Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“MASYARAKAT MADANI DAN KERUKUNAN UMAT


BERAGAMA”

Oleh :

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Kelas B

Kelompok 3

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Masyarakat Madani Dan Kerukunan Umat Beragama.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan materi maupun pikirannya.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah yang telah kami susun. Akhir kata kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat.

Malang, Juni 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masyarakat madani merupakan suatu terjemahan dari istilah civil
society yang menunjukkan bahwa masyarakat yang ideal adalah kelompok
masyarakat yang memiliki peradaban maju. Lebih jelas yang dimaksud dengan
masyarakat madani adalah sistem sosial yang subur yang berasaskan kepada
prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan juga
kestabilan masyarakat. Masyarakat Madinah disebutkan menjadi ciri – ciri
masyarakat ideal. Yang dimaksudkan ideal bukan pada karena struktur
masyarakatnya, melainkan pada sifat - sifat yang mereka terapkan sehari – hari.
Seperti, pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar yang sejalan dengan petunjuk
Allah SWT. Adapun cara pelaksanaan amar ma’ruf nahi mungkar yang diridohi
Allah SWT adalah dengan hikmah, nasehat, dan tutur kata yang baik sebagaimana
yang tercermin dalam QS an-Nahl [16]: 125.

Mewujudkan masyarakat madani bukan hanya membangun kota budaya,


memperbaiki adab dan melestarikan tradisi masyarakat lokal. Akan tetapi lebih dari itu
yaitu membangun masyarakat yang berbudaya agamis sesuai dengan keyakinan tanpa
memaksakan kepentingan masing – masing, masyarakat berbudaya yang saling cinta
kasih dan saling menghargai serta mewujudkan nilai - nilai kemanusiaan. Selain itu kita
dapat meneladani Nabi SAW yang bukan hanya penampilan fisik belaka, tapi
sikap yang beliau peragakan saat berhubungan dengan sesama umat Islam ataupun
dengan agama lain, seperti menjaga persatuan umat Islam, menghormati dan tidak
meremehkan kelompok lain, berlaku adil kepada siapa saja, tidak melakukan
pemaksaan agama, dan sifat-sifat luhur lainnya.

Oleh karena itu materi mengenai masyarakat madani dan kerukunan umat
beragama sangat penting untuk dibahas dan disampaikan, supaya dapat
menciptakan kedamaian, kerukunan dan juga dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari – hari dan bermasyarakat.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan karakteristik masyarakat madani.
2. Mengetahui peran umat islam dalam mewujudkan masyarakat madani.
3. Mengetahui misi perdamaian dan Kerahmatan Islam Bagi Seluruh Alam.
4. Mengetahui makna ukhuwan islamiyah dna ukhuwah insaniayah.
5. Mengetahui kebersamaan dalam pluralitas Agama

1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah memberikan pemahaman bagi
pembaca untuk mengetahui betapa pentingnya untuk memahami dan menerapkan
konsep masyarakat madani. Sehingga dapat menciptakan kedamaian, kerukunan
dan juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari dan bermasyarakat.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Karakteristik Masyarakat Madani

