Anda di halaman 1dari 11

Bacalah:

Permintaan mendesak dari


Pendiri Wikipedia Jimmy Wales
Baca Sekarang

Sasaran Pembangunan Milenium


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Sasaran Pembangunan Milenium dalam lambang

Sasaran Pembangunan Millennium (bahasa Inggris : Millennium Development Goals atau


disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah delapan tujuan yang diupayakan untuk dicapai
pada tahun 2015 merupakan tantangan tantangan utama dalam pembangunan diseluruh dunia.
Tantangan-tantangan ini sendiri diambil dari seluruh tindakan dan target yang dijabarkan dalam
Deklarasi Milenium yang diadopsi oleh 189 negara dan ditandatangani oleh 147 kepala
pemerintahan dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New
York pada bulan September 2000. [1]

Pada September 2000, Pemerintah Indonesia, bersama-sama dengan 189 negara lain, berkumpul
untuk menghadiri Pertemuan Puncak Milenium di New York dan menandatangani Deklarasi
Milenium. Deklarasi berisi sebagai komitmen negara masing-masing dan komunitas
internasional untuk mencapai 8 buah sasaran pembangunan dalam Milenium ini (MDG), sebagai
satu paket tujuan terukur untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan. [2] Penandatanganan
deklarasi ini merupakan komitmen dari pemimpin-pemimpin dunia untuk mengurangi lebih dari
separuh orang-orang yang menderita akibat kelaparan, menjamin semua anak untuk
menyelesaikan pendidikan dasarnya, mengentaskan kesenjangan jender pada semua tingkat
pendidikan, mengurangi kematian anak balita hingga 2/3 , dan mengurangi hingga separuh
jumlah orang yang tidak memiliki akses air bersih pada tahun 2015.
Daftar isi
[sembunyikan]

• 1 Sasaran
o 1.1 1. Pengentasan kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim
o 1.2 2. Pemerataan pendidikan dasar
o 1.3 3.Mendukung adanya persaman jender dan pemberdayaan perempuan
o 1.4 4. Mengurangi tingkat kematian anak
o 1.5 5. Meningkatkan kesehatan ibu
o 1.6 6. Perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya
o 1.7 7. Menjamin daya dukung lingkungan hidup
o 1.8 8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
• 2 Sasaran Pembangunan Milenium Indonesia
• 3 Kontroversi
• 4 Lihat pula
• 5 Referensi

• 6 Pranala luar

[sunting] Sasaran
Deklarasi Millennium PBB yang ditandatangani pada September 2000 menyetujui agar semua
negara:

[sunting] 1. Pengentasan kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim

• Target untuk 2015: Mengurangi setengah dari penduduk dunia yang


berpenghasilan kurang dari 1 dolar AS sehari dan mengalami kelaparan.

[sunting] 2. Pemerataan pendidikan dasar

• Target untuk 2015: Memastikan bahwa setiap anak , baik laki-laki dan
perempuan mendapatkan dan menyelesaikan tahap pendidikan dasar.

[sunting] 3.Mendukung adanya persaman jender dan pemberdayaan perempuan

• Target 2005 dan 2015: Mengurangi perbedaan dan diskriminasi gender


dalam pendidikan dasar dan menengah terutama untuk tahun 2005 dan untuk
semua tingkatan pada tahun 2015.

[sunting] 4. Mengurangi tingkat kematian anak


• Target untuk 2015: Mengurangi dua per tiga tingkat kematian anak-anak
usia di bawah 5 tahun

[sunting] 5. Meningkatkan kesehatan ibu

• Target untuk 2015: Mengurangi dua per tiga rasio kematian ibu dalam
proses melahirkan

[sunting] 6. Perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya

• Target untuk 2015: Menghentikan dan memulai pencegahan penyebaran


HIV/AIDS, malaria dan penyakit berat lainnya.

