Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

Manfaat Protein Ikan Bandeng ( Chanos chanos ) sebagai Fish Cakes dengan
Penambahan Pewarna Alami sebagai Kekebalan Tubuh

BIDANG KEGIATAN
PKM GAGASAN TERTULIS

Diusulkan oleh:

Nesa Syahputri K.V. ( 141911233037 ) 2019


Ajeng Nur Indra ( 141711233046 ) 2017
Ajeng Nur Indra ( 141911133044 ) 2019
Fiona Bayun Probowati ( 141911233045 ) 2019
Puput Nuzil Romadhoni ( 141911233047 ) 2019

Universitas Airlangga
Surabaya
2019
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : Manfaat Protein Ikan Bandeng (Chanos


chanos)
sebagai Fish Cakes dengan Penambahan
Pewarna Alami
2. Bidang Kegiatan : PKM-GT
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Nesa Syahputri Kusuma Vardhani
b. NIM : 141911233037
c. Jurusan : S1 Teknologi Hasil Perikanan
d. Universitas : Universitas Airlangga
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 5 orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Prof., Ir. Moch Amin Alamsjah, M.Si., Ph.D..
b. NIP : 197001161995031002
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan ra
hmat serta hidayahnya kepada kita semua, program kreatifitas mahasiswa gagasan tertulis den
gan judul “Manfaat Protein Ikan Bandeng (Chanos chanos) sebagai Fish Cakes dengan
Penambahan Pewarna Alami ” ini dapat terselesaikan dengan lancar dan tiada hambatan suatu
apapun. Mengingat masih mengingat keadaan yang tengah terjadi saat ini yaitu pandemi covi
d-19, sehingga penulis mendapatkan sebuah ide untuk membuat bahan pangan yang mudah d
an mempunyai nilai ekonomis tinggi . Oleh karena itu penulis mencoba menyusun program k
reativitas mahasiswa gagasan tertulis ini, dengan harapan dapat memberikan informasi tentan
g manfaat protein pada ikan bandeng tersebut.
Penulis berharap semoga gagasan tertulis ini dapat bermanfaat bagi masyarakat secara u
mum terkait secara khusus. Penulis menyadari bahwa penyusunan program kreativitas mahasi
swa gagasan tertulis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan mas
ukan berupa saran dan kritik yang bersifat membangun agar gagasan tertulis ini lebih baik lag
i. Akhirnya penulis megucapkan terimakasih kepada pihak pihak yang telah membantu dalam
penyusunan program kreativitas mahasiswa gagasan tertulis ini, dan penulis berharap semoga
gagasan tertulis ini dapat membantu menambah wawasan bagi kita semua.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................


