Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PPMPM

IDENTIFIKASI PRODAK MIGAS DENGAN METODA FTIR

Disusun Oleh

Nama : Susana Samaran

NIM : 191450052

Kelas : PDN IA

Kelompok 2

Logistik Minyak dan Gas

POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Cepu, Maret 2020


LEMBARAN PENGESAHAN

Judul : Penetuan kandungan Hidrokarbon Napthalene dala Avas dan


Avtur dengan menggunakan Spektrotofometri UV-Vis.
Kelompok :5
Prodi : PDN 1B
Tanggal pengesahan : 10 April 2020

Cepu, 10 April 2020

Dosen Pengapun Mahasiswa

Dr. Oksil Venriza, S.Si.,M.Eng Grace G. Sahuleka


NIP 19801015 200901 1 NIM 191450027

1
1
2
3
3
2.1.1 pertalite..................................................................................................................4
2.1.2 Premium.............................................................................................................4
2.1.3 Pertamax.............................................................................................................5
2.1.4 Avtur..................................................................................................................5
2.1.5 Avgas..................................................................................................................6
2.1.6 Gasoline..............................................................................................................6
2.1.7 Solar...................................................................................................................7
2.1.8 Fame...................................................................................................................8
2.2 8
2.2.1 Prinsip kerja spektrotometri FTIR.................................................................10
2.3 Hukum Lambert Beer............................................................................................15
16
17
17
18
19
4.1 Pengukuran Spektrum Standard.........................................................................19
4.2 Pengukuran Spektrum Produk X........................................................................26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................27
5.1 Kesimpulan...........................................................................................................27
5.2 Saran......................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan bakar minyak dan minyak pelumas merupakan sebagian dari hasil
pengolahan minyak mentah(crude oil) di kilang minyak. Minyak Mentah yang
keluar dari sumur-sumur pertambangan tidak dapat langsung digunakan, tapi
harus melewati suatu tempat pengolahan (kilang).Dikilang, minyak diolah
menjadi hasil minyak bumi yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan oleh
syarat-syarat penggunaan dan dengan pertimbangan ekonomis dapat memberikan
keuntungan. Demikian juga untuk bahan bakar minyak dan pelumas. Spesifikasi
utama adalah sifat pembakaran untuk bahan bakar dan sifat pelumasan untuk
minyak pelumas. Tentunya sifat-sifat lain yang berhubungan denganhandling
danpamakaian harus diperhatikan.Minyakmerupakan suatu senyawaHidrokarbon,
dengan penyusun utamaC=Carbon dan H=Hydrogen. Zat-zat kontaminan yang
sering terikut sejak dari dalam tanah adalah senyawabelerang dan belerang bebas
(S). Senyawa Nitrogen (N),Oksigen (O) dan logam-logam. Zat kontaminan ini
akan dihilangkan. Adapun jenis-jenis produk migas adalah Gasoline, kerosin,
premium, solar, avtur, avgas, LPG, CNG, LNG, metana dan etana. Sedangkan
produk migas yang akan diuji kali ini adalah Avtur, Avgas, Premium, Pertalit, dan
pertamas untuk menetukan untuk membedakan produk – produk tersebut.
Untuk membedakan produk – produk migas dan juga untuk menetukan
apakah produk migas dengan sempel X dalah produk apa maka mengunakan alat
yang dinamakan FTIR. FTIR (Fourier Transform Infrared) spektrofotometri
dikembangkan dalam rangka untuk mengatasi keterbatasan yang dihadapi dengan
instrument dispersife. Kesulitan utama adalah proses scanning lambat. Sebuah
metode untuk mengukur semua frekuensi inframerah secara bersamaan, bukan
secara individual, diperlukan sebuah solusi dikembangkan yang digunakan
perangkat optik yang sangat sederhana disebut interferometer. Spektrofotometri
inframerah telah digunakan untuk analisis bahan dilaboratorium hampir selama
lebih dari tujuh puluh tahun. Spectrum inframerah merupakan sidik jari dari
sampel dengan puncak serapan yang sesuai dengan frekuensi getaran antara
ikatan atom yang membentuk materi. Karena setiap perbedaan material adalah
kombinasi unik dari atom, sehingga tidak ada dua senyawa menghasilkan
spectrum inframerah yang sama.

1.2 Maksud dan Tujuan


1. Mempelajari dan mengaplikasikan metode FTIR
2 Membedakan struktur FTIR dari Pertalite, Pertamax, Premium dan Avgas dan
Avtur dengan FTIR
3. Menetukan nama dari Sempel X
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Produk Migas


Bahan bakar minyak dan minyak pelumas merupakan sebagian dari hasil
pengolahan minyak mentah(crude oil) di kilang minyak. Minyak Mentah yang
keluar dari sumur-sumur pertambangan tidak dapat langsung digunakan, tapi
harus melewati suatu tempat pengolahan (kilang).Dikilang, minyak diolah
menjadi hasil minyak bumi yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan oleh
syarat-syarat penggunaan dan dengan pertimbangan ekonomis dapat memberikan
keuntungan. Adapun produk migas yang diuji yaitu :

2.1.1 Pertalite
Pertalite diluncurkan pada tanggal 24 Juli 2015, merupakan bahan
bakar gasoline yang memiliki angka oktan 90 serta berwarna hijau terang
dan jernih ini sangat tepat digunakan oleh kendaraan dengan kompresi 9:1
hingga 10:1. Bahan bakar Pertalite memiliki angka oktan yang lebih
tinggi daripada bahan bakar Premium 88, sehingga lebih tepat digunakan
untuk kendaraan bermesin bensin yang saat ini beredar di Indonesia.
Dengan tambahan additive, Pertalite mampu menempuh jarak yang lebih
jauh dengan tetap memastikan kualitas dan harga yang terjangkau.