[sunting] 7. Menjamin daya dukung lingkungan hidup

• Target:
o Mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan yang
berkelanjutan dalam kebijakan setiap negara dan program serta
mengurangi hilangnya sumber daya lingkungan
o Pada tahun 2015 mendatang diharapkan mengurangi setengah dari
jumlah orang yang tidak memiliki akses air minum yang sehat
o Pada tahun 2020 mendatang diharapkan dapat mencapai
pengembangan yang signifikan dalam kehidupan untuk sedikitnya 100 juta
orang yang tinggal di daerah kumuh

[sunting] 8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan

• Target:
o Mengembangkan lebih jauh lagi perdagangan terbuka dan sistem
keuangan yang berdasarkan aturan, dapat diterka dan tidak ada
diskriminasi. Termasuk komitmen terhadap pemerintahan yang baik,
pembangungan dan pengurangan tingkat kemiskinan secara nasional dan
internasional.
o Membantu kebutuhan-kebutuhan khusus negara-negara kurang
berkembang, dan kebutuhan khusus dari negara-negara terpencil dan
kepulauan-kepulauan kecil. Ini termasuk pembebasan-tarif dan -kuota
untuk ekspor mereka; meningkatkan pembebasan hutang untuk negara
miskin yang berhutang besar; pembatalan hutang bilateral resmi; dan
menambah bantuan pembangunan resmi untuk negara yang berkomitmen
untuk mengurangi kemiskinan.
o Secara komprehensif mengusahakan persetujuan mengenai
masalah utang negara-negara berkembang.
o Menghadapi secara komprehensif dengan negara berkembang
dengan masalah hutang melalui pertimbangan nasional dan internasional
untuk membuat hutang lebih dapat ditanggung dalam jangka panjang.
o Mengembangkan usaha produktif yang layak dijalankan untuk
kaum muda
o Dalam kerja sama dengan pihak "pharmaceutical", menyediakan
akses obat penting yang terjangkau dalam negara berkembang
o Dalam kerjasama dengan pihak swasta, membangun adanya
penyerapan keuntungan dari teknologi-teknologi baru, terutama teknologi
informasi dan komunikasi.

[sunting] Sasaran Pembangunan Milenium Indonesia


Setiap negara yang berkomitmen dan menandatangani perjanjian diharapkan membuat laporan
MDGs. Pemerintah Indonesia melaksanakannya dibawah koordinasi Bappenas dibantu dengan
Kelompok Kerja PBB dan telah menyelesaikan laporan MDG pertamanya yang ditulis dalam
bahasa Indonesia dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris untuk menunjukkan rasa
kepemilikan pemerintah Indonesia atas laporan tersebut. Laporan Sasaran Pembangunan
Milenium ini menjabarkan upaya awal pemerintah untuk menginventarisasi situasi pembangunan
manusia yang terkait dengan pencapaian sasaran MDGs, mengukur, dan menganalisa kemajuan
seiring dengan upaya menjadikan pencapaian-pencapaian ini menjadi kenyataan, sekaligus
mengidenifikasi dan meninjau kembali kebijakan-kebijakan dan program-program pemerintah
yang dibutuhkan untuk memenuhi sasaran-sasaran ini. Dengan tujuan utama mengurangi jumlah
orang dengan pendapatan dibawah upah minimum regional antara tahun 1990 dan 2015, Laporan
ini menunjukkan bahwa Indonesia berada dalam jalur untuk mencapai tujuan tersebut. Namun,
pencapaiannya lintas provinsi tidak seimbang.[2]

Kini MDGs telah menjadi referensi penting pembangunan di Indonesia, mulai dari tahap
perencanaan seperti yang tercantum pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
hingga pelaksanaannya. Walaupun mengalamai kendala, namun pemerintah memiliki komitmen
untuk mencapai sasaran-sasaran ini dan dibutuhkan kerja keras serta kerjasama dengan seluruh
pihak, termasuk masyarakat madani, pihak swasta, dan lembaga donor. Pencapaian MDGs di
Indonesia akan dijadikan dasar untuk perjanjian kerjasama dan implementasinya di masa depan.
Hal ini termasuk kampanye untuk perjanjian tukar guling hutang untuk negara berkembang
sejalan dengan Deklarasi Jakarta mengenai MDGs di daerah Asia dan Pasifik. [3] [4]

