Anda di halaman 1dari 28

1

PERKERASAN KAKU / RIGID PAVEMENT.

METODE PERENCANAAN.
Cara NAASRA ( National Association of Australian State Road
Authorities ) yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia .(SKBI
:2.3.28.1988 )

PENENTUAN TEBAL LAPIS PERKERASAN DIDASARKAN PADA :


1. Kekuatan lapisan tanah dasar  nilai CBR dikorelasikan dengan
nilai k ( Modulus Reaksi Tanah dasar).
2. Kekuatan beton
3. Volume dan komposisi lalu lintas selama umur rencana
4. Ketebalan dan kondisi lapisan pondasi bawah untuk menopang
konstruksi
Lapis pondasi bawah
a. Mengendalikan kembang susut tanah dasar
b. Memperbaiki keseragaman daya dukung dibawah plat
c. Mencegah efek pemompaan (pumping)
d. Dapat dimanfaatkan untuk menambah daya dukung tanah 
k gabungan
e. Sebagai lantai kerja  digunakan alat berat untuk
pelaksanaan
f. Berfungsi sebagai drainase bawah slab.
g. Tebal 10 s/d 15 cm
Bahan pondasi bawah dapat berupa : - Bahan berbutir. - Stabilisasi atau
dengan beton kurus giling padat (Lean Rolled Concrete) - Campuran
beton kurus (Lean-Mix Concrete). Lapis pondasi bawah perlu diperlebar
sampai 60 cm diluar tepi perkerasan beton semen. Untuk tanah ekspansif
perlu pertimbangan khusus perihal jenis dan penentuan lebar lapisan
pondasi dengan memperhitungkan tegangan pengembangan yang
2

mungkin timbul. Pemasangan lapis pondasi dengan lebar sampai ke tepi


luar lebar jalan merupakan salah satu cara untuk mereduksi prilaku tanah
ekspansif. Tebal lapisan pondasi minimum 10 cm yang paling sedikit
mempunyai mutu sesuai dengan SNI No. 03-6388-2000 dan AASHTO
M-155 serta SNI 03-1743-1989. Bila direncanakan perkerasan beton
semen bersambung tanpa ruji, pondasi bawah harus menggunakan
campuran beton kurus (CBK). Tebal lapis pondasi bawah minimum yang
disarankan dapat dilihat pada Gambar 2 dan CBR tanah dasar efektif
didapat dari Gambar 3.
3

* Jika CBR < 2% gunakan tebal pondasi bawah CBK 150 mm dan
anggap mempunyai nilai CBR tanah dasar efektif 5%
Pd T-14-2003

Pondasi bawah material berbutir


Material berbutir tanpa pengikat harus memenuhi persyaratan sesuai
dengan SNI-03-63882000. Persyaratan dan gradasi pondasi bawah harus
sesuai dengan kelas B. Sebelum pekerjaan dimulai, bahan pondasi bawah
harus diuji gradasinya dan harus memenuhi spesifikasi bahan untuk
pondasi bawah, dengan penyimpangan ijin 3% - 5%. Ketebalan minimum
lapis pondasi bawah untuk tanah dasar dengan CBR minimum 5% adalah
15 cm. Derajat kepadatan lapis pondasi bawah minimum 100 %, sesuai
dengan SNI 03-1743-1989.

Pondasi bawah dengan bahan pengikat (Bound Sub-base)


Pondasi bawah dengan bahan pengikat (BP) dapat digunakan salah satu
dari : (i) Stabilisasi material berbutir dengan kadar bahan pengikat yang
sesuai dengan hasil perencanaan, untuk menjamin kekuatan campuran
dan ketahanan terhadap erosi. Jenis bahan pengikat dapat meliputi semen,
kapur, serta abu terbang dan/atau slag yang dihaluskan. (ii) Campuran
beraspal bergradasi rapat (dense-graded asphalt). (iii) Campuran beton
kurus giling padat yang harus mempunyai kuat tekan karakteristik pada
umur 28 hari minimum 5,5 MPa (55 kg/cm2 Pondasi bawah dengan
campuran beton kurus (Lean-Mix Concrete)
Campuran Beton Kurus (CBK) harus mempunyai kuat tekan beton
karakteristik pad umur 28 hari minimum 5,5 MPa (55 kg/cm2 ).
4

Pondasi bawah dengan campuran beton kurus (Lean-Mix Concrete)


Campuran Beton Kurus (CBK) harus mempunyai kuat tekan beton
karakteristik pada umur 28 hari minimum 5 MPa (50 kg/cm2) tanpa
menggunakan abu terbang, atau 7 MPa (70 kg/cm2) bila menggunakan
abu terbang, dengan tebal minimum 10 cm.

