Anda di halaman 1dari 24

PERTEMUAN XIII

APLIKASI MANAJEMEN RISIKO PADA PERUSAHAAN

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Ida Bagus Anom Purbawangsa, S.E., M.M

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 13


Kelas E2M/ Ruang EIII2

Melati Dewi Ramadhani 1707522098 / 28


Ni Desak Putu Detik Arima Dewi 1707522099 / 29
Ni Made Ayu Sutariningsih 1707522130 / 30

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN REGULER DENPASAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA 2020
POKOK BAHASAN

14.1 Kasus : Ilustrasi manajemen risiko pada perusahaan


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Judul Artikel

Judul artikel dari paper ini adalah Manajemen Risiko


Operasional Dan Pemeliharaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Regional Bangli Di Kabupaten Bangli

1.2 Nomor, Volume dan Tahun Penerbitan


Nomor dari artikel tersebut adalah 02, dengan volume 1,dan
tahun penerbitannya pada tahun 2013

1.3 Nama Jurnal


Jurnal dari artikel tersebut adalah “Jurnal Spektran”

1.4 Penulis
Penulis dari artikel tersebut adalah I W. Wedana Yasa, I G.B.
Sila Dharma, dan I Gst. Ketut Sudipta.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tujuan Artikel

2.1.1 Untuk mengidentifikasi berbagai risiko dalam tahap operasional


dan pemeliharaan tempat pembuangan akhir (TPA) regional
Bangli.
2.1.2 Untuk mengetahui risiko apa saja yang termasuk kategori
dominan (major risk) berdasarkan hasil identifikasi dan
penilaian (assessment) pada tahap operasional dan
pemeliharaan TPA regional Bangli.
2.1.3 Untuk menentukan mitigasi risiko untuk meminimalkan berbagai
dampak negatif yang mungkin terjadi.
2.1.4 Untuk menentukan kepemilikan risiko, untuk program
penanggulangan risiko (Risk mitigation).

2.2 Deskripsi Inti dari Artikel/Jurnal


Untuk memperoleh keuntungan maksimum dan berkelanjutan,
perlu melakukan kegiatan operasional dan pemeliharaan (OP) TPA.
Diperlukan untuk mempertahankan TPA Regional Bangli sehingga
akan memberikan keuntungan maksimal dan berkelanjutan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai risiko utama yang dapat
mengganggu operasi dan pemeliharaan TPA sehingga mitigasi dapat
dilakukan dan untuk menentukan kepemilikan risiko. Data yang
dikumpulkan dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif
melalui tahapan-tahapan berikut: risiko diidentifikasi, risiko dievaluasi,
risiko diatasi, dan kepemilikan risiko dapat diidentifikasi.
Risiko yang diidentifikasi berjumlah 72 yang terdiri dari: 9
(12,5%) risiko yang berada di bawah kategori tidak dapat diterima, 16
(22,22%) risiko yang berada di bawah kategori yang dapat diterima,
dan 1 (1,39%) risiko yang berada di bawah kategori dapat diabaikan.
Risiko utama berjumlah 55 risiko (76,39%), termasuk hambatan untuk
mendirikan lembaga yang sepenuhnya bertanggung jawab untuk
operasi dan pemeliharaan TPA Daerah Bangli, terbatasnya jumlah
dana yang dialokasikan oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi,
dan pemerintah kabupaten yang diintegrasikan ke dalam TPA
Regional, hambatan untuk menciptakan afiliasi antara pemerintah dan
lembaga swasta, dan risiko lainnya. Mitigasi risiko dilakukan dengan
menghindari risiko, mengurangi risiko, dan mentransfer risiko mulai
dari aspek kelembagaan, regulasi dan keuangan, dan masalah teknis
dan non teknis. Sebagian besar kepemilikan risiko adalah tanggung
jawab manajemen TPA Regional Bangli.

2.3 Teori yang digunakan dalamartikel/jurnal

2.3.1 Pengertian Risiko


Menurut Darmawi (2006), risiko dihubungkan dengan
kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak
diinginkan atau tidak terduga. Hal ini didukung pendapat
Djojosoedarso (1999), bahwa risiko mempunyai karakteristik :
a. merupakan ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa,
b. Merupakan ketidakpastian yang bila terjadi akan
menimbulkan kerugian.
Berdasarkan definisi di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa risiko adalah suatu pontensi kejadian yang dapat
merugikan yang disebabkan karena adanya ketidakpastian atas
terjadinya suatu peristiwa, dimana ketidakpastian itu merupakan
kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko yang bersumber
dari berbagai aktivitas.

2.3.2 Manajemen Risiko

Menurut Djojosoedarso (1999), Manajemen risiko adalah


pelaksanaan fungsi- fungsi manajemen dalam penanggulangan
risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh organisasi,
perusahaan, keluarga, dan masyarakat. Jadi mencakup kegiatan
merencanakan, mengorganisir, menyususun, memimpin/
mengkoordinir dan mengawasi program penanggulangan risiko.

Menurut Kerzner (1995), manajemen risiko adalah


seperangkat kebijakan, prosedur yang lengkap yang dimiliki
organisasi untuk mengelola, memonitor dan mengendalikan
risiko yang mungkin muncul. Sistem manajemen risiko tidak
hanya mengidentifikasi tapi juga harus menghitung risiko dan
pengaruhnya terhadap proyek, hasilnya adalah apakah risiko itu
dapat diterima atau tidak.

2.3.3 Identifikasi Risiko

Menurut Flanagan dan Norman (1993) untuk dapat


mengenali risiko secara komprehensif dapat dilakukan dengan
mengenali dari sumbernya (source), kejadiannya (event), dan
akibatnya (effect). Sumber risiko adalah kondisi-kondisi yang
dapat memperbesar kemungkinan terjadinya risiko. Event adalah
peristiwa yang menimbulkan pengaruh (effect) yang sifatnya
dapat merugikan dan menguntungkan.

Darmawi (2006) berpendapat bahwa melakukan


identifikasi risiko merupakan proses penganalisaan untuk
menemukan secara sistematis dan secara berkesinambungan
risiko (kerugian yang potensial) yang menantang perusahaan.
2.3.4 Klasifikasi Risiko
Setelah risiko dapat teridentifikasi dilanjutkan dengan
melakukan klasifikasi terhadap risiko, dengan tujuan untuk
memudahkan melakukan perbedaan dan pemahaman terhadap
risiko tersebut. Flanagan dan Norman (1993), mengemukan tiga
cara untuk dapat mengklasifikasikan identifikasi risiko yakni
dengan mengidentifikasi risiko berdasarkan konsekuensi risiko,
jenis risiko dan pengaruh risiko.

2.3.5 Analisis Risiko


Analisis risiko dapat dilakukan baik secara kualitatif
maupun kuantitatif, dimana risiko harus diidentifikasi dan akibat
(effect) harus dinilai atau dianalisis. Tujuan dari analisis risiko
adalah membantu menghindari kegagalan dan memberikan
gambaran tentang apa yang terjadi bila proyek yang
dijalankan ternyata tidak sesuai dengan rencana.

