Anda di halaman 1dari 8

Penalaran Matematis

Matematika SMA mempersiapkan siswa untuk kemungkinan pekerjaan setelah sekolah dan belajar
pada tiga bidang secara garis besar (NCTM, 2000) yaitu, matematika untuk kehidupan sehari-hari,
matematika untuk persiapan tempat kerja, dan matematika untuk sains dan teknis. Oleh karena itu,
literasi matematika oleh siswa harus ditingkatkan. Hal tersebut sejalan dengan laporan dari PISA terkait
dengan tertinggalnya literasi matematika di Amerika Serikat. Literasi matematika didefinisikan sebagai
kemampuan menggunakan matematika untuk menganalisis, bernalar, dan berkomunikasi secara efektif
Ketika mengajukan, memecahkan, dan menafsirkan masalah matematika dalam berbagai situasi dan
sebagai warga negara di masa yang akan datang.

Pada makalah ini, penggunaan matematika akan berfokus pada penalaran secara matematis. Ketika
penalaran dikembangkan dan dijadikan kebiasaan dalam proses belajar, siswa akan mengetahui
prosedur yang digunakan secara akurat, mengerti mengapa prosedur tersebut digunakan, dan dapat
menginterpretasikan hasilnya. Kurikulum sekolah menengah yang berfokus pada penalaran akan
membantu memenuhi meningkatnya permintaan akan ilmuwan, insinyur, dan ahli matematika sambil
mempersiapkan siswa untuk apa pun kebutuhan profesional, kejuruan, atau teknis yang mungkin
timbul. Matematika semakin penting untuk berbagai karir, termasuk keuangan, periklanan, forensik, dan
jurnalisme olahraga. Munculnya Internet telah menghasilkan ledakan karier baru dalam matematika dan
statistik yang melibatkan pemanfaatan sejumlah besar data. Dengan menekankan pada konten dan
kemampuan penalaran, program matematika sekolah menengah dapat membantu mempersiapkan
pekerja yang mampu menavigasi wilayah yang belum dipetakan.

Makalah ini akan dibahas definisi kemampuan penalaran matematis, urgensi melibatkan penalaran
matematika dan menghadirkan sense siswa, cara untuk melibatkan penalaran dan sense pada
pembelajaran, contoh pembelajaran yang melibatkan sense dan penalaran matematika, serta
menyajikan data hasil pengerjaan beberapa mahasiswa Pendidikan Matematika dalam menyelesaikan
soal penalaran matematika.