HALAMAN PENGESAHAN USUL PKM-GT ......................................
KATA PENGANTAR ...............................................................................
DAFTAR ISI ..............................................................................................
RINGKASAN .............................................................................................
PENDAHULUAN ......................................................................................
Latar Belakang ...................................................................................
Tujuan dan Manfaat Gagasan .........................................
GAGASAN .................................................................................................
Masalah kerawanan pangan di Indonesia ..............................................
Pentingnya diversifikasi untuk mengatasi kerawanan pangan
Masalah kekurangan energi protein di Indonesia
Isolat protein ikan (surimi)
Pemanfaatan ikan bandeng oversize sebagai isolate protein
Aplikasi ikan bandeng sebagai fishcake
Pewarna alami sebagai sumber antioksidan pada fish cake
Penambahan tepung tapioka sebagai bahan pengisi
Protein yang dapat disumbangkan oleh fishcake terhadap konsumen
KESIMPULAN .........................................................................................
Gagasan ...............................................................................................
Teknik Implementasi Gagasan ..........................................................
Manfaat dan Dampak Gagasan ........................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
RINGKASAN
Indonesia merupakan negara maritim yang mempunyai potensi kelautan dan
kemaritiman yang sangat besar. Posisi Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa yang
dapat merupakan pertemuan arus panas dan dingin, menyebabkan sumber hayati kelautan
Indonesia begitu beranekaragam dan sangat melimpah. Potensi budidaya perikan di Indonesia
sangatlah menjamin karena banyak aspek yang mendukung kegiatan tersebut.
Potensi sumberdaya perikanan di Indonesia cukup besar, baik perikanan tangkap
maupun budidaya. Sumberdaya perikanan tersebut merupakan salah satu aset nasional yang
harus dikelola dengan baik. Adapun Potensi pengembangan budidaya perikanan ; potensi
budidaya dengan tujuan komersil, potensi budidaya dengan tujuan konservasi, potensi sumber
pakan alami. Dengan besarnya potensi yang dimiliki tersebut diharapkan dapat memberikan
hasil budidaya yang maksimal.
Ikan bandeng (Chanos chanos) merupakan komuditas andalan pengembangan budida
ya laut yang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan spesies lainnya, antara lain
adalah teknik pembenihannya telah dikuasai, teknik budidayanya relatif mudah dan dapat dia
dopsi oleh petani, tahan terhadap perubahan lingkungan yang cukup ekstrim (salinitas), tangg
ap terhadap pakan buatan yang telah tersedia secara komersial, dapat dipelihara dengan kepad
atan tinggi dan tidak bersifat kanibalisme. selain itu ikan bandeng juga memiliki rasa yang lez
at dan harga yang terjangkau, dan juga rasa daging yang enak dan nilai gizi yang tinggi sehin
gga memiliki tingkat konsumsi yang tinggi. Ikan bandeng mengandung gizi dan nutrisi, menc
egah penyakit jantung koroner dan kolesterol, baik untuk kesehatan ibu hamil dan janin, Men
unjang fungsi tulang dan gigi, menjaga fungsi penglihatan dan kekebalan tubuh, mengandung
gizi dan nutrisi, mencegah penyakit jantung koroner dan kolesterol, menjaga fungsi
kekebalan tubuh.
Ikan bandeng memiliki tubuh yang memanjang dan pipih serta berbentuk torpedo. Mu
lut ikan bandeng agak runcing, ekor bercabang dan bersisik halus. Habitat asli ikan bandeng a
dalah di laut, kemudian dikembangkan hingga dapat dipelihara pada air payau. Ikan bandeng
ditemukan hidup di Samudra Hindia serta Samudra Pasifik, hidup secara bergerombol dan ba
nyak ditemukan di perairan sekitar pulau-pulau dengan dasar karang. Ikan bandeng pada mas
a muda hidup di laut selama 2 – 3 minggu, kemudian berpindah ke rawa-rawa bakau, daerah
payau. Setelah dewasa, bandeng kembali ke laut untuk berkembang biak.

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Sumber daya ikan yang hidup pada wilayah perairan Indonesia dinilai memiliki tingkat
keragaman hayati (bio-diversity) yang paling tinggi, sumberdaya tersebut paling tidak menca
kup hampir 37% dari spesies ikan di dunia. Pada wilayah perairan laut Indonesia terdapat beb
erapa jenis ikan bernilai ekonomis tinggi antara lain ikan tuna, cakalang, udang, tongkol, teng
giri, kakap, cumi-cumi, ikan-ikan karang (kerapu, baronang, udang barong/lobster), ikan hias
dan jenis kerang termasuk juga rumput laut. (Barani, 2004).
Potensi budidaya perikanan Indonesia cukup besar karena didukung oleh kondisi alam
Indonesia yang memiliki keragaman fisiografis yang menguntungkan untuk akuakultur dan ju
ga suhu air wilayah tropis relatif tinggi dan stabil sepanjang tahun memungkinkan kegiatan b
udidaya berlangsung sepanjang tahun. Tipologi bentang lahan dan pesisir yang beragam turut
serta memberi peluang untuk pengembangan komoditas budidaya yang beragam jenisnya. (N
urdjanah dan Rakhmawati, 2006).
Salah satu komoditas ikan air laut budidaya memiliki peluang yang sangat besar dikem
bangkan untuk pemenuhan gizi masyarakat adalah ikan bandeng (Chanos chanos). Ikan band
eng (Chanos chanos) merupakan salah satu ikan budidaya yang digemari oleh masyarakat seh
ingga menjadi salah satu komoditas budidaya unggulan. Ikan bandeng memiliki potensi untuk
dikemabangkan sebagai bahan baku untuk produka olahan yang lebih bervariasi. Komoditas
perikanan ini mudah untuk dibudidayakan serta harganya terjangkau oleh lapisan masyarakat
kebawah dan juga kandungan gizinya cukup untuk membantu pertumbuhan anak-anak. (Susa
nto, 2010).
Ikan bandeng memiliki kandungan gizi berupa kandungan kalsium dan protein dalam se
tiap 100 g daging ikan bandeng sebesar 20 mg dan 20 g. (Saparinto, 2006). Ikan bandeng jug
a memiliki kandungan protein sekitar 20-24% yang terdiri dari asam amino glutamat 1,23% d
an lisin 2,25% (Hafiludin 2015; Prasetyo et al. 2015), selain kandungan protein, ikan bandeng
juga kaya akan kandungan asam lemak omega 3 yang mencapai 14,2% dari total lemak (Nusa
ntari et al. 2016).