2.1.2 Premium
Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna
kekuningan yang jernih. Premium merupakan BBM untuk kendaraan
bermotor yang paling populer di Indonesia. Premium di Indonesia
dipasarkan oleh Pertamina dengan harga yang relatif murah karena
memperoleh subsidi dari APBN. Premium merupakan BBM dengan
oktan atau Research Octane Number (RON) terendah di antara BBM
untuk kendaraan bermotor lainnya, yakni hanya 88. Pada umumnya,
Premium digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermotor bermesin
bensin, seperti: mobil, sepeda motor, motor tempel, dan lain-lain. Bahan
bakar ini sering juga disebut motor gasoline atau petrol.

2.1.3 Pertamax
Pertamax adalah bahan bakar minyak andalan Pertamina. Pertamax,
seperti halnya Premium, adalah produk BBM dari pengolahan minyak
bumi. Pertamax dihasilkan dengan penambahan zat aditif dalam proses
pengolahannya di kilang minyak. Pertamax pertama kali diluncurkan
pada tanggal 10 Desember 1999 sebagai pengganti Premix 1994 dan
Super TT 1998 karena unsur MTBE yang berbahaya bagi lingkungan.
Selain itu, Pertamax memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
Premium. Pertamax direkomendasikan untuk kendaraan yang memiliki
kompresi 9,1-10,1, terutama yang telah menggunakan teknologi setara
dengan Electronic Fuel Injection (EFI) dan catalytic converters
(pengubah katalitik).

2.1.4 Avtur
Bahan bakar adalah suatu materi apapun yang bisa diubah menjadi
energy. Biasanya bahan bakar mengandung energy panas yang dapat
dilepaskan dan dimanipulasi. Kebanyakan bahan bakar dilakukan
manusia sebagai proses pembakaran (reaksi redoks) dimana bahan bakar
tersebut akan melepaskan panas setelah direaksikan dengan oksigen
diudara. Proses lain untuk melepaskan energy dari bahan bakar adalah
eksotermal dan reaksi nuklir ( seperti fisi nuklir atau fusi nuklir).
Hidrokarbo ( termasuk didalamnya bensin dan solar) sejauh ini
merupakan bahan bakar yang paling sering digunakan manusia. Bahan
bakar yang bisa dipakai adalah logam radioaktif.
2.1.5 Avgas
Avgas (Aviation Gasoline) merupakan bahan bakar minyak jenis
khusus yang didisain untuk pesawat terbang dan mobil balap. Klasifikasi
pesawat terbang yang menggunakan bahan bakar avgas ini khususnya
pesawat terbang yang memiliki piston atau mesin wankle. Sementara
pesawat terbang dengan mesin turbin biasanya menggunakan avtur (fraksi
kerosine). Komponen utama avgas adalah alkylate yang pada dasarnya
merupakan campuran dari berbagai isooctane dan beberapa hasil distilasi
minyak bumi yang berupa reformate. Avgas memiliki density sebesar
6.02 lb/ US gal pada 15 °C , atau setara dengan 0.721 kg/l.
Sifat penting hidrokarbon dalam avgas
1. Angka oktan tinggi 
2. Trayek suhu titik didih dibatasi 
3. Kandungan panas per lb harus max
4. Kestabilan tinggi 
5. Selain hidrokarbon, didalam Aviation Gasoline terdapat pula
additives. Contoh : TEL,berfungsi untuk memperbaiki sifat anti
knock dari avgas 
6. Anti oxidant seperti 2,6 - di - tetra - butyl phenol dan lain-lain serta
zat warna. 

2.1.6 Gasoline
Bensin atau gasoline (Amerika) atau petrol (Inggris) adalah salah
satu jenis bahan bakar minyak yang dimaksudkan untuk kendaraan
bermotor roda dua, tiga, dan empat. Secara sederhana, bensin tersusun
dari hidrokarbon rantai lurus, mulai dari C7 (heptana) sampai dengan
C11. Dengan kata lain, bensin terbuat dari molekul yang hanya terdiri
dari hidrogen dan karbon yang terikat antara satu dengan yang lainnya
sehingga membentuk rantai.
Jika bensin dibakar pada kondisi ideal dengan oksigen berlimpah,
maka akan dihasilkan CO2, H2O, dan energi panas. Setiap kg bensin
mengandung 42.4 MJ. Bensin dibuat dari minyak mentah, cairan
berwarna hitam yang dipompa dari perut bumi dan biasa disebut
dengan petroleum. Cairan ini mengandung hidrokarbon; atom-atom
karbon dalam minyak mentah ini berhubungan satu dengan yang lainnya
dengan cara membentuk rantai yang panjangnya yang berbeda-beda.
Molekul hidrokarbon dengan panjang yang berbeda akan memiliki sifat
yang berbeda pula. CH4 (metana) merupakan molekul paling “ringan”;
bertambahnya atom C dalam rantai tersebut akan membuatnya semakin
“berat”. Empat molekul pertama hidrokarbon
adalah metana, etana, propana, dan butana. Dalam temperatur dan tekanan
kamar, keempatnya berwujud gas, dengan titik didih masing-masing -107,
-67,-43 dan -18 derajat C. Berikutnya, dari C5 sampai dengan C18
berwujud cair, dan mulai dari C19 ke atas berwujud padat.Dengan
bertambah panjangnya rantai hidrokarbon akan menaikkan titik didihnya,
sehingga pemisahan hidrokarbon ini dilakukan dengan cara distilasi.
Prinsip inilah yang diterapkan di pengilangan minyak untuk memisahkan
berbagai fraksi hidrokarbon dari minyak mentah.

