Anda di halaman 1dari 10

STUDI KASUS 3: GOTEBORG, SWEDIA

Some of the Problems

(Yuningkhus Yandar Aini, 21040118130088)

Beberapa masalah yang dihadapi Goteborg mirip dengan yang terjadi di Boston dan
Washington. Dimana untuk mengatasi masalah ini dibutuhkan penciptaan ruang kota yang
terstruktur dan perencanaan pembangunan kembali. Goteborg adalah kota terbesar kedua
di Swedia dan satu-satunya pelabuhan Swedia di Atlantik. Didirikan pada awal 1600-an di
bawah pimpinan Raja Gustav Adolf II yang dirancang oleh para insinyur Belanda dengan
tipe benteng perkotaan yang ideal dan Renaisans Italia serta sistem kanal yang meresap di
dataran rendah yang membuat Kota Gateborg mendapat julukan “Amsterdam di Utara”.

Dahulu, saat melawan Denmark dan Norwegia, rawa-rawa dataran rendah di Sungai
Gdta Alv dilindungi oleh dinding zigzag yang di dalam dinding penopang ini insinyur Belanda
yang disewa raja menyusun sistem kanal yang hingga saat ini jaringan asli kanal dan jalan
masih jelas di Kota Bagian Dalam meskipun beberapa saluran air telah diisi untuk membuat
jalan.

Analisis studi kasus dan saran desain tata ruang di bagian buku ini berasal dari
pengalaman pribadi dalam bekerja dengan Kantor Perencanaan dan Pengembangan Kota
Goteborg untuk memperbaiki lima situs utama ruang yang hilang di pusat Goteborg.
Sebagai kota Eropa, Goteborg menerapkan metode yang menarik untuk merestrukturisasi
ruang yang hilang. Bentuk dari Kota Gateborg yaitu terdiri dari pola distrik berbeda
dipisahkan oleh ruang hijau dan jalan. Dimana distrik Goteborg berkembang selama lima
periode.

Historic Transformation

(Dzakwan Yazid Thalib, 21040118140152)

Tahap pertama pengembangan kota Goteberg adalah periode penahanan. Benteng


mendefinisikan kota kompak di timur, sungai menentukan tepiannya ke barat dan keduanya
menyediakan penghalang defensif dan sarana komunikasi ke dunia luar. Melalui sungai
adalah pintu akses ke kota oleh kapal besar. Tiga titik tinggi di dalam kota dicadangkan
sebagai titik pengintai dan layanan kerajaan. Di sisi darat, tiga gateway utama menembus
dinding: Carl's Port, King's Port, dan Queen's Port. Poin-poin penting dari penetrasi masih
butuh rekonstruksi besar-besaran. Hubungan figur-ground Kota Dalam mengungkapkan
kepadatan jauh lebih cocok untuk Peta Nolli Roma daripada cakupan terputus-putus yang
ditemukan di Washington.
Tahap kedua dalam pengembangan stuktur kota Goteberg adalah kurangnya koneksi
yang koheren adalah keputusan untuk "melompati tembok" pada awal 1800-an. Di bawah
pengaruh sub-urbanisasi negara-kota Inggris, lanskap pedesaan di sekitarnya cocok untuk
lingkungan perumahan. Antara 1800 dan 1870. Inti Masalah dari tahap kedua evolusi di kota
Goteberg ini adalah dia ingin mengembangkan kotanya menjadi lebih besar atau “melompati
tembok” tetapi karena dari awal sudah dirancang adanya tembok besar makanya jadi susah
untuk mengembangkan kota tersebut. Proposal Carlberg untuk mengembankan kota
Goteborg tahun 1808 sama dengan kota Florence yaitu menggunakan pola blok urban yang
berkelanjutan. Belanda Amsterdam menggunakan sistem kanal konsentris yang dapat
diperluas, memiliki 'fleksibilitas dalam tata ruang aslinya untuk tumbuh dengan konsistensi.
Masalah di Goteborg hari ini adalah fungsi buffer linear di sekitar dinding lama.

Tahap ketiga dalam pengembangan kota Goteberg yang dapat diidentifikasi dalam
revolusi Goteborg berlangsung dari sekitar tahun 1870 hingga 1910. Pengaruh dari
pengembangan kota tahap ketiga ini adalah dari Gerakan Neorenaissce, terutama dari
Prancis dan Jerman. Dampak dari Gerakan ini pengembangan kota Lebih condong kearah
arsitek daripada planning.

