SKRIPSI
Oleh :
Citra Puspita Sari
NIM : 068114155
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS OBAT HIPOGLIKEMIK
ORAL PADA PASIEN GERIATRI PENDERITA DIABETES MELITUS
DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD SLEMAN
PERIODE 2008
SKRIPSI
Oleh :
Citra Puspita Sari
NIM : 068114155
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
ii
Skripsi
EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS OBAT HIPOGLIKEMIK
ORAL PADA PASIEN GERIATRI PENDERITA DIABETES MELITUS
DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD SLEMAN
PERIODE 2008
Pembimbing
iii
iv
SELALU ADA JALAN
SAAT SEAKAN TIADA JALAN
SEBAB YESUS
DIDEPANKU
MEMBUAT DAN MEMBUKA
JALAN BAGIKU
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Citra Puspita Sari
Nomor Mahasiswa : 068114155
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS OBAT HIPOGLIKEMIK
ORAL PADA PASIEN GERIATRI PENDERITA DIABETES MELITUS DI
INSTALASI RAWAT INAP RSUD SLEMAN PERIODE 2008
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Yang menyatakan
vi
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas karya indah-Nya melalui
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Evaluasi
Drug Therapy Problems Obat Hipoglikemik Oral pada Pasien Geriatri Penderita
Diabetes Melitus di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Periode 2008”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Strata Satu Program Studi Ilmu Farmasi (S.Farm).
Penulisan skripsi ini tidak akan pernah lepas dari bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta dan dosen penguji yang telah memberikan
masukan dalam skripsi ini.
2. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing yang
bersedia mengarahkan, membina, memotivasi, dan meluangkan waktu
untuk berdiskusi dengan penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
3. dr.Fenty, M.Kes., Sp.PK sebagai dosen penguji yang telah meluangkan
waktunya dalam menguji penulis dan memberikan saran bagi penulis.
4. Drs. P.Sunu Hadiyanta, M.Sc., SJ yang telah membimbing dan
memberikan sumber bagi penulis dalam menyelesaikan evaluasi dengan
statistik dan saran yang memotivasi penulis.
5. dr. Sarjoko, M.Kes., selaku Direktur RSUD Sleman yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
6. Unit penyakit dalam, instalasi rawat inap, bagian gudang obat atas kerja
sama, kelancaran dan keramahan yang diberikan pada saat pengambilan
data-data untuk penelitian.
7. Suratmi, Yumarwanto, A.Md, Wiwin Ida N,A.Md, Sukarmi, A.Md, Fanani
Nursanti, Asnah Ruswati dan Eny Setyaningsih di bagian rekam medik
yang memberikan bantuan dalam mencari rekam medik yang dibutuhkan
penulis.
vii
8. Apoteker RSUD Sleman, Wahyuni, Apt, yang memberikan waktunya
untuk berdiskusi dengan penulis.
9. Papa dan mama, Agus Prabowo dan Endang Kusmawati yang selalu
memberi dukungan doa, materi dan nasihat hingga terselesaikannya skripsi
ini.
10. Adek-adekku, Panji dan Shinta yang selalu menemani dan memberi
semangat dan keceriaan.
11. Andrian Erwinto, untuk waktu, motivasi, kasih sayang dan semangat
selama penyusunan karya ini.
12. Cita, Citra, Fea, untuk kebersamaannya dan keceriaan serta rasa suka dan
duka selama ini dan menjadi bagian dalam menempuh perkuliahan.
13. Iren untuk bantuannya dalam mengurus ujian tertutup dan terbuka.
14. Karyawan sekretariat Farmasi yang selalu menyediakan waktunya
membantu kelancaran dalam pengurusan ijin.
15. Anak-anak praktikum kelompok F dan kelompok C(FKK), terima kasih
untuk setiap praktikum yang selalu menyenangkan dan tidak
membosankan.
16. Teman-teman gereja yang selalu mengingatkan untuk ibadah pemuda dan
datang persekutuan sel.
17. Semua sahabat angkatan 2003-2008 yang penulis kenal.
18. Semua bagian dari perjalanan hidup yang menjadi inspirasi bagi penulis.
kekurangan. Oleh karena itu, sumbangan pemikiran, saran dan kritik yang
membangun akan sangat diharapkan. Akhir kata penulis memohon maaf atas
pembaca.
Penulis
viii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
ix
INTISARI
x
ABSTRACT
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ii
HALAMAN PENGESAHAN iv
HALAMAN PERSEMBAHAN v
PRAKATA vii
INTISARI x
ABSTRACT xi
DAFTAR LAMPIRAN xx
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
1. Perumusan Masalah 3
2. Keaslian Penelitian 4
3. Manfaat Penelitian 5
B. Tujuan Penelitian 5
1. Tujuan umum 5
2. Tujuan Khusus 5
xii
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA 7
B. Geriatri 9
C. Diabetes Melitus 10
1. Definisi 10
2. Klasifikasi 10
3. Patogenesis 12
4. Epidemiologi 16
E. Insulin 32
1. Mekanisme insulin 32
H. Keterangan Empiris 36
xiii
A. Jenis dan Rancangan Penelitian 37
B. Definisi Operasional 38
C. Subyek Penelititan 40
D. Bahan Penelitian 40
1. Analisis Situasi 40
2. Pengambilan Data 40
3. Pengolahan Data 42
A. Kesimpulan 66
xiv
B. Saran 66
DAFTAR PUSTAKA 68
LAMPIRAN 73
xv
DAFTAR TABEL
Komplikasi...................................................................................48
Penyerta........................................................................................49
Tabel VIII. Obat Hormonal yang Digunakan pada Terapi Diabetes Melitus
2008..............................................................................................50
Tabel IX. Obat yang Bekerja pada Sistem Saluran Cerna yang Digunakan
xvi
Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Periode
2008..............................................................................................53
Tabel XI. Obat yang Digunakan untuk Pengobatan Infeksi yang Digunakan
Tabel XII. Obat yang Bekerja pada Sistem Saraf Pusat yang Digunakan pada
Tabel XIII. Obat yang Bekerja sebagai Analgesik yang Digunakan pada
Tabel XIV. Obat yang Mempengaruhi Darah dan Gizi yang Digunakan pada
Tabel XV. Obat yang Bekerja pada Sistem Saluran Pernafasan yang
2008..............................................................................................60
Tabel XVI. Obat Otot Skelet dan Sendi yang Digunakan pada Terapi Diabetes
Periode 2008.................................................................................60
xvii
Tabel XVII. Evaluasi DTPs Obat hipoglikemik Oral pada Pasien Geriatri
Periode 2008.................................................................................61
2008..............................................................................................64
xviii
DAFTAR GAMBAR
Insulin 34
xix
DAFTAR LAMPIRAN
2008..............................................................................................73
xx
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
kejadian yang tidak diharapkan yang dapat dialami oleh pasien selama proses
terapi obat. Farmasis bertanggung jawab dalam membantu pasien untuk mencegah
masalah yang dihadapi pasien dalam kejadian DTPs. DTPs tidak dapat
dipecahkan atau dicegah apabila penyebab dari masalah tersebut tidak diketahui.