2.1.7 Solar
Minyak solar ialah fraksi minyak bumi berwarna kuning coklat yang
jernih yang mendidih sekitar 175-370° C dan yang digunakan sebagai
bahan bakar mesin diesel. Umumnya, solar mengandung belerang dengan
kadar yang cukup tinggi. Penggunaan solar pada umumnya adalah untuk
bahan bakar pada semua jenis mesin diesel dengan putaran tinggi (diatas
1000 rpm), yang juga dapat digunakan sebagai bahan bakar pada
pembakaran langsung dalam dapur-dapur kecil yang terutama diinginkan
pembakaran yang bersih. Minyak solar ini biasa disebut juga Gas Oil,
Automotive Diesel Oil, High Speed Diesel. 2. Sifat Bahan Bakar Minyak
Solar Diantara sifat-sifat bahan bakar solar yang terpenting ialah
kualitas penyalaan, volatilitas, viskositas, titik tuang dan titik kabut.

2.1.8 Fame
Fatty acid methyl ester (FAME) merupakan bahan bakar alternatif
pada mesin diesel yang terbarukan. merupakan senyawa ester alkil yang
berasal dari minyak nabati dengan alkohol yang dihasilkan melalui
proses esterifikasi/transesterifikasi dan mempunyai sifat fisika
mendekati minyak solar diesel. Secara umum, metil ester dibuat dari
reaksi transesterifikasi, yakni reaksi alkohol dengan trigliserida
membentuk metil ester dan gliserol dengan bantuan katalis basa.
Namun, reaksi tersebut sangat dipengaruhi oleh kadar asam lemak
bebas yang terkandung dalam trigliserida. Reaksi esterifkasi
merupakan merupakan suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol
membentuk ester dengan bantuan katalis asam. Dalam penelitian ini,
bahan baku CPO Off Grade lapisan atas dengan kadar asam lemak bebas
sebesar 5.838 %. Dan pengertian esterifikasi diacu sebagai reaksi antara
asam lemak bebas dengan alcohol membentuk metil ester dan air dengan
bantuan katalis asam.

2.2 Spektofotometri FTIR


Spektroskopi inframerah merupakan salah satu alat yang banyak dipakai
untuk mengidentifikasi senyawa, baik alami maupun buatan. Dalam bidang fisika
bahan, seperti bahan-bahan polimer, inframerah juga dipakai untuk
mengkarakterisasi sampel. Suatukendala yang menyulitkan dalam
mengidentifikasi senyawa dengan inframerah adalah tidak adanya aturan yang
baku untuk melakukan interpretasi spektrum. Karena kompleksnyainteraksi
dalam vibrasi molekul dalam suatu senyawa dan efek-efek eksternal yang
sulitdikontrol seringkali prediksi teoretik tidak lagi sesuai. Pengetahuan dalam
hal ini sebagian besar diperoleh secara empiris. Spektroskopi infra merah
merupakan suatu metode yang mengamati interaksimolekul denganradiasi
elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0.75  – 1.000µm
atau pada bilangan gelombang 13.000 – 10 cm-1.
Pada   dasarnya   Spektrofotometer   Fourier   Transform   Infra   Red   
(FTIR)   adalah   sama  dengan Spektrofotometer Infra Reddispersi, yang
membedakannya adalah pengembangan pada sistim optiknya sebelum berkas
sinar infra merah melewati contoh. Dasar pemikiran dari Spektrofotometer
Fourier Transform InfraRed adalah dari persamaan gelombang yang dirumuskan
oleh Jean Baptiste Joseph Fourier (1768-1830) seorang ahli matematika dari
Perancis. Persamaannya adalah sebagai berikut :

