Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang

sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa

dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta

keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang

bersifat tidak rutin. Melalui kegiatan ini aspek-aspek kemampuan matematik

penting seperti penerapan aturan pada maslah tidak rutin, penemuan pola,

penggeneralisasian, komonikasi matematik, dan lain-lain dapat dikembangkan

secara lebih baik. Namun demikian, pada kenyataan menunjukkan kegiatan

pemecahan masalah dalam proses pembelajaran matematik belum dijadikan

kegiatan utama.

Disadari atau tidak, setiap hari kita harus menyelesaikan berbagai masalah.

Dalam penyelesaian suatu masalah, kita seringkali dihadapkan pada suatu hal

yang pelik dan kadang-kadang pemecahannya tidak dapat diperoleh dengan

segera. Tidak bisa dipungkiri bahwa masalah yang biasa dihadapi sehari-hari itu

tidak selamanya bersifat matematis. Dengan demikian, tugas utama guru adalah

untuk menyelesaikan bebagai masalah dengan spektrum yang luas yakni

membantu mereka untuk dapat memahami makna kata-kata atau istilah yang

muncul dalam suatu masalah sehingga kemampuannya dalam memahami konteks

1
masalah bisa terus berkembang, menggunakan keterampilan inkuiri dalam sains,

menganalisa alasan mengapa suatu masalah itu muncul dalam studi sosial dan

lain-lain. Dalam matematika, hal seperti itu biasanya berupa pemecahan masalah

matematika yang di dalamnya termasuk soal cerita. Untuk mengembangkan

kemampuan menyangkut berbagai teknik dan strategi pemecahan masalah.

Pengetahuan keterampilan, dan pemahaman merupakan elemen-elemen penting

dalam belajar matematika. Dan dalam pecahan masalah, siswa dituntut memiliki

kemampuan untuk mensintesis elemen-elemen tersebur sehingga akhirnya dapat

menyelesaiakan masalah yang dihadapi dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Masalah dan Pemecahan Masalah

2. Cara Mengajarkan Pemecahan Masalah

3. Strategi Pemecahan Masalah

4. Pentingnya Pemeriksaan Kembali Hasil (Looking Back)

5. Meta Kognisi

6. Contoh Pembelajaran Pemecahan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mampu Mengenali Masalah dan Pemecahan Masalah

2. Cara Mengajarkan Pemecahan Masalah

2
3. Mampu Menggunakan Strategi dalam Pemecahan Masalah

4. Manfaat dari Pentingnya Pemeriksaan Kembali Hasil (Looking Back)

5. Mengetahui dan Memahami Metakognisi

6. Mampu Memahami Contoh Pembelajaran dalam Pemecahan Masalah

3
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Masalah dan Pemecahan Masalah

2.1.1 Pengertian Masalah

Masalah merupakan sesuatu keadaan yang tidak dapat terpisahkan  dalam

kehidupan manusia. Setiap saat kita senantiasa diperhadapkan dengan masalah-

masalah nyata dalam proses pemenuhan kebutuhan dan tuntutan kehidupan.

Namun demikian, suatu kondisi merupakan masalah bagi seseorang pada suatu

saat tertentu dan bukan lagi menjadi masalah pada saat yang lain. Demikian juga,

suatu masalah merupakan masalah bagi seseorang tetapi bukan menjadi masalah

bagi orang lain. Ketika seseorang mampu memenuhi tuntutan atau kebutuhan

pada suatu waktu, maka tuntutan atau kebutuhan itu bukan menjadi masalahnya,

begitu sebaliknya. Ketika seseorang mampu memenuhi tuntutan atau persyaratan

tertentu, maka bukanlah masalah baginya, tetapi sebaliknya orang lain

menjadikannya masalah ketika tidak mampu atau kesulitan untuk memenuhinya.