Kemampuan Penalaran Matematis

Istilah penalaran menurut Lithner (2000:166) didefinisikan sebagai garis pemikiran, cara
berpikir, yang diadopsi untuk menghasilkan pernyataan dan mencapai kesimpulan. Kesimpulan
yang biasanya berupa argumentasi merupakan pembuktian, bagian dari penalaran yang bertujuan
meyakinkan diri sendiri, atau orang lain, bahwa penalaran itu sesuai. Menurut Kadarisma dkk.
(2019:1), penalaran adalah cara berpikir dalam menarik kesimpulan dari kasus-kasus yang telah
terbukti. Hal tersebut juga dinyatakan oleh NCTM (2009:4) bahwa penalaran dapat diartikan
sebagai proses penarikan kesimpulan berdasarkan bukti atau pernyataan yang telah diasumsikan.
Berdasarkan definisi yang telah dinyatakan oleh beberapa ahli, definisi penalaran menurut saya
adalah proses penarikan kesimpulan yang masuk akal berdasarkan bukti atau pernyataan yang
telah ada. Hasil dari proses penalaran tersebut mengahasilkan buah pemikiran atau pendapat
yang dapat dipertanggung jawabkan alasannya. Walaupun penalaran merupakan bagian penting
dari semua bidang ilmu, penalaran berperan khusus dan bersifat mendasar pada bidang
matematika. Penalaran matematis umumnya dipahami meliputi penalaran formal atau bukti di
mana kesimpulan secara logis disimpulkan dari asumsi dan definisi. Penalaran seringkali dimulai
dengan eksplorasi, dugaan pada berbagai tingkatan, awal yang salah, dan penjelasan parsial
sebelum hasilnya tercapai.
Sense-making didefinisikan sebagai pengembangan pemahaman terkait situasi, konteks, atau
konsep dengan menghubungkannya dengan pengetahuan yang telah ada atau pengetahuan awal.
Penalaran matematis dan sense-making adalah hasil penting dari pengajaran matematika, serta
sarana penting yang digunakan siswa untuk mengetahui matematika. Hal tersebut menandakan
bahwa penalaran dan sense saling berkaitan erat. Untuk bisa bernalar, dibutuhkan sense yang
cocok untuk menghubungkan bukti atau pernyataan sehingga menghasilkan suatu argument atau
simpulan yang logis atau masuk akal.
Mengapa Penalaran dan Sense-making?
Penalaran dan sense-making merupakan pondasi dari proses standar NCTM (2000a). Proses
pada matematika yakni problem solving, reasoning and proof, conections and representation,
semuanya adalah manifestasi dari tindakan memahami matematika dan penalaran sebagaimana
didefinisikan di atas. Pemecahan masalah dan pembuktian tidak mungkin dilakukan tanpa
penalaran, dan keduanya adalah jalan di mana siswa mengembangkan penalaran matematika dan
memahami ide-ide matematika. Komunikasi, koneksi, dan representasi yang dipilih oleh seorang
siswa harus mendukung penalaran dan akal, dan penalaran harus digunakan dalam membuat
keputusan tersebut (NCTM, 2009:5).
Di tingkat sekolah menengah, penalaran dan sense-making sangat penting, tetapi secara
historis "penalaran" telah terbatas pada bidang-bidang tertentu dari kurikulum sekolah
menengah, dan dalam banyak hal sense-making tidak hadir sama sekali. Namun, penekanan pada
penalaran dan sense-making siswa dapat membantu siswa mengatur pengetahuan mereka dengan
cara yang meningkatkan pengembangan indra bilangan, kelancaran aljabar, hubungan
fungsional, penalaran geometris, dan pemikiran statistik. Ketika siswa menghubungkan
pengetahuan baru dengan pengetahuan yang ada, mereka lebih cenderung memahami dan lebih
lama mengingat informasi baru daripada ketika hanya disajikan untuk dihafalkan tanpa mengerti
asal-usulnya atau tidak mengerti kaitan pengetahuan tersebut dengan pengetahuan lainnya.Tanpa
pemahaman konseptual, “mempelajari topik baru menjadi lebih sulit karena tidak ada jaringan
konsep dan keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya untuk menghubungkan topik baru”
(Kilpatrick, Swafford, and Findell 2001, p. 123). Pembelajaran yang tidak dikaitkan dengan
konsep pengetahuan lain, misal hanya mengetahui prosedur atau menghafal pola pengerjaannya,
maka pengetahuan akan cepat dilupakan secepat seseorang mendapatkannya. Pemfokusan
Kembali dengan penalaran dan menghadirkan sense pada pengetahuan, akan meningkatkan
pemahaman dan menumbuhkan makna pada pengetahuan tersebut.
Bagaimana Kita Melibatkan Penalaran dan Sense-making dalam Pembelajaran?