Pada hakikat sesama manusia mempunyai kesamaan. Dikarenakan memiliki


kesamaan sehingga dapat melahirkan suatu kebudayaan. Dengan begitu manusia
dapat hidup dan berkembang membangun kehidupannya melalui kerjasama
dengan sesama manusia lain. Menurut Suroto (2015) didalam bahasa Arab suatu
konsep masyarakat Madani dikenal dengan istilah almujtama’ al-madani, dalam
bahasa Inggris disebut dengan istilah civil society. Selain kedua istilah tersebut,
ada dua istilah yang merupakan istilah lain dari masyarakat madani yaitu
masyarakat sipil dan masyarakat kewargaan. Civil society berasal dari proses
sejarah masyarakat Barat. Cicero yang memulai menggunakan istilah Societas
Civilis dalam filsafat politiknya, yang berarti komunitas politik yang beradap, dan
didalamnya termasuk masyarakat kota yang memiliki kode hukum tersendiri.
Menurut Tim Dosen PAI (2012) Masyarakat “madani” adalah masyarakat yang
beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, maju dalam penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sehingga, dalam sejarah sejak filsafat Yunani sampai
filsafat Islam dikenal dengan istilah madinah atau polis, yang berarti kota. Yaitu
masyarakt yang maju dan berperadaban. Masyarakat madani menjadi simbol
idealisme yang diharapkan oleh setiap masyarakat. Dalam Al-Quran, Allah
memberikan ilustrasi masyarakat ideal, sebagai gambaran dari masyarakat madani
dengan firman-Nya :
Artinya : Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan)
ditempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun disebelah kanan dan disebelah
kiri (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezeki yang
(dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu)
adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun”.

Madinah merupakan kota yang disebutkan memiliki sifat madani, yaitu


merupakan sifat yang ditunjukkan dalam kehidupan yang berlaku dikota Madinah.
Kondisi dan sistem kehidupan tersebut menjadi populer dan dianggap ideal untuk
menggambarkan masyarakat Islami walaupun sebagian besar penduduk
terdiri dari berbagai macam keyakinan. Mereka hidup dengan rukun, saling
membantu, taat hukum dan menunjukkan kepercayaan penuh terhadap
pemimpinnya. Al-Qur’an menjadi konstitusi untuk menyelesaikan berbagai
persoalan hidup yang terjadi di antara penduduk Madinah.

Masyarakat madani adalah suatu lingkungan interaksi sosial yang berada


di luar pengaruh negara yang tersusun dari lingkungan masyarakat paling akrab
seperti keluarga, asosiasi-asosiasi sukarela, dan gerakan kemasyarakatan lainnya
serta berbagai bentuk lingkungan di mana di dalamnya masyarakat menciptakan
kreatifitas, mengatur dan memobilisasi diri mereka sendiri tanpa keterlibatan
negara (Suito, 2006). Masyarakat madani memiliki suatu tujuan atau cita – cita
yaitu membangun suatu kelompok masyarakat yang tidak didasarkan pada
interaksi yang bersifat kelas maupun strata dan masyarakat bisa memperoleh,
mempertahankan hak - hak mereka dan juga memperjuangkan kepentingan
mereka yang sah tanpa dimanipulasi oleh negara.

Dalam sejarah terdapat contoh masyarakat madani yang


terdokumentasikam. Yakni masyarakat pada negeri Saba’ dan masyarakat kota
Yatsrib. Penjelasannya sebagai berikut :

1. Masyarakat Negeri Saba’


Masyarakat pada Negeri Saba’ merupakan suatu kisah yang
populer dengan yang terungkap oleh Al-Qur’an yaitu “Baldah
thayyibah wa rabb ghafur”. Masyarakat yang hidup dimasa Nabi
Sulaiman AS. Dalam Al-Qur’an dikisahkan bahwa masyarakat
tersebut tinggal pada negeri yang baik, subur dan juga nyaman.
Terdapat kebun dengan tanaman yang subur, rezeki yang melimpah,
sehingga kebutuhan masyarakat tersebut terpenuhi. Semua itu
merupakan suatu wujud kasih sayang Allah SWT yang diberi dan
disediakan untuk masyaraat Saba’. Allah SWT juga memberikan
ampun kepada masyarakat tersebut apabila terdapat kehilafan.
Sehingga Allah SWT memerintahkan masyarakat tersebut untuk
selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan. Namun,
beberapa waktu berlalu penduduk negeri Saba’ kemudian ingkar
(kafir) dan maksiat kepada Allah SWT sehingga Allah pun murka dan
mengalami kebinasaan (terdapat pada QS. Saba’ : 16).
2. Masyarakat Kota Yatsrib
Masyarakat kota Yatsrib setelah terjadi traktat, perjanjian Madinah
antara Nabi SAW beserta umat Islam dengan penduduk Yatsrib yang
beragama Yahudi dan Watsani dari kaum Aus dan Khazraj. Perjanjian
tersebut berisi kesepakatan yaitu masyarakat yang heterogen, baik dari
segi keyakinan maupun kebangsaan, untuk saling tolong menolong,
menciptakan kedamaian dalam kehidupan sosial, menjadikan Nabi
SAW sebagai pemimpin yang bijaksana dengan ketaatan penuh
terhadap keputusan – keputusannya, dan memberikan kebebasan
penduduknya untuk memeluk agama serta beribadah sesuai dengan
ajaran agama yang dianutnya. Sehingga masyarakat tersebut sebagai
bibit negara demokratis pertama didunia. Akan tetapi, beberapa klan
Yahudi melakukan penghianatan sehingga mereka semua diusir dari
Madinah.