[sunting] Kontroversi
Upaya Pemerintah Indonesia merealisasikan Sasaran Pembangunan Milenium pada tahun 2015
akan sulit karena pada saat yang sama pemerintah juga harus menanggung beban pembayaran
utang yang sangat besar. Program-program MDGs seperti pendidikan, kemiskinan, kelaparan,
kesehatan, lingkungan hidup, kesetaraan gender, dan pemberdayaan perempuan membutuhkan
biaya yang cukup besar. Merujuk data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen
Keuangan, per 31 Agustus 2008, beban pembayaran utang Indonesia terbesar akan terjadi pada
tahun 2009-2015 dengan jumlah berkisar dari Rp97,7 triliun (2009) hingga Rp81,54 triliun
(2015) rentang waktu yang sama untuk pencapaian MDGs. Jumlah pembayaran utang Indonesia,
baru menurun drastis (2016) menjadi Rp66,70 triliun. tanpa upaya negosiasi pengurangan jumlah
pembayaran utang Luar Negeri, Indonesia akan gagal mencapai tujuan MDGs.
Menurut Direktur Eksekutif International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) Don
K Marut Pemerintah Indonesia perlu menggalang solidaritas negara-negara Selatan untuk
mendesak negara-negara Utara meningkatkan bantuan pembangunan bukan utang, tanpa syarat
dan berkualitas minimal 0,7 persen dan menolak ODA (official development assistance) yang
tidak bermanfaat untuk Indonesia [5]. Menanggapi pendapat tentang kemungkinan Indonesia
gagal mencapai tujuan MDGs apabila beban mengatasi kemiskinan dan mencapai tujuan
pencapaian MDG di tahun 2015 serta beban pembayaran utang diambil dari APBN di tahun
2009-2015, Sekretaris Utama Menneg PPN/Kepala Bappenas Syahrial Loetan berpendapat
apabila bisa dibuktikan MDGs tidak tercapai di 2015, sebagian utang bisa dikonversi untuk bantu
itu. Pada tahun 2010 hingga 2012 pemerintah dapat mengajukan renegosiasi utang. Beberapa
negara maju telah berjanji dalam konsesus pembiayaan (monetary consensus) untuk memberikan
bantuan. Hasil kesepakatan yang didapat adalah untuk negara maju menyisihkan sekitar 0,7
persen dari GDP mereka untuk membantu negara miskin atau negara yang pencapaiannya masih
di bawah. Namun konsensus ini belum dipenuhi banyak negara, hanya sekitar 5-6 negara yang
memenuhi sebagian besar ada di Skandinavia atau Belanda yang sudah sampai 0,7 persen. [6]
Cerminkan Komitmen Indonesia Untuk Meningkatkan
Kesejahteraan
KOMITMEN Indonesia untuk mencapai MDGs mencerminkan komitmen Indonesia untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan memberikan kontribusi pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat dunia. Oleh karena itu, MDGs merupakan acuan penting dalam
penyusunan dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional. Pemerintah Indonesia telah
mengarusutamakan MDGs dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN
2005-2025), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2004-2009 dan 2010-
2014), Rencana Kerja Program Tahunan (RKP), serta dokumen Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN).

Dalam lima tahun terakhir, di tengah kondisi negara yang belum sepenuhnya pulih dari krisis
ekonomi tahun 1997/1998, Indonesia menghadapi tantangan global yang tidak ringan. Gejolak
harga minyak dan harga pangan serta perubahan iklim global serta terjadinya krisis keuangan
global 2007/2008 mewarnai dinamika pembangunan Indonesia. Tingkat pertumbuhan ekonomi
menurun menjadi sekitar 4-5 persen, dibandingkan dengan pertumbuhan sebelum krisis yang
mencapai sebesar 5-6 persen.