Penalaran dan sense-making seharusnya ada pada setiap pembelajaran matematika. Dalam
pembelajaran yang melibatkan penalaran dan sense-making, beberapa metode mungkin dapat
digunakan seperti diskusi atau tanya jawab untuk menuntun siswa agar mendapatkan sense dan
bernalar terkait pengetahuan tersebut. Melibatkan penalaran dan sense-making dalam
pembelajaran akan mempermudah siswa dalam memahami ilmu matematika dan fungsinya. Sifat
ilmu matematika yang diajarkan secara hierakis, akan membuat proses penalaran dan sense-
making sangat berarti. Sifat hierarkis ilmu matematika yang dimaksud adalah materi matematika
yang diajarkan atau disajikan saling berkaitan, dari yang dasar menuju materi yang lebih
kompleks. Kesulitan siswa dalam memahami materi matematika salah satu faktornya adalah
tidak menguasai atau memahami konsep syarat dari materi yang dipelajari sehingga membuat
siswa sulit memahami bagaimana konsep tersebut digunakan dan darimana asalnya. Melibatkan
penalaran dan sense-making dalam pembelajaran juga tidak perlu beban ekstra untuk guru dan
murid hanya untuk mempelajari prosedur yang sulit dalam matematika. Sebaliknya, struktur
penalaran akan membantu seseorang dalam memahami pentingnya pengetahuan yang saling
berkaitan dengan pengetahuan lainnya. Pembelajaran dengan perhatian dan perencanaan yang
baik megakibatkan siswa memperoleh pengalaman bernalar dan mendapatkan sense pentingnya
pengetahuan yang dipelajari. Hal tersebut tentunya lebih baik daripada hanya sekedar
memperhatikan materi. Teknologi sebaiknya digunakan dalam strategi pembelajaran untuk
mendapatkan pencapaian yang lebih baik.
Apa yang sebenarnya dilakukan untuk melibatkan penalaran dan menghadirkan sense siswa
dalam pembelajaran matematika? Contoh berikut akan menunjukkan bagaimana penalaran dan
menghadirkan sense siswa yang terkait rumus yang pada umumnya rumus tersebut tidak begitu
bermakna dan sulit untuk diingat, yaitu rumus jarak. Scenario awal mengilustrasikan Ketika
siswa ditanya untuk mengingat prosedur yang telah diajarkan tanpa dipahami sebelumnya.
Guru : Pembelajaran hari ini mengharuskan kita menghitung jarak antara pusat lingkaran dan
titik pada lingkaran untuk menentukan jari-jari lingkaran. Siapa yang ingat bagaimana
menemukan jarak antara dua titik?
Siswa A: Apakah ada rumus untuk menghitungnya?
Siswa B: Menurut saya x 1 kuadrat tambah x 2 kuadrat.
Siswa A: Oh iya, saya ingat. Ada tanda akar kuadrat yang besar, tapi saya tidak ingat dan tidak
mengerti rumus itu untuk apa.
Siswa C: Saya tahu. x 1 ditambah x 2 lalu di bagi 2, ya kan?
Siswa D: Bukan, itu rumus titik tengah.
Diskusi tersebut berlangsung sampai guru mengingatkan rumus mencari jarak.
Tahun berikutnya, guru mencoba untuk mengajarkan rumus tersebut dengan pemecahan
masalah. Berikut adalah seknario yang melibatkan penalaran siswa dan menghubungkannya
dengan pengetahuan yang telah ada sehingga menghadirkan sense tentang rumus jarak.
Guru : Coba bayangkan situasi dimana kita harus menemukan jarak antara dua lokasi di
peta. Misalkan peta ini menunjukkan sekolahmu, rumahmu terletak dua blok di barat
dan lima blok di utara sekolah. Rumah sahabatmu terletak delapan blok di timur dan
satu blok di selatan sekolah. Jika kota memiliki system jalan tegak lurus dengan
jarak spasi antar blok adalah sama, berapa banyak blok yang harus kita lewati untuk
pergi ke rumah sahabatmu dari rumahmu?
Siswa A : Kita harus berjalan sepuluh blok ke timur dan enam blok ke selatan, jadi saya rasa
akan jadi enam belas blok. Ya kan?
Guru : Sekarang, misalkan kamu punya burung merpati dan burung tersebut pergi ke rumah
sahabatmu dengan lintasan garis lurus. Berapa jarak yang dilewati burung merpati
tersebut?
Siswa A : Bagaimana jika kita jadikan sekolah sebagai titik asal atau titik dengan koordinat
(0 , 0). Maka rumahku akan ada pada koordinat (−2 , 5) dan rumah sahabatku pada
koordinat (8 ,−1) kan?
Siswa B : Ya, benar. Coba kita gambarkan lintasan pada jalan yang menghubungkan dua rumah
dan selanjutnya gambarkan sebuah garis yang menghubungkan dua rumah.
Siswa A : Mungkin kita bisa menentukan panjang linatasan blok dan menemukan jarak dengan
penggaris.