Dari deret Fourier tersebut intensitas gelombang dapat digambarkan sebagai


daerah waktu atau daerah frekwensi. Perubahan gambaran intensitas gelobang
radiasi elektromagnetik dari daerah waktu ke daerah frekwensi atau  sebaliknya
disebut  Transformasi  Fourier  (Fourier  Transform).  Selanjutnya  pada  sistim
optik  peralatan instrumen Fourier Transform Infra Red dipakai dasar daerah
waktu yang non dispersif.
Pada proses instrumen analisis sampelnya meliputi:
1. The source: energi  Infra Red yang dipancarkan dari sebuah benda hitam
meny Balok ini melewati melalui logam yang mengontrol jumlah energi
yang diberikan kepada sampel.
2. Interoferometer: sinar memasuki interferometer “spectra encoding‟
mengambiltempat, kemudian sinyal yang dihasilkan keluar dari
interferogram.
3. Sampel: sinar memasuki kompartemen sampel dimana diteruskan
melaluicermin dari permukaan sampel yang tergantung pada jenis analisis
4. Detector: sinar akhirnya lolos ke detector untuk pengukuran akh Detector ini
digunakan khusus dirancang untuk mengukur sinar interfrogram khusus.
Detektor yang digunakan dalam Spektrofotometer Fourier Transform Infra
Red adalah TetraGlycerine Sulphate (disingkat TGS) atau Mercury
Cadmium Telluride (disingkat MCT). Detektor MCT lebih banyak
digunakan karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan detektor TGS,
yaitu memberikan respon yang lebih baik pada frekwensi modulasi tinggi,
lebih sensitif, lebih cepat, tidak dipengaruhi oleh temperatur, sangat selektif
terhadap energi vibrasi yang diterima dari radiasi inframerah.
5. Computer: sinyal diukur secara digital dan dikirim kekomputer untuk
diolaholeh Fourier Transformation berad Spektrum disajikan untuk
interpretasi lebihlanjut.

