Anda di halaman 1dari 1

Roki Naradipa Hapsara

551811116559 N

N4B

Cerita ini berawal ketika ada anak baru dari SMP nan jauh berada di ujung timur sana yang
masuk dan bergabung ke kelas. Simbolon namanya, lengkapnya Muhammad Paulus Simbolon, putra
daerah dari Timur berperawakan gagah, tinggi, berkulit gelap mulai memperkenalkan dirinya di depan
kelas.

Di kelas itu aku bersahabat dengan empat laki-laki, Bima, Coky, Dhima, dan Edi. Singkat saja
B,C,D,E. Kami menjalin persahabatan sudah sejak awal masuk SMP hingga kelas 3 sekarang ini.

Satu bulan berlalu si murid baru itu lebih terkenal pendiam. Sahabatku rata-rata berpendapat
bahwasannya tradisi mereka berbeda dengan kita. Mereka mengatakan bahwa si Simbolon itu orangnya
keras, sombong, dan pelit.

Hingga pada pertengahan semester ganjil tiba aku mencoba memberanikan diri untuk sedikit
mengenalnya, lambat laun aku dan si Simbolon ini merasa satu rasa satu selera humor, dia pun juga asyik
diajak ngobrol. Dan juga tidak pernah sekalipun lupa yang namanya membawakanku buah tangan kalau
ayahnya pulang. Sagu lempeng dan keripik keladi khas Papua selalu dia bawa ke rumahku.

Pada saat semester ganjil selesai, beranjak ke semester genap aku mulai berfikir kembali tentang
pendapat sahabat-sahabatku bahwa apa yang mereka bicarakan semua tidak benar.

Perkataan mereka tentang dirinya lah yang menggiringku untuk membuahkan persepsi yang
cenderung buruk, namun semua itu berhasil Simbolon tangkis dengan perbuatan yang sebetulnya dia itu
sangat humble, easy going dan murah hati.

Anda mungkin juga menyukai