
bekerja.
 Terjadinya Overload dan Overheating
Solusinya, harus memikirkan dan mempertimbangkan
setiap faktor koreksi daya yang ada. Jadi dengan kata lain,
kemampuan mesin dapat menyesuaikan dengan daya yang
ada, sehingga tidak memaksa mesin bekerja diluar batas
kemampuannya.

2. Kompressor Screw
Kompresor ini memampatkan udara atau gasnya dengan putaran
serempak kaitan gigi-gigi rotor atau roda gigi yang berputar dengan
arah yang berlawanan dan saling berkaitan.
Contoh gambar Kompressor Screw :

a. Proseedur Pengoperasian
 Persiapan pengoperasian
- Periksa level minyak pelumas.
- Periksa level pendingin.
- Pastikan ala pengukur tekanan dan temperature
bekerja dengan baik.
- Tutup sakelar pemutus utama, lampu “power”
menunjukkan bahwa garis dan pengontrol tegangan
telah tersedia untuk dilakukan start, kemudian
“unload” indicator akan menyal.
- Pastikan semua alat dalam kondisi baik dan siap
dijalankan.
- Pastikan baut tidak ada yang longgar.
 Prosedur Start Up
- Pastikan kompressor dalam keadaan bebas dari
udara bertekanan.
- Pastikan bahwa lampu indicator power menyala.
- Tekan tombol start, kemudian motor penggerak akan
berputar menggerakkan kompressor.
 Prosedur Shut Down
- Tekan tombol unloaded stop keompresor akan
berputar unload dan kemudian kompresor akan
berhenti.
- Buka saklar pemutus utama.
b. Maintenance
- Pemeriksaan kebocoran minyak pelumas.
- Pemeriksaan suhu dan tekanan udara discharge.
- Pemeriksaan vibrasi pada motor dan kompresor.
- Pemeriksaan tekanan sump tank.
- Pemeriksaan kelurusan kopling.
- Cek Temperatur sensor.
- Ganti Food Grade Coolant (jika digunakan) untuk
penggunaan pertama dan 6 bulan untuk pergantian
seterusnya.
- Periksa kondisi selang.
- Bersihkan scavange screen and orifice.
- Bersihkan coolant cores.
- Ganti filter udara.
c. Troubleshooting
i. Kelebihan konsumsi pelumas/pelumas di system udara.
Dapat mengecek level minyak pelumas atau dikuras
jika diperlukan, operasikan kompresor pada tekanan sesuai
ketentuan, periksa dan perbaiki jika ada kebocoran.
ii. Tingkat kebisingan meningkat.
Periksa jika terjadi kelonggaran kelonggaran dan
kencangkan, periksa dan bersihkan jika ada benda asing
yang terdapat dikompresor.
iii. Getaran berlebih.
Periksa dan kencangkan jika terjadi kelongggaran,
mengecek atau mengganti jika motor atau bearing
kompresor sudah aus.
iv. Kompresor gagal start up.
Periksa penghubung ke motor stater, lepaskan
tombol putar emergency stop dan tekan tombol SET dua
kali, mengecek atau mengganti jika ditemukan kecacatan
pada bagian sensor.
v. Tekanan system udara terlalu rendah.
POMPA

1. Pompa Torak / Pompa Reciprocating


Pompa Torak merupakan pompa dimana energi mekanis
penggerak pompa diubah menjadi energi aliran dari zat cair yang
dipindahkan dengan menggunakan elemen yang bergerak bolak – balik
di alam sebuah silinder. Pompa Torak ini mengeluarkan cairan dalam
jumlah yang terbatas selama pergerakan piston sepanjang langkahnya.
Berikut contoh gambar Pompa Torak :

