Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan inklusif merupakan salah satu kebijakan nasional dalam rangka penuntasan
wajib belajar pendidikan dasar. Pendidikan inklusif diselenggarakan di jalur formal, nonformal,
dan informal. Pendidikan inklusif dimaksudkan sebagai sistem layanan pendidikan yang
mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak sebayanya di sekolah
reguler yang terdekat dengan memperhatikan keragaman dan kebutuhan individualnya.
Peserta didik yang karena internalnya mengalami kelainan yang membutuhkan layanan
pendidikan khusus misalnya pada anak tunanetra. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan
kendala bagi semua anak tunanetra dalam memperoleh layanan pendidikan yang bermutu
melalui peningkatan akses dan dukungan sistem yang memadai.
Sekolah inklusif memliki aturan yang berbeda dengan sekolah biasa karena siswanya juga
berbeda dengan sekolah biasa. Sekolah inklusif adalah sekolah yang mengikuti siswanya sesuai
dengan kebutuhan yang diperlikan siswanya agar diberikan secara optimal. Sistem yang ada pada
sekolah inklusif pada hakekatnya berbeda namun bisa saja menyesuaikan dengan sekolah biasa
bergantung pada kebutuhan yang diperlukan siswanya.
Pelaporan mengenai ahsil belajar siswanya juga bisa dilihat dengan hasil yang telah dicapai
siswa dengan berupa laporan hasil belajar dan penghargaanyang diberikan bila seseorang siswa
telah mencapai hasil belajar yang bagus maka bisa diberikan sertifikasi berupa seperti sertifikat
bahwa siswa tersebut telah mencapai proses belajar yang baik. Namun jika siswa belum
mencapai hasil belajar yang diinginkan diharapkan siswa tersebut terus mengikuti proses
pembelajaran sampai pada hasil yang diinginkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pelaporan?
2.Bagaimana pelaporan hasil belajar siswa disekolah inklusif?
3.Apa yang dimaksud penghargaan?
4.Bagaimana penghargaan yang diberikan bagi siswa disekolah inklusif?
5.Apa yang dimaksud sanksi?
6. Bagaimana sanksi yang diberikan pada siswa disekolah inklusif?
7.Bagaimana peran orang tua dalam hal pelaporan, penghargaan, dan sanksi?

C.      Tujuan Penulisan
1.Mengetahui yang dimaksud pelaporan.
2Mengetahui pelaporan hasil belajar siswa disekolah inklusif.
3.Mengetahui yang dimaksud penghargaan.
4.Mengetahui penghargaan yang diberikan bagi siswa disekolah inklusif.
5.Mengetahui yang dimaksud sanksi.
6.Mengetahui sanksi yang diberikan pada siswa disekolah inklusif.
7.Mengetahui peran orang tua dalam hal pelaporan, penghargaan, dan sanksi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pelaporan
Laporan adalah suatu bentuk keterangan, pemberitahuan ataupun pertanggungjawaban baik
secara lisan maupun secara tertulis dari bawahan kepada atasan sesuai dengan hubungan
wewenang (authority) dan tanggung jawab (responsibility) yang ada antara mereka. Salah satu
cara pelaksanaan komunikasi dari pihak yang satu kepada pihak yang lainnya. Laporan
merupakan salah satu alat untuk menyampaikan informasi baik formal maupun nonformal.
Penyampaian informasi dari petugas/ pejabat tertentu kepada petugas / pejabat tertentu dalam
suatu system administrasi.
Suatu laporan harus disampaikan secara benar dan tanggung jawab sesuai dengan kenyataan
yang ada dilapangan. Laporan merupakan suatu bentuk hasil yang telah dilakukan sesorang
untuk keperluan administrasi. Hasil dari suatu laporan tersebut dijadikan acuan untuk kegiatan
selanjutnya yang akan dilakukan.