Tujuan evaluasi DTPs adalah membantu pasien mencapai tujuan terapi dan
mewujudkan outcome yang terbaik dari penggunaan terapi obat. Kategori DTPs
antara lain adalah terapi obat tanpa indikasi, perlu tambahan terapi obat, obat yang
tidak efektif, dosis terlalu rendah, adverse drug reactions, dosis terlalu tinggi, dan
dari data World Health Organization (WHO) diprediksi kenaikan pasien diabetes
di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun
2030 (Anonim, 2006a). Pada populasi di Amerika Serikat, lebih dari 15% geriatri
peningkatan penderita diabetes geriatri sebesar 56% pada tahun 2020. Pada negara
geriatri yang menderita DM meningkat secara progresif (Ho dan Turtle, 2001).
1
2
membutuhkan terapi obat hipoglikemik oral (OHO) selain dengan terapi non
farmakologi untuk menjaga agar kadar glukosa mendekati normal serta mencegah
geriatri perlu dipantau agar tidak menimbulkan hal yang tidak diinginkan (efek
samping yang tidak diinginkan) karena pada pasien geriatri berisiko terjadi efek
samping dan interaksi obat yang merugikan disebabkan pada pasien ini lebih
Amerika dari tahun 1996-1997 didapati hanya 12 % populasi lanjut usia dengan
DM yang mencapai kadar gula darah di bawah nilai acuan yang ditetapkan
American Diabetes Association (Elson dan Norris, 2004). Oleh karena itu,
yang disebabkan oleh faktor fisiologis, penurunan daya tahan tubuh pada geriatri,
bertambahnya usia dapat terjadi. Jika faktor- faktor tersebut tidak diperhatikan
mengetahui DTPs yang terjadi akibat penggunaan OHO agar kualitas pelayanan
3
pada pasien geriatri dapat lebih optimal sehingga mencapai target yang
diharapkan.
strategis dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai evaluasi Drug Therapy
1. Perumusan Masalah
a. Seperti apakah profil pasien geriatri Diabetes Melitus di instalasi rawat inap
RSUD Sleman periode 2008 meliputi jenis kelamin, penyakit penyerta, lama
c. Apa saja jenis Drug Therapy Problems (DTPs) dan berapa persentase Drug
Therapy Problems (DTPs) Obat Hipoglikemik Oral yang terjadi pada pasien
2008?
4
2. Keaslian Penelitian
“Evaluasi Drug Therapy Problems Obat Hipoglikemik Oral pada Pasien Geriatri
Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Bulan Juli- Desember 2003 (Utomo,
2005).
2008).
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berbeda dalam hal tujuan, subyek,
evaluasi Drug Therapy Problems pada obat hipoglikemik oral dengan subyek
5
penelitian adalah pasien geriatri penderita Diabetes Melitus pada periode 2008
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk
Sleman.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
pasien Diabetes Melitus pada instalasi rawat inap RSUD Sleman periode 2008.
2. Tujuan khusus
PENELAAHAN PUSTAKA
diharapkan yang dialami pasien yang memerlukan atau diduga memerlukan terapi
obat dan berkaitan dengan tercapainya tujuan terapi yang diinginkan. DTPs dapat
masalah dan mulai pecahkan pada masalah yang terpenting dan kritis bagi
care yang utama adalah mencegah terjadinya DTPs (Strand, Cipole dan Morley,
2004).
sejumlah masalah yang dapat disebabkan oleh obat dan/atau yang dapat
diselesaikan dengan terapi obat dan menjadi tanggung jawab dari pharmaceutical
care (Strand, Cipole dan Morley, 2004). Penyebab umum terjadinya DTPs dapat
Tabel I. Kategori Drug Therapy Problems (Strand, Cipole dan Morley, 2004)
Drug Therapy Problems Penyebab-penyebab Drug Therapy Problems
Ada obat tanpa indikasi • Obat tidak diperlukan berkaitan dengan kondisi medis
(unnecessary drug therapy) saat ini.
• Diberikan obat kombinasi padahal hanya satu obat
yang diperlukan.
• Kondisinya akan lebih baik jika diberikan terapi non
farmakologi.
• Obat digunakan untuk mengurangi efek merugikan
dari penggunaan obat lain.
• Penyalahgunaan obat, penggunaan alkohol, atau
merokok yang menyebabkan masalah.
7
8
B. Geriatri
gangguan fungsi jasmani dan rohani, dan sering disertai masalah psikososial.
pasal 1 ayat 2, lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh)
tahun keatas.
dimana obat yang diberikan bagi pasien geriatri ini sangat banyak padahal pada
pasien ini fungsi tubuhnya sudah tidak terlalu baik. Dalam petunjuk khusus ISO
memilihkan obat bagi pasien yang usia lanjut mengingat banyaknya obat dan
sudah mengalami penurunan menjadi tidak patuh dengan pengobatan yang ada.
maupun farmakokinetiknya,
10
3. dosis awal umumnya dimulai dengan 50% dari dosis dewasa muda,
dalam jangka waktu yang lama, apakah perlu penyesuaian rejimen atau
7. memberi penandaan yang jelas pada label wadah obat dan hindari
(Anonim, 2009c).
C. Diabetes Melitus
1. Definisi
2.Klasifikasi
a. Diabetes Melitus Tipe 1 ini sering disebut dengan IDDM (Insulin Dependent
rusaknya sel β-pankreas. Oleh karena itu, terjadi kekurangan insulin (Wens,
Sunaert, Nobels, 2005). Pada Diabetes tipe ini, lebih dari 90% terjadi
kerusakan autoimun pada sel beta pankreas dan 10% terjadi karena idiopatik
b. Diabetes Melitus Tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih
hanya sementara.
diantara kadar normal dan diabetes, lebih tinggi dari pada normal tetapi tidak
Glucose) dan IGT (Impaired Glucose Tolerance) atau disebut TGT (Toleransi
Glukosa Terganggu).
pada uji toleransi glukosa berada di atas normal tetapi tidak cukup tinggi
gula darah puasa 100-125mg/dL, sedangkan IGT jika kadar glukosa darah
3. Patogenesis
Jika membicarakan patogenesis dari DM, tidak lepas dari organ pankreas.
menempel pada duodenum (usus 12 jari), bagian atas dari usus halus. Pankreas
makanan dan mengontrol hormon insulin dan glukagon untuk mengontrol gula
Fungsi utama hormon insulin dalam menurunkan kadar gula darah secara
alami dengan cara meningkatkan jumlah gula yang disimpan di dalam hati,
merangsang sel-sel tubuh agar menyerap gula dan mencegah hati mengeluarkan
meningkat akan merangsang sel beta pankreas untuk melepaskan insulin. Insulin
darah turun maka sel alfa pankreas akan melepaskan glukagon. Glukagon
Pada Diabetes Melitus, kadar insulin yang rendah maupun tidak adanya
a. Diabetes Melitus Tipe 1, pada Diabetes tipe ini (Diabetes Melitus Tergantung
Insulin), tubuh hanya memproduksi sedikit sekali insulin atau tidak sama
imun menyerang dan merusak sel-sel beta pada pankreas yang memproduksi
insulin.
b. Diabetes Melitus Tipe 2 terjadi karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak
sekresi insulin, tetapi karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu
merespon insulin secara normal. Salah satu penyebab resistensi insulin adalah
paling tidak salah satu enzim, yaitu lipoprotein lipase yang meningkatkan
konsentrasi asam lemak bebas dalam darah. Konsentrasi tinggi asam lemak
3) gangguan sekresi insulin dan produksi glukosa hepatik yang berlebihan, sel-
sel β kelenjar pankreas mensekresi insulin dalam dua fase. Fase pertama
sekresi insulin terjadi segera setelah stimulus atau rangsangan glukosa yang
2005a).
