PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah swt. telah menciptakan apa yang telah Ia ciptakan. Seperti kehidupan
yang ada sekarang ini, kehidupan yang didampingi dengan penciptaan lainnya yaitu
tumbuhan hewan dan hewan-hewan mikroskopik. Dimana manusia yang diciptakan
dari segumpal darah yang kemudia menjadi manusia sesungguhnya. Seperti yang
dijelaskan dalam QS. Al-Mukmin/40:67 yang berbunyi:
Terjemahnya :
Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah Kemudian dari setetes mani,
sesudah itu dari segumpal darah, Kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang
anak, Kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa
(dewasa), Kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada
yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada
ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya) (Kementerian Agama, 2012).
1
sempurnanya kekuatan kalian, yaitu di antara umur tiga puluh sampai dengan empat
puluh tahun (kemudian -dibiarkan-Nya kalian hidup- sampai tua) dapat dibaca
Syuyuukhan atau Syiyuukhan (di antara kalian ada yang diwafatkan sebelum itu)
sebelum dewasa dan sebelum mencapai usia tua. Dia melakukan hal tersebut kepada
kalian supaya kalian hidup (dan supaya kalian sampai pada ajal yang ditentukan)
yakni waktu yang telah dibataskan bagi hidup kalian (dan supaya kalian memahami)
bukti-bukti yang menunjukkan keesaan-Nya, kemudian kalian beriman kepada-Nya
(Jalaluddin, 2016).
Hubungan ayat dengan praktikum ini yaitu bahwa manusia diciptakan dari
segumpal darah yang kemudian tersusun atas bagian-bagian yang sempurna yang
menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing. Dimana darah selain sebagai
penyusun utama, darah juga yang kemudian menjadi komponen utama dalam proses
filtrasi atau penyaringan dalam proses ekskresi yaitu pembuangan zat-zat yang tidak
dibutuhkan lagi oleh tubuh dalam bentuk cairan atau sering disebut sebagai proses
urinalisis.
Tubuh manusia senantiasa melakukan proses metabolisme. Selain
menghasilkan energi, metabolisme pada tubuh manusia juga menghasilkan berbagai
macam zat sisa seperti karbondioksida (CO 2), air (H2O), amoniak (NH3) dan urea.
Zat-zat sisa metabolisme tersebut harus dikeluarkan dari tubuh karena sudah tidak
berguna lagi dan bersifat racun yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.
Salah satu organ ekskresi pada manusia adalah ginjal Organ tersebut merupakan
bagian dari sistem ekskresipada manusia yang berfungsi untuk mengeluarkan semua
zat sisa metabolisme yang sudah tidak berguna lagi bagi tubuh dalam bentuk urin
(Iwak, 2012).
Berdasarkan hal ini maka perlunya dilakukan praktikum agar kita dapat
mengetahui proses pemeriksaan urine secara fisik dan kimia ada tidaknya penyakit
yang terdapat di dalam tubuh.
B. Tujuan Praktikum
2
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui proses
pemeriksaan urin secara fisik dan kimia.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
3
Allah swt dalam penciptaan seluruh makhluk-Nya termasuk hewan yang juga
dijelaskan dalam QS. al-Qiyaamah/75:38 yang berbunyi:
Terjemahnya :
Dan (Dia Telah menciptakan) kuda, bagal dan keledai, agar kamu
menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. dan Allah menciptakan apa yang
kamu tidak mengetahuinya (Kementerian Agama, 2012).
Dalam tafsir Al-Jalalain bahwa (Kemudian adalah) mani itu (menjadi
segumpal darah lalu Allah menciptakannya) dari air mani itu menjadi manusia (dan
menyempurnakannya) melengkapinya dengan anggota-anggota tubuh yang
diperlukannya (Jalaluddin, 2016).