B. Pelaporan Hasil Belajar Siswa Di Sekolah Inklusif


Laporan hasil belajar siswa disekolah inklusif pada dasarnya sama dengan siswa reguler lainnya
karena siswa yang ABK tersebut pada dasarnya sama-sama bersekolah dengan siswa normal,
namun pada siswa yang ABK adanya penanganan khusus oleh gurunya di luar kelas sesuai
dengan kebutuhanya. Kemudian, pada sekolah inklusif diusahakan terdapat sarana dan prasarana
yang mendukung proses belajar mengajar. Staub dan Peck (1995) mengatakan bahwa
pendidikan inklusif adalah penempatan anak berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat. Hal
ini menunjukkan bahwa kelas reguler merupakan tempat belajar yang relevan bagi anak
berkelainan, apapun jenis kelainannya dan bagaimanapun gradasinya.
Mengembangkan sekolah inklusif yang dapat melayani sejumlah siswa di daerah perkotaan
maupun pedesaan menuntut adanya penetapan kebijakan yang jelas dan tegas mengenai inklusi
disertai penyediaan dana yang memadai, upaya penerangan masyarakat yang efektif untuk
memerangi purbasangka dan menciptakan pemahaman serta sikap positif, program orientasi dan
pelatihan staf yang ekstensif dan penyediaan berbagai layanan pendukung yang diperlukan.
Perubahan dalam semua aspek persekolahan berikut ini, maupun dalam banyak aspek lainnya,
diperlukan untuk mewujudkan keberhasilan sekolah inklusif. Kurikulum, bangunan, organisasi
sekolah, pedagogi, asesmen, personalia, etos sekolah, dan kegiatan ekstrakulikuler.
Penyiapan semua personalia kependidikan secara tepat merupakan faktor kunci dalam
mempercepat kemajuan ke arah terselenggaranya sekolah-sekolah inklusif. Lebih jauh,
penerimaan guru-guru yang menyandang kecacatan yang dapat berfungsi sebagai model peran
(role-models) bagi anak-anak penyandang cacat semakin diakui pentingnya.
C. Pengertian Penghargaan
Penghargaan adalah sebuah bentuk apresiasi kepada suatu prestasi tertentu yang diberikan, baik
oleh dan dari perorangan ataupun suatu lembaga yang biasanya penghargaan ini dapat berupa
simbul, seperti sertifikat, piagam, dan dapat pula dalam bentuk lain, seperti promosi, dana
pembinaan, pelatihan, maupun dalam bentuk lain yang relevan. Dalam organisasi ada istilah
insentif, yang merupakan suatu penghargaan dalam bentuk material atau non material yang
diberikan oleh pihak pimpinan organisasi perusahaan kepada karyawan agar mereka bekerja
dengan menjadikan modal motivasi yang tinggi dan berprestasi dalam mencapai tujuan-tujuan
perusahaan atau organisasi. Dengan adanya penghargaan ini dimaksudkan untuk menjaga dan
meningkatkan mutu layanan pendidikan.
Adapun fungsi penting dari penghargaan yang berperan besar bagi pembentukan tingkah laku
yang diharapkan untuk :
1.  Memperkuat motivasi untuk memacu diri agar mencapai prestasi
2.  Memberikan tanda bagi seseorang yang memiliki kemampuan lebih
3.  Bersifat Universal

