Anda di halaman 1dari 5

PAPER WACANA CORONA

(DALAM BINGKAI PRAGMATIK)

Disusun Oleh :

Julianto Pratama

F041181513

SASTRA INGGRIS

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2020
Covid-19 Si Perenggut Kebahagiaan

Ramadhan yang tidak terasa telah berada di penghujung.

Aku tidak pernah terpikir jika ramadhan kali ini akan menjadi ramadhan yang ‘tak terasa seperti
ramadhan’.

Tak pernah terpikir sedikitpun akan terjadi situasi seperti ini.

Sebagian banyak orang merenggut nyawa secara terpaksa karena virus yang seperti hewan buas
ini, membabi-buta tanpa memandang siapapun itu.

Semarak ramadhan yang biasanya sangat kental dengan keramaian di rumah Allah kini menjadi
sepi karena pendemi Covid-19 ini.

******

Rasanya baru beberapa hari lalu ramadhan datang bertamu. Namun saat terbangun di pagi hari
ini, aku tersadar jikalau sebentar lagi hari kemenangan akan datang, yang berarti sebentar lagi
ramadhan akan kembali ke tempat persembunyian-nya.

Mungkin karena aktivitasku yang berkurang drastis dari biasanya sehingga aku tidak bisa
merasakan semarak ramadhan yang hangat seperti dulu. Entah mengapa bayangan tentang
pandemi Covid-19 yang tak ada ujung-nya ini terus menghantui. Seluruh negara di dunia dibuat
lumpuh dengan kehadiran virus yang mematikan ini.

Banyak yang ingin ku utarakan tentang ramadhan yang terasa ‘jauh’ ini, namun aku tidak bisa
menemukan kata-katanya. Rasanya seperti gagap bicara karena terlewat sedih dengan ramadhan
yang sebentar lagi akan pulang.

Semarak taraweh yang biasanya sangat menyenangkan karena bisa berkumpul dengan orang-
orang yang kita kenal, kini direnggut oleh virus yang mematikan ini. Semua orang takut untuk
keluar dari rumah karena dihantui oleh virus yang kapan saja dan darimana saja bisa tiba-tiba
menjangkiti.
Tak hanya semarak ramadhan yang direnggut oleh virus ini, namun semarak hari kemenangan
bagi seluruh umat islam di dunia juga ikut direnggut. Suasana yang biasanya kental dengan
silaturahmi antar keluarga besar atau masyarakat sekitar dengan mengunjungi rumah-rumah kini
harus ditiadakan. Walaupun bisa diakali dengan menggunakan jejaring sosial, namun perasaan
ketika bertemu langsung dengan menggunakan perantara media sosial sangat berbeda.

Dengan kondisi seperti sekarang ini(Covid-19). Banyak sekali hal yang ku takuti. Terlebih telah
dimunculkan wacana gaya hidup baru yang disebut sebagai ‘New Normal’.

Apakah baik jika aku menyerah saja dari hidup normal yang biasanya dan sepenuhnya berdamai
dengan virus yang mematikan ini?

Apa tak apa kalau ku lepas pikiran dari tubuhku, membiarkannya berkelana bebas untuk
menemukan jawabannya sendiri. Itu tidak mungkin terjadi. Tubuhku tidak didesain untuk itu.
Aktivitas fisikku sangat kurang, namun pikiranku agresif dan tidak pernah bisa diam. Aku selalu
terpikir bagaimana jadinya jika pandemi Covid-19 ini tidak akan pernah berakhir. Semua pikiran
seperti itu selalu terpikir dan berkumpul menjadi kekhawatiran ketika membandingkan situasi
sekarang ini dengan hidup ku sebelum adanya pandemi ini.

Untuk sekarang ini aku membekap ingatan-ingatan & kekhawatiran berlebihan itu dengan rantai
terkuat yang bisa ku ciptakan, lalu memenjarakannya di ujung pikiran terdalam yang asing,
menguncinya berlapis-lapis, dan membuang kuncinya dalam waktu.

Aku terlalu khawatir tentang situasi pandemi Covid-19 sekarang ini sehingga aku lupa bahwa
satu-satunya yang bisa mengakhiri semua ini yaitu kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Oleh
karena itu kita semua harus memanjatkan doa dan pertolongan agar semua ini segera berakhir.

Aku lupa bahwa esensi sejati ku awalnya tercipta dari rasa khawatir dan berpikir negatif terlalu
berlebihan.

Aku lupa bahwa aku masih punya hubungan yang lebih dekat lebih dari hubungan darah dengan
Tuhan Yang Maha Esa.

Aku tidak tahu bahwa ada beberapa hal yang tak bisa tersembuhkan oleh waktu. Namun untuk
sekarang kita berusaha saling membantu untuk saling meringankan beban dan luka masing-
masing.
Aku tahu kita semua harus menghadapinya dengan kaki yang senantiasa berdiri tegak.

Akan ada datang suatu momen dimana kita pasti akan mengalahkannya, benar-benar
menghapusnya dari bumi yang indah ini.

Untuk sekarang ini kita lakukan saja apa yang kita bisa semaksimal mungkin dan saling
merangkul untuk meringankan beban masing-masing. Karena akan datang suatu waktu dimana
kebahagiaan yang sekarang direnggut oleh Covid-19 ini akan kembali dan menorehkan senyum
kebahagian di wajah kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

https://nusantara.rmol.id/read/2020/05/21/435881/New-Normal-Bukan-Sekadar-Wacana,-Pelindo-III-
Akan-Menerapkannya-Usai-Lebaran-

https://www.liputan6.com/bola/read/4218452/5-alasan-virus-corona-covid-19-berbahaya-tetap-
waspada

https://katadata.co.id/analisisdata/2020/03/16/ekonomi-dunia-menanggung-beban-covid-19

Anda mungkin juga menyukai