Jadi segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah swt. merupakan suatu rahmat,
dimana yang dijelaskan diatas bahwa diciptakannya perhiaasan yaitu mani yang
kemudian menjadi segumpal darah yang menjadi proses filtrasi dalam mengeluarkan
urin yang merupakan salah-satu mukjizat yang diturunkan oleh Allah swt. Dia telah
menciptakan berbagai ragam makhluk yang berbeda-beda bentuk, rupa, gerak, dan
bahwa Dia menyempurnakan makhluk-Nya yang jika ia mulai makan hingga akan
melakukan proses ekskresi.
4
pH basa serta bau tergantung atas apa yang dikonsumsi. Urea ini merupakan hasil
akhir dari metabolisme protein pada mamalia. Ekskresi urea meningkat bila
katabolisme protein meningkat, seperti pada demam, diabetes, atau aktifitas korteks
adrenal yang berlebihan. Jika terdapat penurunan produksi urea misalnya pada
stadium akhir penyakit hati yang fatal atau pada asidosis karena sebagian dari
nitrogen yang diubah menjadi urea dibelokkan ke pembentukan amoniak (Barners,
2009).
Urin yang normal tidak mengandung protein dan glukosa. Jika urin
mengandung protein, berarti telah terjadi kerusakan ginjal pada bagian glomerulus.
Jika urin mengandung gula, berarti tubulus ginjal tidak menyerap kembali gula
dengan sempurna. Hal ini dapat diakibatkan oleh kerusakan tubulus ginjal. Dapat
pula karena kadar gula dalam darah terlalu tinggi atau melebihi batas normal
sehingga tubulus ginjal tidak dapat menyerap kembali semua gula yang ada pada
filtrat glomerulus. Kadar gula yang tinggi diakibatkan oleh proses pengubahan gula
menjadi glikogen terlambat, kerena produksi hormon insulin terhambat. Orang yang
demikian menderita penyakit kencing manis (diabetes melitus). Zat warna makanan
juga dikeluarkan melalui ginjal dan sering memberi warna pada urin. Bahan
pengawet atau pewarna membuat ginjal bekerja keras sehingga dapat merusak ginjal.
Adanya insektisida pada makanan karena pencemaran atau terlalu banyak
mengkonsumsi obat – obatan juga dapat merusak ginjal (Scanlon, 2007).
Dalam mempertahankan homeostasis tubuh peranan urin sangat penting,
karena sebagian pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urin. Selain
urin juga terdapat mekanisme berkeringat dan juga rasa haus yang kesemuanya
bekerja sama dalam mempertahankan homeostasis ini. Fungsi utama urin adalah
untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan
umum menganggap urin sebagai zat yang “kotor”. Hal ini berkaitan dengan
kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi,
sehingga urinnyapun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal
dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan
5
hampir tidak berbau ketika keluar dari tubuh. Hanya saja, beberapa saat setelah
meninggalkan tubuh, bakteri akan mengkontaminasi urin dan mengubah zat-zat di
dalam urin dan menghasilkan bau yang khas, terutama bau amonia yang dihasilkan
dari urea (Kusumanarwasti, 2013).
Analisis urin secara fisik meliputi pengamatan warna urine, berat jenis cairan
urine dan pH serta suhu urin itu sendiri. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi
analisis glukosa, analisis protein dan analisis pigmen empedu. Untuk analisis
kandungan protein ada banyak sekali metode yang ditawarkan, mulai dari metode uji
millon sampai kuprisulfa dan sodium basa. Yang terakhir adalah analisis secara
mikroskopik, sampel urine secara langsung diamati dibawah mikroskop sehingga
akan diketahui zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urine tersebut, misalnya
kalsium phospat, serat tanaman, bahkan bakteri (Fried, 2010).
Penyakit yang bisa dideteksi dengan urin yaitu salah satunya infeksi saluran
kemih yang mengacu pada hadirnya mikroba dalam saluran kemih yang sifatnya
patogen. Berbagai macam penyakit yang bervariasi dari bakteri yang berpotensi
mengancam jiwa. Saluran kemih harus steril, karena biasanya terinfeksi oleh bakteri,
virus, jamur atau parasit lainnya (Mohsen, 2012).