2.3.6 Penanganan (mitigation) Risiko


Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi risiko yang
muncul disebut mitigasi/ penanganan risiko (risk mitigation).
Menurut Flanagan dan Norman (1993), Risk response adalah
tanggapan atau reaksi terhadap risiko yang dilakukan oleh setiap
orang atau perusahaan dalam pengambilan keputusan, yang
dipengaruhi oleh pendekatan risiko (risk attitude) dari
pengambil keputusan.
Tindakan yang dapat dilakukan dalam menangani risiko
yaitu :
a. Menahan Risiko (Risk Retention) Tindakan ini dilakukan
karena dampak dari suatu kejadian yang merugikan masih
dapat diterima (acceptable).
b. Mengurangi Risiko (Risk Reduction) Mengurangi risiko
dilakukan dengan mempelajari secara mendalam risiko
tersebut, dan melakukan usaha-usaha pencegahan pada
sumber risiko atau mengkombinasikan usaha agar risiko
yang diterima tidak terjadi secara simultan.
c. Memindahkan Risiko (Risk Transfer). Dilakukan dengan cara
mengansuransikan risiko baik sebagian atau seluruhnya
kepada pihak lain.
d. Menghindari Risiko (Risk Avoidance) Dilakukan dengan
menghindari aktivitas yang tingkat kerugiannya tinggi.

2.3.7 Tempat Pembuangan Akhir (TPA)


Menurut SNI 03-3241-1994, tempat pembuangan akhir
sampah adalah sarana fisik untuk berlangsungnya kegiatan
pembuangan akhir sampah berupa tempat yang digunakan untuk
mengkarantina sampah kota secara aman. Sampah yang telah
berada di TPA terutama sampah organik mengalami proses
penguraian secara alami dengan jangka waktu panjang.
Beberapa jenis sampah dapat terurai secara cepat, sementara
yang lain lebih lambat, bahkan ada beberapa jenis sampah yang
tidak berubah sampai puluhan tahun, misalnya plastik. Hal ini
memberikan gambaran bahwa setelah TPA selesai digunakan
pun masih ada proses yang berlangsung dan menghasilkan
beberapa zat yang dapat mengganggu lingkungan.

2.3.8 TPA dengan Sistem sanitary landfill


Beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan jika
menggunakan sistem sanitary landfill, yaitu :
a. Pihak pengelola harus dapat menjamin sampah diturunkan,
ditutup dan dipadatkan secara efisien.
b. Air sampah (lindi) dan gas harus dikontrol dan dikeringkan
untuk menjaga kondisi operasi yang terbaik dan melindungi
kesehatan masyarakat serta lingkungan.
c. Pengelola tempat pembuangan akhir sampah harus
bertanggung jawab terhadap operasional dan
pemeliharaan landfill.

2.3.9 Sarana dan Prasarana TPA dengan Sistem Sanitary Landfill


Sarana penunjang TPA yang diperlukan guna menunjang
kelancaran operasional TPA dengan sistem sanitary landfill, antara
lain :
a. Prasarana jalan TPA yang dapat dikelompokan menjadi :
Prasarana drainase, Fasilitas penerimaan, Lapisan kedap air ,
Lapisan pengaman gas, Fasilitas pengaman, Bahan penutup
berupa tanah, Alat berat yang digunakan di TPA, Penghijauan
pada lahan TPA.
b. Fasilitas penunjang untuk membantu pengoperasian TPA
diantaranya : pemadam kebakaran, kesehatan dan
keselamatan kerja, bangunan untuk kegiatan 3 R (Reuse,
Reduce, Recycle) serta peralatan penunjang lainnya.

2.3.10 Operasional dan Pemeliharaan TPA dengan Sistem Sanitary


Landfill
Masalah yang berkaitan dengan pengelolaan TPA saat ini
diantaranya : menurunnya kualitas TPA yang sebagian besar
menjadi open dumping; timbulnya friksi antar daerah/sosial;
menurunnya kapasitas pembiayaan daerah; pola pengelolaan TPA
yang tidak bertanggungjawab sehingga menimbulkan korban jiwa.
Untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan
persampahan yang tegas dan realistis maka pemerintah pusat
menyusun kebijakan dan strategi nasional pengembangan sistem
pengelolaan persampahan yang tertuang dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006, yang dirumuskansebagai
berikut: pengurangan sampah semaksimal mungkin mulai dari
sumbernya; peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia
usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan; peningkatan cakupan
pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan; pengembangan
kelembagaan, peraturan dan perundangan; serta pengembangan
alternatif sumber pembiayaan.

2.4 Metode Penelitian


Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang dilakukan
dengan metode studi kasus yaitu dengan menganalisis data dari suatu
objek yang dijadikan kasus. Objek yang menjadi kasus dalam penelitian
ini adalah TPA Regional Bangli. Risiko yang mungkin terjadi pada tahap
operasional dan pemeliharaan (OP) TPA Regional Bangli diidentifikasi
dengan metode brainstorming atau wawancara dan survey.Tahapan
penelitian meliputi mencari informasi awal dalam upaya mengidentifikasi
risiko untuk menyusun kuisioner penelitian. Kuisioner yang telah disusun
dari hasil identifikasi risiko pada pengkajian data sekunder disampaikan
kepada para responden untuk diminta pendapatnya. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini mengunakan metode porpusive sampling

Data responden
Responden dalam penelitian ini berasal dari unsur/dinas
pemerintah pusat dan provinsi, pemerintah daerah kabupaten yang terkait
dengan TPA Regional Bangli, serta unsur dari masyarakat tempat lokasi
TPA Regional dengan jumlah sampel dua puluh dua responden.

2.5 Simpulan Artikel/Jurnal


Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan yaitu : Risiko
yang teridentifikasi berjumlah 72, yang terdiri dari: 9 risiko (12,5%)
kategori tidak dapat diterima (unacceptable), 46 risiko (63,89%) kategori
tidak diharapkan (undesirable), 16 risiko (22,22%) kategori dapat diterima
(acceptable), dan 1 risiko (1,39%) kategori dapat diabaikan (negligible).
Risiko dominan (major risk) berjumlah 55 risiko (76,39%), yakni hambatan
untuk membentuk lembaga yang bertanggung jawab secara penuh dalam
OP TPA Regional, terbatasnya alokasi dana baik dari pemerintah pusat,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten yang
terintegrasi dalam TPA Regional, hambatan melakukan kerjasama antara
pemerintah dengan pihak swasta, dan risiko lainnya. Mitigasi risiko
dilakukan dengan menghindari risiko, mengurangi risiko, dan
memindahkan risiko dimulai dari aspek institusi, regulasi, pembiayaan,
serta program teknis dan non teknis. Jumlah kepemilikan risiko terbanyak
diterima oleh badan pengelola TPA Regional Bangli.
BAB III
PENUTUP