Lapis pemecah ikatan pondasi bawah dan pelat


Perencanaan ini didasarkan bahwa antara pelat dengan pondasi bawah
tidak ada ikatan. Jenis pemecah ikatan dan koefisien geseknya dapat
dilihat pada Tabel 1.
5

JENIS PERKERASAN KAKU


Perkerasan Beton Semen
-. Bersambung tanpa tulangan
-. Bersambung dengan tulangan
-. Menerus dengan tulangan
-. Dengan tulangan serat baja
-, Perkerasan kaku dengan permukaan aspal ( komposit )
Catatan :
1. Perkerasan beton bersambung tanpa tulangan (Jointed
Unreinforced Concrete Pavement)
Jenis perkerasan beton semen yang dibuat tanpa tulangan
dengan ukuran pelat mendekati bujur sangkar, dimana panjang
dari pelatnya dibatasi oleh adanya sambungan-sambungan
melintang. Panjang pelat dari jenis perkerasan ini berkisar
antara 4-5 meter.
6

2. Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan (Jointed


Reinforced Concrete Pavement)
Jenis perkerasan beton yang dibuat dengan tulangan, yang
ukuran pelatnya berbentuk empat persegi panjang, dimana
panjang dari pelatnya dibatasi oleh adanya
sambungansambungan melintang. Panjang pelat dari jenis
perkerasan ini berkisar antara 8-15 meter.
3. Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan
(Continuously Reinforced Concrete Pavement)
Jenis perkerasan beton yang dibuat dengan tulangan dan dengan
panjang pelat yang menerus yang hanya dibatasi oleh adanya
sambungan-sambungan muai melintang. Panjang pelat dari jenis
perkerasan ini lebih besar dari 75 meter.
4. Perkerasan beton semen dengan lapis beton aspal (asphaltic
concrete surfaced rigid pavement) berupa perkerasan beton
yang bagian permukaannya diberi lapisan beraspal.

Ruji (dowel)
Sepotong baja polos lurus yang dipasang pada setiap jenis
sambungan melintang dengan maksud sebagai sistem penyalur
beban, sehingga pelat yang berdampingan dapat bekerja sama
tanpa terjadi perbedaan penurunan yang berarti.

Sambungan lidah alur (key ways joint)


jenis sambungan pelaksanaan memanjang dimana sebagai
sistem penyalur bebannya digunakan hubungan lidah alur
sedangkan untuk memegang pergerakan pelat ke arah
horizontal digunakan batang pengikat.
Sambungan muai (expansion joint)
Jenis sambungan melintang yang dibuat untuk membebaskan
tegangan pada perkerasan beton dengan cara menyediakan
ruangan untuk pemuaian.

Sambungan pelaksanaan (construction joint)


Jenis sambungan melintang atau memanjang yang dibuat untuk
memisahkan bagian-bagian yang dicor/dihampar pada saat
yang berbeda, ditempatkan di antara beton hasil penghamparan
lama dengan beton hasil penghamparan baru
7

Sambungan susut (contraction joint)


Jenis sambungan melintang yang dibuat dengan maksud untuk
mengendalikan retak susut beton, serta membatasi pengaruh
tegangan lenting yang timbul pada pelat akibat pengaruh
perubahan temperatur dan kelembaban. jarak antara tiap
sambungan susut, umumnya dibuat sama.
8
9
10

FAKTOR – FAKTOR UNTUK MENENTUKAN KETEBALAN


LAPIS PERKERASAN :

1. KEKUATAN TANAH DASAR


CBR  korelasi dengan k

2. KEKUATAN BETON
Modulus Keruntuhan Lentur Beton ( fr)
Beton normal  fr = 0,62 f ' c
.f’c = kuat tekan karakteristik beton umur 28 hari

3. LALU LINTAS RENCANA


- Jenis kendaraan yang diperhitungkan hanya kendaraan dengan
berat total minimal 5 ton
- Konfigurasi sumbu ;
a. Sumbu Tunggal Roda Tunggal ( STRT )
b. Sumbu Tunggal Roda Ganda ( STRG )
c. Sumbu Ganda Roda Ganda ( SGRG )
Menghitung Lalu-Lintas Rencana
a. Menghitung Volume Lalu lintas ( LHR ) yang diperkirakan
pada akhir umur rencana.
b. Menghitung Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga ( JSKN )
selama Umur Rencana .
JSKN = 365 x JSKNH x R
JSKN = Jumlah Sumbu Kendaraan Maksimum.
JSKNH = Jumlah Sumbu Kendaraan maksimum harian pada
awal umur rencana
R = Faktor Pertumbuhan Lalu lintas yang besarnya berdasar
pertumbuhan lalu lintas tahunan ( i ) dan umur Rencana ( n )
11