Adapun tahapan dalam proses pembentukan urin ada 3 yaitu pertama proses
filtrasi yang diawali dengan filtrasi atau penyaringan darah. Penyaringan ini
dilakukan oleh glomerulus pada darah yang mengalir dari aorta melalui arteri ginjal
menuju ke badan Malpighi. Penyaringan akan memisahkan 2 zat. Zat bermolekul
besar beserta protein akan tetap mengalir di pembuluh darah sedangkan zat sisanya
akan tertahan. Zat sisa hasil penyaringan ini disebut urine primer (filtrat glomerulus).
Urine primer biasanya mengandung air, glukosa, garam serta urea. Zat-zat tersebut
akan masuk dan disimpan sementara dalam Simpai Bowman. Kemudian, proses
reabsorpsi atau penyerapan kembali yaitu setelah urin primer tersimpan sementara
dalam Simpai Bowman, mereka kemudian akan menuju saluran pengumpul. Dalam
perjalanan menuju saluran pengumpul inilah, proses pembentukan urin melalui
tahapan reabsorpsi. Zat-zat yang masih dapat digunakan seperti glukosa, asam amino,
6
dan garam tertentu akan diserap lagi oleh tubulus proksimal dan lengkung Henle.
Penyerapan kembali dari urine primer akan menghasilkan zat yang disebut dengan
urine sekunder (filtrat tubulus). Urine sekunder memiliki ciri berupa kandungan
kadar ureanya yang tinggi. Terakhir tahap augmentasi dimana urine sekunder yang
dihasilkan tubulus proksimal dan lengkung Henle akan mengalir menuju tubulus
kontortus distal. Di sini, urine sekuder akan melalui pembuluh kapiler darah untuk
melepaskan zat-zat yang sudah tidak lagi berguna bagi tubuh. Selanjutnya,
terbentuklah urine yang sesungguhnya. Urine ini akan mengalir dan berkumpul di
tubulus kolektivus (saluran pengumpul) untuk kemudian bermuara ke rongga ginjal.
Dari rongga ginjal, proses pembentukan urine diakhiri dengan mengalirnya urine
sesungguhnya melalui ureter untuk menuju kandung kemih (vesika urinaria).
Apabila kandung kemih telah penuh dan cukup mengandung urin, ia akan tertekan
sehingga akan menghasilkan rasa ingin buang air kecil pada tubuh. Urine kemudian
dialirkan melalui saluran pembuangan yang disebut uretra (Scanlon, 2007).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
7
B. Instrumen Praktikum
1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum adalah 3 tabung reaksi, pipet
skala, kaca preparat, gegep, mikroskop binokuler dan sentrifug.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah urin (pagi dan
sewaktu), kertas lakmus, dan larutan benedict.
3. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada pengamatan ini adalah sebagai berikut:
1. Pengamatan Fisik
Pertama-tama tabung reaksi diisi dengan urin pagi sebanyak 5 ml. Kemudian
diamati warna dan bau urin. Lalu dicatat hasil pengamatan.
2. Pengamatan Kimia
Tabung reaksi diisi dengan urin pagi sebanyak 5 ml. Ukur pH urin dengan
kertas lakmus dan amati perubahan warna pada kertas lakmus. Catat hasil
pengamatan. Larutan benedict dimasukkan kedalam tabung reaksi yang telah berisi
urin sebanyak 8 tetes serta menghomogenkan. Lalu urin tersebut di panaskan diatas
pembakaran bunsen dan diamati perubahan warna yang terjadi. Catat hasil
pengamatan.
3. Uji Mikroskopik
Urin dimasukkan kedalam centrifuge sebanyak 5 ml. Lalu urin tersebut
dicentrifuge selama 30 menit untuk menghasilkan endapan. Setelah 30 menit
endapan tersebut diambil lalu diletakkan pada kaca preparat, endapan tersebut
diamati dibawah mikroskop.
