Makalah Kasus Kegawatdaruratan
Makalah Kasus Kegawatdaruratan
Disusun oleh :
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan
Karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya dan tepat pada
waktunya.
Terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak yang menjadi sumberreferensi bagi
kami. Terimakasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing dan semua pihak yang terkait
dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.
Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2. Terapi psikologi
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta
menghilangkan masalah dan konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang
penyakit ini.
3. Cairan
Berikan cairan parental yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
glukose 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu
dapat ditambah kalium dan vitamin khususnya vitamin B kompleks dan vitamin
C dan bila ada kekurangan protein dapat diberikan pula asam amino secara
intravena.
4. Obat
Pemberian obat pada hiperemesis gravidarum sebaiknya berkonsultasi dengan
dokter sehingga dapat dipilih obat yang tidak bersifat teratogenik atau dapat
menyebabkan kelainan kongenital pada bayi.
5. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikistrik bila keadaan
memburuk. Delirium, kebutaan, takhikardi, ikterus, anuria dan perdarahan
merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan
abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena itu di satu pihak tidak boleh
dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi
gejala ireversibel pada organ vital.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada bab pembahasan ini penulis akan membahas mengenai teori dan evidence based
pada jurnal yang terlampir. Menurut Budi Santoso (2006) kehamilan diluar tuba ialah
kehamilan ovarium, kehamilan intraligamenter, kehamilan servikal, dan kehamilan abdominal.
Beberapa faktor risiko penyebab kehamilan ektopik antara lain faktor tuba, 5-10 kali lipat pada
pasien dengan riwayat salfi ngitis. Perlekatan lumen tuba, kelainan anatomi tuba. Riwayat
operasi pada tuba falopi termasuk pasca tubektomi – pasca rekontruksi tuba. Faktor ovarium:
migrasi eksterna, hormon eksogen kehamilan yang terjadi pada pasien dengan krontrasepsi
oral yang hanya mengandung progestin disebabkan oleh otot polos progestin. Faktor lain alat
kontrasepsi dalam rahin (IUD), merokok, usia tua, riwayat abortus berulang.
Pada jurnal yang meneliti mengenai kehamilan mola dihatidosa, yaitu kehamilan
abnormal yang ditandai dengan pembengkakan kistik vilus korialis disertai proferasi trofiblas
dalam bebepa tingkatan (Nisa, Himawan, & Marwoto. 2010). Gejala utama mola hidatidosa
adalah perdarahan. Keluhan perdarahan ini yang menyebabkan klien datang mencari
pertolongan ke rumah sakit. Sifat perdarahan dapat terjadi intermiten, sedikit – sedikit maupun
sekaligus banyak sehingga dapat menyebabkan terjadinya anemia, syok ataupun kematian
(Rachmadhi & Winkjosastro, 2016). Mola hidatidosa dapat menjadi keganansan meskipun telah
dilakukan penatalaksanaan. Menurut Nasa,dkk (2010) bahwa 50% klien mengalami mola
dihatidosa akan beresiko untuk berkembang ke arah koriokarsinoma. Koriokarsinoma
merupakan tumor ganas sel trofoblas yang berasal dari kehamilan normal maupun abnormal.
Oleh karena itu diperlukan pemantauan meskipun telah dilakukan evakuasi pada kehamilan.
Tanda dan gejala utama Mola hidatidosa yaitu terjadinya perdarahan. Perdarahan biasanya
terjadi pada rentang kehamilan dengan usia kehamilan satu sampai tujuh bulan. Sifat
perdarahan bervariasi, ada perdarahan sedikit ada juga perdarahan banyak dan hal ini
merupakan salah satu penyebab terjadinya anemia. Penatalaksanaan Mola hidatidosa adalah
evakuasi mola menggunakan kuret hisap, setelah dilakukan evakuasi mola makan tindakan
selanjutnya untuk mendeteksi dini kearah keganasan adalah dilakukan pemantauan kadar β
HCG selama satu tahun, 3 bulan pertama dilakukan setiap 2 minggu, 3 bulan kedua setiap 1
bulan, dan enak bulan terakhir setiap dua bulan (Sastrawinata, dkk, 2015).
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Kehamilan Ektopik Terganggu
Diagnosis pada pasien ini adalah kehamilan ektopik terganggu. Perawatan
yang dilakukan sejak pasien datang adalah segera mencari tahu kepastian
diagnosis kehamilan ektopik terganggu dengan mengambil data lengkap dari
anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan ginekologis, pemeriksaan
penunjang seperti pemeriksaan darah, tes kehamilan dan USG. Setelah
didapatkan diagnosis kerja kehamilan ektopik terganggu, segera dilakukan
intervensi pembedahan laparotomi. Dengan kondisi pasien yang stabil setelah
dioperasi, luka operasi terawat dengan baik, pada perawatan hari ke sembilan
diminta kontrol luka operasi.
Hal yang dapat dilakukan sekarang adalah memberi edukasi pada pasien ini
untuk lebih jeli dalam menghadapi tanda-tanda kemungkinan hamil lagi, seperti
langsung ke dokter untuk memastikan apakah dirinya benar-benar hamil dan
mendapat perawatan yang lebih ketat. Dijelaskan juga faktor-faktor risiko sperti
infeksi pelvik, penyakit menular seksual, usia dan larangan merokok untuk
mencegah bertambah besarnya risiko terjadinya kehamilan ektopik terganggu,
karena pada pasien yang pernah mengalami penyakit ini, jelas sebelumnya sudah
ada faktor risiko untuk memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik terganggu
lagi.
b. Mola Hidatidosa
Mola hidatidosa merupakan penyakit wanita dalam masa reproduksi antara
umur 15 tahun sampai umur 45 tahun. Umumnya pada kasus ini janin meninggal
sedangkan vilus-vilus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh subur,
gambaran yang diberikan adalah segugus buah anggur.
Sebagai bidan dapat memberikan penatalaksanaan kasus mola hidatidosa
dengan mengantisipasi memburuknya keadaan ibu harus memberikan cairan
intravena RL atau NaCl 0,9% dan mencegah terjadinya perdarahan. Setelah itu
bidan harus melakukan rujukan ke tingkat pelayanan kesehatan memadi dengan
BAKSOKU.
c. Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang hebat dalam masa
kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan
atau gangguan elektrolit sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari dan
membahayakan janin didalam kandungan. Pada umumnya terjadi pada minggu ke 6-
12 masa kehamilan dan dapat berlanjut hingga minggu ke 16-20 masa kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
Salemba Medika
Rauf, Syahrul, dkk. 2014. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta: PT Bina
dan Rujukan.
Norwitz, Errol & John Schorge. 2010. At A Glance Obstetri & Ginekologi Edisi
Info Media.
Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, & Spong. (2013). Obstetri Williams.
Jakarta: EGC.
Djamhoer, M, Firman, F. W., & Jusuf, S. E. (2013). Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan
Geri, M, & Carole, H. (2009). Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktik. Jakarta: EGC.
Lauren A, D., Jessica E, D., & Meredith B, T. (2012). Rujukan Cepat Kebidanan.
Jakarta: EGC.