3.1 Analisis atas Relevansi Teori dengan Simpulan pada Artikel /


Jurnal
Relevansi teori dengan simpulan pada artikel yang berjudul
Manajemen Risiko Operasional Dan Pemeliharaan Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) Regional Bangli Di Kabupaten Bangli sudah relevan karena
terlihat pada hasil penelitian bahwa dengan menerapkan proses
manajemen risiko dengan baik melalui 4 tahap yaitu identifikasi risiko,
penilaian risiko, penanganan risiko, dan kepemilikan risiko sehingga
diperoleh hasil penelitian yang relevan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi berbagai risiko terutama risiko dominan yang dapat
menghambat kegitan oprasional TPA dan risiko dominan yang diperoleh
dalam hasil penelitian yaitu hambatan untuk membentuk lembaga yang
bertanggung jawab secara penuh dalam kegiatan oprasional TPA
Regional, terbatasnya alokasi dana baik dari pemerintah pusat,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten yang
terintegrasi dalam TPA Regional, hambatan melakukan kerjasama antara
pemerintah dengan pihak swasta. setelah ditentukan risiko mana yang
merupakan major risiko maka dapat dilakukan tindakan mitigasi. Mitigasi
risiko dilakukan dengan menghindari risiko, mengurangi risiko, dan
memindahkan risiko dimulai dari aspek institusi, regulasi, pembiayaan,
serta program teknis dan non teknis. Jumlah kepemilikan risiko terbanyak
diterima oleh badan pengelola TPA Regional Bangli.

3.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan yaitu mengenai lingkup
responden yang terlalu sempit dalam penelitian ini karena hanya
melibatkan unsur/dinas pemerintah pusat dan provinsi, pemerintah daerah
kabupaten yang terkait dengan TPA Regional Bangli, serta unsur dari
masyarakat tempat lokasi TPA Regional dengan jumlah sampel dua puluh
dua responden. Padahal untuk menghasilkan data responden yang lebih
akurat dapat melibatkan para pekerja di TPA Regional Bangli yang lebih
mengetahui bagaimana kegiatan operasionalnya.
DISKUSI

1. Apakah penerapan Sistem Sanitary Landfill pada TPA, Lebih Efektif


dan Efisien ?

Jawaban :

Menurut kelompok kami sangat efektif dan efisien karena sistem


atau metode Sanitary Landfill merupakan sistem pengelolaan atau
pemusnahan sampah dengan cara membuang dan menumpuk
sampah di lokasi cekung, memadatkannya, dan kemudian
menimbunnya dengan tanah.dengan melakukan penutupan cover soil
di sel sel sampah yang sudah non aktif akan berimbas positif terhadap
kondisi lingkungan. Penutupan tersebut nantinya akan mampu
mengurangi bau, serta lalat yang banyak di lokasi TPA. Hal itu juga
akan mempercepat proses pembusukan.sejumlah elemen yang
diperlukan pihaknya dalam menerapkan metode sanitary landfill yakni
sistem lining, sistem lindi, sistem cover, sistem ventilasi dan monitor,
guna mencegah hasil limbah sampah mencemari tanah dan air tanah
di sekitar TPA yang akan berbahaya tak hanya bagi lingkungan,
namun juga bagi manusia.

2. Dikatakan bahwa mitigasi risiko dapat dimulai dari aspek institusi dan
regulasi, mitigasi risiko institusi dan regulasi seperti apa yang dapat
dilakukan ?

Jawaban :

Aspek institusi dapat dilakukan dengan cara mendorong


terwujudnya lembaga/badan layanan umum dalam OP TPA regional.
Dari aspek regulasi dapat dilakukan dengan mensosialisasikan
peraturan persampahan dan sangsinya, melakukan kajian dan
penetapan retribusi sampah dan dengan penetapan tugas pokok dan
fungsi yang jelas bagi pihak-pihak yang terlibat dalam OP TPA
regional.

3. Mengapa suatu perusahaan perlu melalukan mitigation risk


(penanganan risiko) ?

Jawaban :

Suatu perushaan harus melakukan mitigation risk karena


merupakan proses dalam Manajemen Risiko yang tidak dapat
dipisahkan. Salah satu proses manajemen risiko setelah tahap
asesmen risiko adalah penyusunan rencana mitigasi/respons risiko
selain itu perusahaan perlu mengambil sikap setelah mendapatkan
informasi mengenai risiko yang akan dihadapi. Dalam proses mitigasi
risiko ini, perusahaan harus menyusun serangkaian rencana aksi
penanganan guna memperkecil eksposur risiko. Tentu sebuah
tindakan yang fatal jika perusahaan melakukan identifikasi risiko, dan
melakukan penilaian terhadap risiko yang akan dihadapi, namun tidak
menanggapi risiko yang akan dihadapi oleh perusahaan.

Oleh karenanya, secara tidak langsung perusahaan diharuskan


untuk melakukan mitigasi risiko. Karena akan sia-sia analisis risiko
yang dilakukan jika tidak dilakukan tindakan apapun untuk mengatasi
risiko.
DAFTAR PUSTAKA

Yasa, I W. Wedana. I G. B. Sila Dharma, dan I Gst. Ketut Sudipta.2013.


Manajemen Risiko Operasional Dan Pemeliharaan Tempat Pembuangan
Akhir (Tpa) Regional Bangli Di Kabupaten Bangli. Universitas Udayana.
Vol. 1 No.2
Jurnal Spektran Vol. 1, No. 2, Juli 2013

MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN


TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) REGIONAL BANGLI
DI KABUPATEN BANGLI

I W. Wedana Yasa1, I G. B. Sila Dharma2, I Gst. Ketut Sudipta 2

Abstrak: Untuk mendapatkan manfaat maksimal dan berkelanjutan dari dibangunnya TPA
Regional Bangli perlu dilakukan kegiatan operasional dan pemeliharaan (OP). Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai risiko terutama risiko dominan yang dapat menghambat
OP TPA, agar dapat dilakukan tindakan mitigasi dan menentukan kepemilikan risiko dari kegiatan
tersebut. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif melalui tahapan:
identifikasi risiko, penilaian risiko, penanganan risiko, dan kepemilikan risiko.
Risiko yang teridentifikasi berjumlah 72, yang terdiri dari: 9 risiko (12,5%) kategori tidak dapat
diterima (unacceptable), 46 risiko (63,89%) kategori tidak diharapkan (undesirable), 16 risiko
(22,22%) kategori dapat diterima (acceptable), dan 1 risiko (1,39%) kategori dapat diabaikan
(negligible). Risiko dominan (major risk) berjumlah 55 risiko (76,39%), yakni hambatan untuk
membentuk lembaga yang bertanggung jawab secara penuh dalam OP TPA Regional, terbatasnya
alokasi dana baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten yang terintegrasi dalam TPA Regional, hambatan melakukan kerjasama antara
pemerintah dengan pihak swasta, dan risiko lainnya. Mitigasi risiko dilakukan dengan
menghindari risiko, mengurangi risiko, dan memindahkan risiko dimulai dari aspek institusi,
regulasi, pembiayaan, serta program teknis dan non teknis. Jumlah kepemilikan risiko terbanyak
diterima oleh badan pengelola TPA Regional Bangli.
Kata kunci : TPA, operasional dan pemeliharaan, mitigasi risiko