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengmatan dari praktikum ini yaitu
1. Uji Fisik
a. Urin Pagi
9
1 Afriyani Kuning pekat Amoniak
10
20 Ulfa Kuning gading Amoniak
11
b. Urin Sewaktu
12
17 Nur Afni Kuning gading Amoniak
2. Uji Kimia
a. Urin Pagi
Benedict
No Nama pH Keterangan
Sebelum Sesudah
Tidak ada
1 Afriyani Biru Biru 6
endapan
Tidak ada
2 Andi Awalia Ramadhanti Biru Biru 6
endapan
13
Tidak ada
3 Muliasman Biru Biru 6
endapan
Tidak ada
4 Nur Alfi Hidayati Biru Biru 6
endapan
Tidak ada
5 Karyati Biru Biru 6
endapan
Tidak ada
6 Nurisnayanti Biru Biru 6
endapan
Tidak ada
7 Nurbianti Biru Biru 6
endapan
Tidak ada
8 Silvana Manan Biru Biru 6
endapan
Tidak ada
9 Ika Pratiwi Biru Biru 7
endapan
Tidak ada
10 Suci Nanda Ahyar Biru Biru 7
endapan
Biru Tidak ada
11 Sahrawati Biru 6
kehijauan endapan
Tidak ada
12 Ayu Biru Biru 6
endapan
Tidak ada
13 Nasi Sarlin Biru Biru 6
endapan
Tidak ada
14 Andi Nurhafisa Said Biru Biru 5
endapan
Tidak ada
15 Ninin Biru Biru 6
endapan
Tidak ada
16 Sri Wahyuni Biru Biru 6
endapan
Tidak ada
17 Siti Rahma Keruh Keruh 7
endapan
Tidak ada
18 Sri Alfiah Biru Biru 6
endapan
Tidak ada
19 Saldawati Biru Biru 7
endapan
Tidak ada
20 Hamina Biru Biru 7
endapan
Tidak ada
21 Marni Biru Biru 12
endapan
Tidak ada
21 Ari Saputra Biru Biru 6
endapan
Tidak ada
23 Sitti Soraya Keruh Keruh 7
endapan
24 Wahyuni Biru Biru 6 Tidak ada
14
kehijauan endapan
Tidak ada
25 Nur Afni Biru Biru 5
endapan
Tidak ada
26 Irmawati Biru Biru 6
endapan
Tidak ada
27 Besse Fatimah Biru Biru 6
endapan
Biru Tidak ada
28 Siti Fatimah R Biru 7
kehijauan endapan
Tidak ada
29 Nurfausia Biru Biru 6
endapan
Tidak ada
30 Ria Reski Amalia Biru Biru 6
endapan
Tidak ada
31 Annisa Biru Biru 5
endapan
Tidak ada
32 Rini Naufaliyani Biru Biru 5
endapan
Tidak ada
33 Siti Rahma Sari Biru Biru 6
endapan
Tidak ada
34 Titi Kurniati Biru Biru 6
endapan
Tidak ada
35 Nurhalija Biru Biru 6
endapan
Tidak ada
36 Nasriah Nasaruddin Biru Biru 5
endapan
Tidak ada
37 Ika Rini Puspita Biru Biru 6
endapan
b. Urin Sewaktu
Benedict
No Nama pH Keterangan
Sebelum Sesudah
Tidak ada
1 Afriyani Biru Biru 5
endapan
Tidak ada
2 Andi Awalia Ramadhanti Biru Biru 5
endapan
Tidak ada
3 Nur Alfi Hidayati Biru Biru 6
endapan
Tidak ada
4 Karyati Biru Biru 6
endapan
Tidak ada
5 Nurisnayanti Biru Biru 5
endapan
15
Tidak ada
6 Nurbianti Biru Biru 6
endapan
Tidak ada
7 Ria Reski Amalia Biru Biru 6
endapan
Tidak ada
8 Annisa Biru Biru 5
endapan
Tidak ada
9 Rini Naufaliyani Biru Biru 5
endapan
Tidak ada
10 Siti Rahma Sari Biru Biru 5
endapan
Tidak ada
11 Titi Kurniati Biru Biru 5
endapan
Tidak ada
12 Nurhalija Biru Biru 6
endapan
Tidak ada
14 Ika Rini Puspita Biru Biru 5
endapan
Biru Tidak ada
15 Sitti Rahma Biru 6
kehijauan endapan
Tidak ada
16 Sri Alfiah Biru Biru 6
endapan
Tidak ada
17 Saldawati Biru Biru 7
endapan
Tidak ada
