Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH VARIASI KECEPATAN PUTARAN MESIN BUBUT TERHADAP

KEAUSAN PADA ALAT POTONG PAHAT HSS


TIPE BOHLER MO 1/2X4

Oleh:

Sang Putu Fitrah Dewangga1, Ny. Pasek Nugraha2, Kd. Rihendra Dantes3
1Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas teknik Dan Kejuruan,
Universitas Pendidikan Ganesha,
Singaraja, Indonesia
2Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas teknik Dan Kejuruan,
Universitas Pendidikan Ganesha,
Singaraja, Indonesia
3Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas teknik Dan Kejuruan,
Universitas Pendidikan Ganesha,
Singaraja, Indonesia

E-mail : dewangga.angga66@yahoo.com, paseknugraha@yahoo.com, rihendra79@gmail.com


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa pengaruh perbandingan keausan pahat
terhadap putaran Rpm mesin bubut yang divariasikan kecepatannya.Penelitian ini menggunakan pahat
HSS BOHLER MO dengan ukuran 1/2x4. Bahan Specimen yang digunakan untuk pengujian ini adalah
Besi, Aluminium, kayu. masing masing specimen dibubut dengan putaran Rpm yang berbeda disetiap
spesimennya 330 Rpm, 650 Rpm , 950 Rpm. Keausan tepi pahat diukur dengan Jangka sorong digital dan
Mikroskop.
Dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa Variasi kecepatan putaran mesin bubut
menunjukan bahwa pahat HSS Tipe Bohler Mo 1/2X4, pada hasil proses pembubutan spesimen
menunjukan perbedaan spesimen, pada variasi kecepatan putaran mesin bubut terdapat perbedaan hasil
pembubutan. Terdapat interaksi pada spesimen uji dan variasi kecepatan putaran mesin bubut.
Pada pembubutan spesimen besi, aluminium, kayu pada putaran mesin bubut menunjukan
keausan pahat yang relative kecil pada putaran mesin bubut tertinggi yakni Rpm 950 mengalami
peningkatan keausan pahat tertinggi besi 0,19mm; aluminium 0,04; kayu 0,01mm.

Kata Kunci : pembubutan, putaran Rpm, hss bohler mo 1/2x4,Variasi kecepatan


Abstract

This research was conducted to determine how the influence of comparison cuting tools the rounds
Rpm Turning Mechine speed is varied. This study uses cutting tools HSS Bohler Mo with the size 1/2x4.
specimens used for this study is iron diameter 20 mm X 100 mm 3 much, diameter Aluminium 20 mm X
100 mm 3 much , wood berdiameter 20 mm dengan long 10 cm 3 much. materilals each
Turning specimens with round Rpm which will obviously vary 330 Rpm, 650 Rpm , 950 Rpm. The flank
wear measured by calipers and microscope.
From this research it is known that varying the rotational speed turning mechine shows that
Cutting tools HSS Tipe Bohler Mo 1/2X4, the turning process shows that materials, on varying the rotational
speed differences result lathe turning. There is no interaction on test specimens and varying the rotational
speed lathe.
In turning specimens of iron, aluminum, wood round lathe shows the tool wear is relatively small at
the highest rotation lathe Rpm 950 The highest increase tool wear iron 0,19mm; aluminium 0,04; wood
0,01mm.

