PENDAHULUAN
Berdasarkan rumusan diatas, maka penelitian ini memiliki beberapa tujuan diantaranya
adalah :
1. Media Tukar (Medium of Exchange), dimana kegunaan uang ini sebagai media
pertukaran antar barang dengan uang. Fungsi uang disini menjadi fleksibel
dibanding dengan sistem pembayaran menggunakan barter karena setiap orang yang
ingin melakukan transaksi jual beli tidak perlu membawa satu barang untuk
mendapatkan barang lain.
2. Alat Penyimpan Nilai (Store of Value), dimana bukan hanya tanah, rumah, emas
atau benda berharga lain yang bisa disimpan untuk kita peroleh kekayaannya,
namun uang juga dapat memberikan manfaat sebagai barang untuk menyimpan
kekayaan.
3. Satuan Hitung (Unit of Account). Peran uang sebagai satuan hitung memberikan
kemudahan tersendiri bagi para masyarakat dalam membeli atau menjual sesuatu.
Karena uang dapat menjadi penilai yang menyesuaikan harga barang tersebut
dengan harga yang seimbang. Dengan uang, pertukaran antar dua barang bisa di
lakukan menggunakan uang tersebut tanpa fisik yang harus sama.
4. Ukuran Pembayaran yang Tertunda (Standard for Deffered Payment). Fungsi ini
mempermudahkan seseorang dalam melakukan transaksi pinjam meminjam.
Misalnya ketika orang membutuhkan sesuatu dengan meminjam uang kepada
seseorang maka hanya dengan perjanjian waktu pengembalian, uang tersebut tetap
dapat digunakan dan dikembalikan dengan jumlah yang pasti. Tidak sama hal nya
ketika seseorang membutuhkan sesuatu lalu diberi pinjaman dengan seekor sapi
dengan batas waktu 3 tahun yang tentunya keadaan sapi tersebut tidak akan sama
keadaannya dengan 3 tahun sebelumnya.
1. Kartu Kredit
Menurut Ade dan Edia (2006) mendefinisikan kartu kredit (credit card) adalah
alat pembayaran pengganti uang tunai dalam bentuk kartu yang dapat digunakan untuk
transaksi pembelian barang dan jasa yang dapat dilakukan apabila pengguna tersebut
2. Kartu Debet
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No 14/2/PBI/2012, yang dimaksud
dengan kartu debet adalah kartu APMK yang dapat digunakan untuk melakukan
pembayaran atas kewajiban pembayaran seperti transaksi belanja yang mana terdapat
kewajiban pembayaran dan di tanggung oleh pemegang kartu dari simpanan atau
tabungan pemegang kartu kepada bank atau lembaga yang berwenang.
Menurut Kasmir (2014), kartu debet adalah pembayaran dari nasabah dengan
cara pendebetan di rekening saat sedang menggunakan kartu. Sedangkan menurut Arief
(2016) mendefinisikan kartu debit adalah alat berbentuk kartu plastik yang diterbitkan
oleh suatu lembaga keuangan yang dapat digunakan untuk transaksi belanja dengan
mendebit uang atau saldo yang ada dalam kartu debet pengguna lalu mengkredit saldo
rekening yang ada pada penjual sebesar jumlah nominal yang dihabiskan untuk belanja
tersebut.
3. Charge Card
Charge Card merupakan kartu yang diterbitkan oleh suatu lembaga keuangan
untuk membeli barang maupun jasa di mana waktu pelunasannya berlaku setelah kartu
telah berada di tangan pengguna dan pelunasannya dilakukan secara sekaligus (Sigit dan
Totok, 2006).
Sedangkan menurut Hati (2009) mendefinisikan Charge Card sebagai kartu
transaksi yang berlaku untuk pembelian semua jenis barang dan jasa dimana nasabah
harus membayar kembali seluruh tagihannya dalam hitungan satu bulan kedepan dengan
atau tanpa beban tambahan.
4. Cash Card
Cash Card juga bisa disebut kartu ATM yakni kartu yang diperoleh dari bank
resmi pengelola keuangan yang berisi uang berupa tabungan atau rekening dan
10 | L A P O R A N M A G A N G F E B ’ 2 0 1 8
digunakan untuk transaksi pengambilan uang tunai melalui mesin ATM (Automatic
Teller Machine) atau di bank saja. Bisa juga diambil melalui merchant lain ketika
melakukan transaksi pembelian di tempat yang mana bekerjasama atau menyediakan
alat pembayaran dari bank yang sama. Adapun pengambilan di bank yang berbeda
sebenarnya bisa saja, namun berdasar dengan perjanjian kerja sama dengan satu bank
(Utama, 2013).
Menurut pengertian Pasaleori (2012) bahwa cash card sebagai kartu tunai yang
sama rupanya dengan ATM yang dapat digunakan untuk penarikan tunai dan dapat
dilakukan di konter – konter bank maupun anjungan ATM. Dalam hal ini pemilik kartu
ATM merupakan nasabah di bank dan memiliki rekening tabungan di bank.