18 Hamina Biru Biru 6
endapan
Tidak ada
19 Marni Biru Biru 7
endapan
Tidak ada
20 Ari Saputra Biru Biru 6
endapan
Tidak ada
21 Sitti Suraya Biru Biru 6
endapan
Tidak ada
21 Besse Fatimah Biru Biru 6
endapan
Tidak ada
23 Nur Afni Biru Biru 5
endapan
Tidak ada
24 Siti Fatimah R Biru Biru 6
endapan
Tidak ada
25 Suci Nanda Ahyar Biru Biru 6
endapan
Tidak ada
26 Zahrawati Biru Biru 5
endapan
Tidak ada
27 Nasi Sarlin Biru Biru 6
endapan
28 Ika Pratiwi Biru Biru 6 Tidak ada
16
endapan
Tidak ada
29 Sri Wahyuni Biru Biru 5
endapan
Tidak ada
30 Andi Nurhafisa Said Biru Biru 6
endapan
3. Uji Mikroskopik
B. Pembahasan
17
Hasil ekskresi dari organ ginjal adalah urin. Urin merupakan zat cair buangan
yang terhimpun di dalam kandung kemih dan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui
saluran kemih. Pada praktikum ini kami melakukan uji fisik dan uji kimia serta uji
mikroskopik terhadap urin seluruh praktikan dalam satu kelas dimana urin yang
digunakan ada dua yaitu, urin pagi (pengumpulan sampel urin pada pagi hari setelah
bangun tidur, dilakukan sebelum makan atau menelan cairan apapun) dan urin
sewaktu (urin yang dikeluarkan setiap saat dan tidak ditentukan secara khusus).
Berikut ini penjelasan masing-masing urin praktikan yang diamati.
1. Pengamatan Uji Fisik
a. Urin Pagi
Dari hasil yang didapatkan pada pengamatan uji urin pada pagi dan urin
sewaktu diatas didapatkan bau pada urin yaitu berbau amoniak, dengan warna kuning
pekat, kuning gading, kuning muda, kuning jernih, bening. Tubuh kita mengeluarkan
kelebihan urin dan “sampah” yang sudah diflter oleh ginjal melalui irin. Fungsi
utama urin adalah membawa zat-zat toksin keluar dari tubuh agar tidak menumpuk di
tubuh yang berdampak buruk bagi kesehatan. Kandungan utama urea pada urin yang
bila dihidrolisis akan terurai menjadi amonia. Urin menjadi alkali karena perubahan
urea menjadi ammonia dan kehilangan CO2 di udara. Dari pengamatan uji fisik urin
pagi diatas, disimpulkan bahwa semua urin yang diamati normal. Hal ini sesuai
dengan teori bahwa urin normal berwarna kuning-bening sampai kuning tua. Zat
warna pada urin dihasilkan oleh urochrom dan urobilin yang disekresikan oleh
kantung empedu. Bau urin yang normal, tidak keras, tidak terlalu menyengat, dan
memiliki bau seperti amoniak (NH 3), bau urin ini disebabkan oleh kandungan NH 3
yang tinggi dalam urin.
b. Urin Sewaktu
Dari pengamatan uji fisik urin sewaktu diatas, disimpulkan bahwa semua urin
yang diamati normal. Hal ini sesuai dengan teori bahwa urin normal berwarna
kuning-bening sampai kuning tua. Zat warna pada urin dihasilkan oleh urochrom
dan urobilin yang disekresikan oleh kantung empedu. Bau urin yang normal, tidak
18
keras, tidak telalu menyengat, dan memiliki bau seperti amoniak (NH 3), bau urin ini
disebabkan oleh kandungan NH3 yang tinggi dalam urin.