Siswa C : Tunggu sebentar, kamu barusan menggambar sebuha segitiga siku-siku, karena jalan-
jalannya saling berpotongan tegak lurus
Siswa D : Berarti kita bisa gunakan teorema phytagoras dan jadinya 102 +62 =c 2. Nah kalua
dihitung hasil c= √ 136 .
Siswa B : Tapi, berapa banyak blok yang dilalui?
Siswa C : Harusnya jaraknya antara 11 dan 12 blok, karena 136 ada antara 11 kuadrat dan 12
kuadrat, yaitu 121<136<144. Berarti hampir 12 blok kurang sedikit.
Guru kemudian memperluas diskusi untuk mempertimbangkan contoh-contoh lain dan
akhirnya mengembangkan formula umum.
Pendekatan yang dilakukan oleh guru tersebut untuk mendapatkan rumus jarak dengan
menghadirkan sense kemudian siswa diajak untuk mengaitkan pengetahuan yang telah diketahui
untuk menyelesaikan permasalahan. Hal tersebut lebih mudah dipahami dan lebih lama untuk
diingat karena mengerti konsep jarak pada kehidupan nyata.
Kebiasaan Bernalar
Penalaran tidak cukup hanya untuk menghadirkan sense pada awal topik pembelajaran. siswa
juga memerlukan pengalaman dan mengembangkan penalaran matematis mereka sehingga
menjadi terbiasa. Kebiasaan bernalar diartikan sebagai jalan pemikiran untuk menjadi biasa
dalam proses penyelidikan matematis dan penghadiran sense pada siswa. Berikut adalah proses
yang seharusnya dilakukan dalam pembelajaran agar penalaran dapat ditanamkan ke proses
tersebut.
1. Menganalisis masalah
2. Menerapkan strategi atau rencana yang telah ditentukan
3. Mencari dan menghubungkan kaitan dengan konsep, konteks, dan representasi matematika
lain.
4. Merefleksikan solusi untuk suatu masalah.
Kebiasaan bernalar dalam suatu proses pembelajaran penting untuk setiap siswa. Hal tersebut
memerlukan rencana atau strategi pembelajaran yang baik untuk membangkitkan proses bernalar
siswa. Guru harus aktif membimbing siswanya untuk dihadapkan pada masalah yang membuat
siswa menjadi penasaran sehingga siswa akan berusaha untuk mencari tahu lebih jauh terkait
dengan ilmu yang diberikan.
Penalaran pada Domain Bilangan dan Pengukuran
Matematika memiliki banyak bidang atau domain yang dapat dipelajari. Bidang bilangan dan
pengukuran merupakan salah satu bidang yang sangat penting untuk dipelajari. Bidang tersebut
menjadi dasar dari ilmu matematika karena tanpa pengetahuan terkait bilangan dan pengukuran,
maka seseorang sulit untuk mempelajari bidang matematika lainnya. Hal tersebut karena
bilangan dan pengukuran merupakan salah satu bidang matematika dasar. Bilangan dan
pengukuran berasal dari upaya pengukuran dunia (NCTM, 2009: 21). Bilangan dan pengukuran
diajarkan sejak dini pada anak-anak.
Pemberian sense pada anak terkait dengan bilangan dan pengukuran sangatlah penting untuk
dapat menjadikan siswa bernalar dalam belajarnya. Pembentukan sense pada anak usia dini
penting karena anak belum optimal untuk belajar sesuatu yang abstrak. Anak harus diajarkan
dengan pendekatan yang konkret atau nyata. Maka dari itu sense sangat diperlukan untuk
membangkitkan penalaran anak untuk belajar. Adapun elemen penting pada pembentukan sense
dan penalaran pada bidang bilangan dan pengukuran adalah sebagai berikut.
1. Jawaban dan pengukuran yang masuk akal, maksudnya adalah memahami apakah jawaban
atau pengukuran yang diberikan memiliki urutan besarnya yang sesuai dan apakah itu
dinyatakan dalam unit yang sesuai. Siswa dalam hal ini dapat mengevaluasi suatu pernyataan
apakah masuk akala tau tidak.
2. Perkiraan dan kesalahan, maksudnya adalah siswa dapat menyadari bahwa semua
pengukuran dalam kehidupan sehari-hari hanya sekedar perkiraan dan memahami peran
kesalahan dalam perhitungan selanjutnya dengan pengukuran.
3. Sistem bilangan, maksudnya adalah siswa memahami sifat dari system bilangan dengan
berbagai bentuk representasi dan dapat mengembangkan system bilangan ke bentuk aljabar.
4. Menghitung, maksudnya adalah siswa dapat mengetahui, kapan ia menggunakan strategi
membilang sebagai pendekatan pemecahan masalah yang efektif, dan kemudian mengunakan
prinsip-prinsip dan teknik-teknik menghitung untuk menemukan sebuah solusi.
Contoh Proses Penalaran dengan Pengukuran
Berikut adalah contoh proses pembelajaran yang membangkitkan sense siswa sehingga siswa
mencoba untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan penalaran.