Keywords : lathing, rotation Rpm, hss bohler mo 1/2x4, speed variation


Jurnal Jurusan Pendidikan Teknik Mesin
Vol : 7 No : 1 tahun 2017

PENDAHULUAN dasar menjadi komponen mesin


Dalam dunia industri, mesin- dengan menggunakan pahat sebagai
mesin perkakas sangat berperan komponen utamanya. HSS (High
dalam mendukung berhasilnya suatu Speed Steel) merupakan jenis material
proses produksi karena tiap bengkel yang banyak digunakan sebagai pahat
mesin konstruksi dan bengkel-bengkel potong. HSS pertama kali ditemukan
pengerjaan logam, pada umumnya pada tahun 1898 merupakan baja
mesin-mesin ini banyak digunakan paduan tinggi dengan unsur paduan
dalam pembuatan atau perbaikan chrom (Cr) dan TungstenlWolfram (W).
komponen tertentu dalam suatu mesin. Melalui proses penuangan (molten
Dari beberapa mesin perkakas yang metallurgy) kemudian diikuti
ada salah satunya adalah mesin pengerolan ataupun penempaan baja
bubut. Mesin Bubut adalah suatu ini dibentuk menjadi batang atau
mesin perkakas yang digunakan silinder. Pada kondisi lunak (annealed)
untuk memotong benda yang diputar. bahan tersebut dapat diproses secara
Bubut sendiri merupakan suatu proses pemesinan menjadi berbagai bentuk
pemakanan benda kerja yang pahat potong. Setelah proses laku
sayatannya dilakukan dengan cara panas dilaksanakan, kekerasannya
memutar benda kerja kemudian cukup tinggi.
dikenakan pada pahat yang Menurut Sudji Munaji (1980),
digerakkan secara translasi sejajar salah satu karakteristik geometris yang
dengan sumbu putar dari benda kerja. ideal dari suatu komponen adalah
Gerakan putar dari benda kerja permukaan yang halus. Dalam
disebut gerak potong relatif dan prakteknya memang tidak mungkin
gerakan translasi dari pahat disebut untuk mendapatkan suatu komponen
gerak umpan. dengan permukaan yang betul- betul
Pahat merupakan bagian dari halus. Hal ini disebabkan oleh
mesin bubut yang memegang peran beberapa faktor, misalnya faktor
penting dalam pemotongan logam, manusia (operator) dan faktor-faktor
karena pahat adalah bagian yang dari mesin-mesin yang digunakan
berkontak langsung dengan benda untuk membuatnya. Akan tetapi,
kerja yang dipotong. Ada beberapa dengan kemajuan teknologi terus
kriteria yang harus dimiliki pahat, berusaha membuat peralatan yang
diantaranya: harus lebih keras mampu membentuk permukaan
dibanding benda kerja, tahan sifat komponen degan tingkat kehalusan
mekanis, dan tahan aus. Terdapat yang cukup tinggi menurut standar
beberapa jenis material pahat, ukuran yang berlaku dalam metrologi
diantaranya: baja karbon, HSS (High yang dikemukakan oleh para ahli
Speed Steel), paduan cor nonferro, pengukuran geometris benda melalui
karbida, keramik, CBN (Cubic Boron pengalaman penelitian. Tingkat
Nitrides), dan intan. Kekuatan suatu permukaan alat
Operasi pemotongan logam Potong peranan yang sangat penting
merupakan salah satu aktifitas yang dalam perencanaan suatu komponen
sering dilakukan dalam industry mesin khususnya yang menyangkut
manufaktur, khususnya untuk masalah gesekan pelumasan,
memproduksi bagian-bagian keausan, tahanan terhadap kelelahan
permesinan. Proses pemotongan dan sebagainya. Oleh karena itu,
logam merupakan suatu proses yang dalam perencanaan dan
digunakan untuk mengubah logam pembuatannya harus dipertimbangkan
Jurnal Jurusan Pendidikan Teknik Mesin
Vol : 7 No : 1 tahun 2017

terlebih dulu mengenai peralatan


mesin yang mana harus digunakan
untuk membuatnya serta berapa
ongkos yang harus dikeluarkan. Agar
proses pembuatannya tidak terjadi
penyimpangan yang berati maka
karakteristik permukaan ini harus
dapat dipahami oleh perencana lebih-
lebih lagi oleh operator. Komunikasi
karakteristik permukaan biasanya
dilakukan dalam gambar teknik. Akan
tetapi untuk menjelaskan secara
sempurna mengenai karakteristik
suatu permukaan nampaknya sulit.
Untuk mendapat hasil yang baik dalam
pembubutan banyak yang perlu
diperhatikan, salah satunya adalah
kecepatan Putaran. Kecepatan
Putaran (Speed) adalah gerak utama
Putaran mesin Bubut. Sementara
sudut potong adalah sudut yang
dibentuk oleh mata potong utama
dengan kecepatan Putaran.

