Anda di halaman 1dari 6

Nama : Dwi Amalia Rosyidah

NIM : 170302102
Kelas : Akuntansi B Sore

SOAL !
1. Lihat PPT pahami maknanya dr buku referensi terkait 2. Berikan penjelasan
masing2, misalnya EPS = apa /apa Selamat mengerjakan
JAWAB
1. Ratio Investor
a. EPS (Earning per Share atau Laba per Saham) : Laba per saham adalah ukuran
profitabilitas yang sangat berguna dan apabila dibandingkan dengan Laba per Saham
pada perusahaan sejenisnya, Laba per Saham ini akan memberikan suatu gambaran
yang sangat jelas tentang  kekuatan profitabilitas antara perusahaan yang
bersangkutan dengan perusahaan pembandingnya. Perlu diketahui bahwa perusahaan
pembandingnya harus merupakan perusahaan yang bergerak di jenis industri yang
sama. Earning per Share atau EPS ini apabila dihitung selama beberapa tahun, maka
akan menunjukan apakah profitabilitas perusahaan tersebut semakin membaik atau
malah semakin memburuk. Investor biasanya akan menginvestasikan dananya pada
perusahaan yang Laba per Sahamnya yang terus meningkat.
EPS (Earning per Share atau Lembar per Saham) dihitung dengan membagi laba
bersih setelah pajak dan dividen yang dibagikan dengan jumlah saham yang beredar.
Earning per Share ini dapat dinyatakan dengan rumus EPS dibawah ini :

Laba per Saham (EPS) =  (Laba Bersih setelah Pajak  – Dividen)  / Jumlah
Saham yang Beredar

Jika terjadi perubahan struktur modal (contohnya perubahan jumlah saham) selama
perioda pelaporan, maka saham yang beredar harus dihitung berdasarkan rata-rata
tertimbang saham (weighted average share) yang beredar selama tahun berjalan.
b. PER (Price to Earnings Ratio) : rasio yang paling penting dan sederhana untuk
melakukan valuasi awal, apakah harga saham sudah termasuk mahal atau murah. Di
sini akan ditunjukkan juga, bagaimana dengan memilih saham-saham yang PER saat
ini di bawah PER rata-rata akan menghasilkan return (kenaikan harga saham) di atas
kinerja market (index).
Untuk mengetahui berapa PER nya, maka dapat dihitung dengan cara membagi “nilai
pasar per saham” dengan “Laba per saham (EPS)”.
Data dari Nilai pasar per saham dapat ditentukan dengan menggunakan bursa saham,
sedangkan laba per saham dapat dihitung dengan cara membagi Net Laba dengan
jumlah saham yang beredar di pasaran.
Sehingga, dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa rumus PER, yaitu :
Price to Earnings Ratio (PER) = Harga Saham / Laba per Saham
Dengan menghitung PER atau Price Earning Ratio, maka kita dapat mengetahui
berapa harga pasar yang harus dibayar untuk pendapatan atau laba perusahaan.
c. Dividend Payout : rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur persentase laba
bersih yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen untuk periode
waktu tertentu (biasanya dalam 1 tahun). Dengan kata lain, Rasio ini menunjukan
seberapa tinggi porsi keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham (investor)
dan porsi keuntungan yang digunakan untuk mendanai kelangsungan operasional
perusahaan. Rasio ini sangat penting bagi Investor. Investor yang tertarik dengan laba
jangka pendek akan lebih memilih berinvestasi di perusahaan yang Dividend Payout
Ratio-nya tinggi sedangkan bagi Investor yang memilih untuk memiliki pertumbuhan
modal akan lebih tertarik untuk berinvestasi di perusahaan yang Dividend Payout
Ratio yang rendah
d. Dividend Yield : rasio keuangan yang membandingkan jumlah dividen tunai yang
dibagikan kepada pemegang saham dengan harga saham. Dividen Yield dinyatakan
dengan persentase (%) dan merupakan daya tarik investasi terhadap saham pada suatu
perusahaan . Dividend Yield digunakan oleh investor untuk menunjukan bagaimana
investasi mereka menghasilkan arus kas dalam bentuk dividen atau kenaikan nilai aset
oleh apresiasi saham. Rasio ini menunjukkan berapa banyak penghasilan yang dapat
dihasilkan oleh setiap Rupiah yang diinvestasikan ke dalam saham suatu perusahaan.
Pada umumnya, investor akan menggunakan rasio Dividend Yield ini terlebih dahulu
sebelum membuat keputusan investasinya. Dividend Yield atau Hasil Investasi ini
dapat dianggap sebagai ROI (Return of Investment) bagi pendapatan investor yang
tidak tertarik pada Capital Gain suatu saham. Rasio ini sangat penting bagi investor
yang mengutamakan investasi jangka panjang dan Return (Pengembalian) yang
konsisten setiap tahunny.
Divident Yield dihitung dengan cara membagian Dividen per Saham Tahunan
(Dividend per Share) dengan Nilai Pasar per lembar Saham (Market Value per Share)
saat itu. Berikut ini adalah Rumus Dividend Yield
Dividend Yield = (Dividend per Share / Market Value per Share) x 100
e. Percentase of Earning Retairned :
Laba yang tidak dibagi, merupakan sebagian atau keseluruhan laba yang diperoleh
perusahaan yang tidak dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham dalam
bentuk dividen.