Kenaikan harga pangan yang menjadi pengeluaran rumah tangga terbesar di kelompok
masyarakat menengah bawah dan miskin semakin menimbulkan beban. Perubahan iklim yang
ekstrem telah berdampak pada kegagalan pertanian dan kerusakan aset masyarakat serta
terganggunya kesehatan masyarakat.

Dalam lingkungan global yang kurang menguntungkan tersebut Indonesia secara bertahap
terusmelakukan penataan dan pembangunan di segala bidang sebagai suatu wujud dari komitmen
Indonesia untuk bersama-sama dengan masyarakat dunia mencapai Tujuan Pembangunan
Milenium.

Sampai dengan tahun 2010 ini, Indonesia telah mencapai berbagai sasaran Tujuan Pembangunan
Milenium yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu: (
a) sasaran yang telah dicapai;
(b) sasaran yang menunjukkan kemajuan signifikan dan diharapkan dapat tercapai pada tahun
2105 (ontrack); dan
(c) sasaran yang masih memerlukan upaya keras untuk pencapaiannya.

Sasaran dari Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) yang telah dicapai, mencakup:
MDGs 1, yaitu proporsi penduduk yang hidup dengan pendapatan per kapita kurang dari USD 1
per hari telah menurun dari 20,6 persen pada tahun 1990 menjadi 5,9 persen pada tahun 2008.

MDGs 3, yaitu kesetaraan gender dalam semua jenis dan jenjang pendidikan telah hampir
tercapai yang ditunjukkan dengan rasio angka partisipasi murni (APM) perempuan terhadap laki-
laki di SD/MI/Paket A dan SMP/MTs/Paket B berturut-turut sebesar 99,73 dan 101,99, dan rasio
angka melek huruf perempuan terhadap laki-laki pada kelompok usia 15-24 tahun sebesar 99,85
pada tahun 2009.

MDGs 6, yaitu prevalensi tuberkulosis menurun dari 443 kasus pada 1990 menjadi 244 kasus per
100.000 penduduk pada tahun tahun 2009.

Sasaran dari Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) yang telah menunjukkan kemajuan
signifikan dan diharapkan dapat tercapai pada tahun 2015 (on-track) adalah:
MDGs 1, yaitu prevalensi balita kekurangan gizi telah berkurang hampir setengahnya, dari 31
persen pada tahun 1989 menjadi 18,4 persen pada tahun 2007. Target 2015 sebesar 15,5 persen
diperkirakan akan tercapai.

MDGs 2, yaitu angka partisipasi murni untuk pendidikan dasar mendekati 100 persen dan
tingkatmelek huruf penduduk melebihi 99,47 persen pada 2009.

MDGs 3, yaitu rasio APM perempuan terhadap laki-laki di SM/MA/Paket C dan pendidikan
tinggi pada tahun 2009 berturut-turut 96,16 dan 102,95. Dengan demikian maka target 2015
sebesar 100 diperkirakan akan tercapai.

MDGs 4, yaitu angka kematian balita telah menurun dari 97 per 1.000 kelahiran pada tahun 1991
menjadi 44 per 1.000 kelahiran pada tahun 2007 dan diperkirakan target 32 per 1.000 kelahiran
pada tahun 2015 dapat tercapai.

MDGs 8, yaitu dimana Indonesia telah berhasil mengembangkan perdagangan serta sistem
keuangan yang terbuka, berdasarkan aturan, bisa diprediksi dan non-diskriminatif – ditunjukkan
dengan adanya kecenderungan positif dalam indikator yang berhubungan dengan perdagangan
dan sistem perbankan nasional. Pada saat yang sama, kemajuan signifikan telah dicapai dalam
mengurangi rasio pinjaman luar negeri terhadap PDB dari 24,6 persen pada 1996 menjadi 10,9
persen pada 2009. Debt Service Ratio juga telah berkurang dari 51 persen pada tahun 1996
menjadi 22 persen pada tahun 2009.