4. Epidemiologi
Pada tahun 2000 diperkirakan sekitar 150 juta orang di dunia mengidap
Diabetes Melitus (DM). Jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi dua kali
lipat pada tahun 2005, dan sebagian besar peningkatan itu akan terjadi di negara-
sekitar 200 juta jiwa, berarti lebih kurang 3-5 juta penduduk Indonesia menderita
DM. Tercatat pada tahun 1995, jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai 5
juta jiwa. Pada tahun 2005 diperkirakan akan mencapai 12 juta penderita. Namun
(8,6 persen dari jumlah penduduk) atau menduduki urutan keempat setelah Cina,
5,6 juta orang pada tahun 2001 dan akan meningkat menjadi 8,2 juta pada 2020,
sedangkan survei Depkes 2001 terdapat 7,5 persen penduduk Jawa dan Bali
menjalani rawat inap dan jalan menduduki urutan ke-1 di rumah sakit dari
a. Pertama, jika terdapat keluhan polifagia, polidipsi dan poliuria serta kadar
c. Ketiga dengan TTGO. Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥200mg/dl.
yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air
(ADA, 2009).
Terdapat dua jenis komplikasi dalam DM, yaitu komplikasi akut dan
menahun. Yang termasuk dalam komplikasi akut antara lain ketoasidosis diabetik,
pembuluh darah tepi, dan pembuluh darah otak. Pada mikroangiopati terdiri dari
dapat menyebabkan keparahan dan kematian pada pasien penderita DM. Faktor
tingginya kadar glukosa darah, pengendalian berat badan, tekanan darah, profil
lipid dalam darah serta pemberian antiplatelet dapat menurunkan risiko timbulnya
Tekanan darah harus selalu diukur saat pasien datang untuk memeriksakan
farmakologi. Secara non farmakologi antara lain dengan menurunkan berat badan,
selektif, diuretik dosis rendah, penghambat reseptor alfa dan antagonis kalsium
setahun sekali dan bila dianggap perlu dapat dilakukan lebih sering. Pasien yang
mg/dL (laki-laki >40 mg/dL, wanita >50 mg/dL); trigliserida <150 mg/dL)
(Anonim, 2006a), pemeriksaan profil lipid dapat dilakukan 2 tahun sekali (ADA,
2009).
19
kardiovaskular, termasuk pasien dengan usia >40 tahun yang memiliki riwayat
dislipidemia, atau albuminuria (ADA, 2009). Untuk pasien yang alergi dengan
meningkatkan kualitas hidup dan menurunkan kadar glukosa darah pada kondisi
komplikasi, kadar gula darah, organ-organ darah, dan pola hidup (Triplitt,
Reasner, 2005).
b. Terapi
1) Non Farmakologi
a) Edukasi, dilakukan dengan tujuan untuk promosi hidup sehat. Edukasi perlu
yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak. Selain itu,
diperhatikan pula jumlah kalori yang disesuaikan dengan status gizi, umur,
stres akut dan kegiatan fisik dimana kegiatan ini bertujuan untuk mencapai
kolesterol diperlukan namun tidak boleh melebihi dari 300 mg per hari.
adalah olahraga yang ringan namun dilakukan dengan teratur. Olahraga yang
2) Farmakologi
Gambar 5. Penggolongan Obat Hipoglikemik Oral Beserta Tempat Aksi (Anonim, 2007)
tiazolidindion,
2006a),
22
yang telah terbentuk akan diangkut dari pankreas melalui pembuluh vena untuk
berhati-hati, oleh karena itu untuk memulai terapinya menggunakan dosis yang
23
sangat rendah. Selain itu, golongan ini merupakan pilihan utama untuk pasien
dengan berat badan normal atau kurang serta tidak mengalami ketoasidosis
gangguan saluran cerna dan gangguan susunan syaraf pusat. Gangguan saluran
cerna berupa mual, diare, sakit perut, hipersekresi asam lambung dan sakit
kepala. Gangguan susunan syaraf pusat berupa vertigo, bingung, ataksia dan
kedua. Pembagian tersebut didasarkan kekuatan daya kerja dan efek samping
hipoglikemik. Selain itu, obat ini mempunyai efek agregasi trombosit yang
lebih poten. Glikazida dapat diberikan bagi penderita gangguan fungsi hati dan
mg/hari dalam 1-2 kali pemberian. Glikazid dosis rendah dapat diberikan 1 kali
sehari, sebelum atau bersama sarapan, dosis tinggi diberikan dalam dosis
cepat dan aksinya lebih pendek dibandingkan repaglinida. Obat-obat ini secara
khusus efektif bila dikombinasikan dengan metformin atau obat diabetes lain
(Anonim, 2006b).
pemberian per oral, dan diekskresi secara cepat melalui ginjal (Anonim,
adalah sintesis glukosa dari senyawa yang bukan karbohidrat, misalnya asam
kinase) akan diaktifkan oleh adenosin monofosfat (AMP) yang terbentuk dari
dapat meningkatkan ambilan glukosa masuk ke dalam sel otot (Zhou, Myer, Li,
2001).
Salah satu contoh obat yang masuk dalam golongan biguanida dan
metformin. Dalam Asian Pacific Type 2 Diabetes Policy Group edisi keempat
dengan judul Type 2 Diabetes practical and treatments tahun 2005, metformin
merupakan terapi awal pada pasien obesitas dan kelebihan berat badan dan
direkomendasikan pula bagi pasien yang pasien yang tidak obesitas pada
beberapa negara.
>80 tahun) dan bagi seseorang yang mengalami disfungsi ginjal dimana nilai
kreatinin >1,5mg/dL pada pria dan 1,4mg/dL pada wanita (Lacy, Armstrong,
(Bruijstens, Luin, Jungerhans & Bosch, 2008). Dalam keadaan anaerob ini,
sistem vena portal. oleh karena peningkatan laktat tersebut, aktivitas enzim
handbook edisi ke-14, dosis untuk dewasa adalah 500 mg dua kali sehari
Proliferator Activated Receptor Gamma), suatu reseptor inti di sel otot dan sel
lemak.
ambilan glukosa di perifer. Contoh obat dari golongan ini adalah rosiglitazon
α-glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus. Inhibisi kerja enzim ini
makan dan tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu. Efek samping
obat ini adalah perut kurang enak, lebih banyak flatus dan kadang-kadang
(Anonim, 2005a).
29
efek dari inkretin. Inkretin merupakan suatu hormon peptida yang disekresi
oleh epitel usus sebagai respon terhadap makanan yang dimakan dan berfungsi
sebagai respon terhadap peningkatan kadar glukosa darah yang terjadi setelah
menyerupai kerja dari GLP-1 endogen. Yang merupakan golongan ini adalah
exatinade. Exenatide juga merupakan anggota pertama dari kelas baru obat
manusia. Hormon inkretin GLP-1 dan GIP diproduksi oleh sel endokrin dari sel
insulin pada status diabetik. Namun GLP-1 itu sendiri tidak efektif untuk
pengobatan dibetes secara klinis karena memiliki waktu paruh yang sangat
singkat.
dengan GLP-1 dan memmiliki waktu paruh yang lebih panjang. Exenatide
sehingga lebih kecil risikonya terjadi hipoglikemik. Selain itu risiko kenaikan
berat badan juga lebih kecil bila dibandingkan obat anti diabetes lainnya
(Arnita, 2007).