Tujuan dan Manfaat Gagasan


Tujuan penulisan gagasan tertulis ini yaitu untuk memanfaatkan dan meningkatkan nila
i ekonomis dari ikan bandeng (Chanos canos) yang oversize/berlebihan sehingga pemanfaata
nnya masih kurang tercukupi, juga untuk mengembangkan produk berbasis protein ikan untu
k menanggulangi masalah rendahnya konsumsi protein hewani pada masyarakat Indonesia ter
utama pada anak-anak serta mengembangkan produk pangan dengan memanfaatkan pewarna
alami sebagai antioksidan.
Manfaat penulisan gagasan tertulis ini yaitu memberikan solusi alternatif untuk memanf
aatkan ikan bandeng oversize dalam rangka meningkatkan nilai tambah, mengembangkan kea
nekaragaman makanan yang kaya akan sumber protein dan antioksidan sebagai upaya pening
katan konsumsi protein untuk mengurangi masalah rendahnya tingkat konsumsi protein hewa
ni yang cukup sulit untuk dituntaskan.

GAGASAN
Masalah kerawanan pangan di Indonesia
Masalah kerawanan pangan masih menjadi isu global yang menjadi perhatian utama saa
t ini yang tidak hanya terjadi di negara miskin dan negara berkembang saja namun juga di ne
gara maju. Pentingnya masalah kerawanan pangan ini menjadi poin utama yang dibahas perte
muan tingkat dunia yang tertuang dalam MDGs dan SDGs. Di negara berkembang, lebih dari
setengah pendapatan rumah tangga digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka da
n hal ini menyebabkan keadaan rawan jika terjadi fluktuasi harga secara tiba-tiba yang dapat
mendorong orang masuk dalam kemiskinan dan menghambat upaya pengentasan kemiskinan.
Kerawanan pangan menunjukkan ketidakteraturan akses terhadap jumlah dan kualitas pangan
dan hal ini merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia (Hapsari dan Rudiarto, 2017).
Untuk itulah masalah rawan pangan segera dicarikan solusinya, agar ketersediaan pang
an dapat diwujudkan di seluruh wilayah tanah air. Misalnya, implementasi UU Pokok Agraria
No. 5 th. 1960, agar para petani memiliki cukup lahan pertanian untuk keperluan produksi pa
ngan. Perlu adanya perubahan mind set masyarakat, agar yang namanya pangan itu tidak han
ya sekedar beras, jagung, tapi ubi-ubian, sagu, dan lain-lain, perlu juga dibudidayakan untuk
memenuhi kebutuhan pangan kita. Keanekaragaman pangan inilah yang mungkin bisa menja
di makanan alternatif untuk terbebas dari ancaman kelaparan (Suharyanto, 2011).

Pentingnya diversifikasi untuk mengatasi kerawanan pangan


Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu, harus tersedia dalam jum
lah yang cukup pada setiap waktu dan tempat serta dapat diakses (harganya terjangkau). Seca
ra normatif sumber utama pasokan pangan harus dapat diproduksi sendiri. Menggantungkan p
emenuhan pasokan pangan dari pasar internasional adalah riskan. Dengan kata lain, untuk ne
gara berpenduduk besar maka swasembada pangan bukan hanya relevan dan logis tetapi waji
b (Sumaryanto, 2009).
Diversifikasi produksi dan konsumsi berbasis pangan lokal sangat dibutuhkan di Indone
sia. Diversifikasi produksi pangan adalah salah satu cara adaptasi yang efektif untuk mengura
ngi risiko produksi akibat perubahan iklim dan kondusif untuk mendukung perkembangan in
dustri pengolahan berbasis sumberdaya lokal. Pada sisi konsumsi, diversifikasi memperluas s
pektrum pilihan dan kondusif untuk mendukung terwujudnya pola pangan harapan. Pendek k
ata, diversifikasi pangan berbasis bahan pangan lokal kondusif untuk mendukung stabilitas ke
tahanan pangan dan meningkatkan kelenturan sistem tersebut sehingga dapat dipandang seba
gai salah satu pilar pemantapan ketahanan pangan (Sumaryanto, 2009). Melihat hal tersebut,
maka upaya diversifikasi produk lokal dalam bentuk pemanfaatan isolat protein ikan bandeng
(Chanos chanos) oversize sebagai fishcakes dengan penambahan pewarna alami sebagai sum
ber antioksidan dapat menjadi alternatif.

