Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memasuki era yang modern atau lebih dikenal dengan globalisasi, masalah demi
masalah muncul sebagai akibat yang ditimbulkan oleh era tersebut. Tidak dapat
dipungkiri bahwa setiap makhluk hidup utamanya manusia tidak dapat lepas dari dampak
globalisasi tersebut, karena makhluk hiduplah pelaku utama dari kegiatan tersebut. Oleh
karena itu, setiap manusia harus senantiasa waspada terhadap dampak yang mungkin
ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukannya terutama dalam melakukan hal-hal yang
berkaitan dengan lingkungan.
Aspek yang paling sensitif terhadap dampak era yang serba industri seperti
sekarang ini adalah lingkungan. Besar kecilnya kegiatan manusia pasti akan berdampak
pada kualitas lingkungan. Dengan demikian, manusia sebagai pelaku utama lingkungan
harus senantiasa mengendalikan dan menjaga lingkungan agar tidak mengalami
kerusakan.
Di Indonesia, masalah lingkungan merupakan masalah yang cukup serius yang
harus segera diatasi. Lingkungan hidup Indonesia yang dulu dikenal sangat ramah dan
hijau kini seakan berubah menjadi ancaaman bagi masyarakatnya. Betapa tidak, tingkat
kerusakan lingkungan di indonesia sangat besar. Pencemaran lingkungan dan aktifitas
penebangan hutan secara illegal merupakan penyebab utamanya.
Banyaknya bencana yang sering terjadi di tanah air seperti banjir dan tanah longsor
merupakan bukti betapa pentingnya menjaga kelestarian lingkungan di era globalisasi. 
Kesadaran untuk hidup lebih baik harus senantiasa dipegang oleh manusia khusunya
yang tinggal di kota-kota besar karena manusialah penyebab utama terjadinya bencana
tersebut. Tanpa manusia sadari, ketika membuang sampah di sembarang tempat,
menebang pohon tanpa perencanaan adalah suatu aktifitas yang membahayakan
kehidupannya.
Tingkat eksploitasi dan konsumsi energi fosil yang terlalu berlebihan selama
beberapa dekat ke belakang serta pengrusakan hutan dan rendahnya usaha konservasi
lahan menyebabkan terjadinya berbagai masalah lingkungan yang parah di Indonesia.

1
Masalah lingkungan yang terjadi diantarannya global warming, polusi dan pencemaran
lingkungan. Semua masalah itu berujung pada terjadinya degradasi lingkungan yang
mengancam aktifitas kehidupan manusia. Lingkungan yang terdegradasi tidak mampu
lagi menyokong aktifitas kehidupan manusia dengan baik.
Oleh karena hal-hal tersebut, melalui makalah ini, saya akan mencoba menguraikan
kebijakan-kebijakan lingkungan di Indonesia dengan judul makalah “Pengelolaan
Lingkungan Hidup”. Dan berharap dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan
pengetahuan tentang pentingnya lingkungan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana aspek lingkungan hidup?
2. Bagaimana pengelolaan lingkungan hidup?
3. Bagaimana tujuan dan sasaran pengelolaan lingkungan hidup?
4. Bagaimana pendekatan pengelolaan lingkungan hidup?
5. Bagaimana program pengelolaan lingkungan hidup?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui aspek lingkungan hidup.
2. Untuk mengetahui pengelolaan lingkungan hidup.
3. Untuk mengetahui tujuan dan sasaran pengelolaan lingkungan hidup.
4. Untuk mengetahui pendekatan pengelolaan lingkungan hidup.
5. Untuk mengetahui program pengelolaan lingkungan hidup.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aspek Lingkungan Hidup
Aspek Lingkungan Hidup adalah untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan
jika suatu investasi jadi dilakukan, baik dampak negatif maupun positif. Dampak
yang timbul ada yang langsung mempengaruhi pada kegiatan usaha dilakukan
sekarang atau baru kelihatan dimasa yang akan datang Oleh karena itu sebelum usaha
dijalankan perlu dilakukan studi tentang dampak lingkungan untuk mengetahui
dampak yang akan timbul dandicari jalan keluarnya untuk mengatasinya, studi ini
dinamakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