OPERATING RISK AND MAINTENANCE MANAGEMENT OF BANGLI REGIONAL


FINAL PLACE OF GARBAGE DISPOSAL ‘TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH (TPA)’
IN BANGLI REGENCY

Abstract: To obtain the maximum and sustainable advantage it needs to carry out the operational
and maintenance (OP) activities of TPA. It is necessary to maintain the Bangli Regional TPA so
that it will give maximum and sustainable advantages. This study was aimed at identifying various
major risks which may interfere with the TPA operating and maintenance so that mitigation can be
done and to determine the risk ownership. The collected data were analyzed using descriptive
qualitative method through the following stages: the risks were identified, the risks were evaluated,
the risks were coped with, and the risk ownership could be identified.
The risks identified totaled 72 consisting of: 9 (12.5%) risks which were under the unacceptable
category, 16 (22.22%) risks which were under the acceptable category, and 1 (1.39%) risk which
was under the negligible category. The major risks amounted to 55 risks (76.39%), included the
obstacle to establishing the institution which was fully responsible for the operating and
maintenance of the Bangli Regional TPA, the limited amounts of funds allocated by the central
government, the provincial government, and the regency governments which were integrated into
the Regional TPA, the obstacle to creating an affiliation between the government and the private
institutions, and other risks. The risk mitigation was done by avoiding risks, reducing risks, and
transferring risks starting from the institutional, regulation and financial aspects, and technical and
non technical problems. Most risk ownerships were the responsibility of the Bangli Regional TPA
management.
Keywords: TPA, operating and maintenance, risk mitigation

1
Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana.
2
Dosen, Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana.

30
Jurnal Spektran Vol. 1, No. 2, Juli 2013

PENDAHULUAN dalam tahap operasional dan


pemeliharaan tempat pembuangan akhir
Latar Belakang (TPA) regional Bangli?
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) 2. Risiko-risiko apa saja yang termasuk
Regional Bangli yang berlokasi di Dusun katagori dominan (major risk) dalam
Bangklet, Desa Kayubihi, Kecamatan Bangli, tahap operasional dan pemeliharaan
Kabupaten Bangli dibangun untuk mengatasi TPA regional Bangli?
masalah persampahan dan keterbatasan lahan 3. Bagaimana mitigasi risiko yang dapat
yang dihadapi oleh empat kabupaten di Bali dilakukan untuk meminimalkan
yakni Kabupaten Gianyar, Bangli, Klungkung berbagai dampak negatif yang mungkin
dan Karangasem (anonim, 2006). TPA terjadi?
Regional Bangli direncanakan dapat 4. Bagaimana alokasi kepemilikan risiko
menampung sampah dari empat kabupaten (ownership of risk) jika risiko yang
selama lebih dari 10 tahun masa layanan teridentifikasi benar terjadi?
dengan sistem sanitary landfill.
Menurut Tchobanoglous (1993), TPA
Tujuan Penelitian
dengan sistem sanitary landfill merupakan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
sarana fisik yang digunakan untuk membuang
1. Untuk mengidentifikasi berbagai
sisa sampah padat perkotaan ke permukaan
risiko dalam tahap operasional dan
tanah di bumi dan ditutup pada setiap ahir
pemeliharaan tempat pembuangan
operasi setiap harinya yang didesain dan
akhir (TPA) regional Bangli.
dioperasikan secara sistematis untuk
2. Untuk mengetahui risiko apa saja yang
meminimalkan pengaruhnya terhadap
termasuk kategori dominan (major
kesehatan masyarakat umum dan lingkungan.
risk) berdasarkan hasil identifikasi dan
Namun disisi lain TPA dengan sistem
penilaian (assessment) pada tahap
sanitary landfill memerlukan biaya operasional
operasional dan pemeliharaan TPA
dan pemeliharaan yang lebih mahal, standar
regional Bangli.
operasional dan prosedur harian yang ketat
3. Menentukan mitigasi risiko untuk
untuk menghindari terjadinya penimbunan
meminimalkan berbagai dampak
terbuka. Penimbunan terbuka pada lahan
negatif yang mungkin terjadi.
sanitary landfill menimbulkan dampak negatif,
4. Menentukan kepemilikan risiko, untuk
diantaranya: kerugian investasi pembangunan
program penanggulangan risiko (Risk
TPA karena memendeknya umur layanannya;
mitigation).
sangat berpotensi menyebabkan pencemaran
lingkungan seperti perkembangan vektor
penyakit, polusi udara akibat gas yang
Manfaat Penelitian
dihasilkan sampah, polusi air akibat lindi
Manfaat penelitian adalah :
(cairan sampah), dan estetika lingkungan yang
1. memberikan informasi risiko yang
buruk.
telah teridentifikasi dan dapat
Untuk mendapatkan manfaat maksimal
mengelompokkannya sesuai dengan
dan berkelanjutan dari dibangunnya TPA
sumber risiko pada tahap operasional
Regional Bangli maka perlu dilakukan analisis
dan pemeliharaan TPA Regional
yang cukup mendalam terhadap berbagai risiko
Bangli.
yang akan muncul dalam tahap operasional dan
2. Dapat dijadikan dasar pengambilan
pemeliharaannya. Terutama risiko dengan
keputusan oleh pihak-pihak terkait
kategori major risk sehingga dapat digunakan
untuk mengatasi konsekuensi negatif
sebagai dasar dalam melakukan mitigasi untuk
yang terjadi dalam tahap operasional
menekan akibat yang ditimbulkan oleh risiko
dan pemeliharaan TPA regional
tersebut.
Bangli.
Rumusan Masalah
Batasan Penelitian
Dari latar belakang di atas, permasalahan
Risiko sisa (residual risk) setelah proses
yang hendak dibahas dalam penelitian ini
mitigasi tidak ditinjau.
adalah :
1. Risiko apa saja yang teridentifikasi dan
bagaimana penilaian (assessment) risiko