2. Pengamatan Uji Kimia
a. Urin Pagi
Dari hasil yang didapatkan pada pengamatan uji urin dengan larutan benedict
pada pagi dan urin sewaktu diatas didapatkan perubahan yang signifikan dimana
sebelum pemanasan dengan penambahan larutan benedict didapatkan rata-rata warna
pada urin sebelum dipanaskan yaitu berwarna biru serta terjadinya kekeruhan pada
urin akibat bakteri yang terdapat pada urin serta akibat makanan yang masuk
kedalam tubuh. Kemudian setelah dipanaskan maka perubahan warnanya menjadi
biru kehijauan bahkn hampir semua tidak terjadi perubahan warna serta tidak adanya
endapan. Hal ini menandakan bahwa tidak adanya ganggguan penyakit. Tubuh kita
mengeluarkan kelebihan urin dan “sampah” yang sudah diflter oleh ginjal melalui
urin. Fungsi utama urin adalah membawa zat-zat toksin keluar dari tubuh agar tidak
menumpuk di tubuh yang berdampak buruk bagi kesehatan. Kandungan utama urea
pada urin yang bila dihidrolisis akan terurai menjadi amonia. Dari pengamatan uji
kimia urin pagi diatas, disimpulkan bahwa pH semua urin yang diamati normal, hal
ini sesuai dengan teori bahwa urin normal memiliki pH antara 4,8 sampai 7,5.
b. Urin Sewaktu
Uji benedict pada urin pagi dan urin sewaktu bertujuan untuk mengamati ada
tidaknya kandungan glukosa pada urin yang telah ditetesi larutan benedict baik
sebelum dan sesudah dipanaskan. Dari hasil pengamatan setiap sampel urin
didapatkan hasil belum mengindikasikan adanya kelainan yang parah pada organ-
organ yang berperan dalam proses pembentukan urin. Pada kasus yang lebih besar,
kandungan glukosa yang tinggi mengidentifikasikan adanya penyakit seperti
diabetes melitus, dan kerusakan pada glomerulus ginjal yang berperan dalam filtrasi
darah yang menghasilkan urin.
3. Pengamatan Uji Mikroskopik
19
Uji mikroskopik yang dilakukan menghasilkan kristal tirosin biasanya dilihat
sebagai jarum halus kecoklatan, baik terisolasi atau sebagai mawar. Ini kadang-
kadang dikaitkan dengan penyakit hati yang berat. Kristal Leusin dilihat sebagai
bulatan kuning dengan strias konsentris dan radial. Kristal-kristal kadang-kadang
bisa salah untuk sel, dengan pusat menyerupai inti. Di bawah cahaya terpolarisasi,
kristal leusin mengirimkan "Malta salib" pola interferensi. Kristal dari asam amino
leusin dan tirosin sangat jarang terlihat dalam sedimen urin. Kristal-kristal dapat
diamati pada beberapa penyakit keturunan seperti tyrosinosis.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu proses pegujian urinalisis
berguna untuk mendiagnosis seorang individu ada tidaknya gangguan kesehatan
didalam tubuh. Uji fisik di lakukan dengan mencium urin dan uji kimia dengan
mencampurkan urin dengan larutan benedict.
B. Saran
Adapun saran dari saya untuk kedepannya agar lebih berhati-hati dalam
menuangkan urin ke tabung jangan sampai terpercik ke lantai apalagi sampai
tumpah.
20
KEPUSTAKAAN
Kementrian Agama RI. Al-qur’an Dan Tafsirnya Jilid VIII. Jakarta: Lentera
Abadi, 2012.
21
Kusumanarwasti.”Hubungan Kebiasaan Mandi Di Sungai Dengan Infeksi Saluran
Kemih Pada Anak Di Kelurahan Sindulang 1”. Jurnal e-Clinic. 1 No. 2
(2013) 21-22.
Scanlon, Valerie C. dan Tina Sanders. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.2007
22