DPP-4.
kadar dan aksi dari GLP-1 dan GIP (GLP-1 reseptor agonis), meningkatkan
sekresi insulin sesuai dengan kadar glukosa darah, dan menekan sekresi
glukagon dari sel alfa pankreas (Anonim, 2009f). Obat yang termasuk dalam
1) Sitagliptin, merupakan obat pertama dari golongan DPP-4. Obat ini bekerja
dengan menghambat inaktifasi inkretin GLP-1 dan GIP melalui inhibisi secara
2) Vildagliptin
dependent insulinotropic peptide (GIP) secara cepat dibuat inaktif. GLP-1 dan
maka kadar inkretin yang aktif dapat ditingkatkan dan aktivitasnya diperlama
hingga menjanjikan keuntungan yang lebih baik untuk para penderita diabetes
(Anonim, 2008b).
E. Insulin
1. Mekanisme Insulin
insulin menyebabkan glukosa darah tidak dapat atau terhambat masuk ke dalam
sel. Akibatnya, glukosa darah akan meningkat, dan sebaliknya sel-sel tubuh
gula darah dalam batas normal sepanjang hari yaitu 80-120mg% saat puasa dan
80-160mg% setelah makan.pada pasien yang berusia 60 tahun keatas, batas ini
lebih tinggi dimana kadar gula darah puasa 150mg% dan 200mg% setelah makan
(Anonim, 2000).
33
Insulin menurut lama kerja dapat dibagi menjadi kerja singkat, kerja
75%insulin Lispro
protamine/25%insulin lispro 5-15 menit 1-2 jam 16-18 jam
injection (Humalog Mix25)
(Anonim, 2006a)
34
Interaksi obat, didefinisikan sebagai modifikasi efek satu obat akibat obat
lain yang diberikan pada awalnya atau diberikan bersamaan atau bila dua atau
lebih obat berinteraksi sedemikian rupa sehingga keefektifan atau toksisitas satu
obat atau lebih berubah (Aslam, 2003). Interaksi obat dilihat dalam drug
kortikostroid
calcium channel blocker
isoniasid
2. insulin aspirin Aspirin secara signifikan
meningkatkan sekresi
insulin basal (Tatro, 2007)
yang sama pada menejemen terapi pasien dewasa. Beberapa perhatian diperlukan
dalam administrasi obat hipoglikemik oral pada pasien geriatri terutama pada
pasien yang selain menderita DM juga mempunyai penyakit ginjal, hati dan
pengobatan yang diterima lebih dari satu macam sehingga perlu diperhatikan
adanya interaksi antara obat hipoglikemik oral dan obat lain yang digunakan
H. Keterangan Empiris
pasien geriatri penderita Diabetes Melitus di instalasi rawat inap di RSUD Sleman
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
dilakukan terhadap sejumlah ciri (variabel) subyek menurut keadaan apa adanya
data yang diperoleh dari lembar rekam medis dievaluasi berdasarkan standar yang
pada lembar rekam medis pasien di instalasi rawat inap RSUD Sleman periode
2008.
38
B. Definisi Operasional
1. Pasien geriatri penderita Diabetes Melitus adalah pasien dengan usia 60 tahun
keatas yang memiliki kadar glukosa puasa ≥126mg/dL atau pada rekam
seluruh obat yang digunakan oleh pasien pada saat pasien dirawat di instalasi
3. DTPs adalah peristiwa yang tidak diinginkan yang dialami pasien yang
a. Terapi obat tanpa indikasi, meliputi tidak adanya indikasi medis yang valid
untuk terapi obat yang digunakan saat itu, banyaknya pemakaian banyak
obat untuk kondisi tertentu padahal hanya memerlukan terapi obat tunggal,
kondisi medis lebih sesuai diobati tanpa terapi obat, terapi obat digunakan
b. Indikasi penyakit yang tidak diberikan terapi, meliputi kondisi terapi yang
yang paling efektif terhadap masalah medis yang dialami, kondisi medis
terbiaskan dengan adanya obat, bentuk sediaan obat tidak sesuai dan obat
zat aktif yang tersedia dan durasi obat terlalu singkat untuk menghasilkan
obat terlalu singkat, durasi obat terlalu panjang, interaksi obat terjadi
karena hasil dari reaksi toksik dari obat dan dosis obat diberikan terlalu
cepat.
tidak diinginkan yang tidak berhubungan dengan dosis, produk obat yang
dengan dosis, pengaturan dosis yang diberikan atau diganti dengan sangat
cepat, produk obat yang menyebabkan reaksi alergi dan produk obat yang
C. Subyek Penelitian
dirawat di instalasi rawat inap RSUD Sleman periode 2008 kemudian diambil
sesuai kriteria inklusi yaitu: pasien dengan usia 60 tahun keatas yang memiliki
kadar glukosa puasa ≥126mg/dL atau pada rekam medis telah didiagnosis
menderita DM serta pasien yang telah menerima terapi obat hipoglikemik oral
tunggal maupun dengan kombinasi (baik kombinasi dengan OHO yang lain
D. Bahan Penelitian
rekam medis pasien geriatri DM di instalasi rawat inap RSUD Sleman periode
2008.
1. Analisis situasi
Analisis situasi dimulai dengan melihat pola penyakit dan obat yang
digunakan pada pasien geriatri penderita DM yang ada di instalasi rawat inap
RSUD Sleman periode 2008 yang di peroleh dari instalasi catatan medik rumah
sakit.
2. Pengambilan data
Selanjutnya dari 60 pasien yang didapatkan, dipilih sesuai dengan syarat inklusi
41
yang ditetapkan oleh penulis dan didapatkan 22 kasus yang menggunakan obat
bagian rekam medis yang memuat laporan jenis penyakit pasien geriatri rawat
jenis kelamin, lama rawat inap, keadaan pasien setelah menjalani rawat inap
didapat. Selain itu, peneliti juga melakukan tanya jawab dengan farmasis yang
menanyakan data dari rekam medik yang kurang jelas serta melihat
kombinasi obat hipoglikemik oral yang lain atau kombinasi bersama insulin
yang digunakan bersama dengan obat selain obat hipoglikemik oral dan insulin
penggunaan obat hipoglikemik oral, dosis, frekuensi, obat lain yang digunakan,
data laboratorium, diagnosis penyakit, dan diagnosis lain serta keluhan yang
42
dialami pasien selama rawat inap, kadar glukosa darah pada awal masuk Rumah
pada pasien geriatri periode 2008, namun yang masuk dalam kriteria inklusi
peneliti ada 22 kasus, sehingga yang digunakan dalam penelitian adalah 22 pasien
3. Pengolahan data
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan diagram dengan
beberapa keterangan yang meliputi data tentang profil penggunaan obat, golongan
dan jenis obat hipoglikemik oral yang digunakan, dosis, frekuensi, data
Data kualitatif dibahas dalam bentuk uraian dan data dibahas secara
deskriptif dalam bentuk tabel atau gambar diagram. Sebelumnya, data pasien
1. Karakteristik pasien
ataupun belum sembuh dibagi jumlah total kasus pada periode 2008 dikali
100%.
dengan cara menghitung jumlah pasien yang terdapat pada range lama
perawatan tertentu dibagi dengan jumlah total kasus dan dikalikan 100%.