Sasaran dari Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) yang telah menunjukkan kecenderungan
kemajuan yang baik namun masih memerlukan kerja keras untuk mencapai sasaran yang
ditetapkan pada tahun 2015, mencakup:

MDGs 1, dimana Indonesia telah menaikkan ukuran untuk target pengurangan kemiskinan dan
akan memberikan perhatian khusus untuk mengurangi tingkat kemiskinan yang diukur terhadap
garis kemiskinan nasional dari 13,33 persen (2010) menjadi 8-10 persen pada tahun 2014.

MDGs 5, dimana angka kematian ibu menurun dari 390 pada tahun 1991 menjadi 228 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Diperlukan upaya keras untuk mencapai target pada
tahun 2015 sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup.

MDGs 6, dimana jumlah penderita HIV/AIDS meningkat, khususnya di antara kelompok risiko
tinggi pengguna narkoba suntik dan pekerja seks.

MDGs 7, dimana Indonesia memiliki tingkat emisi gas rumah kaca yang tinggi, namun tetap
berkomitmen untuk meningkatkan tutupan hutan, memberantas pembalakan liar dan
mengimplementasikan kerangka kerja kebijakan untuk mengurangi emisi karbon dioksida paling
sedikit 26 persen selama 20 tahun ke depan. Selain itu, saat ini hanya 47,73 persen rumah tangga
yang memiliki akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan 51,19 persen yang memiliki
akses sanitasi yang layak. Diperlukan perhatian khusus, untuk mencapai target MDG pada tahun
2015.

Keberhasilan pembangunan Indonesia, telah menuai berbagai prestasi dan penghargaan dalam
skala global. Kemajuan pembangunan ekonomi dalam lima tahun terakhir, telah mengurangi
ketertinggalan Indonesia dari negara-negara maju. Negara-negara maju yang tergabung dalam
OECD (Organizati on of Economic and Cooperati on Development) mengakui dan memberikan
apresiasi kemajuan pembangunan Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia bersama Cina, India,
Brazil, dan Afrika Selatan diundang untuk masuk dalam kelompok ‘enhanced engagement
countries’ atau negara yang semakin ditingkatkan keterlibatannya dengan negara-negara maju.

Indonesia sejak 2008 juga tergabung dalam kelompok G-20, yaitu dua puluh negara yang
menguasai 85 persen Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dunia, yang memiliki peranan sangat
penti ng dan menentukan dalam membentuk kebijakan ekonomi global.

Keberhasilan dalam pencapaian MDGs di Indonesia ini tergantung pada pencapaian tata
pemerintahan yang baik, kemitraan yang produktif pada semua tingkat masyarakat dan penerapan
pendekatan yang komprehensif untuk mencapai pertumbuhan yang pro-masyarakat miskin,
meningkatkan pelayanan publik, memperbaiki koordinasi antar pemangku kepentingan,
meningkatkan alokasi sumber daya, pendekatan desentralisasi untuk mengurangi disparitas serta
memberdayakan masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.

Dalam merancang pencapaian MDGs ke depan, jumlah, pertumbuhan dan persebaran penduduk
akan menjadi salah satu pertimbangan penting. Percepatan pencapaian tujuan dan sasaran MDGs
memerlukan penanganan masalah kependudukan secara komprehensif dan terpadu, mencakup
perluasan akses pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana, serta perlindungan bagi
hak-hak reproduksi.