11 | L A P O R A N M A G A N G F E B ’ 2 0 1 8
membedakan keduanya, dapat dilihat dari fasilitas yang diberikan oleh penerbit yang
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1.
Perbedaan Identitas Pengguna E-money Yang Terdaftar Dan Tidak
REGISTERED UNREGISTERED
1. Registrasi pemegang 1. Pengisian Ulang (Top Up)
2. Pengisian Ulang (Top Up) 2. Pembayaran Transaksi
3. Pembayaran Transaksi 3. Pembayaran Tagihan
Fasilitas Lain Berdasarkan
4. Pembayaran Tagihan 4.
Persetujuan Bank Indonesia
5. Transfer Dana
6. Tarik Tunai
Penyaluran Program Bantuan
7
Pemerintah Kepada Masyarakat
lain berdasarkan persetujuan
8. Bank Indonesia
Penggunaan uang elektronik atau kartu (E-money) tanpa bunga dan tidak
terjamin di Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan dapat dengan mudah
dipindahtangankan. Pengisian ulang saldonya pun dapat dilakukan di berbagai tempat,
misal dari pihak bank, ATM, mesin EDC dan lain – lain.
12 | L A P O R A N M A G A N G F E B ’ 2 0 1 8
3. Nilai uang atau saldonya dapat diisi ulang ke dalam kartu E-money melalui sarana
dan fasilitas yang telah disediakan penerbit (issuer) atau bank.
13 | L A P O R A N M A G A N G F E B ’ 2 0 1 8
BAB 3
PEMBAHASAN
Dari gambar diatas, siswa-siwi SLTA yang pada umumnya berumur 15-19 tahun
berada pada urutan keempat terbesar dari komposisi penduduk Indonesia berdasarkan
umur, yaitu sekitar 22.1 juta orang. Hal inilah yang membuat kami tertarik menganalisis
mengenai Penggabungan Uang Elektronik dengan Kartu Pelajar SLTA.
Sosialisasi sepertinya adalah hal pertama yang harus dilakukan pemerintah dan
perbankan untuk menerapkan Penggabungan Uang Elektronik dengan Kartu Pelajar.
Karena, dari data yang telah kita kumpulkan menunjukkan bahwa dari 13 anak, 53.84%
anak Tidak Tahu, 23.07% Kurang Tahu mengenai GNNT, serta masing-masing 7.69%
Sedikit Tahu, Cukup Tahu dan Tahu mengenai GNNT. Sedangkan mengenai Uang
Elektronik, 30.76% anak Tidak Tahu, 23.07% Kurang Tahu, 15.38% Sedikit Tahu,
23.07% Cukup Tahu dan sisanya 7.69% Tahu.
Tabel 1 Pengetahuan GNNT
5(
3(S 4(C
1(TT) 2(KT) T Ta
T) T)
Tidak Tahu ) hu
Frekuensi 7 (53.84) 3(23.07) 1(7.69) 1(7.69) 1(7.69)
14 | L A P O R A N M A G A N G F E B ’ 2 0 1 8
Tabel 2 Pengetahuan Uang Elektronik
3(S 4(C 5( Ta
1(TT) 2(KT)
Tidak Tahu T) T) T) hu
Frekuensi 4(30.76) 3(23.07) 2(15.38) 3(23.07) 1(7.69)
Sedangkan dari 13 siswa tersebut, terdapat 38.46% siswa yang memiliki uang
elektronik dan sisanya 61.53% orang tidak memilikinya. Dari 61.53% orang tidak
memiliki UNIK, terdapat 75% anak yang mau memiliki Uang Elektronik dan 25% anak
yang tidak mau. Anak-anak yang tidak memiliki Uang Elektronik namun mau untuk
memilikinya dikarenakan Uang Elektronik praktis, memudahkan transaksi dan mudah
dibawa. Sedangkan 2 anak yang tidak mau beralasan bahwa Uang Elektronik dirasa
belum perlu dan tidak semua transaksi.
Tabel 3 Kepemilikan Uang Elektronik
TIDA
POINT YA K
FREKUEN 5(38. 8(61.5
SI 46) 3)
TIDA
POINT YA K
FREKUEN 6(75
SI ) 2(25)
Kemudian untuk respon dari siswa siswi mengenai penggabungan Uang Elektronik
dengan Kartu Pelajar adalah 30.76% Setuju, 23.07% Cukup Setuju, 23.07% Sedikit
Setuju, 7.69% Kurang Setuju dan 15.38% Tidak Setuju.
Tabel 5 Respon Siswa Mengenai Penggabungan Uang Elektronik dengan Kartu Pelajar
Mereka yang setuju beralasan bahwa dengan program tersebut akan lebih praktis, tidak
perlu bawa uang fisik ke sekolah dan simpel. Sedangkan mereka yang tidak setuju
15 | L A P O R A N M A G A N G F E B ’ 2 0 1 8
beranggapan bahwa Uang Elektronik kurang begitu penting bagi siswa, kurang aman
dan ada resiko hilang.