2. Pola pengobatan
Interaction Fact (Tatro, 2007), dan standar kedua AHFS drug information
2004 (McEvoy dkk, 2003). Untuk mengetahui kelas terapi yang digunakan
68,2% dan pria 31,8%. Besarnya jumlah geriatri wanita pada penelitian ini
pada usia 60-74 tahun serta usia ≥75 tahun, risiko terkena DM pada jenis
kelamin pria lebih tinggi daripada wanita. Hal ini tidak sesuai dengan yang
menderita DM.
45
46
kelamin bukan faktor risiko DM. Yang merupakan faktor risiko dari DM
antara lain riwayat penyakit keluarga DM, obesitas, tekanan darah tinggi dan
hingga tujuh hari (seminggu). Lama perawatan dibagi menjadi tiga yaitu 1-7
perawatan yang mahal jika terlalu lama dirawat karena rata-rata pasien rawat
dan 3 pasien (13,6%) keluar dengan status di rekam medik belum sembuh.
Kriteria status keluar dilihat dari keadaan terakhir pasien rawat inap pada hari
48
gula darah sewaktu 171-365mg/dL, gula darah puasa 111-319 mg/dL dan
total dan trigliserida melebihi normal. Hal tersebut dikarenakan glukosa yang
terbentuk tidak dapat diubah menjadi energi. Akibatnya sumber energi yang
lain dibuat dari lemak ataupun protein. Oleh karena itu kadar kolesterol dapat
Tabel VI. Karakteristik Pasien Geriatri Penderita Diabetes Melitus Instalasi Rawat
Inap di RSUD Sleman periode 2008 berdasarkan Komplikasi
No. Komplikasi Jumlah Persentase
kasus (%)
1. DM tanpa komplikasi 7 31,8
2. Penyakit Kardiovaskuler
DM+ Hipertensi 6 27,3
DM+ Dislipidemia 4 18,2
3. DM+ Ulkus 4 18,2
4. DM+ Hipoglikemik 1 4,5
Komplikasi ulkus pada pasien geriatri penderita DM umum terjadi.
dapat menyebabkan terjadinya infeksi. Oleh karena itu, pasien geriatri yang
sendiri maupun dikarenakan oleh komplikasi yang mereka derita. Oleh karena
Tabel VII. Karaketristik Pasien Geriatri Penderita Diabetes Melitus Instalasi Rawat
Inap di RSUD Sleman periode 2008 Berdasarkan Penyakit Penyerta
No. Penyakit penyerta Jumlah Persentase
kasus (%)
1. Gangguan pencernaan
Gastritis 4 18,2
Diare 1 4,5
2. Asam urat 2 9,2
3. Malaria 1 4,5
4. Anemia 1 4,5
5. Urtikaria 1 4,5
6. Tanpa penyerta 12 54,6
samping dari pengobatan yang diterima maupun pola makan yang kurang
baik.
50
a. Obat Hormonal
Yang termasuk dalam obat-obat hormonal dalam penelitian ini
adalah obat hipoglikemik dan kortikosteroid.
Tabel VIII. Obat Hormonal yang Digunakan pada Terapi Diabetes Melitus Pasien
Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Periode 2008
Terapi Komposisi Persentase
(%)
metformin+ insulin 9 40,9
metformin 6 27,3
glikazid + metformin 6 27,3
glikazid+metformin+ 1 4,5
insulin
Total 22 100
keunggulan yang tidak didapatkan pada obat hipoglikemik oral yang lainnya
dikarenakan pada pasien geriatri kadar gula darah tidak stabil atau tidak
terkontrol, selain itu juga digunakan untuk menentukan unit insulin yang akan
digunakan.
Tabel IX. Obat yang Bekerja pada Sistem Saluran Cerna yang Digunakan pada
Terapi Diabetes Melitus Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman
Periode 2008
Golongan Sub Golongan Komposisi Jumlah Persentase
kasus (%)
Antitukak Antagonis ranitidin 8 36,4
Reseptor H2
52
diare.
menghambat sekresi asam lambung. Zat aktif yang banyak digunakan adalah
klorida.
keparahan dan kematian pada penderita DM. Faktor risiko yang dapat
Tabel X. Obat yang Digunakan untuk Penyakit pada Sistem Kardiovaskuler yang
Digunakan pada Terapi Diabetes Melitus Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap
RSUD Sleman Periode 2008
Golongan Sub golongan Komposisi Jumlah Persentase
kasus (%)
Antihipertensi ACE inhibitor kaptopril 12 37,5
moeksipril 2 6,3
HCl
Antihipertensi klonidin 3 9,4
yang bekerja hidroklorid
sentral
Antagonis valsartan 1 3,1
Angiotensin II
Diuretik furosemid 1 3,1
Pada kasus nomor 9, terdapat empat zat aktif yang digunakan yaitu
insulin. Akibat resistensi insulin ini, glukosa darah hasil proses metabolisme
dari makanan yang dimakan tidak dapat disimpan dalam sel baik dalam
akhirnya dapat melebihi ambang batas ginjal dan terjadilah proses diuresis
risiko kardiovaskular, termasuk pasien dengan usia >40 tahun yang memiliki
Golongan statin digunakan untuk penurun lipid. Golongan ini diberikan pada
Tabel XI. Obat yang Digunakan untuk Pengobatan Infeksi yang Digunakan pada
Terapi Diabetes Melitus Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman
Periode 2008
Golongan Sub golongan Komposisi Jumlah Persentase
kasus (%)
Antimikroba sefalosporin seftriakson 5 19,3
seftizoksim 2 7,8
seftazidim 1 3,8
sefadroksil 1 3,8
kuinolon siprofloksasin 4 15,4
pefloksasin 2 7,8
levofloksasin 1 3,8
sulfonamid dan kotrimoksazol 1 3,8
trimetoprim
Antiprotozoa metronidazol metronidazol 6 23,1
Antimalaria klorokuin 1 3,8
primakuin 1 3,8
Antelmintik pirantel pamoat 1 3,8
Total 26 100
karena pasien dapat menerima lebih dari satu golongan obat. Misalnya pada
mempunyai ulkus atau luka pada bagian tubuhnya. Golongan antimikroba ini
digunakan untuk mencegah atau mengobati jika terjadi infeksi pada luka
infeksi.
sintesis dinding sel mikroba. Selain itu, sefalosporin aktif terhadap gram
57
(Anonim, 2000).
hasil positif untuk adanya parasit. Penggunaan antimalaria karena pada hasil
Golongan yang digunakan pada obat yang bekerja pada sistem saraf
pusat adalah golongan obat mual dan vertigo dengan zat aktif yang paling
Tabel XII. Obat yang Bekerja pada Sistem Saraf Pusat yang Digunakan pada
Terapi Diabetes Melitus Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman
Periode 2008
Golongan Komposisi Jumlah Persentase
kasus (%)
Obat untuk metoklopramid 5 55,6
mual dan
vertigo ondasetron 3 33,3
domperidon 1 11,1
Total 9 100
Ondasetron diberikan pada pasien yang mengalami mual cukup
parah sehingga diberikan obat yang lebih baik dari anti mual saja.
geriatri.