Itulah contoh – contoh masyarakat madani yang telah ada pada zaman
dahulu, dan akibat yang mereka terima saat mereka berkhianat dan tidak
bersyukur atas nikmat yang telah Allah SWT berikan. Dalam mewujudkan
masyarakat madani diperlukan manusia – manusia yang secara pribadi
berpandangaan hidup dengan semangat ketuhanan, dengan konsekuensi tindakan
kebaikan kepada sesama manusia. Namun, komitmen pribadi saja tidaklah cukup.
Tetapi harus diimbangi dengan tindakdan nyata yang terwujud dalam bentuk amal
yang sholeh.

No. Ciri Masyarakat Madani Yang Untuk Mewujudkan Masyarakat


Dibangun Nabi Muhammad Madani Yang Dibangun Nabi
SAW Muhammad SAW
1. Egalitanisme. Misalnya Diperlukan manusia yang secara
seseorang harus diperlakukan dan pribadi berpandangan hidup
mendapatkan perlakuan yang dengan semangat ketuhanan
sama pada dimensi seperti
agama, politik, ekonomi, sosial,
atau budaya.
2. Penghargaan kepada manusia Dan berprilaku baik kepada
berdasarkan prestasi sesama manusia

3. Keterbukaan partisipasi seluruh Pribadi yang tulus


anggota masyarakat

4. Ketentuan kepemimpinan melalui Tindakan nyata dalam bentuk amal


pemilihan umum shaleh

Berikut merupakan karakteristik masyarakat madani menurut Tim Dosen


PAI (2012), yaitu :

1. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang


beragama, yang mengakui adanya Tuhan dan menempatkan hukum
Tuhan sebagai landasan yang mengatur kehidupan sosial.
2. Damai, artinya masing-masing elemen masyarakat, baik secara
individu maupun secara kelompok menghormati pihak lain secara adil.
3. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang
dapat mengurangi kebebasannya.
4. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah
diberikan oleh Allah sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa
terganggu oleh aktivitas pihak lain yang berbeda tersebut.
5. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial. Setiap masyarakat
memiliki hak dan kewajiban yang seimbang untuk menciptakan
kedamaian, kesejahteraan, dan keutuhan masyarakat sesuai dengan
kondisi masing – masing.
6. Berperadaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki
kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan
ilmu pengetahuan untuk umat manusia.
7. Berakhlak mulia.

2.2 Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani

Artinya : Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk


manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar,
dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu
lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (QS Ali Imran : 110).

Pengertian dalam ayat tersebut adalah Allah menyatakan bahwa


umat Islam adalah umat yang terbaik dari semua kelompok umat manusisa
yang Allah ciptakan. Diantara aspek kebaikan umat Islam itu adalah
keunggulan kualitas sumber daya manusiannya dibandingkan dengan umat
non muslim. Aktivitas dalam menyusun masyarakat madani yang
dilakukan oleh umat muslim atau peran umat Islam dalam mewujudkan
masyarakat madani adalah sebagai berikut, yaitu :
1. Program perjuangan iqamatul masjid, yakni perjuangan
menyusun kekuatan umat Islam dengan memusatkan segala
aktivitas ke dalam masjid.
2. Program perjuangan menyusun ukhuwah islamiah, menyusun
tata persaudaraan menurut ajaran islam, membina umat
berdasarkan pada mahabbah dan marhamah, kecintaan dan
kasih sayang.
3. Membina sebuah daulah islamiyah, sebuah tatanan kenegaraan
islam pertama di Madinah al-Munawwarah.