B. Pengelolaan Lingkungan Hidup


Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan,
pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan
hidup (Mitra Info, 2000). Lingkungan hidup sendiri memiliki arti kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, temasuk manusia dan
perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain.
Pengelolaan lingkungan hidup diselenggarakan dengan asas tanggung jawab
negara, asas keberlanjutan, dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia
seutuhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana,
yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumberdaya, ke dalam proses
pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi
masa kini dan generasi masa depan.
Kemandirian dan keberdayaan masyarakat merupakan prasyarat untuk
menumbuhkan kemampuan masyarakat sebagai pelaku dalam pengelolaan
lingkungan hidup bersama dengan pemerintah dan pelaku pembangunan yang lain.

3
Meningkatnya kemampuan dan kepeloporan masyarakat akan meningkatkan
efektifitas peran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pelestarian fungsi
lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung perikehidupan manusia dan makluk lainnya, disebut daya dukung
lingkungan hidup. Sedangkan, daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan
lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk
atau dimasukkan ke dalamnya. Pelestarian daya dukung lingkungan hidup adalah
rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap tekanan
perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan, agar tetap
mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Sedangkan,
pelestarian daya tampung lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk
melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau
komponen lain yang dibuang ke dalamnya.
1. Dasar-dasar pengelolaan lingkungan hidup:
Untuk memberikan dasar hukum yang kuat tentang usaha pemerintah dan
lembaga swadaya masyarakat dalam melaksanakan pelestarian alam maka di buat
peraturan perundang-undangan tentang lingkunngan.
a. UU RI No.5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya,
b. UU RI No.51 tahun 1993 tentang analisis mengenai dampak lingkungan. Untuk
memperkecil pencemaran, pada saat ini pemerintah menyusun dokumen AMDAL
(Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) bagi kegiatan yang diduga
menimbulkan pencemaran. AMDAL pada prinsipnya adalah cara
mengidentifikasi, memprediksi dan mengomunikasikan pengaruh dari kegiatan
manusia terutama pembangunan fisik lingkungan.

Dasar hukum pemberlakuan AMDAL yaitu PP No.22 tahun 1999 tentang


AMDAL yang berlaku efektif mulai tanggal 7 November 2000. Jenis-jenis kegiatan
yang harus dilengkapi dengan AMDAL di atur dalam keputusan menteri No.3 tahun
2000. Implikasi PP ini adalah diserahkannya sebagian besar kewenangan penilaian
AMDAL kepada daerah/Prov/Kab/Kota dan diwajibkan keikutsertaan masyarakat di
dalamnya (Pratiwi, 2013).

4
C. Tujuan dan Sasaran Pengelolaan Lingkungan Hidup
1. Tujuan
a. Mencapai kelestarian hubungan manusia dengan lingkungan hidup sehingga
dapat membangun manusia seutuhnya,
b. Mewujudkan manusia sebagai bagian lingkungan hidup dan tidak akan dapat
dipisahkan,
c. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya secara bijaksana dan diolah secara
optimal semata demi kesejahteraan masyarakat.
d. Melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan untuk generasi yang
akan datang.
2. Sasaran
a. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbgangan antara manusia dan
lingkungan hidup;
b. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang
memiliki sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup;
c. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;
d. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup;
e. Terkendalinya pemanfaatan sumberdaya secara bijaksana;
f. Terlindungnya NKRI terhadap dampak usaha dan/atau kegiatan di luar
wilayah negara yang menyebabkan perusakan lingkungan hidup.

D. Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Hidup


Pengelolaan lingkungan harus dilakukan dengan mempertimbangkan pendekatan
teknologi, pendekatan institusional, pendekatan administrasi, hukum dan peraturan,
pendekatan ekonomis, pendekatan pendidikan atau pelatihan, pendekatan sosial
budaya, pendekatan sosio-politik, pendekatan ekologis, pendekatan agama yaitu
sebagai berikut :
1. Pendekatan Teknologis
Melalui pendekatan ini, maka teknologi yang membawa dampak kerusakan
lingkungan diganti dengan teknologi yang ramah lingkungan (teknologi bersih),

5
juga dikembangkan teknologi pengelolaan limbah. Dalam hal ini diterapkan
prinsip 4 R, yang terdiri dari reuse (pemakaian kembali), reduce (pengurangan),
recycle (daur ulang) dan recovery.
2. Pendekatan Administrasi, Hukum dan Peraturan
Pendekatan ini dilakukan dengan jalan melakukan penataan dan pengaturan
terhadap manusia sebagai pelaku lingkungan, sehingga perilaku manusia dapat
terkendali, yang pada akhirnya diharapkan dampak negatif dari kegiatannya
terhadap lingkungan akan berkurang atau dapat diatasi. Pendekatan ini dapat
dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu :
a. Mengikat (ada konsekuensi hukuman), seperti AMDAL (Peraturan
Pemerintah No. 51 Th 1993). UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan), UPL
(Upaya Pemantauan Lingkungan), baku mutu, tata ruang dll.
b. Suka rela (ada konsekuensi di masyarakat nasional atau internasional) seperti
ecolabelling, sertifikat halal.
3. Pendekatan Ekonomis
Dalam pendekatan ini, setiap komponen lingkungan dianggap mempunyai harga
ekonomi dan dilakukan evaluasi terhadap perubahan lingkungan. Jika diketahui
harga lingkungan sangat mahal. Maka diharapkan manusia akan berhati-hati
terhadap lingkungannya. Dalam ekonomi lingkungan, barang lingkungan
dianggap sebagai barang produksi sehingga faktor lingkungan diinternalkan atau
dimasukkan ke dalam biaya produksi. Dengan demikian lingkungan merupakan
barang yang sangat berharga
4. Pendekatan Pendidikan atau Pelatihan
Kondisi mayarakat yang masih kurang informasi lingkungan, atau mempunyai
tanggung jawab terhadap lingkungan yang masih rendah, atau merasa tidak
mempunyai kapasitas dalam pengelolaan lingkungan, ataupun sebagai korban
ketidakadilan dalam 7 pengelolaan lingkungan, maka untuk mengantisipasi semua
kondisi tersebut diperlukan pendidikan dan pelatihan mengenai lingkungan hidup
dan pengelolaannya. Pendidikan/Pelatihan ini dapat dilakukan secara formal
maupun informal.
5. Pendekatan Sosial Budaya

6
Keragaman sosial budaya dalam masyarakat akan mempengaruhi pandangan
dalam pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan, sehingga tidak dapat
dilakukan generalisasi dalam pengelolaan lingkungan di tiap wilayah masyarakat.
Jadi pengelolaan lingkungan akan bersifat lokal dan spesifik untuk suatu wilayah
tertentu. Harus diperhatikan juga adanya indigenous knowledge (pengetahuan
lokal) yang merupakan kearifan tradisional atau masyarakat setempat dalam
pengelolaan lingkungan. Misalnya pada masyarakat petani di jawa terdapat sistem
pergiliran tanaman berdasarkan titi mangsa
6. Pendekatan Sosio-Politik
Dengan adanya konflik kepentingan antar berbagai pihak, maka harus dilakukan
upaya mengelola konflik tersebut dan dapat memecahkan permasalahan dengan
musyawarah secara bijaksana, sehingga dapat tercipta win-win solution diantara
pihak-pihak yang berkonflik. Pendekatan sosio-politik ini biasanya digunakan
untuk menyelesaikan konflik kepentingan antar wilayah atau antar sector atau
antar kelompok etnik.
7. Pendekatan Ekologis
Pendekatan ini dianggap sebagai satu-satunya pendekatan yang mendasarkan diri
pada kepentingan altruistic, dan cenderung mengacu pada strategi konservasi
dunia. Strategi konservasi dunia mencakup 3 hal, yaitu :
a. Perlindungan proses ekologis yang penting sebagai sistem penyangga
kehidupan,
b. Pengawetan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya,
c. Pemanfaatan jenis dan ekosistem secara lestari.