2.2.1 Prinsip kerja spektroskopi FTIR


Adalah adanya interaksi energi dengan materi. Misalkan dalam suatu
percobaan  berupa molekul senyawa kompleks yang ditembak dengan energi
dari sumber sinar yang akan menyebabkan molekul tersebut mengalami
vibrasi. Sumber sinar yang digunakan adalah keramik, yang apabila dialiri
arus listrik maka keramik ini dapat memancarkan infrared.  Vibrasi dapat
terjadi karena energi yang berasal dari sinar infrared tidak cukup kuat untuk
menyebabkan terjadinya atomisasi ataupun eksitasi elektron pada molekul
senyawa yang ditembak dimana besarnya energi vibrasi tiap atom atau
molekul berbeda tergantung pada atom-atom dan kekuatan ikatan yang
menghubungkannya sehingga dihasilkan frekuaensi yang berbeda pula.
FTIRinterferogramnya  menggunakan  mecrosem  dan  letak  cerminnya
(fixed  mirror  dan  moving  mirror)  paralel.
Spektroskopi inframerah berfokus pada radiasi elektromagnetik pada
rentang frekuensi 400 – 4000 cm-1   di mana cm-1   disebut sebagai
wavenumber (1/wavelength) yakni suatu ukuran unit untuk frekuensi.
Daerah panjang gelombang yang digunakan pada percobaan ini adalah
daerah inframerah pertengahan (4.000 – 200 cm-1 ).
Interaksi antara materi berupa molekul senyawa kompleks dengan energi
berupa sinar infrared mengakibatkan molekul-molekul bervibrasi dimana
besarnya energi vibrasi tiap komponen molekul berbeda-beda tergantung
pada atom-atom dan kekuatan ikatan yang menghubungkannya sehingga
akan dihasilkan frekuensi yang berbeda.
Spektrofotometer FTIR merupakan alat yang dapat digunakan untuk
identifikasi senyawa, khususnya senyawa organik, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif.
a. Analisis kualitatif
Analisis kualitatif dengan spektroskopi FTIR secara umum digunakan
untuk identifikasi gugus-gugus fungsional yang terdapat dalam suatu
senyawa yang dianalisis (Silverstein dan Bassler, 1998). Ini umumnya
berguna untuk mengklasifikasi seluruh daerah kedalam tiga sampai
empat daerah yang lebar. Salah satu cara ialah dengan
mengkategorikan sebagian daerah IR dekat (0,7-2,5 μ); daerah
fundamental (2,5-5,0 μ); dan daerah IR jauh (50-500 μ). Cara yang
lain adalah dengan mengklasifikasikannya sebagai daerah sidik jari
(6,7-14 μ). Dari kedua klasifikasi ini tampak bahwa dalam kategori
kedua semua daerahnya adalah fundamental, dan ini paling banyak
digunakan.
1) Daerah ulur hidrogen (3700-2700 cm-1 ). Puncak terjadi karena vibrasi ulur
dari atom hidrogen dengan atom lainnya. Frekuensinya jauh lebih besar
sehingga interaksi dapat diabaikan. Puncak absorpsi timbul pada daerah
3700-3100 cm-1 karena vibrasi ulur dari O-H atau N-H. ikatan hidrogen
menyebabkan puncak melebar dan terjadi pergeseran kearah bilangan
gelombang yang lebih pendek . Sedangkan vibrasi CH alifatik timbul pada
3000-2850 cm-1 . Perubahan struktur dari ikatan C-H akan menyebabkan
puncak bergeser kearah yang maksimum. Ikatan C=H timbul pada 3300
cm-1 . Hidrogen pada gugus karbonil aldehid memberikan puncak pada 2745-
2710 cm-1 . Puncak vibrasi ulur CH dapat didefinisikan dengan mengamati
atom H oleh deuterium.
2) Pada daerah ikatan rangkap tiga (2700-1850 cm-1 ), gugus gugus yang
mengabsorpsi terbatas, seperti untuk vibrasi ulur ikatan rangkap terjadi
pada daerah 2250-2225 cm-1 (Misal : untuk –C=N pada 2120 cm-1 , -C -
=N - pada 2260 cm-1 ). Puncak untuk SH adalah pada 2600-2550 cm-1
untuk pH pada 2240-2350 cm -1 dan SiH pada 2260-2090 cm-1 .
3) Pada daerah ikatan rangkap dua (1950 – 1550 cm-1 ), vibrasi ulur dari
gugus karbonil dapat dikarakteristikkan di sini, seperti aldehid, asam,
aminola, karbonat, semuanya mempunyai puncak pada 1700 cm-1 . Ester,
halida-halida asam, anhidridaanhidida asam, mengabsorpsi pada 1770-1725
cm-1 . Konjugasi menyebabkan puncak absorpsi menjadi lebih rendah
sampai 1700 cm-1 . Puncak yang disebabkan oleh vibrasi ulur dari –C=C-
dan C=N terletak pada 1690-1600 cm – 1, berguna untuk identifikasi
olefin. Cincin aromatik menunjukkan puncak dalam daerah 1650-1450 cm-
1 , yang dengan derajad substitusi rendah (low degree of substitution)
menunjukkan puncak pada 1600, 1580, 1500, dan 1450 cm-1.
4) Daerah sidik jari berada pada 1500-1700 cm-1 , dimana sedikit saja
perbedaan dalam struktur dan susunan molekul, akan menyebabkan
distribusi puncak absorpsi berubah. Dalam daerah ini, untuk memastikan
suatu senyawa organik adalah dengan cara membandingkan dengan
perbandingannya. Pita absorpsi disebabkan karena bermacam-macam
interaksi, sehingga tidak mungkin dapat menginterpretasikan dengan tepat.
Tabel Spektrum inframerah yang dihasilkan oleh suatu senyawa adalah khas dan
olehkarena itu dapat menyajikan sebuah fingerprint (sidik jari)
Daerah Gugus Nama Gugus Nujol Mull As-Salisilat AsSalisilat
serapan Fungsi Fungsi –Nujol – KBr
(cm1) Mull
2850-2960 C-H alkana 2922,16 2951,09 2920,23
1350-1470 2856,58 2924,09 2858,51
1458,18 2854,65 1440,83
1375,25 1462,04 1382,96
1448,54
1379,10
3020-3080 C-H alkena 727,16 854,47 3059,10
675-870 781,17 860,25
759,95 783,10
696,30 758,02
696,30
3000-3100 C-H aromatik 727,16 854,47 3059,10
675-870 781,17 3007,02
759,95 860,25
696,30 783,10
758,02
696,30
3300 C-H alkuna - - -
1640-1680 C=C alkena - 1662,64 1658,78
1500-1600 C=C aromatik - 1577,77 1575,84
(cincin)
1080-1300 C-O Alkohol - 1294,24 1296,16
Eter asam 1246,02 1246,02
karboksilat 1209,37 1207,44
ester 1190,08 1151,50
1153,43 1089,78
1087,85
1690-1760 C=O Aldehida 1712,79 - -
Keton asam
karboksilat
ester
3610-3640 O-H alkohol - - -
fenol
(monomer)
2000-3600 O-H Alkohol 2922,16 3232,70 3236,55
fenol 2856,58 3192,19 3059,10
(ikatan 3379,29 3169,04 3007,02
Hidrogen) 2723,49 2951,09 2920,23
2924,09 2858,51
2854,65 2719,63
2723,49 2594,26
2677,20 2534,46
2592,33 2380,16
2534,46 2171,85
2088,91
3000-3600 O-H asam 3379,29 3232,70 3236,55
karboksilat 3192,19 3059,10
3169,04 3007,02

3310-3500 N-H amina 3379,29 - -


1180-1360 C-N amina 1305,81 1325,10 1296,16
1294,24 1246,02
1246,02 1207,44
1209,37 1151,50
1190,08
1515-1560 -NO2 nitro 1375,25 1379,10 1382,96
1345-1385

Hampir setiap senyawa yang memiliki ikatan kovalen, apakah senyawa


organik atau anorganik, akan menyerap berbagai frekensi radiasi elektromagnetik
dengan panjang gelombang (λ) 0,5 – 1000 μm). Dalam kimia organik, fungsi
utama dari spektrometri inframerah adalah mengenal (elusidasi) struktur
moelkul, khususnya gugus fungsional seperti OH, C = O, C = C. daerah yang
paling berguna untuk mengenal struktur suatu senyawa adalah pada daerah 1-25
μm atau 10.000 – 400 cm-1.
b. Analisis kuantitatif
Analisis kuantitatif dengan spektroskopi FTIR secara umum digunakan
untuk menentukan konsentrasi analit dalam sampel. Analisis kuantitatif
dengan FTIR digunakan hukum Lambert Beer’s. Hukum Lambert Beer’s
dinyatakan sebagai berikut: A= ε b c Dimana A adalah absorbansi, ε adalah
absorptivitas, b adalah ketebalan tempat sampel dan c adalah konsentrasi
sampel (Pescok dkk., 1976; Skoog & West, 1971). Metode fourier transform
infrared (FTIR) yang merupakan metode bebas reagen, tanpa penggunaan
radioaktif dan dapat mengukur kadar hormon secara kualitatif dan
kuantitatif. Analisis gugus fungsi suatu sampel dilakukan dengan
membandingkan pita absorbsi yang terbentuk pada spektrum infra merah
menggunakan spektrum senyawa pembanding (yang sudah diketahui.

