F2 Kesling Jamban Karang Mulya
F2 Kesling Jamban Karang Mulya
1. LATAR BELAKANG
Permasalahan yang dialami Indonesia terkait dengan masalah air minum,
higiene, dan sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector
Development Program (ISSDP) pada tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat
masih berperilaku buang air besar di sungai, sawah, kebun, dan tempat terbuka.
Hanya 37% penduduk pedesaan mempunyai akses ke sanitasi yang aman menurut
laporan Joint Monitoring Program.
Menurut World Bank Water And Sanitation Program pada tahun 2005,
Buruknya kondisi sanitasi merupakan salah satu penyebab kematian anak dibawah 3
tahun yaitu sebesar 19% hatau sekitar 100.000 anak meninggal karena diare setiap
tahunnya dan kerugian ekonomi diperkirakan sebesar 2,3% dari Produk Domestik
Bruto. Kondisi seperti ini dapat dikendal ikan melalui intervensi terpadu melalu
pendekatan sanitasi total. Hal ini dibuktikan melalui hasil WHO tahun 2007, yaitu
kejadian diare menurun 32% dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap
sanitasi dasar.
Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia adalah masalah sosial budaya
dan perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BAB) di sembarang tempat,
khususnya ke air yang digunakan untuk mencuci, mandi, dan kebutuhan higienis
lainnya. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi nasional sanitasi total berbasis
masyarakat untuk menambah perilaku higienis dan peningkatan akses sanitasi. Hal ini
sejalan dengan komitme pemerintah dalam mencapai target Millenium Development
Goal’s (MDGs) tahun 2015, yaitu meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar
secara berkesinambungan kepada separuh dari proporsi penduduk yang belum
mendapatkan akses.
Jamban sehat adalah pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata
rantai penularan penyakit. Untuk mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan
maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Suatu jamban disebut
sehat untuk daerah pedesaan bila memenuhi persyaratan sebagai berikut : tidak
mengotori permukaan tanah disekeliling jamban tersebut, tidak mengotori air
permukaan di sekitarnya, tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama kecoa dan
lalat, tidak menimbulkan bau, mudah digunakan dan dipelihara, sederhana desainnya,
murah, dan dapat diterima pemakainya.
Teknologi pembuangan kotoran manusia untuk daerah pedesaan sudah tentu
berbeda dengan di perkotaan, oleh karena itu, teknologi jamban di daerah pedesaan
harus memenuhi persyaratan jamban sehat seperti yang tersebut diatas. Terdapat dua
jenis jamban yang sering kita temui di masyarakat pedesaan, yaitu jenis cemplung dan
leher angsa. Disebut cemplung karena kotoran yang masuk langsung menuju ke
tempat penampungan kotoran tanpa melewati penghalang dari udara luar, hal itu
memungkinkan hewan seperti lalat dan kecoa dan keluar masuk dari penampungan
kotoran. Jenis leher angsa merupakan jenis yang paling direkomendasikan, karena
pada jenis ini terdapat genangan air yang berfungsi untuk mencegah hewan masuk
dan keluar dan penampungan kotoran.
2. PERMASALAHAN
Rencana Kegiatan
No Prioritas Masalah Metode dan Pendekatan
(Intervensi)
Penyuluhan langsung
Pemberian informasi kepada
didampingi pejabat setempat
masyarakat mengenai strategi
mengenai strategi pengadaan
pengadaan jamban sehat
jamban sehat
Kurangnya kepemilikan jamban Koordinasi dengan Kepala Koordinasi dengan Kepala
3
sehat oleh masyarakat Puskesmas, Pemegang Puskesmas, Pemegang
program kesehatan program kesehatan
lingkungan, dan pemerintah lingkungan, dan pemerintah
setempat mengenai rencana setempat mengenai rencana
pengadaan jamban sehat pengadaan jamban sehat
4. PELAKSANAAN KEGIATAN
Dr. Andrinaldy A.
Dr. Najmi
Dr. Adhil
Dr. Silvy
Penyuluhan “Upaya Pemerintah
Balai Desa Dr. Endah
5 Dalam Mendukung Program 24 April 2019
Karang Mulya Dr. Milda
Jamban Sehat”
Dr. Novi
Bidan Desa
Pemegang
Program Kesling
b. Saran
1) Bagi masyarakat Kecamatan Plumbon yang sudah pernah mendapatkan
penyuluhan untuk bisa menerapkan prinsip-prinsip jamban sehat.
2) Bagi kader yang sudah mendapatkan penyuluhan untuk dapat menularkan
ilmunya kepada masyarakat yang belum mengetahui.
3) Bagi puskesmas untuk memberikan penyuluhan mengenai jamban sehat
dan sanitasi lingkungan.
4) Bagi puskesmas untuk selalu koordinasi dengan pejabat setempat guna
mendata jumlah warga yang belum mempunyai jamban sehat.
5) Bagi bidan desa untuk selalu mengingatkan warga desanya arti penting
jamban sehat pada waktu posyandu
6) Koordinasi dengan pemegang kebijakan dalam hal pengadaan jamban
sehat.