METODE
Pada penelitian tugas akhir ini
harus terdapat rancangan penelitian,
sehingga mempermudah peneliti
bagaimana penelitian ini akan
dilakukan. Desain penelitian atau
rancang bangun penelitian adalah
rencana dan struktur penyelidikan
yang disusun demikian rupa sehingga
peneliti akan dapat memperoleh
jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan
Gambar 1. Diagram Alir
penelitiannya.
Penelitian
Dalam penelitian tugas akhir ini
dapat dijelaskan dengan oleh diagram
alir penelitian. Diagram alir penelitian Objek Penelitian
adalah sebagai berikut : Objek penelitian yang akan
diselidiki dalam penelitian ini adalah :
a. Menganalisa keausan tepi (vb)
terhadap pahat.
b. Memvariasikan Putaran mesin
bubut yaitu Rpm 330, Rpm 650,
Rpm 950
c. Menggunakan spesimen
pembubutan yang berbeda yaitu
Spesimen besi, aluminium, dan
kayu
Jurnal Jurusan Pendidikan Teknik Mesin
Vol : 7 No : 1 tahun 2017

Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian
pembubutan spesimen ini dimana
masing masing spesimen akan
dilakukan pembubutan poros
bertingkat dan pengasahan pahat.
Adapun langkah-langkahnya sebagai
berikut : Gambar 2. Pahat hasil proses
pembubutan Spesimen
a. Pahat potong yang digunakan Dalam
penelitian ini adalah dari jenis HSS b. Bersihkan pahat dari adanya kotoran
Tipe BOHLER MO 1/2x4, dengan beram.
ukuran sudut yang telah ditentukan c. Lalu Ukur keausan Tepi Pahat (VB)
yakni sudut potong total 80º, sudut dengan cara melihat dengan
potong sisi samping (side cutting adge menggunakan mikroskop, dimana
angle) 12º, sudut bebas tatal (side rake bidang mata potong diatur sehingga
angle) 20º , sudut bebas muka (front tegak lurus sumbu optic. Panjang
clearance angle) 8º dan sudut bebas keausan diketahui dengan mengukur
samping (side clearance angle)10º. panjang VB (mm), yaitu jarak antara
b. Seting putaran Mesin dengan putaran mata potong sebelum terjai keausan
mesin yang ditentukan yakni Rpm 330, hingga garis rata-rata keausan pada
Rpm 650, Rpm 950. Dan kedalaman bidang utama. Jangka sorong
pemakannya 2 mm digunakan untuk mengukur panjang VB
c. Benda kerja poros bertingkat dengan (mm)
diameter pertama 20 mm, diameter
kedua 16 mm, diameter ketiga 12 mm Foto Permukaan Keausan Tepi Pahat
dan panjang 100 mm. a. Siapkan pahat hasil pembubutan
spesimen, lalu letakan pada tempat
Pengumpulan Data pengamatan media yang terbawah
Sesuai Dengan metode bagian lensa mikroskop.
eksperimen, teknik yang dilakukan untuk
mengumpulan data yaitu melakukan b. Kemudian amati perubahan fisik
serangkaian pengujian pada objek yang keausan pahat yang terjadi pada hasil
diteliti untuk mendapatkan data yang pembubutan.
diperlukan sebagai bahan perhitungan.
Adapun teknik pengumpulan data pada c. Pahat hasil pembubutan yang
masing-masing pengujian yang dilakukan mengalami perubahan fisik keausan
difoto menggunakan kamera digital
Pada proses pembubutan dengan bantuan mikroskop untuk
berlangsung pahat akan mengalami dua memperjelas hasil pengamatan,
macam keausan tepi dan kawah, tetapi kemudian dibandingakan dengan
pada penelitian ini yang diteliti yaitu setiap pahat lainya.
keausan tepi saja maka jenis keausan
yang diamati adalah keausan tepi pahat. d. Pahat yang sudah diambil gambar
Pengujian ini dilakukan berdasarkan mikrografinya kemudian dianalisis
prosedur pengujian sebagai berikut: berdasarkan pola Keausan Tepi (VB)
a. Mempersiapkan pahat yang telah yang terjadi
digunakan dan jangka sorong untuk
mengukur pahat setelah proses bubut
Jurnal Jurusan Pendidikan Teknik Mesin
Vol : 7 No : 1 tahun 2017