Jumlah laba yang tidak dibagi ini dapat digunakan oleh perusahaan untuk tambahan
modal atau untuk memperbesar modal perusahaan. Keputusan untuk membagi atau
tidak atas Laba Ditahan kepada pemegang saham akan ditentukan dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). Laba Ditahan (Retained Earnings) dalam penyajian
laporan Neraca ada pada posisi Pasiva. Laba Ditahan (Retained Earnings) merupakan
kumpulan laba tahun berjalan dari sejak tahun pertama perusahaan berdiri sampai
dengan sekarang setelah dikurangi dengan dividen yang dibagi.

f. Book Value Per Share : Suatu angka atau data statistik yang biasanya dipublikasikan
pada laporan tahuan adalah book value per share. Rasio ini menunjukkan jumlah
stockholders’equity (modal sendiri) yang berkaitan dengan setiap lembar saham yang
beredar.

2. Ratio Likuiditas
1) Short Run Solvency
a. Ratio Lancar : merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh
tempo dengan aktiva lancar yang tersedia. Semakin besar perbandingan aktiva
lancar dengan utang lancar, semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi
kewajiban jangka pendeknya. Apabila rasio lancar 1:1 atau 100% berarti
bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua utang lancar. Jadi dikatakan sehat
jika rasionya berada di atas 1 atau diatas 100%. Artinya aktiva lancar harus
jauh di atas jumlah utang lancar
b. Ratio Cepat : erupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban atau utang lancar dengan aktiva lancar tanpa
memperhitungkan nilai persediaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva
lancar yang paling likuid mampu menutupi utang lancar. Semakin besar rasio
ini semakin baik. Angka rasio ini tidak harus 100% atau 1:1. Walaupun
rasionya tidak mencapai 100% tapi mendekati 100% juga sudah dikatakan
sehat
c. Ratio Likwiditas Aliran Kas : membandingkan antara kas dan aktiva lancar
yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Kas yang dimaksud
adalah uang perusahaan yang disimpan di kantor dan di bank dalam bentuk
rekening koran. Sedangkan harta setara kas (near cash) adalah harta lancar
yang dengan mudah dan cepat dapat diuangkan kembali, dapat dipengaruhi
oleh kondisi ekonomi negara yang menjadi domisili perusahaan bersangkutan.
Rasio ini menunjukkan porsi jumlah kas + setara kas dibandingkan dengan
total aktiva lancar. Semakin besar rasionya semakin baik. Sama seperti Quick
Ratio, tidak harus mencapai 100%