58
Tabel XIII. Obat yang Bekerja sebagai Analgesik yang Digunakan pada Terapi
Diabetes Melitus Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman
Periode 2008
Golongan Komposisi Jumlah kasus Persentase
(%)
Non narkotik ketorolak 5 50,0
parasetamol 2 20,0
methampiron + 2 20,0
diazepam
Antimigrain flunarizin 1 10,0
Total 10 100
Obat analgesik di atas, digunakan dalam menghilangkan rasa nyeri
salah satu penyebab nyeri adalah adanya luka/ulkus pada pasien DM. Ulkus
terjadi akibat kadar glukosa darah yang tidak terkontrol sehingga terjadi
gangguan pada pembuluh darah perifer yang akan mengurangi aliran darah
Tabel XIV. Obat yang Mempengaruhi Darah dan Gizi yang Digunakan pada Terapi
Diabetes Melitus Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman
Periode 2008
Golongan Sub Komposisi Jumlah Persentase
golongan kasus (%)
Cairan dan ringer 20 44,4
elektrolit laktat/asetat
natrium 11 24,4
klorida
Glukosa 1 2,2
maltose 1 2,2
Vitamin Vitamin B vitamin B 6 13,4
komplek
mekobalamin 2 4,4
ATP, vitamin 1 2,2
B6
Lain-lain alpha lipoic 3 6,8
acid
Total 45 100
59
kekurangan cairan yang masuk namun banyaknya cairan yang keluar. Cairan
vitamin B12. Dalam suatu jurnal (Liu, Dai, dan Jean, 2006) dikatakan bahwa
vitamin B12 yang rendah dan empat lainnya memilki level vitamin B12 yang
rendah. Oleh karena itu, pemberian vitamin B komplek yang salah satu
unsurnya adalah vitamin B12 diberikan kepada pasien ini mengingat semua
manfaat klinis yang lebih besar daripada risikonya kecuali untuk batuk kering
Tabel XV. Obat yang Bekerja pada Sistem Saluran Pernafasan yang Digunakan
pada Terapi Diabetes Melitus Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman
Periode 2008
Golongan Komposisi Jumlah Persentase
kasus (%)
Antitusif kodein fosfat 2 40,0
dekstrometorfan 1 20,0
Antialergi feksofenadin HCl 1 20,0
mebhidrolin napadisilat 1 20,0
Total 5 100
pasien.
Tabel XVI. Obat Otot Skelet dan Sendi yang Digunakan pada Terapi Diabetes
Melitus Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Periode 2008
Golongan Sub golongan Komposisi Jumlah Persentase
kasus (%)
Obat antigout allopurinol 3 60,0
reumatik antiinflamasi natrium 1 20,0
dan gout nonsteroid diklofenak
kalium 1 20,0
diklofenak
Total 5 100
61
dalam mengatasi nyeri dan radang yang timbul akibat adanya penyakit reumatik
didapat oleh penulis ada dua macam yaitu dosis terlalu rendah (dosage too low)
Tabel XVII. Evaluasi DTPs Obat hipoglikemik Oral pada Pasien Geriatri Penderita
Diabetes Melitus di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman periode 2008
No. Kategori DTPs Persentase
(%)
1. dosis terlalu rendah (dosage too low) 4,5
2. adverse drug reactions 27,3
Dalam data yang diambil oleh penulis, terdapat kategori DTPs dosis
yang digunakan belum sesuai dengan dosis dari standar yang diacu oleh
dosis rendah tersebut bertujuan untuk menghindari efek samping yang terjadi
adalah 500 mg dua kali sehari (Lacy, 2008-2009). Untuk pasien geriatri dosis
hipoglikemik oral yang digunakan dalam rawat inap pasien geriatri penderita
80 mg satu kali sehari bersama dengan sarapan dan dosis maksimalnya adalah
Dalam kasus yang diteliti oleh penulis, terdapat satu kasus yang
mengalami dosis terlalu rendah (dosage too low), yaitu pasien nomor 4. Pada
pasien nomor 4, pemberian metformin hanya dilakukan selama dua hari dan
harinya padahal dari literatur yang di dapat oleh peneliti, dosis metformin
yang digunakan 1000mg/hari yaitu 500mg pada pagi hari dan 500 mg pada
sore hari. Selain itu, dosage too low ini dilihat dari gula darah pasien saat
(Drug Interaction Fact), dan AHFS. Pada kasus yang diteliti oleh penulis,
adverse drug reactions terjadi pada interaksi obat menyebabkan reaksi yang
tidak diinginkan yang tidak berhubungan dengan dosis dan produk obat yang
pasien kasus nomor 6 dan 19. Interaksi yang ditimbulkan dapat meningkatkan
(kasus 19). Pada suatu studi dosis tunggal pada individu sehat, penggunaan
metformin sebesar 22% dan AUC sebesar 15%. Pada furosemid meningkat
hingga 31% kadar puncak plasma dan AUC 12% (McEvoy, G. K., dkk,
2003).
nifedipine (kasus 6). Interaksi ini dapat menurunkan efek metformin dalam
harus dimonitor agar pasien tidak mengalami reaksi yang merugikan akibat
interaksi ini.
64
padahal nilai creatinin pasien mencapai 1,77mg/dL pada kasus 5 dan 3,04
mencapai >1,4mg/dL dan >1,5mg/dL pada pria. Pada kondisi ini dapat
yang lain yang tidak dikontraindikasikan dengan kadar kreatinin yang tinggi.
gangguan fungsi hati. Adanya gangguan fungsi hati dapat ditunjukkan dengan
hasil pemeriksaan hati meliputi SGPT dan SGOT dimana nilai normal untuk
SGOT adalah 0,00-31,00 µ/L untuk wanita dan 0,00-37,00 µ/L pada pria.
Kasus 14 dan 20 mempunyai nilai SGOT yang melebihi normal yaitu 53,9
µ/L dan 56,3 µ/L, oleh karena itu penggunaan metformin sebaiknya dihindari
Tabel XVIII. Evaluasi DTPs kategori Adverse Drug Reactions Obat Hipoglikemik Oral
pada Pasien Geriatri Penderita Diabetes Melitus di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman
Periode 2008
Kasus Jenis Obat Penilaian Plan
6 metformin interaksi yang dapat Penggunaan obat ini
dan menyebabkan berkurangnya tidak bersamaan.
nifedipin. efek obat hipoglikemik oral
65
Evaluasi DTPs di atas, ditemukan tiga kategori yaitu dosis terlalu rendah
(dosage too low) dan adverse drug reactions dimana persentasi dari masing-
A. Kesimpulan
Keadaan pasien keluar rumah sakit dengan kondisi yang membaik adalah
oral metformin.
instalasi rawat inap RSUD Sleman periode 2008 adalah dosis terlalu
rendah (dosage too low) berjumlah 4,5% dan terdapat 27,3% adverse
drug reactions.