Berarti masalah bagi seseorang pada suatu waktu adalah suatu kondisi yang harus

dipenuhi, diselesaikan, atau diatasi tetapi proses pemenuhan atau penyelesaiannya

membutuhkan tindakan yang tidak mudah.

Upaya mendapatkan pemecahan atau jawaban atas pertanyaan-pertanyaan

soal matematika,  berbeda antara siswa yang satu dengan lainnya.  Sebagian siswa

memandang sulit untuk dipecahkan, sementara siswa lain merasa mudah. Seorang

4
siswa yang belum pernah berhasil memecahkan soal matematika akan merasa

kesulitan dalam proses pemecahannya, tetapi pada kesempatan lain tidak lagi

menjadikannya masalah karena sedikit atau banyak memiliki pengalaman dalam

tugas yang sama atau identik. Ketika diperhadapkan dengan suatu soal yang sama

sekali baru, maka proses pemecahan atau menjawabnya membutuhkan waktu

yang tidak sedikit untuk mengumpulkan segala pengalaman dan pengetahuan

yang dimilikinya, kemudian mengorganisirnya dalam suatu proses pemecahan,

hingga diperoleh jawabannya atau bahkan gagal tidak mendapatkannya. Inilah

masalah matematika.

Fakta di atas  seperti dikemukakan oleh Cooney (1975:242) dalam

Widyantini (2008:11) bahwa suatu soal akan menjadi masalah hanya jika

pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan (challenge) yang tidak dapat

dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui si pelaku. Hudojo

(2005:123) mengungkapkan juga bahwa suatu pertanyaan akan merupakan suatu

masalah bagi seseorang hanya jika seseorang tidak mempunyai aturan/hukum

tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk menemukan jawaban pertanyaan

tersebut. Identik pendapat-pendapat tersebut, Suherman dkk. (2001:86)

memberikan pengantar bahwa suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang

mendorong seseorang untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara

langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya.

Pendapat dari ketiga sumber tersebut memberikan pemahaman kepada kita

bahwa masalah matematika adalah soal-soal matematika yang didalamnya

terdapat pertanyaan-pertanyaan tantangan untuk dipecahkan atau dijawab dan

5
pemecahannya tidak bisa dilakukan dengan secara langsung menggunakan aturan,

prosedur rutin yang biasa digunakan. Sesuai pengertian itu, Hudojo (2005:124)

menguraikan syarat suatu soal matematika dipandang sebagai masalah bagi siswa

apabila: (1) pertanyaan yang dihadapkan kepada siswa hatuslah dapat dimengerti

oleh siswa tersebut, namun pertanyaan itu harus merupakan tantangan baginya

untuk menjawabnya, (2) pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan prosedur

rutin yang telah diketahui siswa.

Pada intinya, masalah matematika adalah persoalan matematis yang

menyajikan fakta dan pertanyaan, yang pemecahannya tidak dapat segera

diketemukan melalui prosedur sederhana (tunggal), melainkan melibatkan

beberapa konsep dan prosedur, dan perlu ditempuh dengan strategi tertentu.

Masalah matematika memuat tingkat keluasan dan kedalaman konsep tertentu,

sehingga pemecahannya memerlukan analisis yang cermat, strategis, dan lintas

konsep.

2.1.2 Pengertian Pemecahan Masalah

Untuk memperoleh kemampuan dalam pemecahan masalah, seseorang

harus memiliki banyak pengalaman dalam memecahkan berbagai masalah.

Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang diberi banyak latihan

pemecahan masalah memiliki nilai lebih tinggi dalam tes pemecahan masalah

dibandingkan anak yang latihannya lebih sedikit. Dan adanya rasa tertarik untuk

menghadapi tantangan dan tumbuhnya kemauan untuk menyelesaikan tantangan

tersebut, merupakan modal utama dalam pemecahan masalah.