Secara garis besar, teman-teman SLTA merespon baik dengan adanya Uang
Elektronik dan ide Program Penggabungan Uang Elektronik dengan Kartu Pelajar,
namun beberapa anak yang dirasa kurang paham masih belum dapat menerima dan
merespon baik Uang Elektronik tersebut. Maka diperlukan sosialisasi terlebih dahulu di
tingkat SLTA supaya teman-teman SLTA lebih paham mengenai Uang Elektronik.
Disamping itu juga dapat menanamkan gerakan non tunai sejak dini.
3.2 Perbankan
Sebelumnya, kami telah mensurvei 3 Bank di Solo mengenai Uang Elektronik,
yaitu BRI Slamet Riyadi, Mandiri Tower dan BNI Balai Kota. Ketiganya sependapat
bahwa belum ada Produk UNIK yang khusus menjangkau anak-anak, meskipun pada
dasarnya Uang Elektronik dapat digunakan oleh semua segmen masyarakat. Secara
prinsip, ketiga Bank tersebut mendukung dengan adanya ide Penggabungan Uang
Elektronik dengan Kartu Pelajar, karena dengan ide program ini akan dirasa lebih
menarik karena memberikan estetika tersendiri, dapat menanamkan gerakan non tunai
sejak dini dan multi fungsi bagi pelajar.
Mengenai biaya, uang elektronik pada umumnya adalah Rp20.000,- sedangkan
jika digabungkan dengan Kartu Pelajar, diperkirakan akan ada biaya tambahan. Untuk
mesin taping dapat menggunakan EDC dan dari pihak bank dapat atau bersedia
memberikan secara gratis jika program ini benar dilaksanakan. Namun, tentu perlu
adanya analisis yang lebih mendalam yang akan dilakukan oleh pihak bank sebelum
bekerjasama dengan sekolah dan perlu persetujuan kantor pusat.
16 | L A P O R A N M A G A N G F E B ’ 2 0 1 8
BAB 4
PENUTUP
4.1Kesimpulan
Dari hasil survey terhadap pelajar, sebagian besar dari mereka tidak mengetahui apa
yang dimaksud dengan Gerakan non tunai dan Unik. Melihat hasil survey tersebut,
diperlukan program sosialisasi terlebih dahulu untuk mengenalkan Gerakan Non Tunai
sebelum dilaksanakan program ini. Respon pelajar sendiri sebagian besar dari mereka
setuju dengan adanya program Gerakan non Tunai ini karena dinilai lebih praktis
dibandingkan membawa uang fisik ke sekolah.
Sedangkan hasil survey dari 3 bank tersebut, mereka tertarik dengan program
menanamkan gerakan non tunai sejak dini. Namun sebelumnya harus dilakukan
pengkajian lebih dalam karena program ini melibatkan kerjasama antara bank dan
sekolah serta persetujuan dari kantor pusat.
4.2Saran
Perlunya sosialisasi Gerakan Non Tunai dari pemerintah maupun perbankan.
Masih diperlukan kajian lebih dalam untuk melaksanakan program Gerakan Non
Tunai agar berjalan dengan baik.
17 | L A P O R A N M A G A N G F E B ’ 2 0 1 8
DAFTAR PUSTAKA
Arthesa, Ade dan Edia Handiman, 2006, Bank & Lembaga Keuangan Bukan Bank,
Jakarta: Indeks Kelompok GRAMEDIA
Simorangkir, OP. 2004. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Solikin dan Suseno. 2002 . Seri Kebanksentralan No.1 UANG : Pengertian, Penciptaan
dan Peranannya Dalam Perekonomian. Jakarta : Pusat Pendidikan dan Studi
Kebanksentralan (PPSK), Bank Indonesia.
Sumarwan, Prof. Dr. Ir. Ujang, M.Sc. 2015. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya
dalaam Pemasaran. Bogor : Ghalia Indonesia
Triandaru, Sigit. Dan Totok Budi Santoso, (2006)." Bank dan Lembaga Keuangan Lain ",
Edisi 2, Jakarta : Salemba Empat.
Wawancara Kontan News dengan Arief Budi Sentosa, Kepala kantor Perwakilan Bank
Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta, tanggal 21 Jannuari 2016
www.etd.repository.ugm.ac.id
www.scholar.unand.ac.id
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/09/24/bonus-demografi-2016-jumlah-
penduduk-indonesia-258-juta-orang
18 | L A P O R A N M A G A N G F E B ’ 2 0 1 8
LAMPIRAN
19 | L A P O R A N M A G A N G F E B ’ 2 0 1 8
20 | L A P O R A N M A G A N G F E B ’ 2 0 1 8