Tahap keempat dalam pengembangan kota Goteberg berlangsung dari tahun 1910
hingga 1930. Pada tahap ini kota Goteberg berkembang di bawah pengaruh Nasionalisme
Swedia (kadang-kadang disebut sebagai Nordic Classicism) dan Gerakan Cantik Kota,
terutama mempengaruhi distrik-distrik terpencil seperti Majorna dan Kungsladugarden.
Secara umum, area-area seperti itu dicirikan oleh tingkat kekosongan yang tinggi, patologi
sosial, segregasi, dan jarak perjalanan yang sangat panjang yang khas dari komunitas
perumahan diluar. Di dalam pusat kota, bidang ruang yang hilang juga telah diperkenalkan
di daerah dataran tinggi selatan seperti Landala dan Johanneberg. Area-area baru di inti
pusat, dan terutama komunitas perumahan di luar, adalah beban di sisi perencana dan
arsitek Swedia. Ada proposal yang sangat penting untuk mengembangkan kota Goteberg
yaitu telah ada gaya arsitektur vernakular yang memberikan citarasa istimewa bagi kota.
“Bohuslan Veracnacular” adalah bentuk unik dari konstruksi bata dan kayu, yang berasal
dari sekitar tahun 1750 hingga 1900. Konstruksi buatan rumah adat ini terbukti di
perumahan pekerja pelabuhan.
Present Day Physical Form

(Theresia Permatasari Gurning, 21040118140140)


Menurut Goterborg terdapat beberapa jenis bentuk kota yang berbeda di daerah pusat
kota yaitu

1. The Waterfront zone terdiri dari ruang residu yang kurang dimanfaatkan dalam bentuk
tempat parkir dan melalui jalur lalu lintas.

2. The Inner city yaitu pusat komersial dan lapangan kerja utama untuk wilayah tersebut.

3. Nya Allen, yaitu taman linier lebar yang mengelilingi sisi daratan kota bagian dalam.

4. The Stone District yaitu bangunan perumahan dan komersial campuran pergantian abad
yang berbatasan langsung dengan Inner City. Daerah-daerah ini memiliki gaya arsitektur
yang kuat dan sistem blok ortogonal yang kaku.

5. The Residential Communities, yaitu terdiri dari blok-blok apartemen midrise. Topografi
curam telah memiliki dampak yang kuat pada bentuk area ini.

Kelima wilayah kota ini muncul dalam serangkaian pandangan .Contohnya dari distrik
perbukitan yang terpencil terdapat pemandangan indah di atas kota, dan menara mengikuti
bentuk topografi dan seperti tebing di lanskap. Puncak-puncak bukit dibangun oleh menara-
menara pertengahan yang tampak menempel pada proyeksi-proyeksi batuan.

Di ketinggian yang lebih rendah dari Distrik Batu, bukit-bukit batu ini menjadi tembok
alami, kadang-kadang bagian dari bentuk bangunan. Bangunan diukir dan di padukan
antara unsur-unsur alam dan buatan manusia yang menciptakan karakter unik di Daerah
Bohuslan ini. Di daerah dataran tinggi jalan berliku-liku , sedangkan wilayah dataran rendah
cenderung memiliki jalan yang lurus.Pergeseran sudut jalan ini memberikan karakter unik
suatu kota yang bersifat responsif terhadap topografinya.

Ketika benteng Goteborg dihilangkan, struktur kota diperluas dari struktur tertutup
menjadi struktur terbuka sehingga distrik-distrik terpisah satu sama lain. Secara historis,
benteng memberikan identitas dan definisi visual ke kota secara keseluruhan Gerbang
bertindak sebagai pintu ke ruang kota, tempat-tempat pada titik-titik ini sebagai serambi
antara kota bagian dalam dan luar. Salah satu fokus utama proposal desain untuk Goteborg
adalah upaya untuk mengembalikan pusat dan orientasi visual yang hilang.
The Ring Road (Jalan Lingkar)

(Silvia Yulianti Sinaga, 21040118140143)

Jalan lingkar atau The Ring Road merupakan system jalan yang melingkar yang
digunakan atau difungsikan untuk pengalihan arus lalu lintas dari pusat kota. System jalan
yang seperti ini dibutuhkan untuk melakukan penyebaran lalu lintas. The ring road mulai
dikembangkan sejak lima tahun yang lalu sebagai kantor lalu lintas, dengan tujuan pada
awalnya untuk membuat tempat-tempat bebas bagi mobil untuk berjalan/berlalu lintas.