31
Jurnal Spektran Vol. 1, No. 2, Juli 2013

KAJIAN PUSTAKA dapat memperbesar kemungkinan terjadinya


risiko. Event adalah peristiwa yang
Pengertian Risiko menimbulkan pengaruh (effect) yang sifatnya
Risiko merupakan bagian yang tidak dapat merugikan dan menguntungkan.
terpisahkan dari kehidupan, bahkan ada orang Lebih lanjut Godfrey (1996)
yang mengatakan bahwa tidak ada hidup tanpa berpandangan bahwa dalam melakukan
risiko, terlebih lagi dalam dunia bisnis dimana indentifikasi risiko terlebih dahulu diupayakan
ketidakpastian beserta risikonya merupakan untuk menentukan sumber risiko itu sendiri
sesuatu yang tidak dapat diabaikan begitu saja, secara komprehensif. Risiko dapat bersumber
melainkan harus diperhatikan secara cermat dari politis (political), lingkungan
bila menginginkan kesuksesan. (environmental), perencanaan (planning),
Menurut Darmawi (2006), risiko pemasaran (market), ekonomi (economic),
dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya keuangan (financial), proyek (project), teknik
akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan (tecnical), manusia (human), kriminal
atau tidak terduga. Hal ini didukung pendapat (criminal), dan keselamatan (safety).
Djojosoedarso (1999), bahwa risiko Darmawi (2006) berpendapat bahwa
mempunyai karakteristik : a. merupakan melakukan identifikasi risiko merupakan
ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa, proses penganalisaan untuk menemukan secara
b. Merupakan ketidakpastian yang bila terjadi sistematis dan secara berkesinambungan risiko
akan menimbulkan kerugian. (kerugian yang potensial) yang menantang
Berdasarkan definisi di atas dapat diambil perusahaan.
kesimpulan bahwa risiko adalah suatu pontensi
kejadian yang dapat merugikan yang Klasifikasi Risiko
disebabkan karena adanya ketidakpastian atas Setelah risiko dapat teridentifikasi
terjadinya suatu peristiwa, dimana dilanjutkan dengan melakukan klasifikasi
ketidakpastian itu merupakan kondisi yang terhadap risiko, dengan tujuan untuk
menyebabkan tumbuhnya risiko yang memudahkan melakukan perbedaan dan
bersumber dari berbagai aktivitas pemahaman terhadap risiko tersebut. Flanagan
dan Norman (1993), mengemukan tiga cara
Manajemen Risiko untuk dapat mengklasifikasikan identifikasi
Menurut Djojosoedarso (1999), risiko yakni dengan mengidentifikasi risiko
Manajemen risiko adalah pelaksanaan fungsi- berdasarkan konsekuensi risiko, jenis risiko
fungsi manajemen dalam penanggulangan dan pengaruh risiko.
risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh Selanjutnya menurut Djojosoedarso
organisasi, perusahaan, keluarga, dan (1999), melakukan pengukuran risiko,
masyarakat. Jadi mencakup kegiatan bertujuan untuk menentukan cara dan
merencanakan, mengorganisir, menyususun, kombinasi cara -cara yang paling dapat
memimpin/mengkoordinir dan mengawasi diterima/ paling baik dalam penggunaan sarana
program penanggulangan risiko. penanggulangan risiko. Dimensi yang perlu
Menurut Kerzner (1995), manajemen diukur dalam pengukuran risiko adalah
risiko adalah seperangkat kebijakan, prosedur besarnya frekuensi kejadian yakni berapa kali
yang lengkap yang dimiliki organisasi untuk terjadinya suatu kejadiaan dalam periode
mengelola, memonitor dan mengendalikan tertentu dan tingkat kegawatan (saverity) yakni
risiko yang mungkin muncul. Sistem sampai seberapa besar pengaruh dari suatu
manajemen risiko tidak hanya mengidentifikasi kerugian terhadap terhadap kondisi perusahaan.
tapi juga harus menghitung risiko dan Menurut Godfrey (1996) bahwa nilai
pengaruhnya terhadap proyek, hasilnya adalah risiko ditentukan sebagai perkalian antara
apakah risiko itu dapat diterima atau tidak kecenderungan/frekuenasi dengan konsekuensi
risiko. Kecenderungan (likelihood) adalah
Identifikasi Risiko peluang terjadinya kerugian yang merugikan,
Menurut Flanagan dan Norman (1993) yang dinyatakan dalam jumlah kejadian
untuk dapat mengenali risiko secara pertahun. Sedangkan konsekuensi
komprehensif dapat dilakukan dengan (consequences) merupakan besaran kerugian
mengenali dari sumbernya (source), yang diakibatkan oleh terjadinya suatu
kejadiannya (event), dan akibatnya (effect). kejadian yang merugikan yang dinyatakan
Sumber risiko adalah kondisi-kondisi yang dalam nilai uang.

32
Jurnal Spektran Vol. 1, No. 2, Juli 2013

Analisis Risiko melindungi investasi pembangunan.


Analisis risiko dapat dilakukan baik Pengertian ini juga didukung oleh adanya
secara kualitatif maupun kuantitatif, dimana Undang-Undang no 18 tahun 2008 yang
risiko harus diidentifikasi dan akibat (effect) menyebutkan sampah adalah sisa kegiatan
harus dinilai atau dianalisis. Tujuan dari sehari-hari manusia dan/proses alam yang
analisis risiko adalah membantu menghindari berbentuk padat.
kegagalan dan memberikan gambaran tentang Sampah yang telah berada di TPA
apa yang terjadi bila proyek yang terutama sampah organik mengalami proses
dijalankan ternyata tidak sesuai dengan penguraian secara alami dengan jangka waktu
rencana. panjang. Beberapa jenis sampah dapat terurai
secara cepat, sementara yang lain lebih lambat,
Penanganan (mitigation) Risiko bahkan ada beberapa jenis sampah yang tidak
Tindakan yang dilakukan untuk berubah sampai puluhan tahun, misalnya
mengurangi risiko yang muncul disebut plastik. Hal ini memberikan gambaran bahwa
mitigasi/ penanganan risiko (risk mitigation). setelah TPA selesai digunakan pun masih ada
Menurut Flanagan dan Norman (1993), proses yang berlangsung dan menghasilkan
Risk response adalah tanggapan atau reaksi beberapa zat yang dapat mengganggu
terhadap risiko yang dilakukan oleh setiap lingkungan. Diperlukan pengawasan terhadap
orang atau perusahaan dalam pengambilan TPA yang telah ditutup karena proses kimia
keputusan, yang dipengaruhi oleh pendekatan dan biologis yang berlangsung menghasilkan
risiko (risk attitude) dari pengambil hasil sampingan antara lain seperti gas dan
keputusan. lindi.
Tindakan yang dapat dilakukan dalam
menangani risiko yaitu : TPA dengan Sistem sanitary landfill
1. Menahan Risiko (Risk Retention) Beberapa prinsip dasar yang perlu
Tindakan ini dilakukan karena dampak diperhatikan jika menggunakan sistem sanitary
dari suatu kejadian yang merugikan landfill, yaitu :
masih dapat diterima (acceptable). a. Pihak pengelola harus dapat menjamin
2. Mengurangi Risiko (Risk Reduction) sampah diturunkan, ditutup dan
Mengurangi risiko dilakukan dengan dipadatkan secara efisien.
mempelajari secara mendalam risiko b. Air sampah (lindi) dan gas harus
tersebut, dan melakukan usaha-usaha dikontrol dan dikeringkan untuk
pencegahan pada sumber risiko atau menjaga kondisi operasi yang terbaik
mengkombinasikan usaha agar risiko dan melindungi kesehatan masyarakat
yang diterima tidak terjadi secara serta lingkungan.
simultan. c. Pengelola tempat pembuangan akhir
3. Memindahkan Risiko (Risk Transfer). sampah harus bertanggung jawab
Dilakukan dengan cara mengansuransikan terhadap operasional dan
risiko baik sebagian atau seluruhnya pemeliharaan landfill.
kepada pihak lain.
4. Menghindari Risiko (Risk Avoidance) Sarana dan Prasarana TPA dengan Sistem
Dilakukan dengan menghindari aktivitas Sanitary Landfill
yang tingkat kerugiannya tinggi. Sarana penunjang TPA yang diperlukan
guna menunjang kelancaran operasional TPA
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan sistem sanitary landfill, antara lain :
Menurut SNI 03-3241-1994, tempat 1. Prasarana jalan TPA yang dapat
pembuangan akhir sampah adalah sarana fisik dikelompokan menjadi :
untuk berlangsungnya kegiatan pembuangan 2. Prasarana drainase yang berfungsi untuk
akhir sampah berupa tempat yang digunakan mengendalikan aliran limpasan air hujan
untuk mengkarantina sampah kota secara sehingga dapat memperkecil masuknya air
aman. Sedangkan pengertian sampah menurut hujan ke timbunan sampah.
Standar Nasional Indonesia No.19-3964-1994 3. Fasilitas penerimaan yakni sebagai tempat
adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari pemeriksaan sampah yang datang,
bahan organik dan bahan anorganik yang penimbangan, pencatatan data, dan
dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola pengaturan kedatangan truk sampah.
agar tidak membahayakan lingkungan dan