Masyarakat madani memerlukan adanya pribadi-pribadi yang tulus


mengikatkan jiwanya kepada wawasan keadilan. Ketulusan jiwa itu hanya
terwujud jika orang yang bersangkutan beriman dan menaruh kepercayaan
kepada Tuhan. Ketulusan tadi juga akan mendatangkan sikap diri yang
menyadari bahwa diri sendiri tidak selamanya benar. Dengan demikian lahir
sikap tulus menghargai sesama manusia, memiliki kesediaan memandang
orang lain dengan penghargaan, walau berapapun besarnya perbedaan yang
ada, tidak ada saling memaksakan kehendak, pendapat, atau pandangan
sendiri.

Umat islam harus menghayati tanggung jawab kemanusiaan bersama.


Keterpecahan umat manusia menjadi kendala terbesar yang siap
menghadang untuk menciptakan era baru bagi masyarakat yang benar-benar
beradab. Masyarakat madani akan terwujud jika umat Islam bergerak
serempak, saling menghormati dan melindungi, saling membantu dan
mendukung, bukan saling menyerang dan menghancurkan.

Selain itu, umat Islam dituntut untuk bersikap proaktif dalam


memperjuangkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena ia
adalah ujung dari peradaban manusia. Umat Islam dapat mengembangkan
dan memanfaatkan seluas-luasnya seluruh potensi diri serta alam semesta
untuk kemaslahatan dunia. Sungguh kita semua merindukan keadaan
peradaban dunia Islam sebagaimana yang telah ada pada masa
kepemimpinan Nabi Muhammad SAW di kota Madinah.
2.3 Misi perdamaian dan Kerahmatan Islam Bagi Seluruh Alam

Kata islam memiliki arti yakni damai, selamat, sejahtera, penyerahan diri,
taat, dan patuh. Dari pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama Islam adalah
agaman yang mengandung ajaran untuk menciptakan kedamaian, keselamatan,
dan kesejahteraan kehidupan umat manusia pada khususnya, dan semua mahluk
Allah pada umumnya. Agama Islam adalah agama yang Allah turunkan sejak
manusia pertama, Nabi pertama, yaitu Nabi Adam. Agama Islam kemudian
diturunkan secara berkesinambungan kepada para Nabi dan Rasul-rasul
berikutnya. Akhir dari proses penurunan agama Islam itu baru terjadi saat masa
kerasulan Muhammad Saw. Hal itu debutkan sebagaimana firman Allah SWT :
AL Baqarah 132

