Anda di halaman 1dari 6

PENGEMBANGAN OBAT HERBAL

PENGGUNAAN KULIT BUAH NAGA SEBAGAI PEWARNA ALAMI

Oleh :
Ida Ayu Kade Mellyagana Dwi Pertiwi
181010
IVA

PROGRAM STUDI D III FARMASI


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2020
Review beberapa jurnal tentang penggunaan toga sebagai pengembangan obat herbal
1. Latar belakang
Tanaman obat mungkin tidak sepopuler jenis tanaman lain, khususnya
tanaman penghasil bahan makanan seperti buah-buahan, umbi-umbian dan
sebagainya. Namun bagi sebagian orang pencinta alam, tanaman obat merupakan
tanaman yang sangat populer, apalagi dengan perubahan pola hidup yang saat ini
sudah mengglobal yang dikenal dengan istilah back to nature. Back to nature bukan
hanya menjangkit pada pola konsumsi masyarakat, namun sudah merambah juga ke
sektor-sektor lain termasuk pengobatan. (Munadi Erna., Zamroni Salim, 2017)
Secara global juga sudah terjadi perubahan pola pengobatan masyarakat ke
obat-obat tradisional yang terbuat dari bahan alami. Tanaman obat sangat populer
digunakan sebagai bahan baku obat tradisional dan jamu, yang jika dikonsumsi akan
meningkatkan sistem kekebalan tubuh (immune system), karena tanaman ini
mempunyai sifat spesifik sebagai tanaman obat yang bersifat pencegahan (preventif)
dan promotif melalui kandungan metabolit sekunder seperti gingiro pada jahe dan
santoriso pada temulawak yang mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Mengkonsumsi jamu tidak mempunyai sifat kuratif yang berarti menyembuhkan,
namun lebih ke arah pencegahan dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh,
sehingga lebih bermanfaat untuk sehat dan bukan untuk sembuh. (Munadi Erna.,
Zamroni Salim, 2017)
Hal itu karena tanaman obat yang ada saat ini masih belum dikembangkan
menjadi obat herbal, tetapi masih lebih untuk jamu. Namun, jika tanaman obat ini
mampu diproduksi sebagai Obat Herbal Terstandar (OHT) dan fitofarmaka yang
sudah diuji klinis pada manusia bisa meningkatkan levelnya menjadi kuratif atau bisa
menyembuhkan. Sampai saat ini di Indonesia baru memiliki delapan obat fitofarmaka
yang sudah memiliki izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
(Munadi Erna., Zamroni Salim, 2017)
Tanaman obat sangat bermanfaat dalam dunia farmasi khususnya sebagai
sumber bahan baku obat tradisional. Kecenderungan masyarakat untuk
mengkonsumsi obat tradisional yang diakibatkan oleh isu gaya hidup back to nature
dan mahalnya obat-obat modern membuat permintaan tanaman obat semakin
meningkat (Munadi Erna., Zamroni Salim, 2017)
Pada umumnya buah naga dikonsumsi dalam bentuk segar sebagai penghilang
dahaga. Selain itu, buah naga juga sebagai salah satu jenis buah-buahan yang
berkhasiat menurunkan kadar kolesterol darah yang tinggi, pencegah penyakit tumor,
kanker, melindungi kesehatan mulut, pencegah pendarahan, pencegahan dan
mengobati keputihan, meningkatkan daya tahan tubuh, menormalkan sistem
peredaran darah, menurunkan tekanan emosi, menetralkan toksin (racun) dalam
tubuh, menurunkan kadar lemak, menguatkan fungsi otak, melancarkan proses
pencernaan, menyehatkan mata, menguatkan tulang dan pertumbuhan badan, menjaga
kesehatan jantung, memperhalus kulit wajah, dan mengobati sembelit.
Selain daging buah, kulit buah naga juga tidak kalah pentingnya sebab kulit
buah naga mengandung pigmen antosianin yang bersifat antioksidan. Selain memiliki
kandungan antioksidan yang tinggi, kulit buah naga merah juga mengandung pigmen
warna tumbuhan yang disebut dengan antosianin (pigmen tumbuhan merah-biru-ungu
(Fennyanto, 2013).
Antosianin merupakan zat warna yang berperan memberikan warna ungu,
berpotensi menjadi pewarna alami untuk pangan dan dapat dijadikan alternatif
pengganti pewarna sintetis yang lebih aman bagi kesehatan. Handayani dan
Rahmawati (2012) menyatakan bahwa kulit buah naga dapat diaplikasikan sebagai
pewarna alami bahan makanan pengganti pewarna sintetik. (Ekawati dkk, 2016)
Antosianin merupakan zat warna yang berperan memberikan warna merah
berpotensi menjadi pewarna alami untuk pangan dan dapat dijadikan alternatif
pengganti pewarna sintetis yang lebih aman bagi kesehatan. Jenis buah naga yang
telah dibudidayakan ada empat, antara lain Buah Naga Daging Putih (Hylocereus
undatus), Buah Naga Daging Merah (Hylocereus polyrhizus), Buah Naga Daging
Super Merah (Hylocereus costaricensis), dan Buah Naga Kulit Kuning Daging Putih
(Selenicereus megalanthus).
Antosianin adalah kelompok pigmen yang berwarna merah sampai biru yang
tersebar dalam tanaman. Pada beberapa buah-buahan dan sayuran serta bunga
memperlihatkan warna-warna yang menarik yang mereka miliki termasuk komponen
warna yang bersifat larut dalam air dan terdapat dalam cairan sel. Antosianin adalah
suatu kelas dari senyawa fl avonoid yang secara luas terbagi dalam polifenol
tumbuhan. Flavonol, fl avon-3-ol, fl avon, fl avanon, dan fl avanol adalah kelas
tambahan fl avonoid yang berada dalam oksidasi dari antosianin. Larutan pada
senyawa fl avonoid adalah tak berwarna atau kuning pucat. Antosianin stabil pada pH
3,5 dan suhu 50oC, mempunyai berat molekul 207,08 g/mol dan rumus molekul
C15H11O. (Handayani dan Asri, 2012)
2. Tujuan
Tujuan yang dicapai yaitu untuk mengetahui: pemanfaatan kulit buah naga yang dapat
menghasilkan warna merah yang dihasilkan oleh pigmen yang bernama anthosianin
3. Metode Penelitian
Beberapa penelitian tentang pemanfatan kulit buah naga telah dilakukan.
Beberapa penelitian memanfaatkan kulit buah naga sebagai antioksidan dan pewarna
alami pada pembuatan jelly, pembuatan susu, pewarna pada sediaan kosmetik seperti
lipstik, blush on, serta eyeshadow dan sebagai pengawet alami pada mie basah dengan
menggunakan ekstrak maupun dengan menggunakan jus.
Beberapa penelitian melakukan ekstraksi dengan cara yang berbeda – beda
yaitu ada yang menggunakan secara maserasi dengan penggunakan pelarut etanol
96%, beberapa penelitian ada yang menggunakan ekstraksi dengan perbandingan
etanol dan HCl 1%, ada juga penelitian yang membandingkan ekstraksi dengan
campuran aquades ditambah asam sitrat 10%, campuran etanol ditambah asam sitrat
10% dan campuran etil asetat ditambah asam sitrat 10% dengan menggunakan
berbagai perbandingan dan kurun waktu yang berbeda selama 1 hari sampai 3 hari
lamanya.
Ekstraksi dengan cara maserasi dilakukan dengan cara bahan-bahan yang
sudah disiapkan yaitu kulit buah naga dan pelarut yang kemudian diletakkan di dalam
sebuah wadah maserasi, pelarut harus bisa merendam semua kulit buah naga. Bahan
yang berada di dalam wadah direndam selama kurun waktu yang ditentukan pada
beberapa jurnal ada yang melakukan dalam kurun waktu 1 sampai 3 hari sambil
diaduk beberapa kali. Ekstraksi dilakukan sampai seluruh antosianin pada kulit buah
naga super merah terekstraksi sempurna. Filtrat tersebut diuapkan dengan
menggunakan rotary vacum evaporator sehingga didapat ekstrak kental etanol
kemudian ditimbang beratnya.