Masalah kekurangan energi protein di Indonesia


KEP (Kurang Energi Protein) merupakan kondisi tubuh yang spesifik pada kekurangan
energi dan protein. KEP terbagi menjadi tiga jenis yaitu kwashiorkor, marasmus, dan marasm
us-kwashiorkor. Kwashiorkor merupakan KEP tingkat berat yang disebabkan oleh asupan pro
tein yang tidak cukup dengan asupan energi. Masalah gizi kurang khususnya kekurangan ener
gi protein (KEP) masih merupakan masalah kesehatan yang terjadi pada masyarakat di Indon
esia. Prevalensi balita gizi kurang atau balita kurus masih tinggi (Anggraeny, dkk., 2016). Stu
di Diet Total (SDT) 2014 menunjukkan bahwa sebanyak 55,7% balita masih mendapatkan as
upan energi kurang dari Angka Kecukupan Energi (AKE) dan 23,6% balita hanya mendapatk
an 80% Angka Kecukupan Protein (AKP) (Kemenkes RI, 2016).
Sebagai salah satu sumber protein hewani bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat Indo
nesia, ikan memiliki berbagai keunggulan. Sumbangan protein ikan terhadap konsumsi protei
n hewani masyarakat Indonesia mencapai 57%. Kelebihan ikan sebagai salah satu sumber pro
tein hewani adalah karena kuantitasnya yang mengandung protein dalam kisaran 15-24% sert
a kualitasnya yang ditunjukkan dengan kelengkapan asam amino esensialnya serta tingkat ke
cernaaannya yang mencapai angka 95% (Djunaidah, 2017).

Isolat protein ikan (surimi)


Surimi atau secara harfiah berarti daging yang dilumatkan, adalah bahan makanan dari i
kan yang dihaluskan hingga membentuk seperti pasta. Bahan ini biasanya dikemas plastik da
n dalam keadaan beku, untuk kemudian dilelehkan dan diolah menjadi makanan jadi. Surimi
merupakan produk setengah jadi berupa daging ikan lumat yang telah mengalami proses penc
ucian dengan air dingin untuk memperbaiki sifat organoleptik dan sifat fungsional dari dagin
g lumat tersebut (Hikmayani, dkk., 2017).
Isolat protein adalah suatu metode pemurnian protein berdasarkan perbedaan kelarutan.
Suatu protein dapat stabil pada larutannya disebabkan karena residu-residu asam-asam amino
pada permukaannya yang bermuatan mengadakan interaksi dengan molekul-molekul pelarut.
Jika interaksi ini dicegah, molekul-molekul protein akan berinteraksi satu sama lain membent
uk suatu agregat yang cukup besar untuk kemudian mengendap dari larutannya. Pencegahan
terhadap interaksi ini sangat ditentukan oleh sifat dari residu asam-asam amino pada permuka
an molekul protein tersebut. (Oktasari, dkk., 2015).
Permintaan pasar dunia terhadap surimi yang selanjutnya dikembangkan menjadi produ
k olahan lanjutan sangat tinggi. Permintaan surimi dunia dari tahun 2001 s/d 2005 mengalami
peningkatan. Tahun 2001 volume impor dunia terhadap surimi sebesar 624.743 ton dan meni
ngkat hingga mencapai 809.413 ton pada tahun 2005, Permintaan surimi terbesar berasal dari
Uni Eropa kemudian diikuti oleh Jepang, Korea Selatan, Rusia, China, USA, Kanada serta lai
nnya (Djazuli, dkk., 2009).