33
Jurnal Spektran Vol. 1, No. 2, Juli 2013

4. Lapisan kedap air yang berfungsi untuk sebagai berikut: pengurangan sampah
mencegah rembesan air lindi mengalir ke semaksimal mungkin mulai dari sumbernya;
dasar TPA dan ke kolam pengolah lindi. peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia
5. Lapisan pengaman gas yang terbentuk di usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan;
TPA seperti gas karbon dioksida (CO2) dan peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas
gas metan (CH4) memiliki potensi besar sistem pengelolaan; pengembangan
dalam proses pemanasan global. kelembagaan, peraturan dan perundangan; serta
6. Fasilitas pengaman lindi untuk menghindari pengembangan alternatif sumber pembiayaan.
pencemaran terhadap air karena air yang Pengoperasian dan pemeliharaan TPA
terbentuk dalam timbunan sampah yang dengan sistem sanitary landfill membutuhkan
melarutkan banyak sekali senyawa yang pengawasan dan pengendalian untuk
ada sehingga memiliki kandungan meyakinkan bahwa setiap kegiatan yang
pencemaran khususnya zat organik yang dilaksanakan di TPA sesuai dengan rencana
sangat tinggi. yang telah ditentukan. Untuk dapat melakukan
7. Bahan penutup berupa tanah yang pengawasan dan pengendalian OP TPA dalam
digunakan untuk memisahkan sampah dari UU Republik Indonesia nomor 18 Tahun 2008
lingkungan luar pada setiap hari kerja. tentang Pengelolaan Sampah pada pasal 6
Penutupan tanah pada lahan sanitary setiap diatur tentang tugas pemerintah pusat dan
harinya sangat penting untuk : menghindari pemerintah daerah diantaranya :
gangguan lalat dan vektor penyakit lainnya, menumbuhkembangkan dan meningkatkan
mencegah kebakaran dan asap, mengurangi kesadaran masyarakat dalam pengelolaan
polusi bau, mengurangi jumlah air yang sampah; melakukan penelitian, pengembangan
masuk ke dalam sampah, mengarahkan gas teknologi pengurangan dan penanganan
menuju ventilasi keluar dari sanitary lanfill. sampah; memfasilitasi penyediaan prasarana
8. Alat berat yang digunakan di TPA berupa: dan sarana pengelolaan sampah dan manfaat
bulldozer, excavator, dan louder. . hasil pengolahan sampah.
9. Penghijauan pada lahan TPA diperlukan Wewenang pemerintah pusat dalam
untuk meningkatkan estetika lingkungan pengelolaan sampah diatur dalam UU Republik
sebagai buffer zone sehingga mencegah bau Indonesia nomor 18 Tahun 2008 pada pasal 7
dan lalat yang berlebihan. diantaranya : menetapkan kebijakan dan
10. Fasilitas penunjang untuk membantu strategi nasional; menetapkan norma, standar,
pengoperasian TPA diantaranya : pemadam prosedur, dan kreteria; memfasilitasi dan
kebakaran, kesehatan dan keselamatan mengembangkan kerjasama antar daerah,
kerja, bangunan untuk kegiatan 3 R (Reuse, kemitraan, dan jejaring. Selain itu juga
Reduce, Recycle) serta peralatan penunjang wewenang pemerintah pusat adalah
lainnya. menyelenggarakan koordinasi, pembinaan dan
pengawasan kinerja pemerintah daerah; dan
Operasional dan Pemeliharaan TPA dengan menetapkan kebijakan penyelesaian
Sistem Sanitary Landfill perselisihan antar daerah.
Masalah yang berkaitan dengan Wewenang pemerintah provinsi dalam
pengelolaan TPA saat ini diantaranya : pengelolaan sampah diatur dalam UU
menurunnya kualitas TPA yang sebagian besar Republik Indonesia nomor 18 Tahun 2008 pada
menjadi open dumping; timbulnya friksi antar pasal 8 diantaranya: menetapkan kebijakan
daerah/sosial; menurunnya kapasitas strategi dalam pengolahan sampah sesuai
pembiayaan daerah; pola pengelolaan TPA dengan kebijakan pemerintah pusat;
yang tidak bertanggungjawab sehingga memfasilitasi kerjasama antar daerah dalam
menimbulkan korban jiwa seperti dalam kasus satu provinsi, kemitraan, dan jejaring dalam
longsornya TPA Leuwigajah dan Bantar pengelolaan sampah. Wewenang pemerintah
Gebang (anonim, 2006) provinsi yang lain adalah menyelenggarakan
Untuk mendukung pencapaian sasaran koordinasi, pembinaan, dan pengawasan
pembangunan persampahan yang tegas dan kinerja kabupaten/kota dalam pengelolaan
realistis maka pemerintah pusat menyusun sampah; dan memfasilitasi penyelesaian
kebijakan dan strategi nasional pengembangan perselisihan pengelolaan sampah antar
sistem pengelolaan persampahan yang tertuang kabupaten/kota dalam provinsi.
dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Wewenang pemerintah kabupaten/kota
Nomor 21/PRT/M/2006, yang dirumuskan dalam pengelolaan sampah diatur dalam UU