D. Penghargaan Bagi Siswa Di Sekolah Inklusif


Pemberian reward ini sangat diperlukan oleh semua anak untuk mengembangkan harga dirinya
(selfesteem) dan identitasnya. Khususnya buat anak-anak yang lambat belajarnya, dengan
memperoleh reward pada setiap langkah selama menyelesaikan pekerjaan dan proses belajarnya,
maka membuat mereka menjadi lebih percaya diri dalam mengerjakan tugas atau pekerjaannnya.
Dengan kata lain, anak harus dihargai apa adanya. Mereka harus merasa aman, bisa
mengekspresikan pendapatnya dan sukses dalam belajarnya. Atmosfir belajar seperti ini akan
membantu anak menikmati belajar dan guru bisa memperkuat rasa senang ini melalui penciptaan
kelas yang lebih menyenangkan. Di kelas seperti itu, harga diri anak ditingkatkan melalui reward
(penghargaan/pujian); di dalam kelompok ini anak yang kooperatif dan ramah didukung;
sehingga anak merasa sukses serta senang belajar sesuatu yang baru. Begitu juga bantuan dan
bimbingan pada anak yang cerdas pun, tetap perlu diberikan walaupun tidak sebanyak dan
seintensif yang diberikan pada anak-anak lain yang lebih lambat belajarnya.
Pada anak-anak lambat belajarnya membutuhkan bimbingan pada setiap tahapan belajarnya.
Namun pada dasarnya pemberian penghargaan antara siswa yang ABK sama hal nya dengan
siswa reguler lainnya. Maka, tidak salah bila pujian yang merupakan penghargaan menjadi salah
satu bentuk alat pendidikan yang mampu memberikan motivasi belajar bagi siswa. Manakala
seorang siswa mendapatkan penghargaan karena dia berprestasi, tentu semangat belajarnya pun
akan meningkat, karena keinginan untuk mempertahankan dan menaikkan prestasi belajarnya.
Motivasi belajar siswa akan meningkat ketika prestasi dan kerja keras untuk mencapai
kesuksesan belajar itu diiringi penghargaan dan apresiasi yang baik.
E. Pengertian Sanksi
Hukuman atau sanksi adalah perlakuan tertentu yang sifatnya tidak mengenakkan atau
menimbulkan penderitaan, yang diberikan kepada pihak pelaku perilaku menyimpang. Hukuman
semestinya diberikan sebanding dengan kualitas penyimpangan yang dilakukan. Pemberian
hukuman tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Biasanya pemberian hukuman dilakukan
oleh pihak-pihak yang berwenang. Siapakah yang dimaksud sebagai pihak yang berwenang,
sangat tergantung pada konteks persoalannya. Misalnya, dalam konteks kehidupan di kantor,
maka pihak berwenang adalah atasan. Dalam konteks kehidupan sosial pihak yang berwenang
memberikan hukuman misalnya polisi atau pengadilan.
Demikian pula, pemberian hukuman tidak boleh dilakukan sembarangan atau sesuka hati. Pada
prinsipnya hukuman harus diberikan setimpal dengan kualitas kesalahan. Lembaga peradilan
biasanya telah mengatur mekanisme pemberian hukuman. Fungsi dari hukuman, setidaknya ada
dua, yaitu:
1.    Menyadarkan pelaku perilaku meyimpang sehingga tidak melakukan perilaku menyimpang
lagi.
2.    Memberikan contoh kepada pihak yang tidak melakukan perilaku menyimpang, bahwa bila
mereka melakukan perilaku menyimpang akan mendapatkan hukuman.

F. Sanksi Bagi Siswa Di Sekolah Inklusif


Siswa ABK yang sekolah disekolah reguler biasa dan sekolah tersebut dinamakan sekolah
inklusif yang setiap siswanya pasti pernah mengalami masa-masa nakal anak kecil. Nakalnya
anak kecil dikatakan wajar karena biasnya anak kecil itu tidak mau diam atau cenderung
hiperaktif. Anak-anak ABK juga tidak menutup kemungkinan nakal seperti nakalnya anak
normal lainnya. Untuk kita sebagai calon guru hendaknya bisa menangani kenakalan murid kita
nanti dan cara bagaimana mengatasi anak tersebut kita harus tahu. Mngkin untuk nak yang
normal menghadapi kenkalannya sudah biasa dan bisa diatasi namun untuk anak ABK ada
kesulitan tersendidri jika kita tidak tahu karakteristik anak ABK.
Dibeberapa sekolah yang sudah melaukan program sekolah inklusif mungkin sudah mengetahui
cara menghadapi siswanya yang nakal. Cara mengatasi anak ABK yang nakal harus dilihat dari
bentuk kenakalan yang  ia lakukan jika masih dalam rentan normal namun jika sudahmelebihi
batas kenormalan bisa berkonsultasi dengan guru lainnya, laku ke kepala sekolah, dan ke orang
tuanya. Salah satu contoh di SDN Sukamanah 4 anak ABK yang nakal diperlakukan wajar
seperti anak reguler lainnya yang nakal namun ada saat khusus anak ABK yang memerlukan
penanganan khusus agar tidak nakal contohnya.