6
Pemecahan masalah matematika adalah upaya yang ditempuh untuk

mendapatkan jawaban atas masalah matematika, yang dilakukan dengan

melibatkan keterpaduan konsep matematis hingga diperoleh jawaban atau

pemecahan masalah tersebut.

2.2 Cara Mengajarkan Pemecahan Masalah

Karena pemecahan masalah merupakan kegiatan matematika yang sangat

sulit baik mengajarkan maupun mempelajarinya, maka sejumlah besar penelitian

telah difokuskan pada pemecahan masalah matematika. Pemecahan masalah

(matematika) merupakan tipe belajar Gagne yang paling tinggi. Posisi pemecahan

masalah yang strategis dalam pembelajaran matematika, yaitu sebagai tujuan

pembelajaran dan objek pembelajaran,  menuntut pembelajaran dengan

pendekatan pemecahan masalah dan strategi pemecahan masalah. Semua itu

diarahkan pada pencapaian pengalaman belajar siswa memecahkan masalah

hingga diperoleh kemampuan memecahkan masalah. Untuk itu perlu dipikirkan

alternative upaya pembelajarannya bagi siswa.

Branca (1980, Roebyanto dan Yanti,menegaskan tiga interpretasi umum

pemecahan masalah, yaitu (1) pemecahan masalah sebagai sebagai tujuan (goal)

yang menekankan aspek mengapa matematika diajarkan, dan sasarannya

bagaimana memecahkan suatu masalah matematika, (2) pemecahan masalah

sebagai proses yang diartikan sebagai kegiatan aktif, yang penekanannya terletak

pada metode, strategi atau prosedur yang digunakan siswa dalam menyelesaikan

masalah hingga menemukan jawabannya, (3) pemecahan masalah sebagai

7
ketrampilan dasar (basic skill), yang menyangkut dua hal, yaitu (a) ketrampilan

umum siswa untuk kepentingan evaluasi, (b) ketrampilan minimum yang

diperlukan untuk dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Secara metodologis, pemecahan masalah bisa sebagai pendekatan, bisa

sebagai strategi atau metode pemecahan masalah. Sebagai metode belajar,

merupakan cara atau perlakuan terhadap materi (masalah) sehingga terbangun

interaksi siswa dengan masalah yang dipecahkan hingga diperoleh pemecahan.

Jika demikian, konsep metode belajar atau pembelajaran pemecahan masalah

membutuhkan cara-cara spesifik agar pemecahan masalah sebagai proses dan

ketrampilan dasar dapat diikuti dan dilakukan siswa hingga mencapai tujuan

pemecahan masalah. Untuk ini Hudojo (2005:131) mengajukan metode

penemuan dengan bimbingan guru. Namun jika ditinjau dari guru sebagai

pengajar pemecahan masalah, maka beberapa cara yang dapat ditempuh antara

lain ekspository, tanya jawab, diskusi kelompok, atau metode lainnya.

Secara proses aktual, metode pemecahan masalah ditempuh dengan

menerapkan strategi dan pendekatan pemecahan masalah. Pendekatan pemecahan

masalah  berarti guru menyajikan pemecahan masalah sebagai proses yang

dilakukan dengan tahapan-tahapan tertentu, yang menurut pada ahli dengan

tahapan pokok sebagaimana tahapan pemecahan masalah dari Polya, yaitu

memahami masalah, merencanakan pemecahan, melaksanakan pemecahan, dan

melihat kembali hasil pemecahan. Pendekatan diperlukan agar siswa mampu

melakukan adaptasi dengan materi pelajaran. Masalah-masalah matematika dan

proses pemecahannya itulah dipandang sebagai materi pelajaran. Tentunya

8
pendekatan yang dimaksud bersifat metodologis atau penyajian materi.

Implementasi pendekatan tersebut adalah dengan mengarahkan siswa untuk

memanfaatkan strategi pemecahan masalah dalam memecahkan masalah (soal)

matematika.