Ajaran Islam memiliki karakteristik yakni


 Seluruh ajarannya menceriminkan ketauhidan Allah tersebut.
“Tauhidullah”
 Sesuai dengan fitrah hidup manusia
 Sempurna, materi ajaran islam berisi petunjuk-petunjuk pada seluruh
kehidupan manusia
 Kebenarannya mutlak.
 Mengajarkan keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan
 Berlaku secara universal, artinya bahwa ajaran agama Islam selalu berlaku
hingga untuk umat manusia di dunia pada akhir zaman.
 Sesuai dengan akal pikiran dan memotivasi manusia untuk menggunakan
akal pikirannya.
 Fleksibel dan ringan
 Menciptakan rahmat, kasih sayang Allah terhadap mahluk-Nya, seperti
ketenangan hidup bagi orang yang meyakini dan menaatinya.
Ketika islam mulai disampaikan oleh Rasulullah Saw kepada masyarakat
Arab, tanggapan yang mereka berikan atau sampaikan kepada Rasulullah adalah
sikap heran, aneh, dan ganjil. Menurut mereka Islam sebagai ajaran yang
menyimpang yang tidak sesuai dengan budaya mereka secara turun menurun.
Dalam sebuah hadist riwayat Muslm juga digambarkan, bahwa pada mulanya
Islam dianggap sebagai ajaran yang asing, dan akan kembali dianggap asing,
namun berbahagialah orang yang dianggap asing tersebut.
Fungsi islam sebagai rahmat Allah tidak bergantung pada penerimaan atau
penilaian manusia. Substansi rahmat terletak pada fungsi ajaran tersebut, dan
fungsi itu baru akan dirasakan,, baik oleh manusia sendiri maupun oleh mahluk-
mahluk yang lain apabila manusia sebagai pengemban amanah Allah telah
menaati ajaran tersebut. Fungsi Islam sebagai Rahmat Allah bagi semua alam itu
dijelaskan oleh Allah dalam QS. Al-Anbiya’ : 107 :

2.4 Makna Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Insaniyah


Kata Ukhuwah berarti persaudaraan. Maksudnya, adanya perasaan
simpati dan empati antara dua orang atau lebih. Masing-masing pihak
memiliki satu kondisi atau perasaan yang sama,baik suka maupun duka,
baik senang maupun sedih. Jalinan perasaan ini menimbulkan sikap timbal
balik untuk saling membantu bila pihak lain mengalami kesulitan, dan
sikap saling membagi kesenangan kepada pihak lain bila salah satu pihak
menemukan kesenangan. Ukhuwah yang perlu kita jalinbukan hanya inter
seagama saja. Akan tetapi, yang lebih penting lagi adalah antara umat
beragama.
2.4.1 Makna Ukhuwah Islamiyah

Ukhuwah dan persaudaraan yang berlaku bagi sesama muslim disebut


ukhuwah islamiyah.

Persaudaraan sesama muslim adalah persaudaraan yang tidak dilandasi


oleh keluarga, suku, bangsa, dan warna kulit, namun karena perasaan
seaqidah dan sekeyakinan. Nabi mengibaratkan antara satu muslim dengan
muslim lainnya ibaratkan satu tubuh. Apabila ada satu bagian yang sakit,
maka seluruh tubuh akan merasakan sakitnya. Rasulullah SAW juga
bersabda : ”tidak sempurna iman salah seorang kamu, sehingga ia
mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri“.

Hadist di atas berarti, seorang mulim harus dapat merasakan penderitaan


dan kesusahan saudara yang lainnya. Ia harus selalu menempatkan dirinya
pada posisi saudaranya. Antara sesama muslim tidak ada sikap saling
permusuhan,dilarang mengolok-olok saudaranya yang muslim. Tidak
boleh berburuk sangka dan mencari kesalahan orang lain ( Q.S al-Hujurat:
11-12)

Sejarah telah membuktikan bagaimana keintiman persahabatan dan


lezatnya persaudaraan antara kaum muhajirin dan kaum anshar. Kaum
muhajirin rela meninggalkan segala harta dna kekayaann dan keluarganya
di kampong halaman. Demikian juga kaum anshar dengan penuh
keikhlasan menyambut dan menjadikan kaum Muhajirin sebagai saudara.
Peristiwa inilah awal bersatunya dua hati dalam bentuk yang teorisentrik
dan universal sebagai hasil dari sebuah persaudaraan yang dibangun Nabi
atas dasar kesamaan aqidah.