B. Saran
66
67
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000, Informatorim Obat Nasional Indonesia, 265, 333, DepKes RI,
Jakarta
Anonim, 2004, Bagi Kaum Lansia Obat tidak Selalu Menjadi Sahabat
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0804/01/index.htm,diakses tanggal
28 Desember 2009
Anonim, 2009c, Penggunaan obat pada Pasien Usia Lanjut dalam Informasi
Spesialit Obat Indonesia edisi 44, 587, PT.ISFI Penerbitan, Jakarta Barat
Anonim,2009d,Gliklazid,http://www.diskes.jabarprov.go.id/index.php?mod=pubI
nformasiObat&idMenuKiri=45&idSelected=1&idObat=67&page=3,
diakses pada tanggal 9 November 2009
Asian Pacific Type 2 Diabetes Policy Group, 2005, Type 2 Diabetes Practical
Targets and Treatments, 24, 26, International Diabetes Institute,
Australia
Aslam, M., 2003, Farmasi Klinis menuju pengobatan dan pengharapan pilihan
pasien, 263-270, PT.Gramedia, Jakarta
Bosenberg, L,H., Zyl van D,G., 2008, The Mechanism of Action of Oral
Antidiabetic drugs: A Review of Recent Literature, JEMDSA, volume
13, No. 3, 82
Bruijstens, L,A., Luin, M., Jungerhans, B., & Bosch, F, H., 2008, Reality of
Severe Metformin Induced Lactic Acidosis in the Absence of Chronic
Renal Impairment, The Netherlands Journal of Medicine, vol. 66, No. 5,
185-190
Cipolle, R.J. dan Strand, L.M., 2004, Pharmaceutical Care Practice The
Clinician’s Guide, Second Edition, 172-173, 178-179, 197, McGraw-
Hill, New York
Evans, J, L., Rushakoff, R, J., 2007, Oral Pharmacological Agents for Type 2
Diabetes: Sulfonylureas, Meglitinides, Metformin, Thiazolidinediones, α-
Glucosidase Inhibitors, and Emerging Approaches,
http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.endotext.org/diabe
tes/diabetes16/figures/figure2.png&imgrefurl=http://www.endotext.org/d
iabetes/diabetes16/diabetes14.html&usg=__8AiRkpVeXOZKFACFYZui
ZjIaOhQ=&h=399&w=550&sz=138&hl=id&start=325&um=1&tbnid=d
q8t3G1A2qDtkM:&tbnh=96&tbnw=133&prev=/images%3Fq%3Dmech
anism%2Bof%2Baction%2Bantidiabetic%26ndsp%3D21%26hl%3Did%
26sa%3DN%26start%3D315%26um%3D1, diakses pada tanggal 23
Desember 2009
Finucane, P., Popplewell, Phil, 2001, Diabetes Melitus and Impaired Glucose
Regulation in Old Age: The Scale of the Problem in Diabetes in Old Age,
John Wiley & Sons Ltd
Ho, P, J dan Turtle, J, R., 2001, Establishing the Diagnosis in Diabetes in Old
Age, John Wiley & Sons Ltd
Liu,K.,W., Dai, L., K., dan Jean, W., 2006, Metformin Related Vitamin B 12
Deficiency, Age and Ageing, 35 (2):200-201
71
McEvoy, G. K., dkk, 2003, AHFS Drug Information 2004, 985, The American
Society of Haelth-System Pharmacist, Inc., USA
Meilani, 2005, Pola Penggunaan Obat Antidiabetik Oral pada Pasien Diabetes
Melitus di Instalasi Rawat Jalan RS PKU Muhamadiyah Yogyakarta
Tahun 2004, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Poedjiadi, A., 1994, Dasar- dasar Biokimia, 262, Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta
Sainz, Esteban, F., A., Mataix, Segura, A., Figuls, D. Moher, 2009, Metformin
Monotherapy for Type 2 Diabetes Melitus(Review), Published by
JohnWiley & Sons, Ltd, The Cochrane Collaboration, 3
Tatro,D., 2007, Drug Interaction Facts 2007, 852,853, 994, Wolters Kluwer
Company, USA
Triplitt, C.L., Reasner, C.A., Isley, L.I., Diabetes Melitus, in Dipiro, J.T., (Eds),
2005, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, sixth edition,
1334-1352, Apleton and Lange, Stanford Conneticut
Valsaraj, S., Augusti, K.T., Chemmanam, V., Jose, R., 2009, Effects of Insulin,
Glimepiride and Combination Therapy of Insulin and Metformin on
Blood Sugar and Lipid Profile of NIDDM Patients, Indian Journal of
Clinical Biochemistry, 24 (2) 175-178
Votey, S.R., Peters, A.L., Lober,W, Talavera, F., Bessen, H.A., Halamka,B.,
2007, Diabetes Melitus Type 2-A Review, http://www.emedicine.com,
diakses pada tanggal 9 Desember 2009
Wens, Johan., Sunaert, Patria., Nobels, Frank., Combrugge Van Paul., Bastian,
Hilde., dkk, 2005, Guideline for Good medical Practice Type 2 Diabetes
Melitus, 6, Flemish Association of GPs- Flemish Diabetes Assoiatition
Zhou, G., Myer, R., Li, Y, 2001, Role of AMP-activated protein kinese in
mechanism of metformin action. J Clin Invest 2001; 108(8):1167-74
73
LAMPIRAN
Pengobatan
Nama Obat Tanggal pemberian (November 2008)
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
- Opox (loperamid HCl) 2mg √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
(2x1)
- kotrimoksazol (2x2) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
- metronidazol 250mg (2x2) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
- kaptopril 25mg (3x1) √ √ √ √ √ √ √ √ √
- Glucodex (glikazid) 80mg √ √ √ √ √ √ √
(1/2x1 pagi)
- metformin 500mg (1x1 pagi) √ √ √ √ √ √ √
- Medixon (metil prednisolon) √ √ √ √
4mg (3x1)
- Dexanta syrup (Al- √ √ √ √
hidroksida, Mg-hidroksida,
dimetilpolisiloksan) (3xc1)
- Radin (ranitidin) (2x1) √ √ √ √ √ √ √ √ √
- ketorolak (1A/hari) √
-infus RL √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
76
Assesment
1. Dalam kasus ini Cr pasien > 1,77mg/dL. Metformin tidak dianjurkan digunakan bagi pasien
yang memiliki Cr>1,4mg/dL. (adverse drug reactions).
Plan
1. Metformin dapat diganti dengan golongan Sulfonilurea yaitu glikazid 40-80 mg/hari sebelum
atau bersama sarapan.