Subjek Percakapan

Guru Perkirakan total luas permukaan bumi?


Siswa 1 Wow, saya tidak tahu. Saya kira sejuta atau mungkin satu miliar mil persegi.
Bentuk bumi, mirip dengan bola. Jadi jika kita tahu jari-jarinya, kurasa kita bisa
Siswa 2
mengetahuinya.
OK, untuk membantu Anda, saya akan memberi tahu Anda bahwa radiusnya
Guru
sekitar 4.000 mil.
Siswa 2 Setahu saya rumusnya A=4 π r 2, dan kita hanya harus memasukkannya.
Jika radiusnya 4 ribu mil, dikuadratkan menjadi 16 juta. Kemudian 4 π kurang
Siswa 3
lebih 12, dan 12 ×16=192. Jadi kira-kira 200 juta mil persegi.
Masuk akal, tetapi mengapa tidak menggunakan tombol π pada kalkulator Anda?
Siswa 4
Itulah yang saya lakukan, dan saya mendapat 201.061.930.
Guru Jadi menurut kalian, manakah perkiraan yang terbaik?
Siswa 4 Jawabanku, karena lebih akurat.
Tetapi kita tidak tahu pasti radiusnya, lagipula bumi mungkin tidak sepenuhnya
Siswa 3
berbentuk bola. Beda jawaban kita hanya sedikit, saya rasa 200 juta cukup baik.
Contoh proses pembelajaran di atas menunjukkan bahwa guru dapat membangkitkan rasa
ingin tahu siswanya dengan mengaitkan materi yang dipelajari dengan kehipuan nyata.
Selanjutnya guru membuat pertanyaan yang tidak biasa untuk dijawab siswa. Nah, dari
pembelajaran tersebut akhirnya siswa paham bahwa semua angka yang ditetapkan seperti radius
bumi hanya bersifat dugaan. Dampaknya adalah hasil pengukuran pun bersifat dugaan. Namun,
siswa tahu bahwa ukuran yang sebenarnya tidak jauh dari hasil pengukuran dugaan yang telah
diperoleh.
Penerapan Soal Penalaran pada Mahasiswa
Artikel ini menyajikan hasil pekerjaan mahasiswa Pendidikan Matematika dalam
menyelesaikan soal penalaran pada materi barisan dan deret aritmetika. Berikut adalah soal yang
diberikan kepada mahasiswa.
 Soal
Dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia, desa X
mengadakan lomba mengambil kelereng dari wadah dengan aturan sebagai berikut.
◦ Setiap tim terdiri atas 5 orang dan setiap anggota tim harus mengambil kelereng
sesuai urutannya.
◦ Pada pengambilan putaran pertama (5 orang secara bergantian) hanya diperbolehkan
mengambil masing-masing satu butir kelereng.
◦ Pada putaran kedua, orang pertama setiap tim mengambil 2 butir kelereng dan selalu
bertambah 3 butir untuk peserta pada urutan berikutnya dalam tim tersebut.
◦ Pada putaran selanjutnya, setiap anggota tim mengambil 3 butir kelereng lebih
banyak dari anggota sebelumnya.
Tim B beranggotakan Aldi, Budi, Cahyo, Deni, dan Endra (urutan pengambilan
kelereng sesuai dengan urutan abjad awal nama). Bersamaan dengan habisnya waktu,
ternyata tim B berhasil mengumpulkan 350 butir kelereng. Berapa butir kelereng yang
berhasil diambil pada pengambilan terakhir oleh salah satu anggota tim B?
 Data Hasil Jawaban Mahasiswa
Berikut adalah nilai hasil penyelesaian masalah yang dilakukan oleh mahasiswa
Pendidikan Matematika.
Data Hasil Penalaran Matematis