a. Prosedur Pengoperasian
 Persiapan Pengoperasian
 Pengecekan secara fisik dari pompa torak.
 Pengecekan motor penggerak.
 Pemberian minyak pelumas pada bagian-bagian
pompa yang bergerak.
 Prosedur Start Up
 Menekan tombol start pada motor penggerak.
 Pengecekan bagian=bagian pompa dari adanya
kebocoran.
 Pengecekan pada alat ukur.
 Prosedur Shut Down
 Mematikan motor penggerak pompa.
 Membersihkan bagian-bagian pompa.
 Menutup krain air yang berhubungan dengan
pompa.
b. Maintenance
 Maintenance Menyeluruh (Overhaul)
Untuk pemeriksaan menyeluruh ini dilakukan
pembongkaran terhadap pompa untuk memeriksa bagian-
bagian pompa, perbaikan dan pemasangan kembali.
Pelaksanan overhaul ini biasanya dianjurkan satu tahun
sekali setelah pompa mulai digunakan. Pemeriksaan
overhaul selanjutnya berdasarkan overhaul pertama.
 Overhaul Tahunan
Overhaul tahunan adalah
pemeriksaan dimana menitik beratkan pada
hasil pemeriksaan bulanan. Tujuannya untuk
mencegah kerusakan yang fatal pada pompa
dan juga sebagai inforamsi untuk
perencanaan pemeriksaan minor dan
pemeriksaan mayor.
 Overhaul Minor
Overhaul minor dilakukan setelah
pompa beroperasi mencapai 25000 jam.
Overhaul minor dilakukan dengan
memberhentikan pompa untuk memeriksa
bagian dalam casing dan rotor serta
komponen lain sesuai petunjuk manual
book.
 Overhaul mayor
Overhaul mayor dilakukan setelah
pompa beroperasi mencapai 50000 jam.
Overhaul mayor dilakukan dengan membuka
bagian pompa meliputi casing, rotor,
bearing, sealing system, lubricating system
dan pelengkapan penunjang operasi.
 Maintenance Harian
 Pengecekan tekanan air pada alat ukur tekanan.
 Pengcekan secara visual pada pompa.
 Pengecekan system kelistrikan pada pompa.
 Maintenance Mingguan
 Pengecekan packing karet rumah pompa dari
adannya kebocoran.
 Maintenance Bulanan
 Pemeriksaan masing-masing bantalan dan
temperatur yang direkomendasikan.
 Pemeriksaan kelurusan poros pompa dan poros
penggeraknya (alignment).
 Maintenance Tahunan
 Pengecekan kebocoran rumah pompa yang
disebabkan karat.
 Pengecekan dan penggantina katup pada pompa.
 Memeriksa tingkat keausan pada bagian-bagian
pompa yang bergerak terutama besarnya celah pada
wearing ring.
 Memeriksa tingkat korosi pada rumah pompa
 Memeriksa kondisi valve pada bagian yang
bergerak seperti check valve dan foot valve.
 Mengatur kelurusan poros (aligment) ketika pompa
dibongkar dan dipasang lagi.
c. Troubleshooting
 Kapasitas Pompa Terlalu Besar
Penyebabnya, valve discharge terbuka terlalu lebar.
Yang harus dilakukan, tutup sebagian valve discharge.
 Pressure Terlalu Tinggi
Penyebabnya, valve discharge tidak terbuka penuh.
Yang harus dilakukan, buka valve discharge.
 Pompa Tidak Beroperasi
Penyebabnya, valve suction tertutup, permukaan pipa
suction tidak terisi penuh, impeller tidak seimbang.
Yang harus dilakukan, buka valve suction, bersihkan
saluran pipa suction, bongkar pompa dan periksa kerusakan
yang terjadi.
 Kebocoran Pada Pompa
Penyebabnya, penyambungan baut kurang erat, shaft sleeve
aus.
Yang harus dilakukan, eratkan sambungan baut, ganti shaft
sleeve.
 Tekanan debit tinggi
Penyebabnya, katup sebagian terbuka.
Yang harus dilakukan, membuka katup.
Penyebabnya, katup relief terjebak.
Yang harus dilakukan, mengecek keadaan katup relief
 Daya konsumsi tinggi
Melepaskan tekanan tinggi.
Yang harus dilakukan, mengecek pengukuran tekanan, dan
mengecek kondisi operasi.
 Penurunan daya
Penyebabnya, keasusan ring piston.
Yang harus dilakukan, harus diganti jika sudah aus.