Hasil Dan Pembahasan

Tabel 1. Data Hasil Pengujian Keausan


Tepi Pahat Setiap Rpm
RPM
Spesimen
330 650 950
Besi 0,00 0,03 0,19

Aluminium 0,01 0,02 0,04

Kayu 0,01 0,01 0,01

Dari tabel 1 diatas, hasil pengujian


Pengujian Keausan Tepi dilakukan keausan tepi pahat dengan mengukur
untuk mengetahui seberapa besar panjang VB dapat dituangkan kedalam
pengaruh Variasi Putaran mesin bubut gambar grafik seperti yang disajikan
terhadap keausan pahat HSS tipe pada gambar 3. dibawah ini
bohler Mo 1/2X4. Dalam pengujian
keausan tepi ini spesimen 0.2
pembubutan dibagi menjadi 3 (tiga)
jenis spesimen yang berbeda yaitu, 0.15
besi, aluminium, kayu. Dan putaran besi
mesin bubut yang divariasikan ada 3 0.1
alumunium
(Tiga) putaran yang berbeda yakni, kayu
Rpm 330, Rpm 650, Rpm 950. Jumlah 0.05
spesimen pembubutan dalam 1 (satu)
0
jenis variasi putaran mesin bubut ialah RPM
330650950
3 (tiga) jenis spesimen pembubutan
berbeda yang telah ditentukan,
Gambar 3.Grafik Hasil Pengujian
sehingga pahat HSS Tipe Bohler Mo
Keausan Tepi Pahat HSS
1/2X4 yang digunakan ada 9
(Sembilan). Selanjutanya data tersebut
Data pada tabel 1. Diatas dianalisa kembali menggunakan
menjelaskan data keausan tepi pahat
setelah proses pembubutan masing- Anava AB untuk mengetahui bahwa
masing spesimen per Rpm variasi pengaruh variasi kecepatan putaran
putaran mesin bubut. Keausabn tepi
diukur dengan menggunakan mesin bubut terhadap keausan pada
mikroskop dimana bidang utama mata alat potong pahat HSS TIPE BOHLER
potong diatur sehingga tegak lurus
sumbu optik. Panjang keausan tepi MO 1/2X4.
dapat diketahui dengan mengukur VB Namun sebelum itu dilakukan uji
(mm), yaitu jarak antara mata potong
sebelum terjadinya keausan hingga asumsi (prasyarat) penggunaan
garis rata-rata keausan pada bidang analisis varians dan juga uji asumsi
utama.
Jurnal Jurusan Pendidikan Teknik Mesin
Vol : 7 No : 1 tahun 2017