3.3 Hukum Lambert Beer


Bunyi hukum Lambert Beer "Jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet,
Inframerah, dan sebagainya) yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu
larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi suatu zat dan tebal
larutan" Adalah hubungan linearitas dan absorban dengan konsentrasi larutan
sampel.
 Konsentrasi dari sampel di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur
absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum
lambert beer yang ditulis dengan
A  =  ε.b.C
Ket :
A = absorban (serapan)
ε  = koefisien ekstingsi molar (M-1 cm-1)
B  = tebal kuvet (cm)
C  = konsentrasi (M)

Adapun syarat‐syarat agar hukum Lambert‐Beer dapat digunakan

1. Syarat konsentrasi, konsentrasi larutan yang diukur konsentrasinya harus


rendah (tidak pekat).
2. Syarat kimia, zat pengabsorbsi (zat yang dianalisis) tidak boleh
terdisosiasi, berasosiasi atau bereaksi dengan pelarut menghasilkan
produk lain.
3. Syarat cahaya, cahaya yang digunakan untuk pengukuran harus
monokromatis.
4. Syarat kejernihan, larutan yang akan diatomisasi harus jernih, agar larutan
murni dalam bentuk larutannya, tidak ada sedikitpun padatan yang dapat
mengakibatkan kemampatan pada aselang alat AAS.
BAB III

METEDOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Waktu : Senin, 17 Maret 2020
Tempat : Laboratorium Logistik minyak dan gas, PEM Akamigas

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
 Kuvet
 FTIR
 Syringe
 Gelas beker
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
 Pertalite
 Avgas
 Avtur
 Premium
 Pertamax
 Metanol

3.3 Cara Kerja


1. Menyiapkan sampel
Sampel yang akan dianalisis telah tersedia yaitu produk premium, pertamax,
pertalite, avgas, dan avtur. Juga terdapat sampel X (terkontaminasi) yang
dipegang oleh masing-masing kelompok.
2. Pengukuran
a. Sumber arus listrik dihidupkan, alat komputer di ‘ON’-kan, dan alat FTIR
di ‘ON’-kan.
b. Meletakkan produk pada kuvet yang telah dibilas dengan metanol, lalu
kuvet ditempatkan pada sampel holder dan menempatkannya pada
lintasan sinar alat FTIR.
c. Mengisi dialog box dengan identitas sampel.
d. Melakukan scanning background.
e. Melakukan scan sebanyak 6 kali.
f. Melihat grafik yang ada pada layar komputer, lalu mencetak grafik yang
ada.
g. Melakukan langkah yang sama untuk produk X (terkontaminasi)
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengukuran Spektrum Standar


Praktikum yang kami lakukan kali ini mengunakan alat yang bernama
spektrofotometri FTIR, kami dibagi menjadai 5 kelompok seperti biasa yang
mana setiap kelompok tersebut mendapat 5 produk sempel yaitu pertamax,
premium, pertalite, avgas, dan avtur, selain ke 5 sempel murni produk migas
kami juga mendapat 5 sempel produk X yang tidak tau apakah sempel tersebut
termasuk dalam produk apa. Sehingga dengan menggunakan alat
Spektrofotometri FTIR ini kita dapat mengetahui cocok dengan sempel produk
apa dari kelima produk murni yang di uji tersebut. Sebelum memasukan sempel
produk murni atau juga sempel X perlu diperhatikan dan dingat adalah wajib
melakukan terlebih dahulu scan background (blanko) yang bertujuan kalibrasi
sebagai larutan pembanding dalam analisis fotometri dan juga menghilangkan
senyawa kimia / organik yang dilakukan, baru setelah itu dimasukan sempel yang
akan diuji. Hasil uji sempel dari kelima kelompok dalam praktikum kali ini
adalah sebagai berikut :