Reys at.al. (1989, Ladinillah, 2008) memaparkan rangkuman hasil

penelitiannya tentang pembelajaran pemecahan masalah, yaitu:

1. Strategi pemecahan masalah secara khusus harus diajarkan sampai siswa dapat

memecahkan masalah dengan benar.

2. Tidak ada strategi yang optimal untuk memecahkan seluruh masalah (soal).

Beberapa strategi sering digunakan dari pada lainnya dalam setiap tahapan

pemecahan masalah.

3. Guru harus mengajarkan berbagai strategi kepada siswa untuk dapat

menyelesaikan berbagai bentuk masalah. Siswa harus dilatih menggunakan

suatu strategi untuk berbagai soal, atau menggunakan beberapa strategi untuk

suatu soal.

4. Siswa perlu dihadapkan pada masalah dengan cara pemecahan yang belum

dikuasainya (tidak biasa), dan mereka harus didorong untuk mencoba berbagai

alternative pendekatan pemecahan.

5. Prestasi atau kemampuan siswa dalam memecahkan masalah berhubungan

dengan tahap perkembangan siswa. Oleh karena itu, tingkat kesukaran

masalah yang diberikan harus sesuai dengan siswa.

9
Untuk merencanakan pembelajaran pemecahan masalah bagi siswa,

Hudojo (2005:130) menguraikan secara garis besar, yaitu: (1) merumuskan tujuan

pembelajaran, (2) menyiapkan pengetahuan prasyarat, dan (3) mengajarkan

pemecahan masalah. Rumusan tujuan pembelajaran adalah memecahkan masalah

matematika menggunakan konsep tertentu. Pengetahuan prasyarat termasuk di

dalamnya adalah pemahaman dan ketrampilan pada pengetahuan yang menjadi

syarat bagi proses pemecahan masalah yang disajikan. Untuk ini, Hudojo

(2005:130) menyarankan guru melakukan identifikasi apa-apa yang sudah

dipelajari siswa untuk suatu masalah yang akan diberikan. Masalah-masalah yang

cocok yang disajikan kepada siswa. Mengajarkan pemecahan masalah merupakan

inti pembelajaran pemecahan masalah.

Beberapa gagasan penting tentang pembelajaran pemecahan masalah,

dikemukakan Hudojo (2005:130) antara lain:

1. Untuk menyelesaikan masalah siswa perlu mendapatkan pendekatan

pedagogis, yakni dengan menyiapkan masalah yang bervariasi dan bermakna

bagi siswa dan membuat siswa tertarik memecahkannya.

2. Perlunya pemberian penghargaan berupa nilai atau penghargaan khusus, atau

pujian kepada siswa akan membuat siswa tertarik memecahkan masalah.

3. Masalah-masalah diberikan atau dipilih sendiri oleh siswa, untuk kemudian

dikerjakan secara individual dan dibicarakan dalam kelompok untuk kemudian

disajikan di kelas.

4. Menggunakan metode penemuan terbimbing, dengan penuntun secukupnya

sebagai bantuan untuk menyelesaikan masalah.

10
5. Beberapa penuntun yang perlu diberikan guru antara lain : memilih notasi

yang cocok, melukiskan dalam gambar, mengungkapkan pengalaman belajar

masa lampau, mengarahkan untuk menebak dan mengecek, mengarahkan

penyederhanaan masalah, mengerjakan dengan cara mundur, dan penggunaan

strategi lainnya.

Berdasarkan pada ide-ide pembelajaran pemecahan masalah di atas, dapat

disarikan bahwa pemecahan masalah sebagai materi pelajaran, tujuan pelajaran,

proses belajar, dan ketrampilan dasar, diajarkan bagi peserta didik dengan

berprinsip pada beberapa  konsep, yaitu:

1. Pengajaran diawali dengan analisis tujuan yang relevan dengan tujuan

pemecahan masalah.