Adapula beberapa penelitian yang menggunakan hanya dalam bentuk jus kulit
buah naga yaitu dengan cara kulit buah naga daging merah dan super merah
dipisahkan terlebih dahulu dari buahnya, kemudian dicuci lalu dipotong kecil-kecil
dan dihancurkan dengan menggunakan blender. Setelah halus bubur kulit buah naga
disaring dan air dari kulit tersebut yang digunakan..
Kemudian dilakukan pengujian fitokimia untuk mengetahui kandungan yang
terkandung dalam kulit buah naga salah satu contoh kandungannya adalah antosianin.
Pengujian fitokimia ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan golongan senyawa
metabolit skunder yang ada dalam ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus
polyrhizus). Pada penelitian ini dilakukan pengujian adanya senyawa golongan
alkaloid, terpenoid, saponin, flavonoid dan fenolik/tanin. Pada beberapa literatur

4. Hasil
Etanol merupakan pelarut yang memiliki senyawa yang bersifat polar dan non polar
karena etanol memiliki gugus etil yang bersifat non polar dan hidroksi yang bersifat
polar. Penambahan pelarut HCl 1% bertujuan untuk memberikan suasana asam pada
proses maserasi karena senyawa antosianin bersifat lebih stabil dalam suasana asam.

Uji fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi senyawa antosianin berupa uji warna
yang menggunakan pelarut NaOH 2M dan HCl 2M. Salah satu faktor yang
mempengaruhi warna dari antosianin adalah perubahan pH. Sifat asam akan
menyebabkan warna antosianin menjadi merah, sedangkan sifat basa menyebabkan
antosianin menjadi biru. Selain faktor perubahan pH, konsentrasi pigmen, adanya
campuran dengan senyawa-senyawa lain, jumlah gugus hidroksi dan metoksi juga
mempengaruhi warna antosianin. Gugus hidroksi yang dominan menyebabkan warna
cenderung biru dan relatif tidak stabil sedangkan, gugus metoksi yang dominan
menyebabkan warna merah dan relatif lebih stabil.

Aquades merupakan larutan netral yang dapat melarutkan pigmen antosianin


ditambah lagi dengan penambahan asam sitrat yang mampu menurunkan pH larutan.
Keadaan yang semakin asam apalagi mendekati pH 1 akan menyebabkan semakin
banyaknya pigmen antosianin berada dalam bentuk kation flavilium atau oksonium
yang berwarna dan pengukuran absorbansi akan menunjukkan jumlah antosianin yang
semakin besar. Disamping itu keadaan yang semakin asam menyebabkan semakin
banyak dinding sel vakuola yang pecah sehingga pigmen antosianin semakin banyak
yang terekstrak [4]. Sifat pigmen antosianin umumnya bersifat asam dan lebih stabil
dalam kondisi asam. Lama ekstraksi juga berpengaruh terhadap nilai pH pigmen
antosianin. Karena semakin lama ekstraksi maka nilai pH semakin kecil ada pada
perbandingan rasio 1:6 dengan lama ekstraksi 3 hari. Penurunan terjadi akibat
bertambahnya antosianin yang terdegradasi yang menyebabkan nilai pH menurun
Fungsi pelarut untuk ekstraksi antosianin merupakan faktor yang menentukan kualitas
dari suatu ekstraksi [4]. Pelarut air dan asam sitrat cocok untuk ekstraksi pigmen
antosianin karena pigmen tersebut memang mempunyai sifat larut dalam air dan stabil
pada kondisi asam [3].

Ekstraksi pigmen antosianin dari kulit buah naga merah dilakukan dengan
menggunakan ekstraksi maserasi.
1. Terlebih dahulu kulit buah naga dipisahkan dari dagingnya, kemudian dibersihkan
lalu di potong kecil-kecil. Ekstraksi menggunakan pelarut etanol 96%, dengan
metode maserasi dengan perbandigan 1:3 selama 1 hari. Bahan-bahan yang sudah
disiapkan yaitu kulit buah naga dan etanol dicampur atau diletakkan di dalam
sebuah wadah maserasi, etanol harus bisa merendam semua kulit buah naga.
Bahan yang berada di dalam wadah direndam selama 24 jam, untuk mendapatkan
tekstur lebih halus, kemudian hasilnya disaring menggunakan penyaring kain yang
tidak begitu rapat, penyaringan dilakukan 3 kali menggunakan penyaring kain.
Penyaringan ke 4 menggunakan penyaring kertas yang lebih rapat guna
mendapatkan tingkat kejernihannya. Tahap selanjutnya hasil ekstraksi kemudian
dipekatkan menggunakanrotary vacum evaporator untuk mendapatkan hasil
ekstrak murni (Prasetyo, 2015).
2. Sebanyak 1000 g sampel kulit buah yang telah halus diekstraksi dengan teknik
maserasi basah menggunakan pelarut etanol 96% dan HCl 1% dengan
perbandingan volume 9 : 1 sebanyak 1000 mL. Maserasi dilakukan selama 24 jam
kemudian disaring dan filtratnya ditampung. Ekstraksi dilakukan sampai seluruh
antosianin pada kulit buah naga super merah terekstraksi sempurna. Filtrat
tersebut diuapkan dengan menggunakan rotary vacum evaporator sehingga
didapat ekstrak kental etanol kemudian ditimbang beratnya.

Handayani, Prima Astuti., dan Asri Rahmawati. 2012. PEMANFAATAN


KULIT BUAH NAGA (Dragon Fruit) SEBAGAI PEWARNA ALAMI MAKANAN
PENGGANTI PEWARNA SINTETIS. Jurnal Bahan Alam Terbarukan ISSN 2303-
0623 Vol. 1 No. 2 Desember 2012
Munadi Erna., Zamroni Salim. 2017. Info Komoditi Tanaman Obat. Badan
Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan Republik
Indonesia.
Ekawati dkk. 2015. APLIKASI EKSTRAK KULIT BUAH NAGA SEBAGAI
PEWARNA ALAMI PADA SUSU KEDELAI DAN SANTAN. e-J. Agrotekbis 3
(2) : 198 - 205 , April 2015 ISSN : 2338-3011
Simanjuntak, L, Sinaga, C, Fatimah (2014). Ekstraksi Pigmen Anthosianin
dari Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrzhizus). Medan : Universitas Sumatera
Utara
Fennyanto, E. (2013). Uji Kesukaan Hasil Jadi Macaron Menggunakan
Pewarna Buatan dan Pewarna Alami Kulit Buah Naga Merah. Jakarta: Universitas
Bina Nusantara.
Jiwintarum, YUNAN DAN Lale S. Nufus. Umur Simpan Ekstrak Kulit Buah
Naga (Hylocereus Polyrhizus) asal Mataram sebagai Pewarna Alam

Anda mungkin juga menyukai