Saat ini, jumlah penduduk Indonesia adalah 237,5 juta jiwa (hasil sementara Sensus Penduduk
2010, BPS), telah meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan jumlah pada tahun 1971.
Meski terjadi penurunan laju pertumbuhan penduduk dari 1,97 persen per tahun pada kurun
waktu 1980-1990 menjadi 1,49 persen per tahun pada kurun waktu 1990-2000, dan menjadi 1,30
persen per tahun pada tahun 2005, namun diperkirakan jumlah penduduk Indonesia pada tahun
2015 akan mencapai sekitar 247,6 juta jiwa (Proyeksi Penduduk Indonesia 2005-2025). Dari
jumlah tersebut, sekitar 60,2 persen berada di Pulau Jawa yang memiliki luas hanya 7 persen dari
total luas Indonesia. Selain itu, tak kurang dari 80 persen industri terkonsentrasi di Pulau Jawa.

Pemerintah berkomitmen untuk memelihara lingkungan sosial-ekonomi dan budaya agar semua
warga negara, organisasi masyarakat sipil dan sektor swasta dapat berpartisipasi secara produktif
dalam pembangunan yang mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia. Dalam upaya percepatan
pencapaian MDGs, peran serta masyarakat, termasuk organisasi masyarakat dan khususnya
kelompok perempuan, telah memberikan kontribusi nyata terutama di bidang pendidikan,
kesehatan, akses air bersih, dan lingkungan hidup.

Ke depan, gerakan masyarakat yang mengakar di akar rumput tersebut akan terus diperhatikan
untuk mempercepat pencapaian MDGs dan meningkatnya kesejahteraan secara berkelanjutan.

Langkah-langkah untuk mempercepat pencapaian MDGs selama lima tahun ke depan


sebagaimana diamanatkan oleh Inpres Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang
Berkeadilan, adalah meliputi : Penyusunan Peta Jalan Percepatan Pencapaian MDGs yang akan
digunakan sebagai acuan seluruh pemangku kepentingan melaksanakan percepatan pencapaian
MDGs di seluruh Indonesia.

Pemerintah provinsi menyiapkan “Rencana Aksi Daerah Percepatan Pencapaian MDGs” yang
digunakan sebagai dasar bagi perencanaan, peningkatan koordinasi upaya-upaya untuk
mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Alokasi dana pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten akan terus ditingkatkan untuk
mendukung intensifikasi dan perluasan program-program pencapaian MDGs. Akan dirumuskan
mekanisme pendanaan untuk memberikan insentif kepada pemerintah daerah yang berkinerja
baik dalam pencapaian MDGs.

Dukungan untuk perluasan pelayanan sosial di daerah tertinggal dan daerah terpencil akan
ditingkatkan. Kemitraan Pemerintah dan Swasta (KPS atau Public Private Partnership/PPP) di
sektor sosial, khususnya pendidikan dan kesehatan akan dikembangkan untuk meningkatkan
sumber pembiayaan dalam mendukung upaya pencapaian MDGs.

Mekanisme untuk perluasan inisiatif CSR (Corporate Social Responsibility) akan diperkuat
dalam rangka mendukung pencapaian MDGs. Serta meningkatkan kerjasama pembangunan
terkait konversi utang (debt swap) untuk pencapaian MDGs dengan negara-negara kreditor.[]
(Sumber Bappenas)
Kerjasama BilateralKerjasama RegionalKerjasama MultilateralOrganisasi InternasionalIsu-Isu
Khusus
Isu-Isu Khusus