R dapat dilihat pada tabel

c. Menghitung Prosentase masing- masing Kombinasi


konfigurasi beban sumbu terhadap Jumlah Sumbu
Kendaraan Niaga Harian ( JSKNH )
d. Menghitung Jumlah REPETISI komulatif tiap kombinasi
konfigurasi beban sumbu pada lajur rencana selama umur
rencana :
JSKN x % kombinasi thd JSKNH x cd
.cd = koefisien distribusi kendaraan
12

PERENCANAAN KETEBALAN PELAT BETON.


Perencanaan tebal pelat didasarkan pada total FATIQUE
mendekati lebih kurang 100%
TAHAPAN PERHITUNGAN :
1. Pilih suatu tebal pelat beton tertentu
2. untuk setiap kombinasi konfigurasi ( STRT: STRG atau
SGRG dan beban sumbu serta harga harga k tertentu,
maka :
a. tegangan lentur yang terjadi pada pelat beton
ditentukan dari gtafik contoh grafik untuk STRG :
13

b. perbandingan tegangan dihitung dengan membagi


tegangan lentur yang terjadi pada pelat dengan
modulus keruntuhan lentur beton ( fr )
c. jumlah pengulangan beban yang diijinkan ditentukan
berdasarkan harga perbandingan tegangan .( tabel )
14

3. Prosentase fatique untuk tiap kombinasi ditentukan dengan


membagi jumlah pengulangan beban rencana dengan
jumlah beban ijin
4. Dicari total fatique dengan menjumlahkan prosentase
fatique dari seluruh kombinasi konfigurasi beban sumbu.
5. Langkah 1 s/d 4 diulangi hingga didapatkan tebal pelat
terkecil dengan total fatique ≤ 100%
6. Tebal minimum pelat
Untuk semua jenis perkerasan kaku yang akan di lewati
kendaraan niaga harus ≥150 mm
Untuk perkerasan bersambung tidak bertulang tanpa ruji
harus ≥ 200 mm.
15

CONTOH PERHITUNGAN .
Direncanakan tebal perkerasan kaku untuk jalan baru dengan
data sbb:
- Fungsi jalan arteri
- Tipe jalan 6 lajur 2 arah terbagi ( 6/2B )
- Umur trencana = 20 tahun
- Tanah dasar CBR yang mewakili = 2,4 %
- LHR awal umur rencana :
Bus ( 3 + 5 ) = 450
Truk 10 ton ( 4 + 6 ) = 90
Truk 20 ton ( 6 + 7.7 ) = 45
- Pertumbuhan lalu lintas = 6 %
- Mutu beton rencana umur 28 hari = 350 kg/cm2
- Modulus keruntuhan beton minimum = 3,5 Mpa
- Mutu beton minimum 30 Mpa

Penyelesaian :
1. Mutu beton Rencana :
Beton dengan kuat tekan 28 hari = 350 kg/cm2
.f’c = 350 / 10,2 = 34 Mpa > 30 Mpa ( minimum )  ok
.fr beton normal = fr = 0,62 f ' c
fr = 0,62 34 = 3,6 Mpa > 3,5 Mpa minimum  ok

2. Beban lalu lintas Rencana

Jenis Jumlah Beban sumbu Konfigurasi sumbu


kendaraan Kend. Sumbu Depan Belakang Depan belakang
Bus 450 900 3 5 STRT STRG
Truk 10 ton 90 180 4 6 STRT STRG
Truk 20 ton 45 90 6 14 STRT SGRG
585 1170

Dicari harga R dari tabel :


Untuk i = 6% n = 20 tahun  R = 37,876
JSKN = 365 x JSKNH x R
16

= 365 x 1170 x 37,876


= 16174945,8
Distribusi kendaraan 6 lajur 2 arah  cd = 0,4

Jumlah repetisi Beban :


Jumlah repetisi beban selama umur rencana :
JSKN x % kombinasi terhadap JSKNH x cd

Konfigurasi Beban Prosentase konfiguasi Jumlah


Sumbu sumbu Sumbu ( % ) repetisi
selama umurR
STRT 3 450 / 1170 = 38,46 24,88 x 105
STRT 4 90/1170 = 7,69 4,98 x 105
STRG 5 450/1170 = 38,46 24,88 x 105
STRT 6 45/ 1170 = 3,85 2,49 x 105
STRG 6 90 / 1170 = 7,69 4,98 x 105
STRG 14 45/1170 = 3,85 2,49 x105