Secara terperincinya tersebut di dalam sebuah Hadis Nabi Muhammad


SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, yang disimpulkan seperti
berikut:

1. Bertemu dengan Muslim yang lain, mulakan memberi salam


kepadanya.
2. Jika engkau diundang olehnya, penuhilah undangan itu.
3. Jika dia meminta nasihat dalam sesuatu urusan nasihatilah dia dengan
jujur dan betul.
4. Jika dia bersin lalu mengucap ‘Alhamdlullah’, maka doakanlah dia
dengan mengucap ‘Yarhamukalah’, yakni semoga Allah merahmatimu.
5. Jika dia sakit, datanglah menziarahinya.
6. Jika dia meninggal dunia hantarkan jenazahnya ke kubur.

2.4.2 Makna Ukhuwah Insaniyah

Persaudaraan sesama manusia disebut ukhuwah insaniyah. Persaudaraan


ini dilandasi oleh ajaran bahwa semua umat manusia adalah makhluk
Allah. Perbedaan keyakinan dan agama juga merupakan kebebasan pilihan
yang diberikan Allah. Hal ini harus dihargai dan dihormati. Contohya pada
umat Islam sekarang manusia dalam secara universal manusia tidak akan
membedakan agama maupun suku dan aspek – aspek yang lainnya.

Dalam praktek, ketegangan yang sering timbul intern umat beragama dan
antar umat beragama disebabkan oleh:

1. Sifat dari masing-masing agama yang mengandung tugas dakwah atau


misi.
2. Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri
dan agama lain. Arti keberagamannya lebih keoada sikap fanatisme
dan kepicikan ( sekedar ikut-ikutan).
3. Para pemeluk agama tidak mampu menahan diri, sehingga kurang
menghormati bahkan memandang rendah agama lain.
4. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan
toleransi dalam kehidupan bermasyarakat.
5. Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pihak lain, baik intern umat
beragama maupun antar umat beragama.
6. Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalh perbedaan
pendapat.

2.5 Kebersamaan Dalam Pluralitas Agama


Pada era globalisasi sekarang ini, umat beragama dihadapkan kepada
serangkaian tantangan baru yang tidak terlalu berbeda dengan yang pernah
dialami sebelumnya. Pluralitas agama adalah suatu fenomena nyata yang ada
dalam kehidupan bermasyarakat. Pluralitas merupakan sebuah hukum alam yang
tidak mungkin terelakkan. Seperti yang dijelaskan dalam Surah al-Hujurat ayat 13
yang menggambarkan adanya pluralitas sudah cukup kuat mengindikasikan
semangat pluralitas itu.
Namun, pluralitas tidak semata menunjukkan pada kenyataan tentang
adanya kemajemukan, teapi lebih dari itu, perlu adanya keterlibatan aktif terhadap
kenyataan adanya pluralitas tersebut. Dengan kata lain, pemahaman pluralitas
agama menuntut sikap pemeluk agama untuk tidak hanya mengakui keberadaan
dan hak agama lain, tetapi juga terlibat dalam usaha memahami perbedaan dan
persamaan guna tercapai kerukunan dan kebersamaan. Dalam mewujudkannya,
Surah al-Nahl ayat 125 menjelaskan untuk melakukan sebuah dialog dengan baik.
Dimana dialog tersebut hendaknya seorang muslim menghindari mengklaim
diirinya sebagai orang yang berada dalam pihak yang benar, tapi dengan
menunjukkan bukti sehingga orang lain bisa melihat kenyataan akan kebenaran
islam.
Kerukunan dan kebersamaan yang didambakan dalam Islam bukanlah
yang besifat semu, tetapi yang memberi rasa aman pada jiwa setiap manusia. Oleh
karena itu, langkah pertama yang dilakukan adalah mewujudkannya dalam setiap
diri individu, keluarga, lalu beralh ke masyarakat luas. Itlah ajaran pluralitas
dalam Islam. Kalau pun kenyataan berbeda dengan konsep ideal tersebut, bukan
berarti konsep ajarannya yang salah, tetapi pelaku atau manusianalah yang
dipersalahkan.