2) Likuiditas Aktiva Lancar


a. Periode Pengumpulan Piutang Rata – Rata
Bahwa semakin lama piutang usaha belum dilunasi melampaui tanggal jatuh
temponya, maka makin kecil kemungkinan piutang itu dapat tertagih
(Subramarnyam dan Wild, 2010). Sedangkan ukuran likuiditas, mengacu pada
kecepatan konversi piutang menjadi kas. Untuk mengukur kecepatan konversi
ini digunakan tingkat perputaran piutang (Subramarnyam dan Wild, 2010).

Periode pengumpulan piutang rata-rata adalah waktu yang dibutuhkan oleh


perusahaan untuk menagih piutang-piutangnya. Jadi rasio ini berkaitan dengan
bagaimana kemampuan sebuah perusahaan untuk menagih piutang-
piutangnya. Pengukuran menggunakan analisis rasio periode rata-rata
pengumpulan piutang menggunakan rumus yaitu (Raheman and Nasr, 2007):

                       Average Collection Period =                               x 365 days


Rumus ini lah yang akan digunakan dalam penelitian untuk mengukur periode

ratarata pengumpulan piutang (Average Payment Period)

b. Perputaran Persediaan : Rasio ini menunjukan likuiditas perusahaan dalam


pengelolaan persediaannya, Di mana, semakin tinggi perputarannya, maka
semakin baik perputaran persediaannya. Hal tersebut artinya perusahaan
menjual dan mengelola persediaan dengan cepat dan baik. Namun, jika angka
yang didapatkan lebih rendah, maka efektivitas pengendalian persediaan
perusahaan kurang baik.

Rasio perputaran persediaan = Penjualan / Rata-rata persediaan

c. Penilaian Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover Ratio)

Rasio perputaran yang tinggi menandakan perusahaan tersebut tidak


mengeluarkan biaya yang banyak untuk membeli barang dagangannya dan
dapat mengoptimalkan pengeluarannya. Bagia para investor, rasio ini dapat
digunakan untuk melihat sekaligus mengukur likuidasi sebuah perusahaan
yang bersangkutan. Karena persediaan merupakan salah satu aset atau aktiva
terutama untuk perusahaan retail. Pengukuran rasio ini juga menunjukkan
seberapa mudah persediaan dapat dijual sehingga dapat dikonversi menjadi
uang tunai.

Rumus Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover Ratio)

Dalam Rasio Perputaran ini ada rumus yang perlu dipahami yaitu dengan
membagi Harga Pokok Penjualan (HPP) untuk suatu periode dengan rata-rata
persediaan untuk periode tersebut. Karenanya sebelum melakukan
perhitungan, pastikan dahulu mengetahui rumus perhitungannya

Rasio Perputaran Persediaan = Penjualan / Rata-rata Persediaan

Pada umumnya penggunaan rata-rata persediaan dari rumus ini adalah sebagai
pengganti persediaan akhir yang sangat berfluktuasi pada sepanjang tahunnya.
Seperti contoh, perusahaan mungkin akan membeli barang dagangan dalam
jumlah yang cukup banyak di awal tahun, lalu akan menjualnya di bulan bulan
selanjutnya sehingga persediaan di akhir tahun akan menjadi sedikit. Kondisi
tersebut tidak akurat dalam mencerminkan persediaan aktual sepanjang tahun.
Karenanya, dibutuhkan perhitungan rata-rata persediaan. Average Inventory
dihitung dengan cara menambahkan persediaan awal dan persediaan akhir, lalu
dibagi dua.

Rata-rata Persediaan =  (Persediaan Awal + Persediaan Akhir) / 2

Rumus Rasio ini juga dapat ditulis seperti berikut ini :

Rasio Perputaran Persediaan = Penjualan / ((Persediaan Awal +


Persediaan Akhir) / 2)

Anda mungkin juga menyukai