Adapun kelemahan atau kendala dalam pendekatan ini adalah ketidaksempurnaan


informasi keilmuan bagi suatu persoalan lingkungan, penentuan batas ekosistem
sangat relative, adanya alternatif mekanisme pemecahan persoalan lingkungan
yang tidak siap dihadapi oleh masyarakat.

8. Pendekatan Agama
Moral dan sikap mental manusia sebagai pengelola lingkungan merupakan
landasan dasar bagi manusia untuk mensikapi lingkungan hidupnya. Moral dan

7
sikap manusia itu sangat dipengaruhi oleh ketaatan pada agamanya, sedangkan
agama mengatur manusia dan memberi arahan dalam mengelola bumi/lingkungan
hidupnya. Jadi, dengan pendekatan pada agama diharapkan manusia akan lebih
arif dan bijaksana terhadap lingkungannya.

E. Program Pengelolaan Lingkungan Hidup

Beberapa program pengelolaan lingkungan yang dikembangkan oleh pemerintah


antara lain: program langit biru, program kali bersih, program produksi bersih, dan
program bangun praja. Separuh dari program tersebut merupakan bentuk ‘command
and control’ sedangkan yang lain adalah program-program sukarela. Perubahan dalam
konsep ini merupakan bentuk adaptasi dari pengaruh luar juga karena pada
kenyataannya ‘perintah d an awasi’ membutuhkan biaya yang mahal dan dalam
konteks Indonesia sangat langka pemerintah berhasil memenangkan pengadilan
masalah lingkungan ini. Berikut program-program pengelolaan lingkungan hidup
yaitu:

a. Program langit biru

Program Langit Biru adalah suatu program pengendalian pencemaran udara dari
kegiatan sumber bergerak dan sumber tidak bergerak. Baku mutu emisi adalah batas
maksimum emisi yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan. Emisi adalah makhluk
idup, zat, energi, dan atau komponen lain yang dihasilkan dari kegiatan yang masuk
atau dimasukkan ke udara ambient.

Tujuan program langit biru

i. Terciptanya mekanisme kerja dalam pengendalian pencemaran udara yang


berdaya guna dan berhasil guna,

ii. Terkendalinya pencemaran udara,

8
iii. Tercapainya kualitas udara ambien yang diperlukan untuk kesehatan
manusia dan makhluk hidup lainnya,

iv. Terwujudnya perilaku manusia sadar lingkungan.

Tindakan yang dapat dilakukan untuk mendukung program langit biru yaitu:

i. Belilah kendaraan yang hemat bahan bakar. Pergunakan aki mobil yang
dapat diisi ulang. Untuk kendaraan bermotor roda dua, pilih yang
bermesin empat tak ketimbang dua tak. Selain menghemat bahan bakar,
emisi udaranya juga jauh lebih kecil,

ii. Rawat kendaraan secara teratur, seperti mesin, penyaring bahan bakar,
tekanan ban, dll. Kendaraan dalam kondisi baik dapat mengkonsumsi 9%
lebih sedikit bahan bakar,

iii. Jangan membiasakan ngebut bila tidak diperlukan, jika mengurangi


kecepatan berarti mengurangi penggunaan bhan bakar dan polusi,

iv. Kurangi pemakaian kendaraan pribadi bila jarak tempuh dekat dan bila
benar-benar diperlukan saja,

v. Gunakan kendaraan umum bila pengguna kendaraan hanya sedikit, selain


menghemat bahan bakar juga mengurangi emisi yang terbuang,

vi. Menggunakan bensin tanpa timbal bila mampu.

b. Program kali bersih

Program Kali Bersih disingkat dengan PROKASIH adalah program


kerja pengendalian pencemaran air sungai dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas air sungai agar tetap berfungsi sesuai dengan
peruntukannya. Program ini diperkenalkan pada tanggal 9 Juni 1989 oleh
Kementerian Negara dan Lingkungan Hidup sebagai Clen River

9
merupakan pendekatan dasar dalam mengontrol debit limbah industri yang
masuk ke badan/jalan air. Tahun 1990 mulai diimplementasikan oleh
BAPEDAL (PP 20/1990 tentang water pollution control regulation).