Pencapaian MDGs
Sabtu, 05 September 2009

Kepala Negara/Pemerintahan dari berbagai negara telah mengukuhkan


komitmen internasional dalam memberantas kemiskinan dan kelaparan
diseluruh dunia yang dituangkan dalam Millennium Development Goals
(MDGs) pada KTT millennium PBB yang diadakan di New York pada tahun
2000 lalu.
MDGs memuat sejumlah target berikut tolok ukurnya sebagai acuan
internasional dalam mencapai target pemberantasan kemiskinan dan
kelaparan yang diharapkan bisa dicapai pada tahun 2015. Target MDGs
mencakup:
1. Pemberantasan kemiskinan dan kelaparan ekstrem
2. Pencapaian pendidikan dasar yang universal
3. Promosi kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
4. Pengurangan tingkat mortalitas anak
5. Peningkatan kesehatan ibu
6. Pemberantasan HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya
7. Pencapaian keberlangsungan lingkungan hidup
8. Pengembangan kemitraan global untuk pembangunan
Krisis ekonomi global pada tahun 2008 telah mengakibatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia sehingga
angka pengangguran dan kemiskinan di seluruh dunia bertambah. Hal ini berimbas pada pencapaian sasaran MDGs
yang terancam tidak dapat terpenuhi menjelang tenggat waktu tahun 2015. Bahkan, pencapaian MDGs terancam
mengalami kemunduran sehingga kemajuan yang telah diraih sebelumnya akan menjadi sia-sia.
Krisis ekonomi berdampak lebih lanjut pada turunnya pendapatan riil masyarakat sehingga alokasi dana rumah
tangga untuk menyekolahkan anak, memenuhi pasokan gizi yang cukup bagi keluarga, serta menjamin pelayanan
dan akses kesehatan yang memadai bagi anggota keluarga yang hamil atau sakit. Pada beberapa segmen
masyarakat, dampak kemiskinan juga dapat menyebabkan terhambatnya upaya penyetaraan gender, sebagai
contoh, dalam beberapa segmen masyarakat dunia, orangtua cenderung lebih memilih tidak menyekolahkan anak
perempuan dari anak lelaki dan memilih mengawinkan anak perempuannya untuk alasan ekonomi.
Di sisi lain, dampak krisis juga telah memberikan tekanan budgeter terhadap kemampuan pemerintah untuk dapat
menjamin tersedianya akses bagi penduduk atas pekerjaan, pendidikan dan pelayanan kesehatan. Lebih jauh lagi,
dampak krisis dapat mempengaruhi kelancaran pendanaan luar negeri untuk pembangunan karena umumnya
negara maju masih memusatkan upayanya pada pemulihan ekonomi nasional masing-masing. Oleh sebab itu,
diperlukan penekanan kembali komitmen, khususnya dari negara maju, untuk mendukung upaya pencapaian
target-target MDGs.
Pada International Conference on Financing for Development di Doha tahun 2008, sebuah kesepakatan global telah
berhasil dicapai untuk tetap mengedepankan upaya global bagi pencapaian MDGs, khususnya komitmen
pendanaan negara maju yaitu 0.7% dari GDP, sesuai dengan kesepakatan Monterrey Consensus.
Indonesia tercatat ‘on track’ dalam pencapaian MDGs, kecuali untuk pencapaian MDG 4 (mengurangi tingkat
kematian ibu). Sementara bagi banyak negara terutama di Afrika, Asia Selatan dan Pasifik, pencapaian MDGs
terutama MDG kesehatan masih tercatat ‘off-track’. Selain dapat memberikan gambaran yang buruk bagi midterm
review pencapaian MDGs tahun 2010, krisis yang berkelanjutan juga dikhawatirkan menghambat pencapaian MDGs
pada tahun 2015.
Beberapa tantangan utama di tahun 2010 yang dihadapi oleh kemitraan global dalam mencapai MDGs adalah
sebagai berikut: (i) lambatnya pertumbuhan ekonomi dunia, sebagai dampak berkelanjutan dari krisis ekonomi,
hal ini diprediksikan dapat mengancam keberhasilan pencapaian yang telah dicapai dan keberlangsungan
pencapaian MDGs ke depan; (ii) adanya disparity gap, dimana masih terjadi ketimpangan dalam pencapaian MDGs
