DOSEN PENGAMPU:
1.4 Penulis
Penulis dari artikel tersebut adalah I W. Wedana Yasa, I G.B.
Sila Dharma, dan I Gst. Ketut Sudipta.
BAB II
PEMBAHASAN
Data responden
Responden dalam penelitian ini berasal dari unsur/dinas
pemerintah pusat dan provinsi, pemerintah daerah kabupaten yang terkait
dengan TPA Regional Bangli, serta unsur dari masyarakat tempat lokasi
TPA Regional dengan jumlah sampel dua puluh dua responden.
3.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan yaitu mengenai lingkup
responden yang terlalu sempit dalam penelitian ini karena hanya
melibatkan unsur/dinas pemerintah pusat dan provinsi, pemerintah daerah
kabupaten yang terkait dengan TPA Regional Bangli, serta unsur dari
masyarakat tempat lokasi TPA Regional dengan jumlah sampel dua puluh
dua responden. Padahal untuk menghasilkan data responden yang lebih
akurat dapat melibatkan para pekerja di TPA Regional Bangli yang lebih
mengetahui bagaimana kegiatan operasionalnya.
DISKUSI
Jawaban :
2. Dikatakan bahwa mitigasi risiko dapat dimulai dari aspek institusi dan
regulasi, mitigasi risiko institusi dan regulasi seperti apa yang dapat
dilakukan ?
Jawaban :
Jawaban :
Abstrak: Untuk mendapatkan manfaat maksimal dan berkelanjutan dari dibangunnya TPA
Regional Bangli perlu dilakukan kegiatan operasional dan pemeliharaan (OP). Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai risiko terutama risiko dominan yang dapat menghambat
OP TPA, agar dapat dilakukan tindakan mitigasi dan menentukan kepemilikan risiko dari kegiatan
tersebut. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif melalui tahapan:
identifikasi risiko, penilaian risiko, penanganan risiko, dan kepemilikan risiko.
Risiko yang teridentifikasi berjumlah 72, yang terdiri dari: 9 risiko (12,5%) kategori tidak dapat
diterima (unacceptable), 46 risiko (63,89%) kategori tidak diharapkan (undesirable), 16 risiko
(22,22%) kategori dapat diterima (acceptable), dan 1 risiko (1,39%) kategori dapat diabaikan
(negligible). Risiko dominan (major risk) berjumlah 55 risiko (76,39%), yakni hambatan untuk
membentuk lembaga yang bertanggung jawab secara penuh dalam OP TPA Regional, terbatasnya
alokasi dana baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten yang terintegrasi dalam TPA Regional, hambatan melakukan kerjasama antara
pemerintah dengan pihak swasta, dan risiko lainnya. Mitigasi risiko dilakukan dengan
menghindari risiko, mengurangi risiko, dan memindahkan risiko dimulai dari aspek institusi,
regulasi, pembiayaan, serta program teknis dan non teknis. Jumlah kepemilikan risiko terbanyak
diterima oleh badan pengelola TPA Regional Bangli.
Kata kunci : TPA, operasional dan pemeliharaan, mitigasi risiko
Abstract: To obtain the maximum and sustainable advantage it needs to carry out the operational
and maintenance (OP) activities of TPA. It is necessary to maintain the Bangli Regional TPA so
that it will give maximum and sustainable advantages. This study was aimed at identifying various
major risks which may interfere with the TPA operating and maintenance so that mitigation can be
done and to determine the risk ownership. The collected data were analyzed using descriptive
qualitative method through the following stages: the risks were identified, the risks were evaluated,
the risks were coped with, and the risk ownership could be identified.
The risks identified totaled 72 consisting of: 9 (12.5%) risks which were under the unacceptable
category, 16 (22.22%) risks which were under the acceptable category, and 1 (1.39%) risk which
was under the negligible category. The major risks amounted to 55 risks (76.39%), included the
obstacle to establishing the institution which was fully responsible for the operating and
maintenance of the Bangli Regional TPA, the limited amounts of funds allocated by the central
government, the provincial government, and the regency governments which were integrated into
the Regional TPA, the obstacle to creating an affiliation between the government and the private
institutions, and other risks. The risk mitigation was done by avoiding risks, reducing risks, and
transferring risks starting from the institutional, regulation and financial aspects, and technical and
non technical problems. Most risk ownerships were the responsibility of the Bangli Regional TPA
management.
Keywords: TPA, operating and maintenance, risk mitigation
1
Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana.
2
Dosen, Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana.