Tujuan prokasih adalah tercapainya kualitas air sungai yang baik,


sehingga dapat meningkatkan fungsi sungai dalam menunjang
pembangunan yang berkelanjutan, terciptanya sistem kelembagaan yang
mampu melaksanakan pengendalian pencemaran air secara efektif dan
efisien, terwujudnya kesadaran dan tanggung jawab masyarakat dalam
pengendalaian pencemaran air.

Dalam rangka mewujudkan tujuan Prokasih, pelaksanaan Prokasih


dilakukan dengan pendekatan:

i. pengendalian sumber pencemaran yang strategis, dan dilakukan


secara bertahap dalam suatu program kerja,

ii. pelaksanaan program kerja sesuai dengan tingkat kemampuan


kelembagaan yang ada,

iii. pelaksanaan dan hasil program kerja harus dapat terukur dan
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat,

iv. penerapan pentaatan dan penegakan hukum dalam pengendalian


pencemaran air.

c. Program produksi bersih

Pelaksanaan program produksi bersih ini lebih mengarah pada pengaturan


sendiri dan peraturan yang sifatnya musyawarah mufakat dari pada
pengaturan secara command control. Jadi, pelaksanaan program produksi
bersih ini tidak hanya mengandalkan peraturan pemerintah saja, tetapi lebih
didasarkan pada kesadaran untuk mengubah sikap dan tingkah laku.
Pola pendekatan produksi bersih dalam melakukan pencegahan dan

10
pengurangan limbah yaitu dengan strategi 1E4R (Elimination, Reduce, Reuse,
Recycle, Recovery/Reclaim) (UNEP, 1999). Prinsip-prinsip pokok dalam
strategi produksi bersih dalam Kebijakan Nasional Produksi Bersih (KLH,
2003) dituangkan dalam 5R (Re-think, Re-use, Reduction, Recovery and
Recycle) yaitu Elimination (pencegahan) adalah upaya untuk mencegah
timbulan limbah langsung dari sumbernya, mulai dari bahan baku, proses
produksi sampai produk. Re-think (berpikir ulang), adalah suatu konsep
pemikiaran yang harus dimiliki pada saat awal kegiatan akan beroperasi,
dengan implikasi yaitu perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku
baik pada proses maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami
betul analisis daur hidup produk, upaya produksi bersih tidak dapat berhasil
dilaksanakan tanpa adanya perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku
dari semua pihak terkait pemerintah, masyarakat maupun kalangan usaha.
Reduce (pengurangan) adalah upaya untuk menurunkan atau mengurangi
timbulan limbah pada sumbernya. Reuse (pakai ulang/penggunaan kembali)
adalah upaya yang memungkinkan suatu limbah dapat digunakan kembali
tanpa perlakuan fisika, kimia atau biologi.

Manfaat dari penerapan produksi bersih yaitu:

i. Mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan melalui


upaya minimisasi limbah, daur ulang, pengolahan, dan pembuangan
limbah yang aman,

ii. Mendukung prinsip pemeliharaan lingkungan dalam rangka


pelaksanaan pembangunan berkelanjutan,

iii. Dalam jangka panjang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi


melalui penerapan proses produksi, penggunaan bahan baku dan
energi yang efisien, mencegah atau memperlambat degradasi
lingkungan dan mengurangi eksploitasi sumberdaya alam melalui
penerapan daur ulang limbah dan dalam proses yang akhirnya menuju

11
pada upaya konservasi sumberdaya alam untuk mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan,

iv. Memberi peluang keuntungan ekonomi, sebab di dalam produksi


bersih terdapat strategi pencegahan pencemaran pada sumbernya
(source reduction and in process recycling), yaitu mencegah
terbentuknya limbah secara dini, dengan demikian dapat mengurangi
biaya investasi yang harus dikeluarkan untuk pengolahan dan
pembuangan limbah atau upaya perbaikan lingkungan, memperkuat
daya saing produk di pasar global,

v. Meningkatkan citra produsen dan meningkatkan kepercayaan


konsumen terhadap produk yang dihasilkan,

vi. Mengurangi tingkat bahaya kesehatan dan keselamatan kerja.