Kelompok 1: Avtur
Gambar grafik diatas merupakan sempel murni Avtur dari kelompok 1.
Seperti yang dijelaksakan sebelum bahwa sebelum memasukan sempel untuk
diuji maka dilakuakan terlebih dahulu scanning untuk mendapatkan scan
background terlebih dahulu. Grafik produk Avgas dimulai pada angka 80,
sedangkan puncak tertingginya hampir mendekati 88. Pada identifikasi
spectrum FTIR dari avgas murni di dapat hasil sebagai berikut :
 Bilangan gelombang ± 3600 nm, adanya gugus O-H (3000 – 3600) sebagai gugus
Asam karboksilat.
 Bilangan gelombang ± 3200 nm, adanya gugus O – H (3000 - 3600) sebagai
gugus Asam karboksilat.
 Bilangan gelombang ± 3100 nm, adanya gugus O – H (3000 – 3600) sebagai
gugus Asam karboksilat
 Bilangan gelombang ± 2700 nm, adanya gugus O – H ( 2500 – 2700) sebagai
gugus Asam karboksilat.
 Bilangan gelombang ± 2600 nm, adanya gugus O – H (2500 – 2700) sebagai
gugus Asam karboksilat.
 Bilangan gelombang ± 1760 nm, adanya gugus C = O (1690 – 1760) sebagai
gugus Aldehida, Keton, Asam karboksilat, Ester.
 Bilangan gelombang ± 1500 nm, adanya gugus C = C (1500 – 1600) sebagai
gugus Aromatik.
 Bilangan gelombang ± 1450 nm, adanya gugus C – H (1340 – 1470) sebagai
gugus alkana.
 Bilangan gelombang ± 1000 nm, adanya gugus C – F (1000 – 1340) sebagai
gugus Alkil halida.
 Bilangan gelombang ± 890 nm, adanya gugus C = C (860 – 900) sebagai gugus
aromatic.

Kelompok 2 : Avgas
Grafik diatas merupakan hasil sempel yang dimiliki dari kelompok 2.
Sebelum melakukan pengujian pada sempel produk tersebut dilakukan
terlebih dahulu scanning dan setelah itu dimasukan semepel yang akan diuji.
Setelah selesai melakukan pengujian sempel produk tersebut tenyata
terdientifikasi dengan alat spetrofotometri FTIR adalah produk avgas murni.
Avgas adalah bahan bakar pesawat untuk jenis pesawat bermesin piston
engiene, memiliki komponen utama senyawa karbon rantai panjang dan pada
tahap produksi menggunakan proses distilasi pada titik didih 40 - 170°C,
dengan RON dan MON yaitu 600 rpm dan 900 rpm. Dari semuanya itu dapat
kita lihat pada grafik diatas bahwa panjang gelombang 4000cm-1 -750cm-1.
Dengan tinggi gelombang 80 sedangkan pucakanya mendekati atau samapai
dengan 88. Dengan senyawa yang dapat diidentifikasi :
Bilangan Daerah Serapan Gugus Fungsi Nama Gugus
Gelombang (Cm-1) Fungsi
3000 - 2500 cm-1 2000 – 3600 O-H Alkhol fenol (ikatan
hydrogen)
1500 - 1000 cm-1 1350 – 1470, C–H Alkana
1300 -1000 C–O Eter Dan Ester
1000 – 750 cm-1 750 C–H Aromatik
700-750
750–800
800–860
860–900
Vinil
900
965
990

Kelompok 3 : Pertalite
ini merupakan grafik dari sampel yang dimiliki oleh kelompok
kelompok 3. Produk yang kami identifikasi dengan FTIR adalah produk

pertalite murni. Dengan kesimpulan bahwa pada spectrum standar


Rentang gelombang Pertalite hamper sama seperti solar dan pertamax, yaitu
4000-750cm-1. puncak tertinggi yang dialami oleh pertalite yang dibaca oleh
spectrum yaitu 87 dengan start awal pembacaan adalah 78. Hal ini
menandakan bahwa kenaikan konsentrasi pada produk pertalite tidak setinggi
solar dan pertamax. Identifikasi senyawa dari gelombangnya yaitu :

Bilangan Daerah Serapan Gugus Fungsi Nama Gugus


-1
Gelombang (Cm ) Fungsi
3500-3000cm-1 3300 C–H Alkuna
3000 -3100 C–H Aromatik
3310 - 3500 N–H Amina
3000-2500cm-1 3000 – 2850 C–H Alkana
1500-1000cm-1 1350 – 1470, C–H Alkana
1300 -1000 C–O Eter Dan Ester

Kelompok 4 : Premium

Di atas merupakan grafik dari sampel yang dimiliki oleh kelompok 4.


Produk yang diidentifikasi dengan FTIR adalah produk premium murni.
Setiap produk yang diletakkan dalam kuvet, sebelum melakukan scanning
wajib untuk scan background terlebih dahulu. Grafik produk premium
dimulai pada angka 76, sedangkan untuk puncak tertinggi nya hampir
menyentuh 83. Hal ini menunjukkan bahwa grafik produk premium lebih
tinggi dibandingkan dengan solar. Rentang gelombang dari premium juga
berkisar antara 4000-750cm-1. Identifikasi produk pada premium yaitu :

Bilangan Daerah Serapan Gugus Fungsi Nama Gugus


-1
Gelombang (Cm ) Fungsi
3370 cm-1 2000 – 3600 O–H Alkhol fenol (ikatan
hydrogen)
3310 - 3500 N–H Amina
-1
3000 – 2800 cm 3000 – 2850 C–H Alkana
1600 – 1380 cm-1 1500 - 1600 C=C Aromatik
1380-1460 cm-1 1350 – 1470 C–H Alkana
1460-1080 cm-1 1350 – 1470 C–H Alkana
1080 – 1300 C–O Alkohol
Eter
Asama Karboksilat
Ester
1080 - 750cm-1 675 – 870 C–H Alkena
Aromatik