Pemanfaatan ikan bandeng oversize sebagai isolate protein


Berkurangnya bahan baku untuk produksi surimi menyebabkan menurunnya produktivi
tas pabrik, bahkan harus berhenti beroperasi. Ketergantungan yang tinggi terhadap bahan bak
u yang berasal dari ikan demersal menyebabkan faktor utama tidak beroperasinya pabrik suri
mi saat ini. Kelangkaan surimi dalam jangka waktu lama akan berpengaruh pada keberlanjuta
n industri pengolahan yang berbahan baku surimi dan akan mengganggu program ketahanan
pangan. Kelangkaan bahan baku Surimi menurut pelaku industri surimi diakibatkan karena di
berlakukannya Permen No. 2 Tahun 2014 tentang Pelaranggan Alat Tangkap Pukat. Ketersed
iaan bahan baku industri surimi yang selama ini berasal dari produksi alat angkap cantrang m
enurun drastis setelah PerMen KP ini diimplementasikan (Hikmayani, dkk., 2017).
Secara teknis semua jenis ikan dapat dijadikan surimi. Meskipun begitu, ikan yang berd
aging putih, tidak berbau lumpur dan mempunyai kemampuan pembentukan gel yang bagus y
ang akan memberikan hasil surimi yang lebih baik. Disamping itu juga alternatif tidak hanya
ikan demersal, namun beberapa ikan pelagis pun dapat menjadi pertimbangan untuk digunaka
n sebagai bahan baku. Ikan-ikan jenis pelagis beberapa dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan surimi dan menjadi substitusi Berbagai jenis ikan yang dapat digunakan sebagai b
ahan baku surimi salah satunya ialah ikan bandeng. Ikan bandeng memiliki potensi yang bai
k untuk dijadikan surimi. Ikan bandeng oversize dapat dijadikan alternatif yang cocok untuk p
embuatan surimi supaya ikan tersebut lebih memiliki nilai ekonomis (Hikmayani, dkk., 2017).

Aplikasi ikan bandeng sebagai fishcake


Secara teknis, fishcake terbuat dari daging ikan giling sebagai bahan utama dengan pen
ambahan bahan-bahan, seperti pati, gula, garam dan sodium glutamat. Proses selanjutnya adal
ah pemasakan dengan cara pengukusan, pemanggangan, perebusan maupun penggorengan. S
ejalan dengan perkembangan teknologi, saat ini fishcake dibuat dari surimi sebagai bahan uta
manya (Agustin, 2012).
Atribut mutu yang penting dari fishcake adalah sifat teksturnya yang elastis. Faktor-fakt
or yang mempengaruhi keelastisan fishcake diantaranya adalah jenis ikan dan bahan-bahan ta
mbahan yang digunakan dalam pembuatan fishcake. Biasanya dalam pembuatan fishcake me
nggunakan surimi dari jenis ikan berdaging putih dan berprotein tinggi, sedangkan bahan tam
bahan (pengisi) untuk memperkuat keelastisan tekstur yang sering digunakan adalah pati sing
kong (tapioka), pati kentang, terigu, dan jagung (Agustin, 2012).

Pewarna alami sebagai sumber antioksidan pada fish cake


Pewarna alami dalam industri untuk makanan haruslah food grade. Dalam industri mak
anan digunakan sebagai aditif, penguat warna, serta antioksidan. Penggunaan pewarna alami
memiliki beberapa keuntungan disamping aman dan mewarnai produk pangan, beberapa dian
taranya juga dapat berfungsi sebagai pengawet, penghambat sintetis aflatoksin, suplemen vita
min dan anti kanker, serta penurun kolesterol dalam darah. Pewarna alami juga memainkan p
eranan penting dalam kesehatan manusia karena mengandung beberapa senyawa biologis akti
f, memiliki sejumlah sifat farmakologi seperti antioksidan yang kuat, antimutagenik, anti-infl
amasi dan efek antiarthritic (Pujilestari, 2015).
Angkak atau beras merah merupakan suatu produk alami hasil fermentasi tradisional ya
ng berasal dari Cina. Warna merah pada angkak diperoleh dengan menumbuhkan kapang Mo
nascus purpureus pada beras sebagai substratnya. Penggunaan angkak sebagai pewarna maka
nan dilakukan karena mempunyai beberapa keunggulan antara lain: warna yang diperoleh leb
ih konsisten dan stabil, pigmen yang dihasilkan dapat larut dalam air, warna yang dihasilkan
dapat bercampur dengan pigmen lain serta aman untuk dikonsumsi. selain berfungsi sebagai
pewarna, angkak juga berfungsi sebagai pembangkit rasa (flavouring enhancher) (Atma, 201
5).
Temulawak (Curcuma xanthoriza Roxb ) merupakan salah satu tanaman rempah kekay
aan bumi Indonesia yang telah tersohor manfaat dan khasiatnya sejak dahulu kala. Temulawa
k dimanfaatkan sebagai pewarna alami pada pengolahan makanan. Temulawak dengan kandu
ngan kurkuminnya juga dikenal sebagai antitumor, antioksidan, obat malaria dan juga dapat
mencegah tertularnya HIV pada manusia. Dengan mengekstrak kurkumin dari temulawak ten
tu akan lebih baik dalam penggunaanya (Ramdja, dkk., 2009).