34
Jurnal Spektran Vol. 1, No. 2, Juli 2013

Republik Indonesia nomor 18 Tahun 2008 pada Tahap identifikasi risiko disesuai dengan
pasal 9 diantaranya : menetapkan kebijakan pandangan Godfrey (1996) dimulai dengan
dan strategi pengelolaan sampah berdasarkan mencari informasi dengan jelas terhadap
kebijakan nasional dan provinsi; sumber (source) risiko, kejadian atau peristiwa
menyelengggarakan pengelolaan sampah skala (event) dan akibat (effect) risiko tersebut. Data
kabupaten/kota sesuai dengan norma, standar, sekunder juga diperoleh dari jurnal, penelitian
prosedur, dan kreteria yang ditetapkan oleh sejenis dan studi literatur yang sudah ada
pemerintah. Selain itu wewenang pemerintah sesuai dengan obyek penelitian.
kabupaten adalah melakukan pembinaan dan Kuisioner yang telah disusun dari hasil
pengawasan kinerja pengelolaan sampah yang identifikasi risiko pada pengkajian data
dilaksanakan oleh pihak lain; menetapkan sekunder disampaikan kepada para responden
lokasi tempat penampungan sementara, tempat untuk diminta pendapatnya. Teknik
pengolahan sampah terpadu/ tempat pengumpulan data dalam penelitian ini
pemrosesan akhir sampah; melakukan mengunakan metode porpusive sampling, yaitu
pemantauan dan evaluasi secara berkala peneliti yang didasari atas kemampuan dan
terhadap tempat pemrosesan akhir sampah; pengetahuan serta pertimbangan tertentu dapat
menyusun dan menyelenggarakan sistem menentukan pilihannya dalam memilih
tanggap darurat pengelolaan sampah sesuai responden yang diyakininya mampu
dengan kewenangannya. memberikan jawaban pada kuisioner sesuai
Peran masyarakat seperti tertuang dalam topik penelitian (Sugiyono, 2010). Supaya para
UU RI No 18 tahun 2008 diantaranya : ahli/expertis dapat dianggap mewakili
masyarakat dapat ikut dalam pengelolaan representatif dari populasi, maka reponden
sampah yang dilakukan pemerintah melalui penelitian sekurang-kurangnya berasal dari
pemberian usul, pertimbangan, dan saran unsur/dinas pemerintah pusat dan provinsi,
kepada pemerintah. Masyarakat juga dapat ikut pemerintah daerah kabupaten yang terkait
dalam perumusan kebijakan pengelolaan dengan TPA Regional Bangli, serta unsur dari
sampah; pemberian saran dan pendapat dalam masyarakat tempat lokasi TPA Regional
penyelesaian sengketa persampahan. dengan jumlah sampel dua puluh dua
Menurut anonim ( 2006), TPA dengan responden.
sistem sanitary landfill harus dapat menjamin Skala penilaian untuk mengukur
terlaksananya fungsi sistem pengumpulan dan kecenderungan (likelihood) terjadinya kejadian
pengolahan leachate, penanganan gas methan, yang merugikan akibat risiko yang
pemeliharaan estetika sekitar lingkungan, teridentifikasi yakni : 5 (sangat sering), 4
pengendalian vektor penyakit, pelaksanaan (sering), 3 (kadang-kadang), 2 (jarang), dan 1
keselamatan kerja, penanganan tanggap darurat (sangat jarang). Sedangkan skala yang
bahaya kebakaran dan longsor. Secara teknis digunakan untuk mengukur konsekuensi
setiap data hasil pemantauan dan pengawasan (consequences) risiko yakni : 5 (sangat besar),
serta catatan kegiatan perlu dirangkum dengan 4 (besar), 3 (sedang), 2 (kecil), dan 1 (sangat
baik menjadi suatu laporan sehingga mudah kecil).
memberikan gambaran mengenai kondisi Pengujian validitas dan reliabilitas alat
pengoperasian dan pemeliharaan TPA. ukur berupa kuisioner dilakukan dengan
bantuan program SPSS versi 15. Nilai Pearson
METODE PENELITIAN Product Moment hasil perhitungan program
Jenis penelitian ini adalah deskriptif SPSS versi 15 disebut nilai r hitung selanjutnya
kualitatif yang dilakukan dengan metode studi dibandingkan dengan nilai r tabel pada α =
kasus yaitu dengan menganalisis data dari 0,05; df = n - 2. Kaidah keputusan yang
suatu objek yang dijadikan kasus. Objek yang digunakan : jika r hitung > r tabel berarti valid,
menjadi kasus dalam penelitian ini adalah TPA sebaliknya jika r hitung < r tabel berarti tidak
Regional Bangli. valid.
Risiko yang mungkin terjadi pada tahap Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan
operasional dan pemeliharaan (OP) TPA teknik Alfa Conbrach, bila jawaban yang
Regional Bangli diidentifikasi dengan metode diberikan responden berbentuk skala seperti 1-
brainstorming atau wawancara dan survey. 3, 1-5, dan 1-7 atau jawaban responden yang
Tahapan penelitian meliputi mencari menginterpretasikan penilaian sikap (Siregar,
informasi awal dalam upaya mengidentifikasi 2010). Kreteria yang digunakan sebagai ukuran
risiko untuk menyusun kuisioner penelitian. menyatakan alat ukur reliabel yakni : skala

35
Jurnal Spektran Vol. 1, No. 2, Juli 2013

pengukuran alat ukur memiliki nilai Alpha Berdasarkan hasil distribusi frekuensi dan
Cronbach minimal 0,7, nilai Cronbach Alpha modus jawaban responden terhadap frekuensi
if Item deleted lebih kecil dari nilai Alpha terjadinya risiko yang teridentifikasi dalam OP
Cronbach keseluruhan, dan nilai Item-Total TPA Regional Bangli dapat dihitung
Correlation lebih besar dari 0,3. prosentase frekuensi terjadinya risiko pada
Analisis tingkat penerimaan risiko (Risk berbagai skala frekuensi seperti disajikan pada
Acceptability) tergantung nilai risikonya yang Gambar 4.2, dapat dijelaskan prosentase
merupakan hasil perkalian antara kemungkinan terbesar jawaban responden adalah skala 3
(lilelihood) dengan konsekuensi (kadang-kadang) yakni sebesar 40,28%. Hal ini
(consequences). Tingkat penerimaan risiko berarti sebagian besar responden beranggapan
memperhatikan nilai risiko seperti pada tabel bahwa tingkat frekuensi kejadian munculnya
4.1. risiko yang terdapat pada kuisioner berpotensi
dapat terjadi dalam OP TPA Regional Bangli.
Tabel 4.1. Skala Penerimaan Risiko

(Sumber: Godfrey,1996)

Penanganan risiko hanya dilakukan


Gambar 4.2. Prosentase Frekuensi Terjadinya Risiko
terhadap risiko dominan yakni risiko kategori (Sumber : Hasil Analisis, 2012)
Unacceptable dan Undesirable, dilanjutkan
dengan menentukan kepemilikan Distribusi frekuensi dan modus jawaban
tanggungjawab risiko (ownership of risk). responden terhadap dampak/konsekuensi
terjadinya risiko yang teridentifikasi dalam OP
HASIL DAN PEMBAHASAN TPA Regional Bangli dapat disajikan pada
Hasil penelitian mendapatkan jumlah gambar 4.3, dapat dijelalaskan prosentase
risiko yang teridentifikasi berjumlah 72 risiko. terbesar jawaban responden adalah skala 4
Prosentase jumlah risiko menurut sumber (besar) yakni sebesar 47,22%. Hal ini berarti
risiko ditampilkan seperti pada Gambar 4.1. sebagian besar responden beranggapan bahwa
Hasil identifikasi tersebut menunjukan bahwa tingkat konsekuensi risiko yang terdapat pada
dalam OP TPA Regional Bangli sangat terkait kuisioner adalah besar.
dengan kegiatan teknis operasional TPA,
dampak lingkungan serta alokasi biaya
operasional.