Goteborg merupakan salah satu kota yang mengimplikasikan atau menerapkan


system the ring road yang pada masa itu (sekitar tahun 60-an) mendapat perhatian
internasional, dengan tujuan yaitu untuk mengurangi mobilisasi seluler didalam kota
tersebut, dan pada masa itu sistem yang diterapkan cukup berhasil.

Penerapan the ring road sendiri ternyata memiliki efek pada tepi jalan seperti taman
dan laut, diakibatkan karena adanya peningkatan volume mobilisasi/pergerakan pada jalan
lingkar. Hal ini lah yang sedang dipikirkan oleh pemerintah bagaimana cara untuk
mengurangi mobilasi pada jalan lingkar tersebut.

Lost Space Node (Simpul Ruang yang Hilang)

(Danik Nur Puspita Sari, 21040118130106)

Lima simpul ruang yang hilang diidentifikasikan untuk perkembangan di masa depan.
Pihak pemerintah wajib melakukan hal terpenting ini, yaitu menetapkan pedoman sebelum
menyerahkan kekuasaan kepada pengembang swasta. Kebijakan-kebijakan publik tentang
ruang terbuka wajib menjadi dasaran dalam perencanaan suatu ruang sebab dapat
memberikan bentuk dan makna sendiri kepada setiap lokasi yang akan dibangun. Lalu
dengan begini kita dapat mengendalikan dan mengarahkan struktur fisik yang akan di
bangun.

Analisis sistem tentang dua realitas penting dalam bentuk ruang:

1. Struktur Spasial Historis Utama yang Internal ke Inti


Terdiri dari tiga koridor luar pintu linier.
Contoh : linier park, ruang jalan raya yang dibuat Ostra Hamngatan dan Kungsportplatsen,
serta kanal utama yang masih ada intinya.
2. Lingkaran Ruang
Suatu ruang yang diciptakan khusus untuk mobil yang mengelilingi inti dari pusat Kota.
Titik-titik persimpangan antara dua sistem diatas menunjukan lima simpul ruang yang
hilang jadi perlu adanya restrukturisasi, seperti; adanya dua situs tepi laut menurut Lilia
Bommen dan Stenpiren dan tiga kotak gerbang menurut Jarntorget, Kungsportplaten, dan
Drottningtorget.

Maka dalam pengembangan semua ini perlu adanya :

1. Perluasan untuk Ruang Pejalan Kaki (trotoar)


2. Mengembalikan Arti Definisi Ruang Publik
3. Mengalihkan lalu lintas
4. Bangunan Pengisi
5. Sarana untuk Bangunan, Jembatan, Anjungan, Tanaman dan Air

Jadi adanya pembuatan proposal sangat penting dalam menyusun perubahan demi
kemajuan suatu daerah dengan tujuan bukan hanya untuk meresepkan bentuk rencana
lokasi tetapi lebih untuk menguraikan secara umum bentuk dan skala ruang publik yang
akan di bangun. Walaupun proposal berada pada level konseptual namun dalam
kenyataannya permasalahan mengekspresikan kerangka kerja atau struktur publik masih
minimum sebab mereka di berikan pemikiran tentang menyelesaikan masalah tanpa
menggambarkan suatu perincian untuk memprogram dan mengimplementasikan proyek.
Inilah produk dari interaksi lanjutan antara Komisi Perencanaan dan pengembang situs yang
bersangkutan. Seharusnya dalam membuat keputusan semua pihak wajib merencanakan
seluruh kegiatan dengan rinci dan matang supaya dalam pelaksanaan pembangunan tidak
terjadi pembangunan yang salah atau tidak berstruktur.