Penambahan tepung tapioka sebagai bahan pengisi


Tepung tapioka berfungsi sebagai filler (bahan pengisi) dan binder (bahan pengikat). Ta
pioka mengandung karbohidrat 86,55%, zat patinya terdiri dari dua fraksi terlarut amilosa dan
fraksi tidak larut amilopektin yang menyebabkan tapioka lekat saat dipanaskan. Filler yaitu fr
aksi bukan daging yang mempunyai sifat dapat mengikat air dan membentuk gel. Pembentuk
an gel (gelatinisasi) tapioka dalam proses pembuatannya akan menghasilkan kekentalan, kepa
datan dan kekakuan, yang dapat mempengaruhi tekstur (Widati,dkk., 2011).

Protein yang dapat disumbangkan oleh fishcake terhadap konsumen


Kebutuhan protein untuk orang dewasa berkorelasi dengan berat badan individu. Kebut
uhan protein minimum untuk orang dewasa adalah 56 gram atau 0,8 gram protein per kilogra
m berat badan (Chin, dkk., 2010). Setelah melalui estimasi dan perhitungan (dapat dilihat pad
a Lampiran), fishcakes dengan jumlah persaji sebanyak 60 gram mampu menyumbang 7,02 g
ram protein atau sekitar 12,5% dari total kebutuhan protein sehari. Dari estimasi ini, dapat dik
atakan bahwa produk ini baik dikonsumsi sebagai penyokong kebutuhan protein masyarakat
untuk menanggulangi masalah kekurangan energi protein.