2. Pengajaran dengan menyiapkan dan memanfaatkan pemahaman, ketrampilan,

dan pengetahuan prasyarat sesuai konteks masalah yang dipecahkan.

3. Inti pembelajaran pemecahan masalah adalah melakukan aktivitas pemecahan

masalah yang tidak biasa dan bermakna bagi siswa, menggunakan pendekatan

pemecahan masalah dari Polya.

4. Menggunakan pendekatan pedagogic dan personal untuk mendorong dan

menarik siswa senang melaksanakan tugas pemecahan masalah.

5. Memberikan dan melatih penggunaan berbagai strategi untuk memecahkan

masalah yang bervariasi.

6. Menggunakan metode penemuan dan variasi metode lainnya dengan bantuan

atau tuntuan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan strategi

pemecahan masalah yang diberikan.

11
7. Melakukan penilaian kemampuan pemecahan masalah yang sesuai dengan

tujuan pembelajaran.

2.3 Strategi Pemecahan Masalah

Memenuhi tahapan pendekatan pemecahan masalah, utamanya tahap

kedua merencanakan pemecahan masalah, maka perlu memilih ide kreatif yang

sesuai dengan karakteristik masalah sebagai strategi pemecahan masalah.

Bebicara pemecahan masalah tidak lepas dari tokoh Polya(1993), menurutnya

dalam pemecahan masalah terdapat empat langkah yang dilakukan yaitu: (1)

memahami masalah, (2) merencanakan pemecahannya ,(3) menyeledaikan masalh

sesuai rencana langkah kedua, dan (4) memeriksa kembali hasil yang diperoleh

(looking back).

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang strategi pemecahan

masalah yang mungkin diperkenalkan pada anak sekolah dasar dapat dilakukan

strategi sebagai berikut:

a. Strategi Act It Out

Strategi ini dapat membantu siswa dalam proses visualisasi masalah

yang tercakup dalam yang dihadapi. Dalam pelasksanaannya, strategi ini

dilakukan dengan menggunakan gerakan-gerakan fisik atau dengan gerakan

benda-benda kongrit. Gerakan fisik ini dapat membantu atau mempermudah

12
siswa dalam menemukan hubungan antara komponen-komponen yang

tercakup dalam suatu masalah.

b. Membuat Gambar atau Diagram

Strategi ini dapat membantu siswa untuk mengungkapkan informasi

yang terkandung dalam masalah sehingga hubungan antara komponen dalam

masalah tersebut dapat terlihat dengan terlihat dengan jelas. Pada saat guru

mencoba mengajarkan strategi ini, penekan perlu dilakukan bahwa gambar

atau diagram yang dibuat tidak perlu sempurna, terlalu bagus atau terlalu

detail. Hal yang perlu digambar atau dibuat diagramnya bagian-bagian

terpenting yang diperkirakan mampu memperjelas permasalahan yang

dihadapi.

c. Menemukan Pola

Kegiatan matematika yang berkaitan dengan proses menemukan suatu

pola dari sejumlah data yng diberikan, dapat dimulai dilakukan melalui

sekumpulan gambar bilangan. Kegiatan yang dilakukan antara lain dengan

mengobservasi sifat-sifat yang dimiliki bersama oleh kumpulan gambar atau

bilangan yang tersedia. Sebagai suatu strategi untuk pemecahan masalah

pencarian pola yang pada awalnya hanya dilakukan secara pasif melalui klu

yang diberikan guru, padasuatu saat keterampilan itu akan terbentuk dengan

senduirinya sehingga pada saat menghadapi permasalahan tertenru, salah satu

pertanyaan yang mungkin muncul pada benak seseorang antara lain adalah:

“Adakah pola atau keteraturan tertentu yang mengaitkan tiap data yang

13
diberikan ?”. Tanpa melalui latiahn, sangat sulit bagi seseorang

untukmenyadari bahwa dalam permasalahn yang dihadapi terdapat pola yang

bisa diungkap.