analisis untuk studi korelasional yang spesimen aluminium, dan kayu


(p > 0,05).
dimiliki (Dantes,2014). Uji prasyarat
(10) Terdapat perbedaan
yang dilakukan adalah : 1) Uji keausan pahat pada Rpm 950
pada spesimen besi, dan
normalitas sebaran data, dan 2) Uji
aluminium (p > 0,05).
Homogenitas Varians. Dan didapatkan (11) Terdapat perbedaan
keausan pahat pada Rpm 950
data sebagi berikut:
pada spesimen besi, dan kayu
Pengujian Hipotesis (p > 0,05).
(12) Terdapat perbedaan
(1) Terdapat perbedaan spesimen uji
keausan pahat pada Rpm 950
besi, aluminium, kayu pada proses
pada spesimen aluminium, dan
pembubutan dengan variasi
kayu (p > 0,05).
putaran mesin bubut terhadap
keusan pahat HSS tipe Bohler Mo
KESIMPULAN DAN SARAN
1/2X4 (p > 0,05).
Kesimpulan yang didapat dari
(2) Terdapat perbedaan putaran mesin
penelitian ini adalah sebagaai berikut:
bubut Rpm 330, Rpm 650, Rpm
1. Variasi kecepatan putaran
950 pada proses pembubutan
mesin bubut menunjukan
dengan variasi putaran mesin
bahwa terdapat adanya
bubut terhadap keusan pahat HSS
perbedaan pada spesimen uji,
tipe Bohler Mo 1/2X4. (p > 0,05)
hal ini membuktikan bahwa
(3) Terdapat interaksi antara
pada hasil proses pembubutan
spesimen pembubutan dengan
spesimen yang menunjukan
putaran mesin bubut (p > 0,05)
perbedaan spesimen yang
(4) Terdapat perbedaan keausan
signifikan.
pahat pada spesimen Besi
pada Rpm 330, dan spesimen 2. Pada kecepatan mesin bubut
Aluminium pada Rpm 330. (p > menunjukan terdapat
0,05) perbedaan pada putaran mesin
(5) Terdapat perbedaan keausan bubut pada proses
pahat pada Rpm 330 pada pembubutan, hal ini
spesimen Besi, dan Kayu. (p > membuktikan bahwa pada
0,05). proses variasi kecepatan
(6) Terdapat perbedaan keausan putaran mesin bubut
pahat pada Rpm 330 pada menunjukan perbedaan hasil
spesimen Aluminium, dan pembubutan yang signifikan.
Kayu. (p > 0,05)
(7) Terdapat perbedaan keausan 3. Terdapat interaksi antara
pahat pada Rpm 650 pada spesimen pembubutan dengan
spesimen Besi, dan putaran mesin bubut yang
Aluminium. divariasikan.
(8) Terdapat perbedaan keausan pahat
4. Pada pembubutan putaran
pada Rpm 650 pada spesimen besi mesin Rpm 330 pada spesimen
, dan kayu (p > 0,05). besi dan aluminium
menunjukan perbedaan
(9) Terdapat perbedaan keausan keausan pahat yang berbeda,
pahat pada Rpm 650 pada yakni pada pembubutan
sepesimen besi 0,00 mm tidak
Jurnal Jurusan Pendidikan Teknik Mesin
Vol : 7 No : 1 tahun 2017