d. Program bangun praja

Program ini pada intinya bertujuan mendorong pemerintah daerah kota


atau kabupaten memberikan perhatian penuh kepada isu-isu penting di bidang
lingkungan hidup dalam upaya mewujudkan kota yang clean and green, dalam
arti sebenarnya. Melalui program ini diharapkan pemda-pemda lebih serius
dalam mengelola lingkungan dengan mengembangkan paling tidak asas-asas
transparansi, akuntabilitas dan partisipasi. Bagi pemerintah daerah, upaya
mewujudkan GEG, yang sebenarnya merupakan bagian penting dari
pencapaian good governance, merupakan pekerjaan yang tidak ringan, karena
kendati dalam era otonomi daerah sekarang ini pemda memiliki kewenangan
yang lebih luas dalam menetapkan dan melaksanakan pembangunan, namun
tantangan yang dihadapinya juga sangat besar. Di satu sisi tuntutan
pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan telah menjadi
komitmen global, di sisi lain, tekanan untuk meningkatkan PAD (pendapatan
asli daerah) juga semakin besar. Dan seringkali terjadi kedua masalah tadi
saling berbenturan. Pada tahun pertama pelaksanaan program Bangun Praja

12
ini, pemantauan dan evaluasi difokuskan pada kinerja pengelolaan sampah,
ruang terbuka hijau (RTH), pengelolaan fasilitas publik dan pengendalian
kualitas air. Pada tahap selanjutnya, fokus pemantauan dan evaluasi akan
dikembangkan mengarah kepada pengelolaan lingkungan secara menyeluruh
yang dapat menjamin terwujudnya liveable environment.
Program ini mengadakan evaluasi tingkat kepedulian kota terhadap kebersihan
dan keteduhan (clean and green city) pada khususnya, serta lingkungan pada
umumnya.
Bangun Praja adalah salah satu program strategis Kementerian Lingkungan
Hidup
yang bertujuan mewujudkan pembangunan berkelanjutan atau sustainable
development
yang manfaatnya antara lain adalah meningkatkan daya saing daerah masing-
masing
di pasar nasional maupun global melalui reputasi baik di bidang lingkungan.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengelolaan lingkungan hidup merupakan upaya terpadu untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan,
pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan
pengendalian lingkungan hidup.Dasar dan prinsip pengelolaan lingkungan hidup
adalah untuk mencapai kelestarian hubungan manusia dengan lingkungan hidup
sehingga dapat membangun manusia seutuhnya dan mewujudkan manusia sebagai
bagian lingkungan hidup dan tidak akan dapat dipisahkan. Untuk memberikan
dasar hukum yang kuat tentang usaha pemerintah dan lembaga swadaya
masyarakat dalam melaksanakan pelestarian alam maka di buat peraturan
perundang-undangan tentang lingkunngan.

B. Saran
Diharapkan kepada semua pihak baik pemerintah, masyarakat ataupun
sekolah agar mengelolah lingkungan hidup dengan sebaik-baiknya dan
berkesinambungan. Penegakan hukum tentang pelanggaran dari pengelolaan
lingkungan hidup lebih di pertegas lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua yang membacanya.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://118.97.35.230/pustaka/download/rizal/STRATEGI%20PENGELOLAAN
%20LINGKUNGAN%20HIDUP%20x.pdf
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131572380/pendidikan/Modul+Pengelolaan+Lingkunga
n.pdf
http://www.kelair.bppt.go.id/Jtl/2012/harilh/13pengelolaan.pdf
Dr. Muhammad Daud Silalahi, S.H., Hukum Lingkungan dalam Sistem Penegakan
Hukum Lingkungan Indonesia, Penerbit Alumni, Bandung, 2001

15

Anda mungkin juga menyukai