d. Membuat Tabel

Mengorganisasi data sebuah tabel dapat membantu kita dalam

mengungkapakan suatu pola tertentu serta dalam mengidentifikasi informasi

yang tidak lengkap.

e. Memperhatiakan Semua Kemungkinan Secara Sistematik

Strategi ini biasanya digunakan bersamaan dengan strategi mencari

pola dan menggambar tabel. Dalam menggunakan strategi ini, kita mungkin

tidak perlu memperhatikan keseluruhan kemungkinan yang bisa terjadi. Yang

kita perhatiakn adalah semua kemungkinan yang diperoleh dengan cara yang

sistematik. Yang dimaksud sistematik disini misalnya dengan

mengorganisisikan data bedasarkan kategori tertentu. Namun demikian, untuk

msalah-maslah tertentu, mungkin kita harus memperhatiakan semua

kemungkinan yang bisa terjadi.

f. Tebak dan Periksa (Guees and check)

Strategi menebak yang dimaksudkan disini adalah menebak yang

didasarkan pada alsan tertentu serta kehati-hatian. Selain itu, untuk dapat

melakukan tebakan dengan baik seseorang perlu memiliki pengalaman cukup

yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi.

14
g. Strategi Keja Mundur

Suatu masalah kadang-kadang disajiakan dalam suatu cara sehingga

yang diketahui itu sebenarnya merupakan hasil dari proses tertentu,

sedangakan komponen yang ditanyakan merupakan komponen yang

seharusnya muncul lebih awal. Penyelesaian masalah seperti ini biasanya

dapat dilakukan dengan menggukan stategi mundur. Contoh masalahnya

adalah sebagai berikut.

Jika jumlah dua bilangan bulat adalah 12, sedangakan hasil kalianya

45, tentukan kedua bilangan tersebut.

h. Menentukan yang Diketahui, yang Dinyatakan dan Informasi yang terkenal

Diperlukan.

Strategi ini merupakan cara penyelesaian yang sangat terkenal

sehingga seringkali muncul dalam buku-buku matematika sekolah.

i. Menggunakan Kalimat Terbuka.

Strategi ini juga termasuk sering diberikan dalam buku-buku

matematika sekolah dasar. Walaupun strategi ini termasuk sering digunakan,

akan tetapi pada langkah awal seringkali mendapatkan kesulitan untuk

menentukan kalimat terbuka yang sesuai.Untuk sampai pada kalimat yang

dicari, seringkali harus melalui penggunaan strategi lain, dengan maksud agar

hubungan antar unsur yang terkandung di dalam masalah dapat dilihat secara

jelas. Setelah itu baru di buat kalimat terbukanya. Berikut adalah contoh

masalah yang dapt diselesaikan dengan menggunakan strategi kalimat terbuka.

15
Dua pertiga dari suatu bilangan adalah 24 dan setengah dari

bilangan tersebut adalah 18. Berapakah bilangan tersebut?

j. Menyelesaikan Masalah yang Mirip atau Masalah yang Lebih Mudah.

Sebuah soal adakalanya sangat sulit untuk diselesiakan karena di

dalamnya terkandung permasalahan yang cukup kompleks misalnya

menyangkut bilangan yang sangat besar, bilangan sangat kecil, atau berkaitan

dengan pola yang cukup kompleks. Untuk menyelesaikan masalah seperti ini,

dapat dilakukan dengan menggunakan analogi penyelesaian masalah yang

mirip atau masalah yang lebih mudah.

k. Mengubah Sudut Pandang

Strategi ini seringkali digukan setelah kita gagal untuk menyelesaiakan

masalah dengan menggunakan strategi lainnya. Waktu itu mencoba

menyelesaikan masalah, sebenarnya kita mulai dengan sudut pandang tertentu

atau mencoba menggunakn asumsi-asumsi tertentu.Setelah kita mencoba

menggunakan suatu strategi dan ternyata gagal, kecendrungannya adalah

kembali memperhatikan soal dengan menggunakan sudut pandang yang sama.