3. Kekuatan Tanah Dasar


Dari hasil perhitungan ; CBR tanah dasar yang mewakili =
2,4%  k = 22 Kpa/ mm

4. Menentukan Tebal Pelat Beton


Dicoba dengan tebal pelat = 180 mm.
Dengan bantuan grafik ( NAASRA ) masing masing
konfigurasi sumbu ( STRT; STRG dan SGRG ) diperiksa
apakah estimasi tebal pelat cukup atau tidak , dari jumlah
prosentase fatique yang terjadi ( ≤ 100% )
17

Konfig Beban Beban Repetisi Tegangan Perband ∑ reptisi %


Sumbu sumbu rencana beban yg terjadi tegangan Beban fatique
( ton ) FK = ( x 105) ( Mpa ) ( ijin )
1,1
1 2 3 4 5 6 7 8
STRT 3 3,3 24,88 - - - -
STRT 4 4,4 4,98 1,65 - - -
STRG 5 5,5 24,88 1,45 - - -
STRT 6 6,6 2,49 2,25 0,625 16000 1556
STRG 6 6,6 4,98 1,80 - - -
SGRG 14 15,4 2,98 2,30 0,640 11000 2244
∑ 3820

Ternyata dengan pelat 180 mm jumlah fatique = 3820  >


100%
Dicoba lagi s/d ( ≤ 100%
Keterangan tabel :
Kolom 3 = Perkalian kolom 2 dengan FK
Kolom 5 = dari grafik ( NAASRA ) dengan k = 22 Kpa/mm
Kolom 6 = kolom 5 dibagi dengan fr.

Kolom 7 = dari tabel perbandingan tegangan dan jumlah


repetisi
yang diijinkan
Kolom 8 = kolom 4 dibagi dengan kolom 7 kali 100%
18

PERENCANAAN TULANGAN
1. Tujuan
a. Membatasi slab beton sesuai karakteristik bahannya maka akan
mengalami kembang-susut, maka pada permukaan akan terjadi
gaya lenting untuk mengaturnya maka perlu dibuatkan bagian-
bagian perlemahan ( salah satunya sambungan, takikan)
b. Memungkinkan pelat dapat dibuat lebih panjang, meningkatkan
kenyamanan
c. Mengurangi biaya pemeliharaan

2. Penulangan perkerasan bersambung dengan tulangan.


Luas tulangan pada perkerasan jenis ini:
11,76( F .L.h)
As =
fs

As = luas tulangan yang diperlukan ( mm2/M )


F = koefisien gesekan antara pelat dengan lapisan di
bawahnya  tabel ( tak berdemensi )
L = jarak antara sambungan ( M )
.h = tebal pelat ( mm)
.fs = tegangan tarik baja ijin ( Mpa ) ± 230 Mpa
As min = 0,14% dari luas penampang beton ( SNI. 91)

3. Penulangan pada Perkerasan menerus dengan tulangan


Penulangan Memanjang :

100 . ft
Ps = . (1,3  0,2 F )
( fy  n. ft )

Keterangan :
Ps = prosentase tulangan memanjang yang dibutuhkan
terhadap penampang peton ( % )
Minimum 0,6% dari luas tampang beton )
19

.ft = kuat tarik lentur beton yang digunakan


0,4 - 0,5 fr ( Mpa)
.fy = tegangan leleh rencana baja.
( SNI 91  ( fy < 400 Mpa )
.n = angka ekivalen antara baja dan beton =
Es
(takberdemensi )  tabel )
Ec
F = koefisien gesek antara beton dengan lapisan dibawahnya (
tabel  tak berdemensi )
Es. = Modulus Elastis baja ( SNI 91 dipakai 200.000Mpa )
Ec = modulus elastis beton
( SNI 91  Ec = 4700. f ' c
.fr = modulus keruntuhan lentur beton
.f’c = kuat tekan karakteristik beton umur 28 hari

4. Jarak retak teoritis ( Lcr. )


ft 2
Jarak retak teoritis antar retakan  Lcr. 
n . p 2 u . fb . ( S . Ec  fb)

Keterangan p : luas tulangan memanjang persatuan luas beban


u : perbandingan keliling dan luas tulangan = 4/d
fb : tegangan lekat antara tulangan dengan beton =
2,16.  bk
d
s : koefisien susut beto ( 400. 10-6 )
Es : modulus elastisitas baja
Ec : modulus elastisitas beton
Nilai Lcr 1,5 m s/d 2,5 m
Lcr < 1,5 m  tidak ada kesempatan kembang susut
 beton terlalu kuat dipegang
 terjadi disintegrasi pada plat
Lcr > 2,5 m  lebar retak melebar akan terjadi korosi
pada tulangan untuk memodifikasinya dapat
digunakan deformed bar/ tulangan yang
diprofilkan.
20

PERKERASAN KOMPOSIT

1. Penjelasan umum
a. Perkerasan komposit merupakan konstruksi yang
menggabungkan perkerasan kaku dan lentur, dengan susunan
kaku-lentur maupun lentur-kaku.
b. Lapisan lentur tetap diperhitungkan ikut memikul beban.
c. Susunan kaku-lentur dapat meningkatkan kenyamanan dan
kekesatan.