Gambar 4.3. Prosentase Konsekuensi Risiko


(Sumber : Hasil Analisis, 2012)

Penerimaan risiko mempertimbangkan nilai


risiko berdasarkan skala penerimaan risiko
Gambar 4.1. Prosentase jumlah risiko berdasarkan pada Tabel 4.1, dimana nilai risiko merupakan
sumber risiko perkalian antara nilai frekuensi dengan nilai
(Sumber : Hasil Analisis, 2012)

36
Jurnal Spektran Vol. 1, No. 2, Juli 2013

konsekuensi. Hasil distribusi penerimaan risiko


untuk setiap sumber risiko dalam OP TPA SIMPULAN
Regional Bangli disajikan pada Tabel 4.2, 1. Jumlah risiko yang dapat diindentifikasi
dapat dijelaskan bahwa jumlah risiko dominan dalam penelitian operasional dan
adalah 55 risiko yang terdiri dari kategori pemeliharaan (OP) TPA Regional Bangli
(unacceptable) sebanyak 9 risiko (12,50%), sebanyak 72 risiko, terdiri dari 9 risiko
dan kategori (undesirable) sebanyak 46 risiko (12,5%) dengan kategori tidak dapat
(63,89%). Sedangkan risiko tidak dominan diterima (unacceptable), 46 risiko
berjumlah 17 risiko terdiri dari kategori (63,89%) dengan kategori tidak
(acceptable) sebanyak 16 risiko (22,22%), dan diharapkan (undesirable), 16 risiko
kategori (neglibable) sebanyak 1 risiko (22,22%) dengan kategori dapat diterima
(1,39%). (acceptable), dan 1 risiko (1,39%) dengan
Risiko dominan (major risk) kategori dapat diabaikan (negligible).
memerlukan perhatian lebih lanjut karena 2. Risiko dominan (major risk) yang terjadi
risiko tersebut mempunyai dampak signifikan pada operasional dan pemeliharaan TPA
terhadap kelanjutan OP TPA Regional Bangli. Regional Bangli terdiri dari 55 risiko
Tindakan mitigasi terhadap risiko dominan (76,39%) yang terdiri dari 9 risiko
didapat melalui analisis, brainstorming dan (12,5%) kategori Unacceptable dan 46
wawancara dengan para responden. risiko (63,89%) kategori Undesirable.
Kepemilikan risiko bertujuan supaya semua Risiko-risiko dominan yang termasuk
risiko benar-benar berada dibawah kontrol kategori unacceptable yakni risiko
pihak yang bertanggung jawab dan dapat hambatan untuk membentuk lembaga
ditangani dengan baik. Tanggungjawab yang bertanggung jawab secara penuh
kepemilikan risiko dilakukan berdasarkan dalam OP TPA Regional, hambatan
pertimbangan : pihak mana yang mempunyai melakukan kerjasama antara pemerintah
kontrol terbaik terhadap kejadian yang dengan pihak swasta, biaya operasional
menimbulkan risiko, pihak mana yang dapat pengangkutan sampah dari kabupaten
menangani risiko apabila risiko itu muncul, yang lain menuju ke TPA Regional cukup
pihak mana yang mengambil tanggung jawab mahal, terbatasnya alokasi dana
jika risiko tidak terkontrol, dan jika risiko pemerintah pusat, terbatasnya alokasi
diluar kontrol semua pihak diasumsikan dana pemerintah daerah provinsi,
sebagai risiko bersama. terbatasnya alokasi dana dari masing-
Tabel 4.2. Distribusi Nilai Penerimaan Risiko masing pemerintah daerah kabupaten
yang terintegrasi dalam TPA Regional,
dan risiko lainnya
3. Mitigasi risiko yang dapat dilakukan
untuk menangani risiko dominan pada OP
TPA Regional Bangli yakni dengan
menghindari risiko, mengurangi risiko,
dan memindahkan risiko. Mitigasi risiko
dimulai dari aspek institusi, regulasi,
pembiayaan, serta program teknis dan non
teknis. Mendorong terwujudnya
lembaga/badan layanan umum dalam OP
TPA regional merupakan salah satu
mitigasi dari aspek institusi. Dari aspek
regulasi dapat dilakukan dengan
mensosialisasikan peraturan persampahan
dan sangsinya, melakukan kajian dan
penetapan retribusi sampah dan dengan
penetapan tugas pokok dan fungsi yang
jelas bagi pihak-pihak yang terlibat dalam
(Sumber : Hasil Analisis 2012 OP TPA regional.
4. Alokasi kepemilikan risiko dominan
didistribusikan kepada para pihak yang
memiliki peran dalam OP TPA Regional

37
Jurnal Spektran Vol. 1, No. 2, Juli 2013

Bangli dengan jumlah kepemilikan risiko Siregar, S. 2010. Statistika Deskriptif


terbanyak diterima badan pengelola TPA Untuk Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo
Regional Bangli. Persada.
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk
UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian. Cetakan ke 16. Jakarta : CV.
Ucapan terima kasih disampaikan Alfabeta.
kepada Bapak/Ibu responden penelitian ini atas Tchobanoglous, G., Theisen, H., dan
bantuan dan kerjasamanya dalam memperoleh Vigil, S. 1993. Integrated Solid Waste
data-data yang dibutuhkan dan kepada semua Mangement. 1993. Singapore : McGraw-Hill,
pihak yang telah memberikan bantuan, Inc.
dorongan, semangat, saran dan koreksi
sehingga tesis ini dapat terselesaikan

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1994. Tata Cara Pemilihan
Tempat Pembuangan Akhir Sampah. Jakarta :
Badan Standarisasi Nasional.
Anonim. 2006. Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor : 21/PRT/M/2006
Tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional
Pengembangan Sistem Pengelolaan
Persampahan. Jakarta : Departemen Pekerjaan
Umum Republik Indonesia.
Anonim. 2006. Laporan Akhir
Perencanaan Teknis TPA Regional Bangli.
Denpasar : Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu
Pengembangan Kinerja Pengelolaan
Persampahan dan Drainase Provinsi Bali.
Anonim. 2008. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan Sampah. Jakarta :
Kementerian Negara Lingkungan Hidup
Republik Indonesia.
Darmawi, H. 2006. Manajemen Risiko.
Cetakan kesepuluh. Jakarta : Bumi Aksara.
Djojosoedarso, S. 1999. Prinsip-Prinsip
Manajemen Risiko dan Ansuransi. Jakarta :
Salemba Empat.
Flanagan, R. dan Norman, G. 1993. Risk
Management and Construction. Cambridge :
University Press.
Godfrey, P.S., Sir William Halcrow and
Partners Ltd. 1996. Control of Risk A Guide to
Systematic Management Of Risk from
Construction. Wesminster London :
Construction Industry Research and
Information Association (CIRIA).
Kezner, H. 1995. Project
Management A System Approach to Planning
Scheduling and Controlling. Fifth edition. New
York : Van Nostrand Reinhold.
Setyaningrum, E. dan Sari, T. P. TPA
Sanitary Landfill Kab. Bangli Menuju
Pengelolaan Sampah Modern. 2010. Buletin
Cipta Karya Edisi 04 Tahun VII : 22-25.

38

Anda mungkin juga menyukai