2. Pompa Centrifugal
Pompa centrifugal merupakan suatu mesin pompa kinetis yang
mengubah energi mekanik menjadi energi fluida dengan menggunakan
gaya sentrifugal dan pompa sentrifugal terdiri dari sebuah cakram dan
terdapat sudu sudu, arah putaran sudu sudu itu biasanya di belokkan ke
belakang terhadap arah putaran.
Berikut contoh pompa centrifugal :
a. Prosedur Pengoperasian
 Persiapan Pengoperasian
 Pembersihan bagian suction dan discharge.
 Pemeriksaan sistem listrik.
 Pemeriksaa pipa alat bantu.
 Pemeriksaan minyak pelumas.
 Pemeriksaan kelurusan poros.
 Prosedur Start Up
 Menutup penuh valve discharge dan membuka
penuh valve suction.
 Menghidupkan motor penggerak.
 Tunggu beberapa saat hingga keadaan noemal,
kemudian buka perlahan – lahan valve discharge
dan amati manometer hingga pressure sebagaimana
yang tercantum pada spesifikasi pompa.
 Prosedur Shut Down
 Tutup rapat valve discharge, kemudian matikan
motor penggerak pompa centrifugal.
 Tutup rapat valve suction pada saat motor
penggerak dimatikan.
 Dalam hal pompa dipancing dengan pompa vakum,
bukalah katup pembocor udara setelah pompa
dihentikan.
 Bila pompa berhenti karena listrik padam, waktu
pompa masih beroperasi, maka tombol listrik harus
dibuka / dimatikan dan pada saat bersamaan valve
discharge ditutup.
b. Maintenance
 Maintenance Harian
 Pemeriksaan dan pencatatan suction pressure dan
discharge pressure.
 Pemeriksaan dan pencatatan kebocoran melalui
stuffing box.
 Pemeriksaan dan pencatatan temperature bantalan,
kondisi dan jumlah pelumas serta system
pelumasannya.
 Pemeriksaan dan pencatatan vibrasi serta bunyi.
 Hasil pemeriksaan ini biasanya dicatat dalam kartu
pemeriksaan, untuk dibandingkan dengan data
spesifikasi teknis.
 Maintenance Bulanan
 Inspeksi filter inlet udara.
 Inspeksi filter sistem venting.
 Memeriksa filter valve bypass pasokan udara
kompresor.
 Memeriksa sistem pengeluaran kondensat
intercooler/aftercooler.
 Memeriksa sistem pengontrol operasi.
 Maintenance Tahunan
 Memeriksa tingkat keausan pada bagian – bagian
pompa, yang bergerak terutama besarnya celah pada
wearing ring.
 Memeriksa tingkat korosi pada rumah pompa.
 Mengatur kelurusan poros ketika pompa dibongkar
dan dipasang lagi.
 Memeriksa tahanan isolasi pada motor penggerak
pompa.
c. Troubleshooting
 Pompa Tidak Mau Menyala
Penyebabnya : motor rusak, pompa rusak, tidak ada arus
listrik, impeller tersumbat.
Yang harus dilakukan : perbaikan motor, memperbaiki
pompa, periksa listrik, lakukan pembersihan impeller.
 Pompa Bekerja, sedangkan air tidak Tersedot
Penyebabnya : kstup tertutup, ktaup tidak terbuka, impeller
tersumbat.
Yang harus dilakukan : buka katup, perbaiki katup, lakukan
pembersihan impeller.
 Motor Kelebihan Beban
Penyebabnya : shaft rusak, casing disorted, penghantaran
arus terlalu tinggi, head rendah.
Yang harus dilakukan : mengganti shaft dengan yang baru,
periksa kondisi pompa, mengurangi tekanan katu.
 Bearing Terlalu Panas
Penyebabnya : pelumas tidak cukup, pelumas terlalu
banyak, bearing tergores dan berkarat, shaft bengkok.
Yang harus dilakukan : isi pelumas, kurangi pelumas,
mengganti roller bearing dengan yang baru, mengganti
shaft dengan yang baru.
 Pompa Bergetar
Penyebabnya : shaft bengkok, getaran saat memompa,
bearing rusak, impeller tersumbat.
Yang harus dilakukan : mengganti shaft, memperkuat pipa,
mengganti roller bearing dan underwater bearing.
KALIBRASI TRANSMITTER