78
Pengobatan
Nama Obat Tanggal pemberian (November 2008)
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
- kaptopril 25mg (3x1) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
- Glumin (metformin) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
500mg (1x1pagi)
- nifedipin 10mg(2x1/2) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
- metformin 500mg √ √ √
(1x1malam)
- Aspilet (asetosal) √ √ √
80mg (1x1)
- Neurodex (vitamin B √ √
komplek) (1x1)
- siprofloksasin (2x1fl) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
- Actrapid (3x12ui) √ √ √ √ √ √
- Actrapid (3x6ui) √ √ √ √
- Actrapid (3x8ui) √ √ √ √
- infus RL √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
- infus NaCl √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
79
Pengobatan
Nama Obat Tanggal pemberian (November 2008)
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
- Univask (moeksipril √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
HCl) (1x1)
- Mecola (alpha lipoic √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
acid) (3x1)
- Dexanta syrup(Al- √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
hidroksida, Mg-
hidroksida,
dimetilpolisiloksan)
(3xc1)
- Glumin (metformin) √ √ √ √ √ √
500mg (1x1pagi)
- Tensivask 5mg √ √ √ √ √
(amlodipin besilat) (1x1)
- Cefat (sefadroksil) √ √ √
500mg (2x1)
- Analsik (metampiron √ √ √
&diazepam) (3x1)
- Uramin G (1x1) √ √ √
- Actrapid (3x8ui) √ √ √ √ √ √
- Actrapid (3x12ui) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
- Remopain (ketorolak) √ √ √ √
30mg/ml
- Terfacef (seftriakson) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
(2x1 gram)
- Farnat (metronidazol) √ √ √ √
(3x1fl)
- Ondavel (ondazetron) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
(2x1)
- Meconeuron √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
(mekobalamin)
- Infus RL √ √ √ √ √ √
- NaCl √ √
80
Pengobatan
Nama Obat Tanggal pemberian (Oktober 2008)
9 10 11 12 13 14 15
- metformin 500mg (2x1) √ √ √ √ √
- valsatran 80mg (2x1) √ √ √ √ √
- Actrapid (3x10ui) √ √ √ √ √ √ √
- seftriakson (2x1 gram) √ √ √ √ √ √ √
- infus RL √ √ √ √ √ √
- infus NaCl (20 tpm) √ √ √ √ √
81
Objective
Parameter Tanggal periksa Angka normal Tanda Vital
7 8 10 15 17
GDS 566 151 45-130mg/dL TD: 180/100
GDP 333 361 267 50-110mg/dL Nadi: 80-
GD2JPP 441 418 287 <140mg/dL 94x/menit
Ureum 50,3 10-50mg/dL Suhu: 36,50C
Asam urat 6,08 2,4-5,7mg/dL Penafasan:
Kolesterol total 284 <200mg/dL 20x/menit
Trigliserida 318 <150mg/dL
Pengobatan
Nama Obat Tanggal pemberian (Juli 2008)
7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 2 2 23
0 1 2 3 4 5 6 7 8 90 1 2
- Amdixal (amlodipin √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
maleat) 5mg (1x1)
- allopurinol 100mg (3x1) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
- simvastatin 10mg (1x1) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
- kaptopril 12,5mg (2x1) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
- Dexaflox 400mg (2x1) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
- metformin 500mg (3x1) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
- klonidin 75mg (3x1) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
- klobazam (1x1) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
- Analsik √ √ √
(metampiron&diazepam)
(1x1)
-Analsik √ √
(metampiron&diazepam)
(3x1)
-Actrapid (3x6ui) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
- Ondavel (ondasetron) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
(1mg/hari)
- infus RL (20tpm) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
- infus NaCl (30-40tpm) √
82
Objective
10/06/08 10/06/08 11/06/08 13/06/08 TD: 130/90
GDS: Hb: 12 GDP: GDS: Nadi:
343mg/dL Leukosit: 7,7 273mg/dL 220mg/dL 80x/menit
GOT: 16,7µ/L Limfosit: 30,4 GD2JPP: Pernafasan:
GPT: 10,0µ/L Monosit: 5,2 303mg/dL 20x/menit
Ureum: HCT: 34,2 Suhu: 360C
20,9mg/dL Eritrosit: 4,04
Cr: 0,63mg/dL Trombosit: 307
As.urat: 3,87
Kolesterol
total:
252mg/dL
Pengobatan
Nama Obat Tanggal pemberian (Juni 2008)
10 11 12 13 14
- klobazam (1x1) √ √ √ √ √
- Amdixal (amlodipin maleat) √ √ √ √ √
5mg (1x1)
- Klonidin (klonidin √ √ √ √ √
hidroklorid) (1x1/2)
- Gludepatik 500mg √ √ √ √ √
(metformin) (1x1)
- Glucodex 80mg (glikazid) √ √ √ √ √
(1x1)
- ISDN 5mg (2x1) √ √ √ √
- Neurodex (vitamin B √ √ √ √
komplek) (2x1)
- kaptopril (1x1) √ √ √ √
- metformin 500mg (3x1) √ √ √
- Dexanta (Al-hidroksida, Mg- √ √ √
hidroksida, dimetilpolisiloksan)
(3xc1)
- ketorolak (3x1) √ √ √ √ √
- infus RL √ √ √ √ √
84
Pengobatan
Nama Obat Tanggal pemberian (April-Mei 2008)
30 1 2 3 4 5
- Mecola (alpha lipoic acid) √ √ √ √ √ √
(3x1)
- Glumin 500mg (metformin) √ √ √ √ √ √
(1x1)
- Actrapid (3x12ui) √ √ √ √ √ √
- seftazidim (1gram/hari) √ √ √ √ √ √
- infus NaCl (20tpm) √ √ √ √ √ √
- infus RL √ √ √ √ √ √
85
Objective
07/10/08 07/10/08 09/10/08 14/10/08 16/10/08
GDS: 200mg/dL Hb: 14,0 GDP: 209mg/dL GDS: 123mg/dL GDS: 189mg/dL
GOT: 16µ/L Leukosit: 11,2 GD2JPP:
GPT: 10 µ/L Limfosit:22,2 278mg/dL Tanda vital
Ureum: 31,9 HCT: 40,9 TD: 80/60
mg/dL Eritrosit: 5,0 Nadi: 80x/menit
Cr:0,99mg/dL Trombosit:
As.urat: 3,39 280rb/mmk
Pengobatan
Assesment
Penggunaan Diabex tidak dianjurkan melihat hasil laboratorium GOT yang melebihi normal
(adverse drug reactions).
Plan
87
Pengobatan
Nama Obat Tanggal
pemberian
(Maret 2008)
18 19 20
- Sesden (timepidium bromida) (3x1) √ √ √
- Glucodex (glikazid) 80mg (1x1/2) √ √ √
- Amdixal (amlodipin maleat) 5mg (1x1) √ √ √
- metformin 500mg (1x1) √ √ √
- Dexanta (Al-hidroksida, Mg-hidroksida, √ √ √
dimetilpolisiloksan) (3x1c)
- metoklopramid (3x1) √ √ √
- Myoviton (ATP, vit B6) (3x1) √
- infus RL √ √ √
90
Pengobatan
Nama Obat Tanggal pemberian (Juni 2008)
13 14 15 16 17 18
- Dexanta syrup (Al-hidroksida, Mg- √ √ √ √ √ √
hidroksida, dimetilpolisiloksan) (3x1c)
- Interhistin (mebhidrolin napadisilat) √ √ √ √ √ √
50mg (3x1)
- Unalium (flunarizin) 5mg (3x1) √ √ √ √ √ √
- Radin (ranitidin) 150mg (2x1) √ √ √ √ √
- Telfast (feksofenadin HCl) (1x1) √ √ √ √ √
- metil prednison (pagi 2tab, siang 2 √ √ √ √ √
tab)
- metformin 500mg (1x1) √ √ √ √ √
- diazepam 5mg (1x1) √
- Radin injeksi (2x1) √ √
- klorperamid √
- Della inj √ √
- infus RL √ √ √
91
Lampiran 2.Golongan Obat Beserta Nama Dagang yang Digunakan Pasien Geriatri
Penderita Diabetes Melitus di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Periode 2008
a. Obat Hormonal
metoklopramid Metolon® 2
Metoklopramid 1
Vomitrol® 1
Primperan® 1
e. Obat Analgesik
BIOGRAFI PENULIS