Lilia Bommen

(Naufal Farras Abhista Wibowo, 21040118140077)

Di Goteborg, Sweden sumbu terpenting dibentuk oleh Ostra Hamngatan dan


Kungsportsavenyn dan di sebelah selatan, sumbu berakhir secara simbolis di Golaplatsen
dan terdapat sebuah alun-alun yang tertutup di tiga sisi oleh teater utama dan kompleks
museum. Cluster bangunan di alun-alun ini berfokus pada patung Poseidon yang terkenal di
Carl Milles. Namun di Goteborg ini masih terdapat kekurangan yang terletak di ujung tepi
laut yang terdapat persimpangan jalan raya sehingga tercipta seperti sumbu yang terputus
yang mengakibatkan terlihat hanya seperti ruang yang kosong, maka dari itu Penulis
mengajukan proposal untuk mendesain ulang persimpangan dan menciptakan lapangan di
Lilia Bommen sehingga ruang kosong yang ada di ujung tepi laut bisa menjadi seperti
sebuah tempat komersial ataupun retail centre tetapi tetap berpemandangan terbuka.
Dan yang ideal agar terbentuk kembali koneksi kota ke tepi laut adalah dengan
mengembalikan Ostra Hamngatan sebagai sebuah kanal dan selain itu juga dengan cara
merancang sebuah bangunan di belakang Struktur Parkir Nord Stad, sebuah garasi
bertingkat yang terletak di ujung utara Ostra Hamngatan yang dipenuhi toko-toko dapat
dilanjutkan melalui garasi yang ada sekarang dengan dibangun sebuah lorong yang
terhubung dengan tingginya satu tingkat di atas permukaan jalan.Di lorong ini akan melewati
serangkaian bangunan (hotel, ritel, atau perumahan) di atas jalan.Ujungnya adalah sebuah
ruang setengah terbuka di Lilia Bommen, yang sebagian dikontrol oleh iklim dan akan
berfungsi sebagai jenis ruang kaca yang di dalamnya dapat diisi dengan fasilitas penunjang
untuk belanja,makan dll,dan untuk outdoornya diberi fasilitas penunjang seperti perahu
air,tempat duduk yang nyaman untuk menikmati sensasi kehidupan di waterfront city.

Jarntorget
(Orzhe Elantry Faiz, 21040118130110 & Unestra Wibisana W.W, 21040118130128)
Jarntorget yang biasa dikenal “Alun-alun pekerja” adalah titik di mana tembok kota tua
bertemu tepi pantai di tepi barat kota. Fungsi khusus dari jarntorget ini adalah sebagai situs
dari Folkets Hus (Rumah Rakyat) yang telah menjadi titik kumpul untuk melawan
ketidakadilan dari kapitalis dan konflik antara kota dan negara terutama pada Hari Buruh.

The Folkets Hus sendiri yang seharusnya menjadi gedung perkumpulan tidak jelas
depan dan belakangnya gedung dan tidak menghubungkan ke ruangan lain dengan yang
lain, sehingga bangunan ini menjadi tidak berfungsi sebagaimana seharusnya sebagai alun-
alun.

Masalah lain adalah kurangnya koneksi dengan tepi pantai. Alun-alun ini terlalu dekat
dengan air. Tidak ada di situs mencerminkan kedekatannya dengan harbourfront. Ke barat
daya adalah jalur fert stena yang menghubungkan Goteborg dengan Denmark dan Jerman.
Sebuah fungsi yang telah menghasilkan area paving yang luas di sepanjang tepi laut.
Penyebaran fasilitasnya tidak terkendali dan tidak terorganisir. Kota dan perusahaan feri
harus menilai kembali kebijakan mereka secara fisik dan politik di alun-alun buruh.
Beberapa metode untuk merestrukturisasi area ini :
 Penggambaran dari taman linear ke alun-alun, membagi dua alun-alun dengan kios
pasar dengan penentuan zona yang jelas untuk penggunaan pejalan kaki dan troli di
dalam lokasi.
 Jalan yang berlanjut ke air di sepanjang pintu masuk utama, Jarnvaggatan, dari
Selatan. Pada titik ini jalan raya harus berada di bawah untuk menghubungkan ruang
publik ke pelabuhan. Jalan raya dan jalan-jalan lokal muncul kembali ke timur untuk
memungkinkan akses mobil ke daerah tersebut.
 Kompleks bangunan baru ada di lahan kosong di belakang Folkets Hus. Kompleks
ini akan menghubungkan gedung pemerintah ke alun-alun yang bisa berfungsi
sebagai gedung parkir dan ruang kantor dengan toko di jalanan.
 New Marina di Skeppsbrokajen. Ini adalah area di timur laut alun-alun, di sepanjang
tepi sungai yang harus diisi dengan tingkat aktivitas baru.
 Diantara blok blok kota di Masthugget dalam bentuk menjaga integritas dari pola fisik
yang ada mulai dari Masthuggtorget, Vafmlandsgatan, hingga Oscar Fredrikskyrkan
dan Nordhemsgatan.
 Tempat yang cukup untuk perluasan jalur feri Stena.
 Truk berat dan Transportasi kendaraan skala besar juga harus dipindahkan ke suatu
titik yang lebih jauh ke bawah.