1. Kalibrasi Level Transmitter

 Siapkan alat kerja dan perangkat kalibrasi seperti fitting dan


konektor, pompa air untuk injeksi, HART communicator,
Digital Volt Meter dan meteran.
 Dengan mengacu pada dokumen tentang level transmitter yang
akan dikalibrasi , perhatikan apakah transmitter yang akan
dikalibrasi terhubung dengan kontroller atau terhubung dengan
ESD logic.
 Jika dipakai sebagai input controller maka Panel Operator harus
mengubah mode kontroler dari Auto menjadi Manual.
 Jika transmitter dipakai dalam logic yang dapat menyebabkan
interlock bekerja seperti menyebabkan mesin mati,
menyebabkan unit shutdown dan lain-lain, maka harus
dilakukan by-pass interlock, dalam hal ini prosedur bypass atau
override harus dilakukan.
 Prosedure bypass adalah sebagai berikut; Siapkan dokumen
untuk melakukan  bypass,  biasanya diberi istilah TORF
( Temporary  Override Request Form), kemudian instrument
yang akan dikalibrasi bisa di bypass di sistim ESD. Abaikan
langkah ini jika transmitter tidak berhubungan dengan sistim
interlock ESD.
 Setelah dipastikan aman untuk melakukan pekerjaan pada
transmitter tersebut, tutup isolasi valve (V1 dan V2) yang
menghubungkan transmitter dengan process.
 Buka valve drain (V3) untuk membuang cairan proses yang
tersisa, perhatikan jika cairan proses berbahaya harus di buang
ke penampung tertutup (close drain trench).
 Pasangkan pompa injeksi dan selang transparan pada valve
drain (V3).
 Pasangkan HART communicator serta Digital Volt Meter
(DVM) pada kabel transmitter.
 Beri tanda pada transmitter di titik mana harus menunjukkan 0%
dan di titik mana harus menunjukkan 100%. Dengan
menggunakan HART periksa parameter dari pada transmitter,
terutama parameter berikut ini; ukuran panjang chamber
transmitter, density atau specific gravity media yang diukur,
mode transmitter sebagai pengukur  level atau interface.
 Pada saat kita akan melakukan kalibrasi hal berikut ini penting
untuk diperhatikan; Mode transmitter harus di ubah dulu
menjadi Mode Level, parameter density atau specific
gravity harus diubah dulu disesuikan dengan nilai density atau
specifyc gravity daripada media yang akan dipakai untuk
mengkalibrasi, biasanya yang dipakai sebagai media kalibrasi
adalah air dengan SG=1.
 Pompakan  air ke transmitter hingga permukaan air ada pada
titik 0%, pada saat ini bacaan pada DVM harus 4 mA dan
bacaan pada HART communicator harus 0%, jika ada
penyimpangan atau error maka lakukan kalibrasi transmitter
menggunakan HART  communicator sampai diperoleh nilai
yang diinginkan, langkah ini di sebut kalibrasi Zero (Zero
calibration).
 Lalu Pompakan air ke transmitter hingga permukaan air ada
pada titik 100%, amati pembacaan pada HART harus 100% dan
pada DVM harus 20mA, jika tidak sesuai dengan nilai tersebut
lakukan kalibrasi  dengan HART communicator hingga dicapai
nilai output yang diinginkan yaitu 20 mA. Langkah ini disebut
kalibrasi Span (Span calibration).
 Ulangi langkah kalibrasi zero dan kalibrasi span hingga
diperoleh nilai output sama dengan 4mA dan 20mA atau jika
ada penyimpangan, besarnya tidak melebihi batasan yang
ditentukan pada data spesifikasi transmitter tersebut.
 Terakhir dari langkah kalibrasi yaitu mengamati linearitas.
Pompakan air pada transmitter untuk memeriksa nilai output
pada saat level 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%, masing-masing
harus menunjukkan nilai output, 4mA, 8mA, 12mA, 16mA dan
20mA.
 Setelah diperoleh nilai output yang memuaskan, lucuti semua
perangkat kalibrasi dan kembalikan keadaan valve drain (V3)
dan valve isolasi (V1 dan V2) pada keadaan normal. Jangan
lupa untuk mengubah Mode transmitter dari Mode Level
menjadi Mode Interface serta parameter density atau specific
gravity disesuaikan dengan nilai density atau specifik gravity 
daripada media yang akan diukur yaitu Density 1 sama dengan
density Air dan Density 2 sama dengan density Hydrokarbon.