Jika setelah menggunakan strategi lain ternyata masih tetap gagal, cobalah

untuk mengubah sudut pandang dengan memperbaiki asumsi atau memeriksa

logika berfikir yang digunakan sebelumnya.

2.4 Pentingnya Pemeriksaan Hasil Kembali (Looking Back)

16
Salah satu cara terbaik untuk mempelajari pemecahan masalah dapat

dilakukan setelah penyelesaian masalah selesai dilakukan. Memikirkan atau

menelaah kembali langkah-langkah yang telah dilakukan dsalam pemecahan

masalah merupakan kegiatan yang sangat penting untuk meningkatkan kemapuan

anak dalam pemecahan masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diskusi dan

mempertimbangkan kembali proses penyelesaian yang telah dibuat merupakan

faktor penting yang bisa dikembangkan dalam langkah terakhir dari strategi Polya

dalam pemecahan masalah tersebut adalah : mencari kemungkinan adanya

generalisasi, melakukan pengecekan terhadap hasil yang diperoleh mencari cara

lain untuk menyelesaikan masalah yang sama, mencari kemungkinan adanya

penyelesaian lain, dan menelaah kembali proses penyelesaian masalah yang telah

dibuat.

2.5 Metakognisi

Metakognisi adalah suatu kata yang berkaitan dengan apa yang dia ketahui

tentang dirinya sebagai individu yang belajar bagaimana dia mengontrol serta

menyesuaikan perilakunya. Anak perlu menyadari akan kelebihan dan kekurangan

yang dimilikinya. Metakognisi merupakan kemampuan untuk melihat pada diri

sendiri sehingga apa yang dia lakukan dapat terkontrol secara optimal. Dengan

kemampuan ini seseorang dimungkinkan memiliki kemampuan tinggi dalam

pemecahan masalah, karena dalam setiap langkah yang ia kerjakan senantiasa

muncul pertanyaan “Apa yang saya kerjakan?”, “Mengapa saya mengerjakan

ini?”, “Hal apa yang bisa nembantu saya dalam memecahkan masalah ini?”.

17
Perkembangan metakognisi dapat diupayakan dengan cara dimana anak

dituntut untuk mengobservasi tentang apa yang mereka ketahui dan mereka

kerjakan, dan untuk merefleksi tentang apa yang dia observasi. Beberapa hal yang

bisa dilakukan guru untuk menolong anak mengembangkan metakognisinya

antara lain dengan melakukan kegiatan-kegiatan berikut:

a. Ajukan pertanyaan yang berfokus pada apa dan mengapa.

b. Kembangkan berbagai aspek pemecahan masalah yang dapat meningkatkan

prestasi anak.

c. Dalam proses pemecahan suatu masalah, anak harus secara nyata

melakukannya secara mandiri atau berkelompok sehingga mereka merasakan

langsung liku-liku proses untuk menuju suatu penyelesaian.

2.6 Contoh Pembelajaran dalam Pemecahan Masalah

Pembelajaran matematika di sekolah pada umumnya lebih bersifat klasikal

yaitu guru berdiri di depan kelas, sedangkan siswa duduk rapi di tempat duduk

masing-masing. Pada system pembelajaran seperti ini, system komunikasi yang

terjadi cenderung satu arah yaitu guru aktif menerangkan, memberi contoh,

menyajikan soal, atau bertanya, sedangkan siswa duduk mendengarkan,

menjawab pertanyaan, atau mencatat materi yang disajikan guru. Untuk

memungkinkan terjadinya komunikasi yang lebih bersifat multi-arah, dengan

“small group discussion”.

18
Setelah siswa diberikan kesempatan beberapa saat untuk mendiskusikan

permasalahan yang disajikan, selanjutnya guru berkeliling untuk memeriksa

apakah ada kelompok yang telah siap menjelaskan hasil diskusinya atau belum.