mengalami keausan sedangkan sepesimen besi mengalami


pada pembubutan aluminium keausan 0,03 mm sedangkan
mengalami keausan 0,01 mm. pada pembubutan aluminium
Hal ini menyatakan bahwa mengalami keausan 0,02 mm.
proses pembubutan pada Rpm Hal ini menyatakan bahwa
330 menunjukan pada proses pembubutan pada Rpm
pembubutan spesimen besi 650 menunjukan pada
tidak mengalami keausan pembubutan spesimen besi
dibandingkan pada pembubutan mengalami keausan lebih besar
spesimen aluminium. dibandingkan pada pembubutan
spesimen aluminium.
5. Pada pembubutan putaran
mesin Rpm 330 pada spesimen 8. Pada pembubutan putaran
besi dan kayu menunjukan mesin Rpm 650 pada spesimen
perbedaan keausan pahat yang besi dan kayu menunjukan
berbeda, yakni pada perbedaan keausan pahat yang
pembubutan sepesimen besi berbeda, yakni pada
0,00 mm tidak mengalami pembubutan sepesimen besi
keausan sedangkan pada mengalami keausan 0,03 mm
pembubutan kayu mengalami sedangkan pada pembubutan
keausan 0,01 mm. Hal ini kayu mengalami keausan 0,01
menyatakan bahwa proses mm. Hal ini menyatakan bahwa
pembubutan pada Rpm 330 proses pembubutan pada Rpm
menunjukan pada pembubutan 650 menunjukan pada
spesimen besi tidak mengalami pembubutan spesimen besi
keausan dibandingkan pada mengalami keausan lebih besar
pembubutan spesimen kayu. dibandingkan pada pembubutan
spesimen kayu.
6. Pada pembubutan putaran
mesin Rpm 330 pada spesimen 9. Pada pembubutan putaran
aluminium dan kayu mesin Rpm 650 pada spesimen
menunjukan perbedaan aluminium dan kayu
keausan pahat yang sama, menunjukan perbedaan
yakni pada pembubutan keausan pahat yang berbeda,
sepesimen aluminium 0,01 mm yakni pada pembubutan
dan kayu 0,01 mm mengalami sepesimen aluminium
tingkat keausan yang sama. Hal mengalami keausan 0,02 mm
ini menyatakan bahwa proses sedangkan pada pembubutan
pembubutan pada Rpm 330 kayu mengalami keausan 0,01
menunjukan pada pembubutan mm. Hal ini menyatakan bahwa
spesimen aluminium proses pembubutan pada Rpm
mengalami keausan yang sama 650 menunjukan pada
hasilnya dengan pembubutan pembubutan spesimen
spesimen kayu. aluminium mengalami keausan
tingkat keausan yang tidak jauh
7. Pada pembubutan putaran beda pada pembubutan
mesin Rpm 650 pada spesimen spesimen kayu.
besi dan aluminium
menunjukan perbedaan 10. Pada pembubutan putaran
keausan pahat yang berbeda, mesin Rpm 950 pada spesimen
yakni pada pembubutan besi dan aluminium
Jurnal Jurusan Pendidikan Teknik Mesin
Vol : 7 No : 1 tahun 2017

menunjukan perbedaan dibandingkan dengan


keausan pahat yang berbeda, pembubutan spesimen
yakni pada pembubutan aluminium.
sepesimen besi mengalami
keausan 0,19 mm sedangkan Saran yang didapat dari
pada pembubutan aluminium penelitian ini adalah sebagai berikut:
mengalami keausan 0,04 mm.
1. Sebelum menggunakan
Hal ini menyatakan bahwa
mesin bubut diharapkan
proses pembubutan pada Rpm
memahami terlebih dahulu
950 menunjukan pada
tentang teori dasar dan
pembubutan spesimen besi
tata cara menggunakan
mengalami tingkat keausan
mesin bubut yang benar.
yang cukup jauh beda pada
2. Dapat dilakukan penggunaan
pembubutan spesimen
Pendingin dalam proses
aluminium.
pembubutan untuk
11. Pada pembubutan putaran mengetahui pengaruh dari
mesin Rpm 950 pada spesimen pengisian pendingin
besi dan kayu menunjukan terhadap keausan pahat.
perbedaan keausan pahat yang 3. Dapat dilakukan penelitian
berbeda, yakni pada lainnya dengan cara
pembubutan sepesimen besi memvariasikan sudut potong
mengalami keausan 0,19 mm pahat untuk mengetahui
sedangkan pada pembubutan pengaruh dari keausan pahat
kayu mengalami keausan 0,01 terhadap pengaruh variasi
mm. Hal ini menyatakan bahwa Putaran mesin bubut dan
proses pembubutan pada Rpm variasi sudut potong pahat.
950 menunjukan pada Jangan mengukur benda
pembubutan spesimen besi kerja yang sedang berputar.
mengalami tingkat keausan 4. Penelitian keausan pahat
yang cukup tinggi jika dapat diteliti juga pada
dibedakan dengan pembubutan material benda kerja yang
spesimen kayu. memiliki kekerasan yang
lebih tinggi seperti baja tahan
12. Pada pembubutan putaran karat dan baja paduan
mesin Rpm 950 pada spesimen lainnya.
aluminium dan kayu
menunjukan perbedaan
keausan pahat yang berbeda, DAFTAR PUSTAKA
yakni pada pembubutan
sepesimen aluminium
Amstead, B.H dkk. (1979). Teknologi
mengalami keausan 0,04 mm
Mekanika Jilid 1 (Sriati Djaprie.
sedangkan pada pembubutan
Terjemahan). Jakarta :
kayu mengalami keausan 0,01
Erlangga.
mm. Hal ini menyatakan bahwa
proses pembubutan pada Rpm Anonim. 2011. Dalam
950 menunjukan pada http://yakinmajusentosabdg.blo
pembubutan spesimen gspot.com/2011/09/turning-and-
aluminium mengalami tingkat milling machine.html. Diakses
keausan yang cukup jauh bila pada 2 Juli 2016.
Jurnal Jurusan Pendidikan Teknik Mesin
Vol : 7 No : 1 tahun 2017