2. Kalibrasi Pressure Transmitter


Cara kalibrasi pressure transmitter, kita ambil contoh spesifikasi
transmitter yang akan dikalibrasi mempunyai range 0 Bar sampai 100 Bar,
Type Differential pressure transmitter, model SMART transmitter HART
applicable, output transmitter 4-20 mA, type sensor diaphragm, material
316SS.
Langkah-langkah kalibrasi.
 Pertama-tama kita siapkan alat kerja seperti; Multimeter,
kunci pas, kunci inggris, obeng, sumber power 24V DC,
kalibrator misalnya DWT, HART communicator.
 Pasangkan pressure transmitter pada DWT pastikan tidak
ada kebocoran, karena kita akan memberikan tekanan
sampai 100 Bar pada transmitter tersebut.
 Pasangkan power dan multimeter untuk membaca keluaran
transmitter (lihat gambar A).
 Siapkan alat untuk mencatat nilai-nilai hasil kalibrasi.
 Pasangkan HART, karena transmitter ini HART applicable
maka proses konfigurasi dan eksekusi kalibrasi akan
dilakukan melalui alat yang disebut HART.

 Setelah semua perlengkapan terpasang, dalam keadaan


tanpa tekanan lihat keluaran transmitter harus 4mA jika
tidak lakukan pengaturan zero trim melalui HART sehingga
keluaran yang terukur pada multi meter menunjukkan 4mA.
 Tambah tekanan ke transmitter sampai mencapai tekanan
batas atas (100Bar) pertahankan tekanan dalam keadaan ini
untuk beberapa saat sementara itu amati multimeter harus
menunjukkan 20mA jika tidak maka lakukan langkah
pengaturan melalui HART yang biasa disebut span
adjustment.
 Ulangi langkah 6 dan 7 hingga keluaran transmitter
menunjukkan nilai yang seharusnya yaitu 4mA ketika
transmitter tidak bertekanan dan 20mA pada saat transmitter
mendapat tekanan 100Bar.

Jika sudah demikian maka proses kalibrasi hampir selesai,


tetapi jangan lupa untuk memeriksa nilai keluaran transmitter pada
beberapa titik antar LRV dan URV, untuk itu mulai dengan memberi
tekanan sebesar 25% catat mA yang dihasilkan, lakukan hal yang
sama untuk tekanan 50% dan tekanan 75%, nila mA yang dihasilkan
pada point-point antara LRV dan URV tersebut dapat dihitung dengan
formula dibawah ini;

Sudah menjadi karakteristik alat kalau nilai keluaran


transmitter yang sesungguhnya selalu ada perbedaan dengan nilai hasil
perhitungan, perbedaan inilah yang disebut error, besarnya error
menentukan hasil akhir kalibrasi, ada batasan yang menentukan
apakah hasil kalibrasi LOLOS (pass) atau GAGAL (fail).