KESIMPULAN
Konsumsi protein masyarakat Indonesia harus ditingkatkan dengan menambah konsu
msi protein hewani khususnya protein dari ikan. Seiring meningkatnya kebutuhan global akan
bahan protein ikan, sumber terbesar dewasa ini ialah surimi. Surimi mempunyai potensi yang
besar untuk dikembangkan sebagai sumber protein yang bermutu dan baik untuk kesehatan di
bandingkan dengan makanan dari daging lainnya. Permintaan yang terus meningkat menimbu
lkan masalah pasok dan harga karena jenis ikan yang baik untuk dijadikan surimi terbatas, se
hingga mengancam ketersediaan stok global. Masalah tersebut dapat diatasi dengan pemanfaa
tan ikan bandeng oversize sebagai bahan baku surimi kemudian melakukan penganekaragama
n dengan pembuatan fish cakes dengan penambahan pewarna alami yang mengandung antiok
sidan. Konsumsi fish cakes ini aman dan baik untuk tubuh sehingga dengan mengkonsumsi p
roduk ini kesehatan masyarakat akan meningkat dan konsumsi protein masyarakat Indonesia
dapat menigkat. Berdasarkan estimasi dan perhitungan, fish cakes dengan jumlah persaji seba
nyak 60 gram mampu menyumbang 9,2 gram protein atau sekitar 17% dari total kebutuhan pr
otein sehari.
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, T. I. 2012. Mutu Fisik dan Mikrostruktur Kamaboko Ikan Kurisi (Nemipterus nemat
ophorus) dengan Penambahan Karaginan. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indon
esia, 15(1): 17-26.
Anggraeny, O., C. Dianovita, E. N. Putri, M. Sastrina, dan R. S. Dewi. 2016. Korelasi Pembe
rian Diet Rendah Protein Terhadap Status Protein, Imunitas, Hemoglobin, dan Nafsu
Makan Tikus Wistar Jantan. Indonesian Journal of Human Nutrition, 3(2): 105-122.
Atma, Y. 2015. Studi Penggunaan Angkak sebagai Pewarna Alami dalam Pengolaan Sosis D
aging Sapi. Jurnal Tekonologi, 7(2): 76-85.
Barani, H. M,. 2004. Pemikiran Percepatan Pembangunan Perikanan Tangkap Melalui
Gerakan Nasional. Makalah Pengantar Falsafah Sains. Sekolah Pasca Sarjana/S3
Institut Pertanian Bogor. 1-24.
Chin, M. L., K. Clark, dan D. Layman. 2010. Dietary Protein Recommendation for Adequate
Intake and Optimal Health, A Tool Kit for Healthcare Professionals. ENC. Park Ridg
e.
Djazuli, N., M. Wahyuni, D. Monintja, dan A. Purbayanto. 2009. Modifikasi Teknologi Peng
olahan Surimi dalam Pemanfaatan “By-Catch” Pukat Udang di Laut Arafura. Jurnal P
engolahan Hasil Perikanan Indonesia, 12(1): 17-30.
Djunaidah, I. S. 2017. Tingkat Konsumsi Ikan di Indonesia: Ironi di Negeri Bahari. Jurnal Pe
nyuluhan Perikanan dan Kelautan, 11(1): 12-24.
Hafiludin. 2015. Analisis kandungan gizi pada ikan bandeng yang berasal dari habitat yang
berbeda. Jurnal Kelautan, 8(1): 37-43.
Hapsari, N. I. dan I. Rudiarto. 2017. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kerawanan dan Keta
hanan Pangan dan Implikasi Kebijakannya di Kabupaten Rembang. Jurnal Wilayah d
an Lingkungan, 5(2): 125-140.
Hikmayani, Y., T. Aprilliani, dan T. R. Adi. 2017. Alternatif Solusi bagi Keberlanjutan Indus
tri Surimi di Indonesia. Buletin Ilmiah “MARINA” Sosial Ekonomi Kelautan dan Peri
kanan, 3(1): 39-50.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi Gizi Di Indonesia. Jakarta Selatan: Kem
enterian Kesehatan Republik Indonesia; 2016. 1-10 p.
Nurdjanah, M.L. dan Rakhamawati, D. 2006. Membangun Kejayaan Perikanan Budidaya. Di
dalam 60 Tahun Perikanan Indonesia (Eds. Cholik et al.). Masyarakat Perikanan Nusa
ntara. 189-200.
Nusantari E, Abdul A, Harmain RM. 2016. Ikan bandeng tanpa duri (Chanos chanos) sebagai
peluang bisnis masyarakat Desa Mootinelo, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gor
ontalo. Agrokreatif, 3(1): 78-87.
Oktasari, T., Suparmi, dan R. Karnila. 2015. Pembuatan Isolat Protein Ikan Gurami (Osphron
emus gouramy) dengan Metode pH Berbeda. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Peri
kanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau,2(2): 1-12.
Prasetyo DY, Darmanto YS, Swastawati F. 2015. Efek perbedaan suhu dan lama pengasapan
terhadap kualitas ikan bandeng (Chanos chanos Forsk) cabut duri asap. Jurnal Aplika
si dan Teknologi Pangan, 4(3): 94-98.
Pujilestari, T. 2015. Review : Sumber dan Pemanfaatan Zat Warna Alam untuk Keperluan In
dustri. Dinamika Kerajinan dan Batik, 32(2): 93-106.
Ramdja, A. F., R. M. A. Aulia, dan P. Mulya. 2009. Ekstraksi Kurkumin dari Temulawak den
gan Menggunakan Etanol. Jurnal Teknik Kimia 3(16): 52-58
Saparinto, Cahyo,. 2006. Membuat Aneka Olahan Bandeng. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suharyanto, H. 2011. Ketahanan Pangan. Jurnal Sosial Humaniora 4(2): 186-194.
Sumaryanto. 2009. Diversifikasi sebagai Salah Satu Pilar Ketahanan Pangan. Forum Penelitia
n Agro Ekonomi 27(2): 93-108.
Susanto, Eko,. 2010. Pengolahan Bandeng Duri Lunak (Channos channos Forsk). Semarang :
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan. Jurusan Perikanan. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang.
Widati, A. S., E. S. Widyastuti, Rulita, dan M. S. Zenny. 2011. Pengaruh penambahan tepung
tapioka terhadap kualitas keripik bakso daging ayam dengan metode penggorengan va
kum. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, 21(2): 11-27.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Anda mungkin juga menyukai