khususnya terkait dengan MDGs kesehatan. Kesenjangan pencapaian juga terjadi antara negara maju dan negara
berkembang; (iii) masih adanya financial and capacity gap, di mana keterbatasan sumber-sumber pendanaan
pembangunan publik dan kapasitas, terutama kapasitas pemerintah di level daerah, tetap menjadi masalah
bersama yang dihadapi oleh negara-negara berkembang.
Menghadapi berbagai tantangan tersebut, diplomasi pembangunan Indonesia untuk mendukung pencapaian MDGs
di sepanjang tahun 2010 ditujukan untuk menjaga momentum pertumbuhan dan penciptaan perekonomian dunia
yang lebih kuat, berimbang dan berkelanjutan serta membangun platform bagi mobilisasi dan realisasi berbagai
komitmen pendanaan dan pengembangan kapasitas pembangunan, baik melalui kerangka internasional PBB, G-20
dan Kerjasama Selatan-Selatan maupun melalui kemitraan multilateral publik dan swasta (public private
partnership).
Sebagai bagian dari pengembangan kemitraan multilateral untuk menjamin keberlangsungan pendanaan
pembangunan, diplomasi pembangunan juga ditujukan untuk penjajakan berbagai finance engineering atau
innovative financing, termasuk wacana “debt swap for MDG Projects, dengan lembaga keuangan multilateral
seperti Bank Dunia dan IMF. Sejalan dengan hal tersebut, melalui proses G-20, Indonesia juga mendorong adanya
general capital increase pada Bank Dunia sehingga meningkatkan kemampuan lembaga tersebut untuk
memberikan pinjaman, termasuk untuk pendanan pembangunan.
Selanjutnya, untuk mengamankan komitmen para Leaders terhadap pembangunan global dan memanfaatkan
efektifitas serta practicality dari forum G-20, Indonesia juga telah mendorong dimasukkannya isu pembangunan
dalam agenda pembahasan G-20 dan membuka jalan bagi dibentuknya Kelompok Kerja Pembangunan (Working
Group on Development) pada KTT G-20 yang diselenggarakan di Toronto pada 19-20 Juli 2010 untuk
mengelaborasi berbagai isu pembangunan dan menyusun agenda pembangunan serta multi-year action plan untuk
diadopsi pada KTT G-20 tanggal 11-12 November 2010 di Seoul. Momentum ini menjadi sangat penting bagi
Indonesia dalam mencapai kepentingan nasionalnya, yakni mendorong terjadinya pembangunan nasional itu
sendiri, sebagaimana menjadi kepentingan bagi seluruh negara berkembang di dunia. Selain itu, dalam rangka
merevitalisasi komitmen dan memperkuat upaya negara Asia dan Pasifik terhadap pencapaian MDGs di tahun 2015
dan way forward, Indonesia juga telah menyelenggaraan Special Ministerial Meeting for MDGs Review in Asia and
the Pacific: Run Up to 2015 (SMM MDGs) pada tanggal 3-4 Agustus 2010 di Jakarta.
Dalam memobilisasi kemitraan global untuk mendorong peningkatan pencapaian MDGs kesehatan, terutama dalam
meningkatkan angka hidup dan kesehatan ibu hamil dan balita, sejak awal tahun 2010 Pemri berpartisipasi aktif
dalam proses inisiasi The Global Strategy for Women’s and Children’s Health. Dalam rangka outreach Strategi ini
demi memobilisasi dukungan, Indonesia juga memanfaatkan kerangka Network of Global Leaders for Maternal and
Children Health. Outreach yang dilakukan telah mendorong lahirnya komitmen tertinggi yang pernah dicatat dunia
untuk pendanaan MDG 4 dan 5 dimana pada penyelenggaraan UN High Level Plenary on MDGs di sela SMU PBB ke-
65, tercatat komiten pendanaan sebesar US$ 40 milyar untuk lima tahun ke depan. Indonesia juga mendorong
greater coherence and coordination antara badan PBB dan dalam pelaksanaan operasional PBB untuk
pembangunan yang efektif, efisien dan transparan. Selain itu Indonesia mendukung dan melaksanakan health
diplomacy karena kesehatan merupakan pondasi dasar dari pencapaian sasaran-sasaran MDGs lainnya.

More|

www.deplu.go.id/Pages/IIssueDisplay.aspx?IDP=8&l=id - Tembolok - Mirip

Anda mungkin juga menyukai