3. Kalibrasi Temperature Transmitter


 Peralatan :
 Sensor Temperature, RTD & Thermocouple
 Mulltimeter
 Breaker Glass
 Hot Plate
 Handler Stand
 Thermometer Gelas (sebagai Standart)
 Temperature Transmitter
 Hart communicator (calibrator)
 Langkah kalibrasi
 Rangkai peralatan untuk dilakukan pengukuran dan kalibrasi,
seperti rangkaian dibawah ini.
 Hubungkan kabel dari hart communicator pada terminal
communication.

 Sambungkan kabel dari RTD atau Thermocouple ke terminal nomer 1,


2 dan 3.
 Nyalakan sumber arus power supply transmitter dan multimeter.
 Lakukan pengetesan sumber vaiabel dengan memanaskan air dan
mencelupkan thermometer sebagai pembanding.
 Amati pada hart communicator. jika sinyal standar dan batas
pengukuran tidak sesuai, maka perlu diatur dalam hart communicator
dengan menyetting LRV dan URV.
 Jika sudah, hubungkan kabel multimeter pada terminal
communication. Dan lihat apakah sudah sesuai dengan setting dari
hart communicator.

4. Kalibrasi Flow Transmitter


Pada flow transmitter, jenis transmitter yang digunakan adalah DP
transmitter (Differential Pressure Transmitter).
Langkah – langkah kalibrasi :
 Siapkan peralatan kalibrasi yang diperlukan antara lain:
 DP Transmitter
 Pressure Module tipe gauge
 Hand Pump
 Multimeter
 Power Supply 24 V DC
 Tubing T
 Hart Communicator (Kalibrator)
 Rangkai Peralatan kalibrasi seperti gambar berikut ini:

 Pastikan bahwa power supply benar-benar memiliki


output 24VDC dengan cara ukur menggunakan
multimeter.
 Wiring kabel dari power supply pada transmitter.
 Wiring kabel documenting pada DP Transmitter.
Documenting disini berfungsi untuk menyimpan
data dari nilai DP Transmitter sebelum dan setelah
dikalibrasi.
 Setelah semua peralatan kalibrasi terpasang pastikan
tubing antara handpump, pressure module, dan DP
transmitter terpasang dengan benar dan tidak ada
kebocoran, agar pressure yang masuk diantara
pressure module dan instrument yang akan
dikalibrasi bernilai sama.
 Pastikan tidak ada pressure dengan membuka
venting pada handpump dan pilihan zero adjusted
pada documenting.
 Inject pressure untuk simulasi menggunakan Hand
Pump.
 Tentukan besarnya nilai input pressure untuk
keperluan kalibrasi mulai 0% - 100% Disini
menentukan LRV dan URV.
 Tentukan besarnya toleransi atau max. error.
 Setting Flow Transmitter pada Hart Communicator
yang menunjukkan DP Transmitter ini dijadikan
sebagai Flow Transmitter.
 Catat output pengukuran dari multimeter.
 Apabila Output melebihi toleransi maka perlu di
adjusting.
 Langkahnya sama tinggal setting adjusting pada
Hart Communicator.
 Setelah itu catat output pengukuran dari multimeter.

Berikut contoh video (link youtube) penjelasan yang di atas :

 Control Valve
 Pneumatic
https://youtu.be/fwCmcD8p2Kw
 Electric
https://youtu.be/htECM-jtu20
 Kompressor
 Kompressor Piston
https://youtu.be/kFQu9uoZWKg
 Kompressor Screw
https://youtu.be/5nuXpaeb8N4
 Pompa
 Pompa Torak
https://youtu.be/9YI9xEQMoG0
 Pompa Centrifugal
https://youtu.be/BaEHVpKc-1Q
 Kalibrasi Transmitter
 Level
https://youtu.be/fWkYjoznlxM
 Pressure
https://youtu.be/XjTEZd9rY_s
 Temperature
https://youtu.be/__kfHtYnaOY
 Flow
https://youtu.be/UW-nlDeikwM

Anda mungkin juga menyukai