2.6 Studi Kasus Umat Beragama


Persekutuan Gereja-gereja di Kabupaten Jayapura (PGGJ)
menuntut pembongkaran menara Masjid Al-Aqsha Sentani. Alasannya,
lebih tinggi dari bangunan gereja yang sudah banyak berdiri di daerah itu.
Hal ini pun menuai respons dari sejumlah pihak. Menteri Agama (Menag),
Lukman Hakim Saifuddin berharap agar masalah ini bisa diselesaikan
dengan musyawarah. Menag juga mendukung rencana tokoh agama untuk
menggelar dialog yang produktif dengan para pihak terkait.

2.7 Studi kasus masyarakat madani


Dalam contoh kasus yang kami angkat adalah mengenai kasus
illegal logging di Indonesia yang semakin marak dieksploitasi oleh
berbagai kalangan, baik dari kalangan dalam negeri maupun dari luar
negeri. Melihat kondisi tersebut, beberapa kalangan yang belum
mempunyai kesadaran lingkungan yang tinggi kemudian mulai
memanfaatkan keadaan atas kebutuhan akan tersedianya kayu untuk
kepentingan pribadi maupun kelompok dengan cara-cara melakukan
penebangan yang tidak terkendali dan tidak sesuai standar baku, diluar
kemampuan sumberdaya hutan tersebut untuk tumbuh dan berkembang
kembali. Inilah yang menjadi awal terjadinya kasus illegal logging di
Indonesia.
KESIMPULAN

Kesimpulan dalam materi ini, yaitu :

1. Masyarakat madani merupakan System sosial yang subur berdasarkan


prinsip moral yang menjamin keseimbangan taraf kebebasan individu
dengan kestabilan masyarakat.
2. Masyarakat madani tidak muncul dengan sendirinya. Ia membutuhkan
unsur-unsur sosial yang menjadi prasyarat terwujudnya tatanan
masyarakat madani. Faktor-faktor tersebut merupakan satu kesatuan yang
mengikat dan menjadi karakter khas masyarakat madani.
3. Karakteristik dari masyarakat madani yaitu Wilayah Publik yang bebas
Demokrasi, Toleransi, Pliralisme, dan Keadilan.
4. Dalam sejarah Islam, realisasi keunggulan normatif atau potensi umat
Islam terjadi pada masa Abbassiyah. Pada masa itu umat Islam
menunjukkan kemajuan di bidang kehidupan seperti ilmu pengetahuan dan
teknologi, militer, ekonomi, politik dan kemajuan bidang-bidang lainnya.
Umat Islam menjadi kelompok umat terdepan dan terunggul. Nama-nama
ilmuwan besar dunia lahir pada masa itu, seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd,
Imam al-Ghazali, al-Farabi, dan yang lain.
5. Tujuan-tujuan tersebut tidak hanya mencakup masalah kesejahteraan
ekonomi, melainkan juga mencakup permasalahan persaudaran manusia-
manusia dan keadilan sosial-ekonomi, kesucian kehidupan, kehormatan
individu, kehormatan harta, kedamaian jiwa dan kebahagiaan, serta
keharmonisan kehidpan keluarga dan masyarakat. Ajaran Islam, sama
sekali tidak pernah melupakan unsur materi dalam kehidupan dunia.
Materi penting dalam kemajuan, kemajuan umat Islam, realisasi kehidupan
yang baik bagi setiap umat manusia, dan membantu manusia
melaksanakan kewajibannya kepada Allah.

Daftar Pustaka

Suito, Deny. 2006. Membangun Masyarakat Madani. Centre For Moderate


Muslim Indonesia: Jakarta.

Suroto. 2015. KONSEP MASYARAKAT MADANI DI INDONESIA DALAM


MASA POSTMODERN (SEBUAH ANALITIS KRITIS). Universitas
Lampung. Pendidikan Kewarganegaraan 5(9) 664, Mei 2015.

Tim Dosen PAI. 2012. Buku Daras Pendidikan Agama Islam di Universitas
Brawijaya. Malang. Pusat Pembinaan Agama(PPA).

Anda mungkin juga menyukai