2. Tebal rencana
a. Perhitungan tahap I  lapisan aspal beton diabaikan
b. Tebal lapisan aspal beton (flexible) setebal 25 mm dapat
disetarakan (mengganti) dengan lapisan beton (rigid) 10 mm.
c. Tebal lapis beton minimal 150 mm.
d. Untuk mencegah retak refleksi digunakan lapis aspal beton 100
mm

3. Pelapisan tambahan (overlay)


a. Jenis lapis tambahan sesuai kebutuhan dan nialai sisa konstruksi
lama.
b. Overlay perkerasan kaku diatas perkerasan lentur
o Dihitung seperti perhitungan perkerasan kaku biasa (baru)
o Nilai modulus reaksi tanah dasar (k) diperoleh dengan
pengujian pembebanan plat (plate bearing test).
o Jika nilai k > 14 kg/cm2 (500 psi) , maka dalam perhitungan
digunakan k =14 kg/cm2 , keseragaman daya dukung tanah
harus diperhatikan.
21

c. Overlay perkerasan kaku diatas perkerasan kaku


o Pelapisan tambahan dengan lapis pemisah (un-bound /
separated overlay)
 Tebal lapis tambahan Tp  T 2  c.T02
 Keterangan
Tp : tebal lapis tambahan
T : tebal yang seharusnya, dihitung berdasarkan beban
rencana, k,
dan sub base perkerasan lama
To : tebal perkerasan eksisting.
c : koefisien kondisi plat
c=1  plat lama masih baik
c = 0,75  plat lama retak awal pada sambungan
c = 0,35  plat lama rusak struktur.
 Tp ≥ 150 mm
 Harus ada lapis pemisah yang berfungsi mencegah retak
refleksi dari perkerasan lama, jenis yang digunakan aspal
beton ± 30 mm
 Letak sambungan overlay tidak perlu sama dengan
sambungan pada perkersan lama.
 Penulangan overlay tidak tergantung lapis perkerasan
lama
o Pelapisan tambahan langsung (partialy bonded / direct
overlay)
 Tebal lapis tambahan Tl  1, 4 T 1, 4  c.T 1, 4
 Nilai c hanya boleh 1 dan 0,75
 Tebal minimun Tl ≥ 130 mm
 Letak sambungan overlay harus sama dengan sambungan
pada perkersan lama, sedang jenis sambungannya boleh
tidak sama.
22

 Penulangan lapis overlay tidak tergantung dengan


perkerasan lama.

o Pelapisan tambahan monolit (bonded / monolithic overlay)


 Tebal lapis tambahan Tm = T - To
 Nilai c : 1 (kondisi perkerasan eksisting masih baik).
 Tebal minimun Tm ≥ 30 mm
 Letak dan jenis sambungan overlay harus sama dengan
sambungan pada perkersan lama.
 Penulangan lapis overlay jika Tm >>, jika tulangan
diperlukan maka diusahakan sama dengan perkerasan
lama.

Contoh
Perhitungan Penulangan pada perkerasan bersambung
dg.Tulangan

Dari hasil perhitungan diperoleh tebal plat yang memenuhi


syarat adalah 20 cm
Data sbb:
1. tebal pelat = 20 cm
2. lebar pelat = 10 m untuk 3lajur
3. panjang pelat = 20m ( jarak antara sambungan )
Penyelesaian :
1. Tulangan memanjang
Pondasi bawah menggunakan sirtu  F = 1,2
23

11,76( F .L.h)
As =
fs

11,76(1,2 .20 . 200)


=
230

=245 mm2/M lebar  As min


As min = 0,14% x luas tampang
= 0,14 x 200 x 1000
= 280 mm2/m lb
Dipakai tulangan Ǿ12 – 250 mm
= 453mm2/m lebar

2. Tulangan melintang
11,76( F .L.h)
As =
fs

11,76(1,2 .10 . 200)


=
230

= 123 mm2/m pias


Dipakai tulangan Ǿ16 – 600 mm
= 335 mm2/m pias
24
25
26
27
28

Anda mungkin juga menyukai