30
Jurnal Spektran Vol. 1, No. 2, Juli 2013
31
Jurnal Spektran Vol. 1, No. 2, Juli 2013
32
Jurnal Spektran Vol. 1, No. 2, Juli 2013
33
Jurnal Spektran Vol. 1, No. 2, Juli 2013
4. Lapisan kedap air yang berfungsi untuk sebagai berikut: pengurangan sampah
mencegah rembesan air lindi mengalir ke semaksimal mungkin mulai dari sumbernya;
dasar TPA dan ke kolam pengolah lindi. peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia
5. Lapisan pengaman gas yang terbentuk di usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan;
TPA seperti gas karbon dioksida (CO2) dan peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas
gas metan (CH4) memiliki potensi besar sistem pengelolaan; pengembangan
dalam proses pemanasan global. kelembagaan, peraturan dan perundangan; serta
6. Fasilitas pengaman lindi untuk menghindari pengembangan alternatif sumber pembiayaan.
pencemaran terhadap air karena air yang Pengoperasian dan pemeliharaan TPA
terbentuk dalam timbunan sampah yang dengan sistem sanitary landfill membutuhkan
melarutkan banyak sekali senyawa yang pengawasan dan pengendalian untuk
ada sehingga memiliki kandungan meyakinkan bahwa setiap kegiatan yang
pencemaran khususnya zat organik yang dilaksanakan di TPA sesuai dengan rencana
sangat tinggi. yang telah ditentukan. Untuk dapat melakukan
7. Bahan penutup berupa tanah yang pengawasan dan pengendalian OP TPA dalam
digunakan untuk memisahkan sampah dari UU Republik Indonesia nomor 18 Tahun 2008
lingkungan luar pada setiap hari kerja. tentang Pengelolaan Sampah pada pasal 6
Penutupan tanah pada lahan sanitary setiap diatur tentang tugas pemerintah pusat dan
harinya sangat penting untuk : menghindari pemerintah daerah diantaranya :
gangguan lalat dan vektor penyakit lainnya, menumbuhkembangkan dan meningkatkan
mencegah kebakaran dan asap, mengurangi kesadaran masyarakat dalam pengelolaan
polusi bau, mengurangi jumlah air yang sampah; melakukan penelitian, pengembangan
masuk ke dalam sampah, mengarahkan gas teknologi pengurangan dan penanganan
menuju ventilasi keluar dari sanitary lanfill. sampah; memfasilitasi penyediaan prasarana
8. Alat berat yang digunakan di TPA berupa: dan sarana pengelolaan sampah dan manfaat
bulldozer, excavator, dan louder. . hasil pengolahan sampah.
9. Penghijauan pada lahan TPA diperlukan Wewenang pemerintah pusat dalam
untuk meningkatkan estetika lingkungan pengelolaan sampah diatur dalam UU Republik
sebagai buffer zone sehingga mencegah bau Indonesia nomor 18 Tahun 2008 pada pasal 7
dan lalat yang berlebihan. diantaranya : menetapkan kebijakan dan
10. Fasilitas penunjang untuk membantu strategi nasional; menetapkan norma, standar,
pengoperasian TPA diantaranya : pemadam prosedur, dan kreteria; memfasilitasi dan
kebakaran, kesehatan dan keselamatan mengembangkan kerjasama antar daerah,
kerja, bangunan untuk kegiatan 3 R (Reuse, kemitraan, dan jejaring. Selain itu juga
Reduce, Recycle) serta peralatan penunjang wewenang pemerintah pusat adalah
lainnya. menyelenggarakan koordinasi, pembinaan dan
pengawasan kinerja pemerintah daerah; dan
Operasional dan Pemeliharaan TPA dengan menetapkan kebijakan penyelesaian
Sistem Sanitary Landfill perselisihan antar daerah.
Masalah yang berkaitan dengan Wewenang pemerintah provinsi dalam
pengelolaan TPA saat ini diantaranya : pengelolaan sampah diatur dalam UU
menurunnya kualitas TPA yang sebagian besar Republik Indonesia nomor 18 Tahun 2008 pada
menjadi open dumping; timbulnya friksi antar pasal 8 diantaranya: menetapkan kebijakan
daerah/sosial; menurunnya kapasitas strategi dalam pengolahan sampah sesuai
pembiayaan daerah; pola pengelolaan TPA dengan kebijakan pemerintah pusat;
yang tidak bertanggungjawab sehingga memfasilitasi kerjasama antar daerah dalam
menimbulkan korban jiwa seperti dalam kasus satu provinsi, kemitraan, dan jejaring dalam
longsornya TPA Leuwigajah dan Bantar pengelolaan sampah. Wewenang pemerintah
Gebang (anonim, 2006) provinsi yang lain adalah menyelenggarakan
Untuk mendukung pencapaian sasaran koordinasi, pembinaan, dan pengawasan
pembangunan persampahan yang tegas dan kinerja kabupaten/kota dalam pengelolaan
realistis maka pemerintah pusat menyusun sampah; dan memfasilitasi penyelesaian
kebijakan dan strategi nasional pengembangan perselisihan pengelolaan sampah antar
sistem pengelolaan persampahan yang tertuang kabupaten/kota dalam provinsi.
dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Wewenang pemerintah kabupaten/kota
Nomor 21/PRT/M/2006, yang dirumuskan dalam pengelolaan sampah diatur dalam UU
34
Jurnal Spektran Vol. 1, No. 2, Juli 2013
Republik Indonesia nomor 18 Tahun 2008 pada Tahap identifikasi risiko disesuai dengan
pasal 9 diantaranya : menetapkan kebijakan pandangan Godfrey (1996) dimulai dengan
dan strategi pengelolaan sampah berdasarkan mencari informasi dengan jelas terhadap
kebijakan nasional dan provinsi; sumber (source) risiko, kejadian atau peristiwa
menyelengggarakan pengelolaan sampah skala (event) dan akibat (effect) risiko tersebut. Data
kabupaten/kota sesuai dengan norma, standar, sekunder juga diperoleh dari jurnal, penelitian
prosedur, dan kreteria yang ditetapkan oleh sejenis dan studi literatur yang sudah ada
pemerintah. Selain itu wewenang pemerintah sesuai dengan obyek penelitian.
kabupaten adalah melakukan pembinaan dan Kuisioner yang telah disusun dari hasil
pengawasan kinerja pengelolaan sampah yang identifikasi risiko pada pengkajian data
dilaksanakan oleh pihak lain; menetapkan sekunder disampaikan kepada para responden
lokasi tempat penampungan sementara, tempat untuk diminta pendapatnya. Teknik
pengolahan sampah terpadu/ tempat pengumpulan data dalam penelitian ini
pemrosesan akhir sampah; melakukan mengunakan metode porpusive sampling, yaitu
pemantauan dan evaluasi secara berkala peneliti yang didasari atas kemampuan dan
terhadap tempat pemrosesan akhir sampah; pengetahuan serta pertimbangan tertentu dapat
menyusun dan menyelenggarakan sistem menentukan pilihannya dalam memilih
tanggap darurat pengelolaan sampah sesuai responden yang diyakininya mampu
dengan kewenangannya. memberikan jawaban pada kuisioner sesuai
Peran masyarakat seperti tertuang dalam topik penelitian (Sugiyono, 2010). Supaya para
UU RI No 18 tahun 2008 diantaranya : ahli/expertis dapat dianggap mewakili
masyarakat dapat ikut dalam pengelolaan representatif dari populasi, maka reponden
sampah yang dilakukan pemerintah melalui penelitian sekurang-kurangnya berasal dari
pemberian usul, pertimbangan, dan saran unsur/dinas pemerintah pusat dan provinsi,
kepada pemerintah. Masyarakat juga dapat ikut pemerintah daerah kabupaten yang terkait
dalam perumusan kebijakan pengelolaan dengan TPA Regional Bangli, serta unsur dari
sampah; pemberian saran dan pendapat dalam masyarakat tempat lokasi TPA Regional
penyelesaian sengketa persampahan. dengan jumlah sampel dua puluh dua
Menurut anonim ( 2006), TPA dengan responden.
sistem sanitary landfill harus dapat menjamin Skala penilaian untuk mengukur
terlaksananya fungsi sistem pengumpulan dan kecenderungan (likelihood) terjadinya kejadian
pengolahan leachate, penanganan gas methan, yang merugikan akibat risiko yang
pemeliharaan estetika sekitar lingkungan, teridentifikasi yakni : 5 (sangat sering), 4
pengendalian vektor penyakit, pelaksanaan (sering), 3 (kadang-kadang), 2 (jarang), dan 1
keselamatan kerja, penanganan tanggap darurat (sangat jarang). Sedangkan skala yang
bahaya kebakaran dan longsor. Secara teknis digunakan untuk mengukur konsekuensi
setiap data hasil pemantauan dan pengawasan (consequences) risiko yakni : 5 (sangat besar),
serta catatan kegiatan perlu dirangkum dengan 4 (besar), 3 (sedang), 2 (kecil), dan 1 (sangat
baik menjadi suatu laporan sehingga mudah kecil).
memberikan gambaran mengenai kondisi Pengujian validitas dan reliabilitas alat
pengoperasian dan pemeliharaan TPA. ukur berupa kuisioner dilakukan dengan
bantuan program SPSS versi 15. Nilai Pearson
METODE PENELITIAN Product Moment hasil perhitungan program
Jenis penelitian ini adalah deskriptif SPSS versi 15 disebut nilai r hitung selanjutnya
kualitatif yang dilakukan dengan metode studi dibandingkan dengan nilai r tabel pada α =
kasus yaitu dengan menganalisis data dari 0,05; df = n - 2. Kaidah keputusan yang
suatu objek yang dijadikan kasus. Objek yang digunakan : jika r hitung > r tabel berarti valid,
menjadi kasus dalam penelitian ini adalah TPA sebaliknya jika r hitung < r tabel berarti tidak
Regional Bangli. valid.
Risiko yang mungkin terjadi pada tahap Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan
operasional dan pemeliharaan (OP) TPA teknik Alfa Conbrach, bila jawaban yang
Regional Bangli diidentifikasi dengan metode diberikan responden berbentuk skala seperti 1-
brainstorming atau wawancara dan survey. 3, 1-5, dan 1-7 atau jawaban responden yang
Tahapan penelitian meliputi mencari menginterpretasikan penilaian sikap (Siregar,
informasi awal dalam upaya mengidentifikasi 2010). Kreteria yang digunakan sebagai ukuran
risiko untuk menyusun kuisioner penelitian. menyatakan alat ukur reliabel yakni : skala
35
Jurnal Spektran Vol. 1, No. 2, Juli 2013
pengukuran alat ukur memiliki nilai Alpha Berdasarkan hasil distribusi frekuensi dan
Cronbach minimal 0,7, nilai Cronbach Alpha modus jawaban responden terhadap frekuensi
if Item deleted lebih kecil dari nilai Alpha terjadinya risiko yang teridentifikasi dalam OP
Cronbach keseluruhan, dan nilai Item-Total TPA Regional Bangli dapat dihitung
Correlation lebih besar dari 0,3. prosentase frekuensi terjadinya risiko pada
Analisis tingkat penerimaan risiko (Risk berbagai skala frekuensi seperti disajikan pada
Acceptability) tergantung nilai risikonya yang Gambar 4.2, dapat dijelaskan prosentase
merupakan hasil perkalian antara kemungkinan terbesar jawaban responden adalah skala 3
(lilelihood) dengan konsekuensi (kadang-kadang) yakni sebesar 40,28%. Hal ini
(consequences). Tingkat penerimaan risiko berarti sebagian besar responden beranggapan
memperhatikan nilai risiko seperti pada tabel bahwa tingkat frekuensi kejadian munculnya
4.1. risiko yang terdapat pada kuisioner berpotensi
dapat terjadi dalam OP TPA Regional Bangli.
Tabel 4.1. Skala Penerimaan Risiko
(Sumber: Godfrey,1996)
36
Jurnal Spektran Vol. 1, No. 2, Juli 2013
37
Jurnal Spektran Vol. 1, No. 2, Juli 2013
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1994. Tata Cara Pemilihan
Tempat Pembuangan Akhir Sampah. Jakarta :
Badan Standarisasi Nasional.
Anonim. 2006. Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor : 21/PRT/M/2006
Tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional
Pengembangan Sistem Pengelolaan
Persampahan. Jakarta : Departemen Pekerjaan
Umum Republik Indonesia.
Anonim. 2006. Laporan Akhir
Perencanaan Teknis TPA Regional Bangli.
Denpasar : Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu
Pengembangan Kinerja Pengelolaan
Persampahan dan Drainase Provinsi Bali.
Anonim. 2008. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan Sampah. Jakarta :
Kementerian Negara Lingkungan Hidup
Republik Indonesia.
Darmawi, H. 2006. Manajemen Risiko.
Cetakan kesepuluh. Jakarta : Bumi Aksara.
Djojosoedarso, S. 1999. Prinsip-Prinsip
Manajemen Risiko dan Ansuransi. Jakarta :
Salemba Empat.
Flanagan, R. dan Norman, G. 1993. Risk
Management and Construction. Cambridge :
University Press.
Godfrey, P.S., Sir William Halcrow and
Partners Ltd. 1996. Control of Risk A Guide to
Systematic Management Of Risk from
Construction. Wesminster London :
Construction Industry Research and
Information Association (CIRIA).
Kezner, H. 1995. Project
Management A System Approach to Planning
Scheduling and Controlling. Fifth edition. New
York : Van Nostrand Reinhold.
Setyaningrum, E. dan Sari, T. P. TPA
Sanitary Landfill Kab. Bangli Menuju
Pengelolaan Sampah Modern. 2010. Buletin
Cipta Karya Edisi 04 Tahun VII : 22-25.
38