G. Peran Orang Tua Dalam Hal Pelaporan, Penghargaan, dan Sanksi


Dari hasil pelaporan anaknya disekolah itu merupakan interaksi orang tua dengan pihak sekolah.
Hasil belajar siswa biasanya dalam bentuk raport dari hasil inilah orang tua mengetahui
perkembangan anaknya disekolah apakah mengalami kemajuan. Orang tua hendaknya sering
bertanya kepada guru anaknya disekoalh bagaimana perkembangan anaknya disekolah sehingga
kerjasama yang baik dan perkembangan anak juga akan semakin pesat.
Selain dalam hal perkembnagan hasil belajarnya orang tua pun harus mengetahui apakah
anaknya termasuk anak yang aktif atau tidak dan tentunya anak yang aktif akan diberikan
penghargaan dari pihak sekolah hal itupun orang tua harus tahu. Orang tua pasti bangga jika
anaknya termasuk anak yang aktif dan berprestasi. Jika anak sudah berprestasi hendaknya orang
tua saat anaknya dirumah tetap diberikan pembelajaran atau mengulang pembelajaran ketika
disekolah agar anak tidak mudah lupa.
Orang tua harus tahu dan sadar anaknya pasti mengalami masa-masa kenakalan, hendaknya
orang tua menasehati anaknya agar tidak melanggar norma yang ada di sekolah. Namun pihak
sekolah jika ada siswanya yang mengalami kenakalan hendaknya jangan dahulu
mengikutsertakan orang tuanya namun harus bisa diatasi dahulu oleh pihak sekolahnya, setelah
pihak sekolah tidak bisa mengatasinya barulah mengikut sertakan orang tuanya.
Dalam segala hal orang tua dan guru harus bekerja sama dalam mendidik siswa agar siswa dapat
di didik sesuai dengan yang diharapkan dan pendidikan akan berjalan dengan optimal.
BAB III
PENUTUP

A.      Simpulan
Hasil laporan belajar siswa disekolah inklusif pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan sekolah
reguler lainya, namun dalam kenyataannya perkembangan siswanya tidak sama seperti anak
reguler biasanya. Yang membedakan dengan anak regulernya biasanya dalam hal pemberian
penangannya saja. Hasil laporan belajar yang didalamya ada perkembangan siswa dimulai dari
penghargaan karena anak tersebut sanagt pintar dan adanya sanksi jika anak tersebut melakukan
kesalahan.
Dalam penangannya saja yang berbeda dengan anak lainnya yang normal. Anak ABK cenderung
membutuhkan penanganan khusus. Kerjasama orang tua, guru, dan semua pihak sekolah sangat
penting dalam proses pembelajaran anak baik bagi anak normal maupun anak ABK.
DAFTAR PUSTAKA
Choiri, Abdul Salim. dkk. 2009. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus secara Inklusif.
Alimin, Z(2004) Reorientasi Pemahaman Konsep Pendidikan Khusus Ke Pendidikan Kebutuhan
Khusus dan Implikasinya terhadap Layanan Pendidikan. Jurnal Asesmen dan Intervensi Anak
Berkebutuhan Khusus. Vol.3 No 1
Doctoroff, S. (2001). Adapting The Physical Environment to Meet The Needs of All Young
Children for Play. Early Childhood Education Journal, 29 (2) : 105-109
Flynn, L.L. Kieff. J. (2002). Including Everyone in Outdoor Play. Young Children 57 (3) : 20-26

Anda mungkin juga menyukai