Kungsportsplatsen

(Rizka Fauziah, 21040118140057)

Kungsportsplatsen merupakan kota yang terdapat pintu masuk utama ke kota tua
Stora Teatern dengan dua plaza, yaitu Kungstorget dan Bastionplatsen. Akan tetapi, dua
plaza yang dijadikan sebagai tempat parkir ini merusak fungsi pintu gerbang utama ke kota
utama teater dan memiliki bangunan yang indah. Oleh sebab itu, untuk menjadikan wilayah
teater dan pintu masuk dapat berfungsi secara efektif, perlu adanya pengalokasian tempat
parkir dan jalan yang berada di depan teater menjadi taman Barok yang dijalankan bersama
sistem ruang pejalan kaki linear.

Untuk mempeluas ritme teater yang bisa menyediakan koneksi antara jalan dan
jembatan, dibuat adanya barisan tiang semi transparan yang berbentuk ritme lengkungan
pada bangunan. Barisan tiang yang juga bisa digunakan sebagai tempat berlindung dari
cuaca buruk dan juga akan menjadi saran menggabungkan area rumput. Cara kerjanya
yaitu menggabungkan taman formal dan menghubungkannya ke sumbu utama yang
mengarah ke pusat kota.

Rekomendasi lain yang di tawarkan untuk Kungstorget adalah menghapus parkir dari
alun-alun yang berada di tepi kanal dan Bastionsplatsen yang bentuknya sama ke timur laut.
Jalur trem yang ada dan berhenti akan dipertahankan di daerah tersebut sebagai bagian
dari sebuah sistem yang memungkinkan transportasi publik koneksi antara
Kungsportsplatsen dan seluruh kota.

Terdapat gambar diagram dari bangunan yang digunakan untuk mengisi ruang kosong
tersebut yang maksudnya adalah mengganti permukaan parkir yang banyak di situs utama
Kungstorget yang melintasi kanal dari Kungsportsplatsen. Bangunan pengisi yang diusulkan
akan menanggapi garis besar asli kanal dan benteng yang dapat memperkuat pintu masuk.

Tempat parkir yang luas tidak cocok dan tidak pantas berada di sekitar gerbang dan
kanal tersebut, karena hanya akan menambah masalah kemacetan dan sirkulasi jalan.
Tempat yang cocok untuk lahan parkir adalah di Heden yang memiliki ruang terbuka yang
luas. Tujuan dari perencanaan tersebut adalah untuk struktur yang dirancang dengan baik
untuk alun-alun yang akan menyediakan ruang dan kualitas visual yang membuatnya
berguna untuk pintu masuk sehingga dapat digunakan juga oleh pejalan kaki menuju kota
tua.

Stenpiren

(Yuningkhus Yandar Aini, 21040118130088)

Stenpiren di Kota Goteborg adalah sebuah dermaga besar di ujung kanal utama
dengan lalu lintas sebagai masalah utamanya. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka
dibuatlah jembatan jalan diatas kanal karena dapat mengurangi kemacetan lalu lintas dan
kapal pun bisa terus beroperasi. Selain itu, dapat menjembatani bangunan di seberang jalan
untuk mengisi ruang yang hilang di Stenpiren dan juga dapat memperluas dinding kanal
serta dapat menghubungkan ruang publik dengan kantor dan ritel. Jembatan jalan tersebut
seperti yang ada pada jembatan jalan Ponte Vecchio di Florence atau jembatan asli London.
Sehubungan dengan struktur jembatan, sebuah marina besar dan dermaga apung juga
disarankan agar menjadi vitalitas yang baru di distrik.