Anonim. 2012. Dalam proses-produksi.html. Diakses


http://www.teknikmesin.net/201 pada 3 Juli 2016.
2/02/faktor-faktor-keamanan-
mesin- Ramzy, Ammar. 2012. Dalam
bubut.html#sthash.ImGYsmE5. http://ammarramzy.blogspot.co
dpuf. Diakses pada 4 Januari m/2012/10/mesin-bubut-
2014. lathe.html. Diakses pada 3 Juli
2016.
Anonim. 2012. Dalam
http://teknikmesinpnup.blogspot Rochim, Taufiq. (1993). Teori dan
.com/2012/01/teori-teori-mesim- Teknologi Proses Pemesinan.
bubut.html. Diakses pada 2 Juli Bandung : FTI-ITB.
2016.
Rohan, Muhammad. 2010. Dalam
Bayu Seno, Analisa keausan Pada http://muhammadrohan.wordpre
Pahat mesin Bubut, E-Jurnal ss.com/2010/11/26/elemen-
UNDIP, 2010 dasar-pemotongan-pada-
proses-bubut/. Diakses pada 3
Bronson, Edy. 2011. Dalam Juli 2016.
http://edybronson.blogspot.com/
2011/05/pada-mesin-bubut-ada- Ruslan Dalimonthe, Pengaruh
beberapa-bagian.html. Diakses Kecepatan Potong Terhadap
pada 3 Juli 2016. umur Pahat HSS pada proses
Bubut AISI 4340, Jurnal Sains
Dieter, E. Geoge. (1992). Metalurgi dan Inovasi Vol 5, 2003
Mekanik Edisi 3 Jilid 2 (Sriati
Djaprie. Terjemahan). Jakarta : Scribd, Org. TT. Dalam
Erlangga. http://www.scribd.com/doc/6209
8732/Makalah-an-Perawatan-
Eko. 2011. Dalam http://eko- Mesin-BUbut. Diakses pada 3
m228.blogspot.com/2011/01/ba Juli 2016.
gian-bagian-utama-mesin-
bubut.html. Diakses pada 3 Juli Sirod Hantoro dan Pardjono. (2002).
2016. Menggambar Mesin.
Yogyakarta : Adicita Karya
Mrihhernaningtyas dan Randi Prayadi, Nusa.
Analisis Umur Pahat Dengan
Variasi Sudut Geram, E-Jurnal Suma’mur. (1989). Keselamatan Kerja
Jurusan Teknik mesin, Institut dan Pencegahan Keselamatan.
Teknologi Adhi Tama Surabaya Jakarta : CV Haji Masagung.
2015
Terheijden, C.V. dan Harun. (1981).
Panca, Delta. 2013. Dalam Alat-Alat Perkakas 3. Bandung :
http://deltapanca.blogspot.com/ Bina Cipta
2013/07/laporan-praktikum-

Anda mungkin juga menyukai