Aspek Total
No Nama Nilai
IM MS PS IH Skor
1 ASM 2 2 2 2 8 100
2 DR 2 2 1 1 6 75
3 HNR 2 2 2 2 8 100
4 PAY 2 2 2 2 8 100
5 MAA 2 2 2 2 8 100
6 TUM 2 2 2 2 8 100
7 TUL 2 2 2 2 8 100
8 FFS 2 2 1 1 6 75
9 AK 2 2 2 2 8 100
10 TNU 2 2 2 2 8 100
11 SH 2 2 2 2 8 100
12 HF 2 1 2 2 7 87.5
13 AD 2 2 2 2 8 100
14 RNMH 2 2 2 2 8 100
15 MR 2 2 2 2 8 100
16 AWK 2 2 2 2 8 100
17 FYA 2 1 2 2 7 87.5
18 AR 2 2 2 2 8 100
Keterangan:
ℑ = interpretasi masalah
MS = menentukan strategi
PS = penerapan strategi
IH = interpretasi hasil
Berdasarkan data pada table di atas, rata-rata nilai mahasiswa dalam menyelesaikan
soal penalaran matematis lebih dari 75. Hal tersebut menandakan bahwa rata-rata nilai
hasil penyelesaian masalah penalaran matematis lebih dari rata-rata yang ditentukan.
Hampir semua mahasiswa yang mengikuti tes penalaran tersebut mendapatkan poin
maksimal dalam menyelesaikan tes yang diberikan. Pembelajaran yang diikuti oleh
mahasiswa tersebut melatih penalaran dalam memahami konsep dan menyelesaikan
masalah. Kesalahan yang dilakukan oleh siswa yang tidak mendapatkan skor maksimal
adalah karena kurang teliti dalam menghitung dan tidak menuliskan strategi atau rencana
yang digunakan dalam penyelesaian masalah. Diketahui tidak telitinya mahasiswa dalam
mengerjakan soal yang diberikan, terlihat dari alur rencana yang sudah benar dan logis
tetapi pada saat pengoperasian bilangan, mahasiswa tersebut melakukan kesalahan.
Selain itu, ada mahasiswa yang menjawab permasalahan dengan benar tetapi tidak
menuliskan alur strategi yang digunakan.
Kesimpulan
Penalaran merupakan hal yang penting dalam pembelajaran matematika. Penalaran tersebut
akan lebih baik lagi jika pendidik dapat membangkitkan atau menghadirkan sense dari materi
yang dipelajari untuk modal bernalar siswa. Apabila siswa sudah mendapatkan sense materi yang
dipelajari, maka siswa tersebut akan terbiasa untuk bernalar tentang memanipulasi konsep
matematika atau menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Selebihnya, siswa akan
mudah mengingat konsep yang telah dipelajari karena paham fungsi, manfaat, dan asal dari
materi yang telah dipelajari.
Penalaran dan pembangkitan sense siswa harus menjadi bagian dari pembelajaran di kelas
matematika. Hal tersebut karena penalaran merupakan pondasi dari kemampuan matematika
lainnya. Guru harus kreatif dalam membimbing siswanya untuk mendapatkan sense dan bernalar
terkait materi yang dipelajari.
Referensi
Martin, W. G., et. al. (2009). Focus in high school mathematics: reasoning and sense making. Reston,
VA: National Council of Teachers of Mathematics.

Anda mungkin juga menyukai