Area yang berdekatan dengan Stenpiren terdiri dari blok-blok kompak yang dipotong
oleh kanal utama. Di sebelah utara, jalan berlanjut di sepanjang Postgatan dan
Kronhusgatan ke alun-alun umum. Dimana bangunan bersejarah di sekitar Stenpiren,
kerangka dasarnya akan dipertahankan, tetapi interior nya akan di renovasi untuk menjadi
kompleks perbelanjaan. Persimpangan lalu lintas utama akan berada di kaki Smedjegatan
dan jalan utama yang sejajar dengan Ostra Hamngatan yang menyediakan akses jalan raya
ke sistem jalan lokal di distrik tersebut.

Drottningtorget
(Muhammad Fareza Duta, 21040118130124)

The Queen’s Square merupakan ‘lost space’ terakhir pada studi kasus ini. The
Queen’s Square menjadi penting karena disinilah yang menjadi titik fokus semua
transportasi yang menuju kota. Semua mulai dari kereta lokal dan internasional, bis lokal
maupun antar region, taxi, mobil pribadi, pejalan kaki bahkan perahu canal bertemu di titik
ini. Alun alun ini sangat membingungkan dengan adanya stasiun kereta pusat, kantor pos
dan kantor perusahaan retail yang menyebar yang membuat pejalan kaki bingung.

Penulis mempunyai konsep untuk merekonstruksi The Queen’s Square dengan


konsep membuat ‘square within a square’. Aktivitas dalam alun alun akan diorganisir agar
dapat lebih teratur, serta untuk lebih mengefisienkan jaringan transportasi yang ada dengan
“ladder system” untuk menghubungkan mobil, kereta dan bus.

Setelah
mengatur ulang
sistem lalu lintas,
barulah pejalan
kaki dapat berjalan
dengan baik. Penulis
bertujuan untuk
membuat wajah
baru untuk The
Queen’s Square
dengan

menghubungkan stasiun utama dengan beberapa area perbelanjaan dengan memadukan


teknik raised building agar pejalan kaki bias melewati jalan diantara 2 bangunan dan juga
pengguna bangunan juga dapat menggunakan jembatan yang dibuat untuk
menghubungkan antar bangunan
Conclusion / Kesimpulan

(Rusdiaro Fadhil Zulafa, 21040118140067)


Karakteristik suatu kota yang berada di depan laut (waterfront) ataupun kota lama
yaitu tidak ada solusi yang tepat yang dapat diaplikasikan kepada kota tersebut. Pada kasus
Lilia Bommen sumbu yang besar di waterfront city adalah yang paling penting dan dapat
digunakan untuk komersial ataupun retail center.

Worker Square, yang dimana juga sangat penting dan sebagai pintu masuk ke
waterfront tersebut, memiliki kepentingan dan kebutuhan yang berbeda. Kepentingan politik
yang ada disini cukup memengaruhi keadaan di sini. Kepentingan transportasi pun juga
memengaruhi seperti kebutuhan untuk kapal ferry dan lain sebagainya. Rencana yang
sudah dibuat untuk di daerah ini adalah untuk membuat suatu tempat atau wadah yang
dapat membuat jalur pejalan kaki, taman serta pelabuhan saling terkoneksi dan kontinu.

Di Kungsportsplatsen, untuk membuat semuanya berjalan dengan efektif, maka


direncanakan untuk daerah Central Theater dibangun sebuah taman yang formal yang
sekarang adalah sebuah parkiran mobil di depan theater tersebut. Ini dapat menjadi koneksi
antara jalur pejalan kaki dan jembatan di King’s Port. Masalah yang ada di Stenpiren yaitu
adalah masalah lalu lintas. Untuk menangani kasus ini, direncanakan dibangun sebuah
jembatan diatas kanal utama untuk mengurangi intensitas kemacetan.

Rencana-rencana yang telah dibuat diatas adalah untuk proses pengembangan Kota
Goteborg dengan cara membuat rencana-rencana terkait permasalahan yang ada dan juga
strategi serta solusi untuk masa depan yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai