Anda di halaman 1dari 5

UANG DALAM PEREKONOMIAN

Uang adalah segala sesuatu yang berfungsi sebagai alat tukar yang diterima umum.
Dalam perekonomian modern, mengabaikan peranan uang adalah suatu keniscayaan. Uang
merpakan prasarana vital, dan bahkan ada beberapa pandangan bahwa uang dianggap sebagai
darahnya perekonomian. Tidak mungkin membicarakan perkembangan ekonomi suatu daerah
atau suatu negara tanpa memasukkan besaran uang. Saat ini uang bahkan mengalami
perkembangan yang cukup pesat, baik dari sisi bentuk, fungsi, maupun peranan dalam
perekonomian. Jika tidak ada uang maka sistim pertukaran dalam perekonomian dilakukan
dengan barter. Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana peranan uang dalam
perekonomian, kita perlu membandingkan antara sistem ekonomi barter dengan sistem
ekonomi uang.
Dalam sistem perekonomian tanpa uang, penduduk berusaha memenuhi semua
kebutuhannya sendiri. Jika kebutuhan manusia untuk hidup adalah pangan, sandang, dan
papan (rumah), maka setiap individu harus memikirkan bagaimana memenuhi kebutuhannya
tersebut, yang berarti harus bisa menyediakan makan sendiri, menyediakan pakaian sendiri,
maupun menyediakan tempat tinggal sendiri. Apabila seorang individu tidak mau (tidak
mampu) menyediakan semua kebutuhannya sendiri, maka dia harus melakukan kerjasama
dengan individu lain yang dilakukan dengan tukar menukar atau barter.
Dalam sistem barter, meskipun antar individu sudah bisa saling bertukar, namun ada
beberapa kendala yang cukup signifikan. Beberapa ilustrasi berikut akan memberi gambaran
bagaimana kendala barter:
Ilustrasi I
Tuan A memproduksi padi (beras). produksinya cukup banyak sehingga dia merasa
akan hidup makmur pada musim itu. Tuan A juga membutuhkan pakaian, namun dia
tidak membikinnya karena waktu dan tenaganya habis untuk memproduksi padi.
Untuk itu dia menukarkan padinya pada Tuan B yang kebetulan menghasilkan
pakaian dan membutuhkan padi (beras). Mereka bertukar (barter), dan semua bahagia.
Ilustrasi II
Tuan C menghasilkan kayu yang bisa untuk rumah. Hasilnya cukup banyak, sehingga
dia merasa akan hidup makmur. Dia tidak menghasilkan pangan, karena dia memang
tidak bisa bertani ataupun berburu, padahal dia sangat membutuhkan pangan. Untuk
itu dia ingin menukarkan kayunya dengan beras pada Tuan A. Namun sayangnya
Tuan A tidak butuh kayu, sehingga dia tidak mau melepaskan berasnya. Setelah
negosiasi, akhirnya Tuan A mau memberikan berasnya asal berasnya ditukar dengan
kayu yang banyak. Akibatnya Tuan C tidak jadi makmur, karena hanya ditukar beras
sedikit. Tuan C tidak bahagia, Tuan A pun juga tidak bahagia karena kayunya
membuat sesak.
Ilustrasi III
Nn D, seorang wanita cantik, pandai menyanyi (bisanya hanya menyanyi). Untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya dia menghibur orang dengan nyanyiannya, dan
ditukar dengan apa yang dimiliki orang tersebut. Suatu ketika nyanyiannya sangat
disukai, sehingga dia mendapat bayaran buah-buahan yang cukup banyak. Namun
sayangnya dia tidak mampu menghabiskan buah-buah tersebut dalam waktu singkat.
Untuk itu buah-buah itu justru dijadikan makanan hewan. Nona D sebetulnya merasa
sayang sekali, karena besuk ketika dia membutuhkan buah itu, barangnya tidak ada
lagi. Nona D tidak bahagia.
Dari ilustrasi tersebut kita dapat menarik beberapa kelmahan dari barter, antara lain:
1. Sangat sulit untuk menemukan partner barter yang pas, dalam arti satu pihak
membutuhkan apa yang ditawarkan pihak lain, demikian pula sebaliknya. Dalam
ilustrasi I Tuan A secara kebetulan ketemu dengn Tuan B yang membutuhkan apa
yang ditawarkan Tuan A, dan Tuan B menawarkan apa yang dibutuhkan Tuan A.
Dalam kehidupan yang kompleks tentu sangat sulit untuk menemukan kebetulan-
kebetulan yang demikian.
2. Dalam barter sangat sulit untuk menentukan standard pertukaran (“harga”). Dari
ilustrasi II, jika seandainya Tuan C ketemu pihak lain yang sedang membutuhkan
kayunya dan mempunyai beras yang ingin ditukarkan dengan kayu, maka tentu kayu
Tuan C akan ditukar dengan beras yang lebih banyak. Dengan barter tidak ada
standard perbandingan antara kayu dengan beras.
3. Dengan barter menjadikan pertukaran tidak praktis. Dalam ilustrasi III Nn. D begitu
kesulitan mengelola penghasilannya sehingga “income” nya dibuang.
Dari sulitnya barter tersebut, maka dibutuhkan suatu media yang disepakati sebagai media
tukar atau alat tukar, yaitu uang.

Evolusi dan Perkembangan Uang


Ketika masyarakat merasa membutuhkan media pertukaran dalam transaksi, maka
kemudian mereka menyepakati sesuatu dijadikan uang. Pada awalnya suatu komoditas
tertentu disepakati sebagai uang. Bermacam-macam barang pernah menjadi uang, misalnya
anggur, minyak zaitun, kepeng logam, dan bentuk-bentuk lain.
Uang komoditas tersebut nilainya sesuai dengan nilai komoditasnya (nilai intrinsik).
Misalnya logam dengan nilai uang 10, maka artinya biaya untuk membuat uang logam (nilai
logam) tersebut adalah 10. Seiring berkembangnya waktu, uang komoditas ini juga
mengalami perkembangan. Pada abad 19 uang komoditas terbatas secara eksklusif pada
logam emas dan perak. Saat sekarang yang mendekati adalah uang koin, namun demikian
uang koin saat ini sudah tidak lagi menganut nilai intrinsik.
Selanjutnya, karena ketidakpraktisan uang logam, uang berkembang menjadi uang
kertas. Uang kertas merupakan alat tukar yang cukup praktis, mudah dibawa, dan disimpan.
Nilai uang kertas ini tidak lagi berdasarkan nilai intrinsiknya, melainkan berdasarkan jaminan
hukum. Oleh karena itu tidak sembarang orang ataupun lembaga boleh mencetak uang.
Karena berkembangnya sistem transaksi, muncul bentuk uang yang sebetulnya tidak
dicetak sebagai uang. Uang demikian disebut sebagai uang bank. Uang bank adalah alat
pembayaran yang tercipta dari proses perbankan, misalnya cek. Salah satu pemicu munculnya
uang bank adalah faktor ketidak praktisan membawa uang tunai apa bila akan melakukan
transaksi yang nilainya cukup besar. Pembayaran uang tunai memiliki risiko ketidakamanan
dari tindakan kriminal, dan risiko-risiko ketidak praktisan lain. Tentu tidak semua transaksi
bisa dibayar uang bank, sehingga uang demikian tidak se-fleksibel uang kertas. Seiring
perkembangan teknologi, uang bank ini selanjutnya berkembang yang salah satunya
berbentuk kartu plastik. Dewasa ini berkembang berbagai bentuk kartu plastik yang bisa
digunakan sebagai alat pembayaran, misalnya kartu kredit, kartu debet, ATM, dan kartu-kartu
sejenis yang lain.

Fungsi Uang
Dari apa yang sudah dibahas terdahulu, sedikit banyak sudah disinggung peranan
dan fungsi uang. Pada umumnya fungsi uang dikelompokkan menjadi 2, yaitu fungsi dasar
yang meliputi sebagai media transaksi dan sebagai penyimpan nilai, dan fungsi tambahan
yaitu sebagai satuan hitung, alat pembayaran baik saat ini maupun yang akan datang, dan
sebagai instrumen untuk spekulasi.
1. Uang sebagai media transaksi.
Fungsi ini merupakan fungsi yang amat penting dari uang. Dari ilustrasi di atas, bila ada
uang, maka masyarakat tidak lagi disibukkan untuk mencari partner barter yang pas.
Selain itu, dengan adanya uang, maka harga standard dari barang bisa ditentukan sehingga
pertukaran bisa semakin dinamis. Dengan pertukaran yang dinamis, masyarakat bisa
melakukan spesialisasinya masing-masing, sehingga produksi akan efisien, dan ekonomi
semakin berkembang.
2. Uang sebagai penyimpan nilai
Dari ilustrasi III, seandainya ada uang, maka apa yang dihasilkan Nn D tidak terbuang
percuma. Fungsi uang sebagai penyimpan nilai ini menjadikan uang sebagai salah satu
bentuk kekayaan. Dengan demikian masyarakat dapat menyimpan apa yang dihasilkan dan
mengakumulasikan dalam bentuk uang, yang selanjutnya ditukarkan dengan barang dan
jasa pada saat dibutuhkan.
3. Uang sebagai satuan hitung
Fungsi satuan hitung, menjadikan masyarakat bisa mengukur, membandingkan, ataupun
menjumlahkan barang yang wujudnya berbeda. Misalnya bila ingin menjumlahkan kursi,
beras, mobil, maka maka diperlukan stauan hitung yang sama, dan dari berbagai satuan,
hanya satuan uang yang cocok untuk semua barang. Fungsi ini sangat membantu dalam
penentuan nilai produksi, nilai PDB (produk domestik bruto), nilai anggaran, dan nilai-
nilai lain yang menyangkut besaran ekonomi.
4. Uang sebagai alat pembayaran
Dalam kegiatan perekonomian, perkembangan kebutuhan tidak saja menyangkut
kebutuhan produk fisik tetapi juga jasa. Untuk transaksi demikian uang memiliki fungsi
alat pembayaran yang baik. Sebagai alat pembayaran, uang dapat digunakan untuk
pembayaran saat ini maupun untuk pembayaran yang akan datang, misalnya transaksi
kredit.
5. Uang sebagai instrumen untuk spekulasi
Sebagai salah satu bentuk kekayaan, uang dapat digunakan sebagai instrumen untuk
berspekulasi. Dengan semakin berkembangnya pasar keuangan, maka uang dapat
diperdagangkan untuk mendapatkan penghasilan.

Komponen Jumlah Uang Beredar


Dari uaraian terdahulu, uang mengalami perkembangan bentuk, seiring dengan
perkembangan model transaksi. Oleh karena itu komponen jumlah uang beredar tidak
terbatas pada uang kertas dan uang logam, namun juga menyangkut bentuk-bentuk uang yang
lain. Komponen jumlah uang beredar meliputu:
1. Uang dalam arti sempit (narrow money)
Uang dalam arti sempit terdiri dari uang kertas dan uang logam. Uang jenis ini juga
disebut sebagai uang kartal, yaitu uang yang diciptakan oleh bank sentral. Uang kartal
disebut pula sebagai uang inti. Uang inti ini sering diberi simbul Mo
2. Uang dalam arti luas (broad money)
Uang dalam arti luas, merupakan uang yang muncul karena adanya proses perbankan.
Uang ini meliputi giro (demand deposit), tabungan, deposito (time deposit), dan alat
pembayaran lain yang mendekati uang (quasi money), sperti kartu kredit. Broad money
juga dikenal dengan uang giral. Sebagai media transaksi broad money tidak bisa
digunakan sebagai alat pembayaran untuk semua jenis transaksi. Misalnya belanja di
warung kecil, tentu tidak bisa menggunakan kartu kredit (broad money) dipakai sebagai
alat pembayaran.
Dari berbagai komponen tersebut, maka jumlah uang beredar terdiri dari
Mo = uang inti
M1 = Mo + giro
M2 = M1 + tabungan dan deposito
M = M2 + uang kuasi
M merupakan jumlah uang beredar.
Contoh, andaikan suatu negara memiliki uang inti sebesar 10 trilyun, sementara itu dari
perbankan tercatat ada giro 2 trilyun, tabungan dan deposito 12 trilyun, dan dari perusahaan
kartu kredit tercatat nilai kredit yang tercipta adalah 5 trilyun. Dari contoh tersebut, maka
jumlah uang beredar
Mo = 10 trilyun
M1 = 12 trilyun
M2 = 24 trilyun
M = jumlah uang beredar = 29 trilyun

Anda mungkin juga menyukai