Jika ternyata ada kelompok yang sudah siap dengan jawabannya, guru mencoba

mengajukan beberapa pertanyaan pada kelompok tersebut.

Pada awalnya siswa terlihat agak kaku dalam mengikuti proses belajar

dengan setting kelompok kecil yang terdiri atas empat ayau lima orang. Namun

dalam proses selanjutnya mereka mulai bisa mengikuti dan melakukan diskusi

dengan baik dalam kelompok masing-masing karena mereka dihadapkan pada

tantangan yang menurut sebagian siswa cukup menyenangkan. Hal ini terbukti

antara lain pada saat suatu kelompok telah mampu menyelesaikan soal, mereka

memperlihatkan kecenderungan untuk mencoba masalah lainnya yang tersedia.

Contoh pendekatan masalah yang dikemukakan oleh Polya:

Ada berapa cara yang bisa dilakukan untuk memperoleh jumlah uang sebesar Rp.

25.000,00 dengan pecahan puluhan ribu, dan ribuan?

Penyelesaiannya :

a. Mencari masalah

Terdapat banyak cara yang bisa dilakukan untuk memperoleh jumlah

uang sebesar Rp. 25.000,00. disini misalkan:

ð  Puluhan ribu (P)

ð  Lima ribuan (L)

19
ð  Ribuan (R)

Tidak perlu digunakan semuanya sekaligus untuk mendapat jumlah

yang diinginkan. Dengan demikian 25 lembar uang ribuan adalah salah satu

contohnya.

b. Merencanakan Pemecahan Masalah

Untuk menyelesaikan masalah ini dapat dilakukan melalui

pemanfaatan tabel.

c. Menyelesaikan Masalah

Dengan memperhatikan kombinasi tiga jenis pecahan yang diperoleh,

maka di dapat tabel :

P 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 2 2
L 0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 0 1
R 25 20 15 10 5 0 15 10 5 0 5 0

Dari tabel diatas terlihat bahwa terdapat 12 kemunginan pasangan

uang pecahan hingga di peroleh jumlah Rp. 25.000,00.

d. Melakukan Pemeriksaan Kembali

Periksa kembali jumlah untuk tiap kolom serta kemungkinan pasangan

lain yang belum termuat.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendekatan pemecahan masalah adalah pendekatan yang digunakan dalam

mempelajari suatu ilmu pengetahuan dengan maksud mengubah keadaan yang

aktual menjadi suatu keadaan, seperti yang kita kehendaki dengan memperhatikan

prosedur pemecahan yang sistematis. Seperti yang dikemukakan oleh Polya,

prosedur pemecahan masalah ada empat langkah yaitu Memahami masalah,

Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah, Melaksanakan rencana yang

dibuat pada langkah kedua, Memeriksa ulang jawaban yang diperoleh.

Dengan mengembangkan pembelajaran pemecahan masalah, peserta didik

dapat mengembangkan sikap kritis dan ilmiah.

Kekurangan pada pendekatan pemecahan masalah ini adalah

membutuhkan waktu lama, tidak semua masalah yang dapat diselesaikan dengan

metode ini, guru sulit mencari masalah yang tidak rutin.

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini tentang pemecahan masalah matematika,

penulis mengharapkan pembaca untuk dapat menggunakan dan

21
mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari-hari, khusus pembelajaran

matematika.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat

kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritikan dan masukan yang

membangun.

22
DAFTAR PUSTAKA

Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia.

(2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer . Bandung : Penerbit

JICA – Universitas Pendidikan Indonesia

http://aanchoto.com/2010/10/2-pendekatan-pemecahan-masalah-matematika/

http://planetmatematika.blogspot.com/2011/01/pendekatan-pemecahan-

masalah.html

23

Anda mungkin juga menyukai