Kelompok 5: Pertamax
Ini adalah grafik dari sampel yang dimiliki oleh kelompok saya,
kelompok 5. Produk yang terdentifikasi dengan FTIR adalah produk
pertamax murni.
Pertamax adalah bahan bakar minyak andalan Pertamina. Pertamax,
seperti halnya Premium, adalah produk BBM dari pengolahan minyak
bumi. Pertamax dihasilkan dengan penambahan zat aditif dalam proses
pengolahannya di kilang minyak. Spectrum standar Rentang gelombang
Pertamax sama seperti solar, yaitu 4000-750cm-1. Grafik dimulai pada
angka 80 dan puncak tertinggi dari grafik berada di antara 80-87. Hal ini
menandakan bahwa kenaikan konsentrasi pada produk solar tidak setinggi
solar dan premium. Kandungan senyawa dalam produk pertamax dilihat
dari panjang gelombangnya yaitu :

Bilangan Daerah Serapan Gugus Fungsi Nama Gugus


Gelombang (Cm-1) Fungsi
4000-3500cm-1 3500–3560 O–H Asama Karbonsilat
3610–3670 Alkohol
Fenol
3000-2500cm-1 3000 – 2850 C–H Alkana
1500-1000cm-1 1350 – 1470, C–H Alkana
1300 -1000 C–O Eter Dan Ester
1000-750cm-1 750 C–H Aromatik
700-750
750–800
800–860
860–900
900
965
Vinil
990

4.2 Pengukuran Spektrum Produk X


Untuk menetukan hasil dari spektrum standar dari sempel X, kami telah
membandingakan sempel tersebut dengan beberapa sempel produk murni dari
kelompok lain dan mencari rentang gelombang yang sama dengan sempel produk
X tersebut dan kami dapat mensimpulkan bahwa sempel produk X tersebut
adalah premium. Yang mana kita dapat melihat kedua grafik tersebut dibawah
ini:

Sempel produk premium

Sempel produk X

Rentang gelombang premium sama dengan rentang gelombang


sempel produk X. di angka grafik premium dimulai dari 74 dan angka
puncak tertingginya menyentuh 83. Rentang gelombang dari premium juga
berkisar antara 4000-750cm-1. Identifikasi produk pada premium yaitu :
Bilangan Daerah Serapan Gugus Fungsi Nama Gugus
Gelombang (Cm-1) Fungsi
3370 cm-1 2000 – 3600 O–H Alkhol fenol (ikatan
hydrogen)
3310 - 3500 N–H Amina
3000 – 2800 cm-1 3000 – 2850 C–H Alkana
1600 – 1380 cm-1 1500 - 1600 C=C Aromatik
1380-1460 cm-1 1350 – 1470 C–H Alkana
1460-1080 cm-1 1350 – 1470 C–H Alkana
1080 – 1300 C–O Alkohol
Eter
Asama Karboksilat
Ester
1080 - 750cm-1 675 – 870 C–H Alkena
Aromatik
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum kali ini dengan melakukan pengujian pada sempel produk
murni dan sempel produk X dengan menggunakan alat spetrotometri FTIR yang
mempermudah kita dalam melukan pengujian sempel. Berdasarkan hasil
praktikum dari ke lima kelompok yang telah diberikan masing 1 sempel produk
murni dan satu sempel produk hasil yang didapat dari uji ini adalah:

1. Sempel Produk yang diberikan kepada kami yaitu : Pertamax, Pertalite,


Premium, Avgas dan Avtur.
2. Sempel Produk dari kelima sempel tersebut memiliki angka grafik yang
berbeda. Untuk pertamax angka grafik dimulai dari 80 dan puncak teringginya
hampi meneyentuh 87, pertalite angka grafik dimulai 78 dan pucak
tertingginya hampir menyentuh 87, Premium angka grafik dimulai 76 dan
puncak tertingginya menyentuh angka 83, avgas angka grafik dimulai 80 dan
pucaknya teringginya hampir menyetuh angka 88, avgas sama dengan avtur
yang mana angka gtarifk dimulai 80 dan puncak tertingginya hampir
menyentuh 88.
3. Sempel yang diberikan kepada kelompok kami untuk diuji apakah sempel
tersebut termasuk dalam produk apa, dan dari hasil uji dari kelompok kami
bahwa sempel produk x tersebut sama dengan sempel produk premium murni.

5.2 Saran

Lebih ditambahkan lagi fasilitas alat spektrofotometri tersebut agar lebih cepat
mengerjakan uji sempel tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

1. George Socrates (12 April 2004). Frekuensi Kelompok Karakteristik


Inframerah dan Raman: Tabel dan Grafik . John Wiley & Sons. hlm. 18–.
ISBN 978-0-470-09307-8 . Diakses 5 Desember 2012 .
2. Lau, W.S. (1999). karakterisasi inframerah untuk mikroelektronik. World
Scientific.
3. Silverstein, R.M. (1991). spectrometric identification of organic compound.
John wiley & Sons, Inc.
4. Hardjono, A.(2000). Gugus funsi suatu senyawa yang terkandung dalam
minyak bumi. Edisi Pertama. Yogyakarta : Gadjah Mada University Perss.
5. S Purnama Sari,Dewi.dkk.2014.Makalah Kimia Instrumen Spektrokopi Infra
Merah. Medan: Fakultas MIPA, Universitas Negeri Medan

Anda mungkin juga menyukai